• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

4.4. Ekspresi Identitas Kopi Gayo

Kopi Gayo juga mencerminkan tentang jati diri etnis Gayo secara khusus masyarakat Desa BlangTampu sebagai pemiliknya. Saat itulah Kopi Gayo menjadi sebuah identitas yang pada satu sisi memang berharga dan dijunjung tinggi. Hal ini bukan saja tentang kopi Gayo yang memang melekat dalam kebiasan masyarakat, namun sebagai bentuk manifestasi keterwakilan etnis Gayo.

Kopi Gayo sebagai ekspresi identitas Gayosesuai dengan pemahaman identitas yaitu sebagai image. Image menjelaskan bahwa identitas sebagai sesuatu yang tampak dan melekat pada sesuatu tersebut, dimana sesuatu tersebut merasa nyaman dan menikmati identitas yang melekat tersebut.

Asano (2005 : 33) menjelaskan tentang identitas sebagai berikut : The concept of identity, whether it is of an ethnic or a religious community (or both for that matter), is, on one hand, rather abstract. It is, on the other hand, loaded with emotion and spoken of in terms of material objects and manners of life. (Konsep identitas apakah itu suatu etnis atau komunitas agama (atau keduanya ), di satu sisi terlihat abstrak dan di sisi lain sarat dengan emosi dan dibicarakan objek materi dan prilaku hidup).

Mengurai dari pandangan Asano, maka mendeskripsikan Kopi Gayo sebagai ekspresi identitas akan terjebak pada deskripsi yang abstrak apabila deskripsi yang dilakukan hanya sebatas tentang nilai. Hal ini karena identitas memiliki sisi yang lain yakni sisi yang sarat dengan emosi. Sisi inilah yang menambahkan deskripisi tentang identitas secara lebih jelas. Kejelasan tersebut terlihat ketika kopiGayo dipertahankan sebagai sesuatu yang menjadi simbol etnis Gayo di BlangTampu. Masyarakat menggunakan cara untuk menggambarkan identitasnya lewat keseharian mereka beraktifitas. Saat itulah masyarakat menggunakan emosi dalam menginterpretasikan. Kopi tidak lagi sebagai komoditas tapi bagian dari hidup yang mencirikan mereka dalam lingkungan hidup mereka.

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Lazimnya suatu perjalanan panjang pasti memiliki perhentian dan titik akhirnya. Perjalanan panjang dalam rangka penelusuran perubahan fungsi sosial kopi gayo ini juga telah sampai pada titik perhentiannya, meskipun garis tugas yang disusun sejak semula belum atau tidak seara sempurna terikuti,dengan demikian juga tidak mampu menyingkap keseluruhan persoalan dengan tuntas. Sebagaimana layaknya sebuah perjalanan yang sudah tiba di perhentian akan mencoba menarik kesimpulan sebagai hasil keseluruhan yang diperoleh sepanjang perjalanan.

Menarik kesimpulan dari sebuah perjalanan atau dalam hal ini penelitian dengan menyeluruh bukan pekerjaan yang ringan. Bisa jadi ia tidak mewakili seluruh persoalan yang disimpulkan. Oleh karena itu apa yang disimpulkan dari studi ini juga sebaiknya dipandang sebagai sebuah alternatif dari sekian banyak kemungkinan. Kesimpulan dari penelitian tersebut terlihat dari kemampuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemampuan tersebut berdasarkan penjabaran ataupun deskripsi yang telah diperoleh. Berikut beberapa kesimpulan yang coba dijabarkan.

1. Perubahan-perubahan terhadap fungsi sosial kopi gayo terkait dengan perubahan- perubahan terhahap tekhnologi yang semakin modern,sehingga membawa masyarakat mengubah cara pikirnya yang semakin maju, berkat perubahan tekhnologi yang semakin modern tersebut membuat suatu pemikiran untuk menciptakan hal baru yang lebih maju lagi dari sebelumnya,khusunya

terhadap fungsi kopi,dimana akibat dari kemajuan permintaan kopi yang semakin tahun semakin meningkat, membuat masyarakat gayo memiliki pemikiran untuk menciptakan caffe yang bernuansa modern, dalam bentuk penyajian kopi dengan cara yang modern, penyajian kopidengan cara modern itu berupa cara mengelolah kopi hingga ke proses penyajian. Dimana dulunya untuk menikmati secangkir kopi hanya di rumah atau di warung kopi berkat kemajuan teknologi dan cara pikir masyarakat maka saat ini menikmati kopi bisa saja dilakukan di caffe modern yang memiliki fasilitas yang lebih nyaman serta rasa kopi yang lebih nikmat. Kenyaman yang di munculkan mengakibatkan konsumen nya selalu rindu ingin kemballi untuk menikmati kopi serta bersantai untuk melepaskan lelah serta dahaga yang telah dikeluarkan ketika sudah lelah beraktifitas. Perubahan penyajian kopi ini jumpa berdampak terhadap sosial ekonomi masyarakat gayo dan hali ini berdampak positif terhadap kemajuan kopi Gayo diiindonesia.

2. Kopi mengalami sebuah perubahan fungsi ditengah masyarakat desa Belang Tampu. Kopi Gayo yang sejak era kolonial menjadi sebuah komoditas yang unggul dari dataran tinggi Gayo sehingga. Menjadi sebuah komoditas yang melekat dalam diri Gayo itu sendiri. Kemudian mengalami pemabaharuan fungsi akibat berjalannya waktu dan perkembangan informasi yang mau tidak mau juga terjadi di Desa Blang Tampu. Pembaharuan itu terlihat dari kopi yang tidak lagi hanya dinilai dari sisi ekonomisnya namun dari sisi gaya hidup dan pengetahuannya. Kehadiran informasi yang luas membuat Kopi Gayo menjadi sebuah gaya hidup baru di desa Blang Tampu. Menikmati kopi, berbincang lepas dengan berbagai topik pembahasan menjadi tak terpisahkan bagi masyarakat

desa.pengetahuan akan kopi juga berkembang baik tekhnik penyajian hingga bagaimana masyarakat memaknai kopi.

3.2. SARAN

Saran dari sebuah penjabaran panjang pada dasarnya menjadi penghapus dahaga dari perdebatan yang tidak mudah tentang perubahan fungsi kopi Gayo. Tidak jarang saran menjadi sebuah rekomendasi terhadap realitas yang ada. adapun yang menjadi saran bagi peneliti antara lain :

1. Tetap menjadikan kopi Gayo menjadi minuman yang memiliki arti tersendiri di hati para penikmatnya. Sebab kopi Gayo sudah menjadi salah satu minuman yang membudaya dan sudah mengangkat nama masyarakat Gayo ke manca negara 2. Walaupun saat ini kopi Gayo sudah mengalami perubahan yang lebih baik, jangan sampai merubah ciri khas dari kopi Gayo yaitu cita rasa yang dihasilkan hilang begitu saja.karena kopi Gayo bisa terkenal sampai ke manca negara dikarenakan cita rasa yang dihasilkan oleh kopi Gayo sangat berbeda dengan kopi lainnnya.

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Letak Geografis

Secara geografis daerah ini terletak antara 4,,43 LU dan 96,45 BT; luas wilayahnya 40.000 Ha atau 0,2% dari wilayah kabupaten Bener Meriah. Dan merupakan satu wilayahnya dengan keadaan tofografi dataran sampai bergelombang dengan ketingggian 1500 dpl. Curah hujan rata- rata adalah 1089 mm dan tertinggi adalah 2409 mm. Tofografi tanahnya perbukitan dengan latar perkebunan kopi dan palawija. Kampung Blang Tampu letaknya ditengah-tengah dan mudah dijangkau oleh semua kampung disekitarnya.

• Sebelah utara : berbatasan dengan kampung Bale Atu • Sebelah timur : berbatasan dengan kampung Blang Panas • Sebelah barat : berbatasan dengan kampung Sp, Teritit • Sebelah selatan : berbatasan dengan kampung Bukit Bersatu

Blang Tampu merupakan satu dari 40 kampung di kecamatan bukit, kabupaten Bener Meriah dimana memilki peristiwa atau jenis pembangunan yang mempuunyai dampak positif bagi kebutuhan masyarakat, dan dibangun berbagai jenis instansi-instansi terkait mulai dari swadaya masyarakat.( Sumber ;rencana pembangunan jangka menengah kampung (RPJMG)Kampung Blang Tampu tahun 2014-2019).

2.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Blang Tampu adalah 537 jiwa, yang terdiri dari 257 jiwa laki- laki dan perempuan 280 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga mencapai 151. Penduduk desa Blang Tampu sebagian besar mayoritas

masyarakatnya adalah agama Islam dan yang tinggal di Desa Blang Tampu ini adalah suku Gayo. Dan mereka yang menjadi suku pendatang adalah suku Jawa, Aceh, Sunda, dan Minang. Kelompok pendatang ini awalnya hanya datang merantau sebagai pekerja dikebun, sawah dan sebagian besar bekerja sebagai pedagang namun ada juga sebagian mereka yang menikah dengan masyarakat Blang Tampu sehingga tinggal secara menetap di Desa Blang Tampu tersebut.

Table 2.1 rencana pembangunan jangka menengah kampung (RPJMG)

No Jurong/ Dusun

Jumlah Kk

Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa)

Lk Pr

1 Dusun I 80 137 145 282

2 Dusun II 71 120 135 255

Total 151 257 280 537

Sumber ;rencana pembangunan jangka menengah kampung (RPJMG)Kampung Blang Tampu tahun 2014-2019

2.3 Perekonomian Desa

Sebagian besar masyarakat Blang Tampu ada juga yang berprofesi sebagai PNS, Pejabat Daerah, Wiraswasta tapi walaupun begitu mereka juga memiliki kebun kopi biasanya karena kesibukan pekerjaan mereka menyuruh orang untuk merawat kebun kopi dengan upah perbulan Rp. 1.500.000,-beda dengan uang makan setiap harinya dan terkadang pekerjaan ini dapat membantu perekonomian masyarakat pendatang pada khususnya yang belum memiliki kebun kopi.

Pada umumnnya masyarakat yang berada di desa Blang Tampu mata pencaharian utamanya adalah sebagai Petani kopi, PNS, Pedagang sembako, Bangunan, Wiraswasta, pesiunan dan sebagainya. Tapi mereka tetap memiliki kebun kopi sebagai mata pencaharian utamanya, karena penghasilan dari kebun kopi sangat menjamin untuk kehidupan mereka kedepannya. Masyarakat yang

umumnya hidup dari hasil perkebunan dan pertanian pada umumnya tinggal lebih dekat dengan kebun millik mereka, walaupun ada beberapa kepala rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang lumayan jauh. Misalkan ada beberapa kepala keluarga yang membuat tempat tinggal atau semacam gubuk kecil di sekitaran kebun kopinya biasanya mereka tinggal di gubuk tersebut dalam beberapa hari untuk membersihkan lahan ataupun saat lagi musim panen petani juga menginap di gubuk sampai musim panen selesai.

Table.2.2 Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Uraian Jumlah

1 Petani kopi 151 KK

2 Pedagan sembako/ jual

beli hasil bumi 12

3 Industri batako 1 4 Jasa pertukangan/bangunan 6 5 Sopir 4 6 Wiraswasta 1 7 Karyawan swasta 1 8 TNI/POLRI 2 9 PNS 22 10 Pensiun 2 TOTAL 202 KK

Sumber ;rencana pembangunan jangka menengah kampung (RPJMG)Kampung Blang Tampu tahun 2014-2019

Rata-rata perekonomian masyarakat Gayo memang belum sejahtera walaupun mereka sudah memiliki kebun kopi pribadi, hal ini dapat dilihat karena hampir semua masyarakat Gayo khususnya Desa Blang Tampu memiliki kebun kopi, biasanya kebun kopi yang di miliki mereka bersal dari hasil warisan keluarga, ada juga yang membelinya secara pribadi sebagai investasi, selain itu mereka juga memiliki tabungan yang cukup untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-harinya sampai menuju masa panen berikutnya, dan mereka juga memiliki

rumah yang cukup bagus untuk di huni, terkadang di kebun kopi mereka juga menanam sayur-sayuran dan buah-buahan jadi ketika mereka tidak memilki uang mereka dapat menjual sayur-sayuran dan buah-buahan yang mereka tanami di sela-sela tanaman kopi ataupun mereka dapat mengambilnya untuk di masak sendiri.

2.4. Sejarah Desa Blang Tampu

Kampung Blang Tampu berasal dari kampung Bukit Iwih Kebayakan, kabupaten Aceh Tengah diawali dengan perpindahan penduduk untuk mencari lahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena sempitnya lahan dan penduduk semakin padat, sehinggga masyarakat mencari solusi untuk mencari lahan baru dan lama kelamaan menjadi sebuah perkumpulan masyarakat di wilayah tersebut.

Penamaan kampung pada dasarnya dilakukan secara musyawarah. Dengan adanya pemekaran wilayah dilakukan proses musyawarah maka di setujui nama kampung dengan sebutan Blang Tampu. Tofografi tanahnya perbukitan dengan latar perkebunan kopi dan palawija. Kampung Blang Tampu letaknya ditengah-tengah dan mudah dijangkau oleh semua kampung disekitarnya.

Untuk mencapai lokasi penelitian, peneliti harus menempuh perjalan sekitar 11 jam dari medan menuju Desa Blang Tampu. Angkutan umum yang digunakan menggunakan jalur darat yaitu dengan mengendarai bus Harapan Indah biaya menuju Desa Blang Tampu kabupaten Bener Meriah bekisar Rp. 130.000,- lama waktu yang di tempuh sekitar 11 jam perjalanan hingga sampai ketujuan, keberangkatan pukul 21.00 wib dari loket Harapan Indah Binjai, perjalan yang dilewati adalah Brandan, Tanjung Pura, Kuala Simpang, Tamiang, Langsa, Peurl,

Idi Rayek, Panton Labu, Lhok Sukun, Lhoksmawe, Matang Glumpang Dua (pematang), Bireun, Cut Panglima, setelah itu baru memasuki wilayah Bener Meriah yaitu Blang Rakal, Lampahan , Pante, Simpang Tiga Redelung, saya berhenti di Simpang Tiga Redelung, daerah Blang Panas.

Tabel 2.3 Sejarah Kepemimpinan Desa Blang Tampu

NO PERIODE NAMA KEUCHIK SUMBER INFORMASI KETERANGAN 1 1937-1959 ISHAK Aparatur kampung Pend. Belum padat 2 1959-1964 M.Yunus Aparatur kampung Pend. Belum padat 3 1964-1968 Sammsareh Aparatur kampung Penduduk Bertambah 4 1968-1971 M.Amin Aparatur kampung Penduduk Mulai Padat 5 1972-1981 M.AM Aparatur kampung Padat 6 1981-1984 Samsudin Bkt Aparatur kampung Padat 7 1984- 1997 ABD Wahab Aparatur kampung Padat 8 1997-2002 Drs Ramin T Aparatur kampung Padat 9 2002-2010 Nasriadi Aparatur kampung Padat 10 2010-2016 Muttaqin Aparatur kampung Padat

Sumber ;rencana pembangunan jangka menengah kampung (RPJMG)Kampung Blang Tampu tahun 2014-2019

Dalam menuju perjalanan Selama 11 jam perjalanan, Bus yang saya naiki berhenti sebanyak dua kali di daerah Matang Glumpang Dua (pematang) karena pada saat itu kebetulan sedang bulan ramadhan jadi sekitar pukul 03.00 wib

berhenti untuk sahur, biasanya ketika tidak bulan ramadhan juga berhenti di tempat yang sama untuk istirahat lalu setelah selesai sahur semuanya, perjalanan di lanjutkan kembali sekitar pukul 04.00 wib. Beberapa ruas jalan akan di jumpai deretan pohon kelapa, kelapa sawit, pohon rambutan dan sawah. Selain itu di kiri dan kanan jalan akan di jumpai hutan-hutan dan semak belukar, perkampungan warga, dan jurang yang membuat jalan menjadi sunyi. Mulai dari daerah Bireun jalan menuju lokasi ini berkelok-kelok dan berbukit-bukit karena lokasi ini berada di dataran tinggi. Lalu sekitar pukul 06.00 wib berhenti kembali di daerah pondok untuk sholat subuh setelah usai sholat subuh perjalan di lanjutkan kembali dari pondok menuju Blang Panas sekitar 1 jam perjalanan. Sekitar pukul 07.00 wib saya tiba di Desa Blang Tampu.

2.5. Kegiatan-Kegiatan Masyarakat

Dalam bermasyarakat sebagian besar warga desa sangat identik dengan kegiatan-kegiatan sosial. Kegiatan- kegiatan sosial yang masih yang dapat dibuat adalah tingginya tingkat kebersamaan dalam bidang keagamaan, bidang pertanian, maupun bidang sosial kemasyarakatan.

2.5.1. Bidang Keagamaan

Masyarakat desa Blang Tampu sangat memegang erat sendi keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari seperti setiap harinya tempat ibadah masjid, menasah ( mushola), pesantren tidak pernah habis digunanakan untuk sholat isya, subuh, dzuhur,ashar,magrib. Kegiatan remaja mesjid juga aktif melakukan kegiatan - kegiatan yang positif seperti mengaji, ceramah, apalagi

disaat bulan ramadhan, remaja mesjid tidak ada habis-habisnya melakukan kegiatan yang sangat membangun, membuat berbagai macam perlombaan seperti lomba Adzan, lomba membaca Alqur’an, menghapal Ayat- Ayat Pendek, Hafiz Qur’an, Cerdas Cermat, kegiatan perlombaan ini di lakukan satu bulan penuh ketika bulan ramadhan dan setiap pemenang nantinya akan mendapat hadiah. Tujuannya agar anak-anak yang mengikuti perlombaan semangat dan senang, dalam acara besar seperti Isra Miqraj, Maulid Nabi masyarakat Desa Blang Tampu tidak pernah lupa selalu mengadakan acara seperti makan bersama di Masjid atau Menasah disamping itu mereka juga mengundang para ulama atau ustad yang sangat terkenal untuk mengadakan ceramah. Para pemuda - pemudi yang ada di desa Blang Tampu sudah menyusun semua acara- acara yang akan dilakukan sehingga acara akan lebih terarah.

Selain itu juga setiap hari minggunya seluruh warga Desa Blang Tampu menjalankan kegiatan aksi bersih ( gotong royong) di sekitaran lokasi masjid Mardatillah kegiatan ini wajib dilakukan setiap minggunya. Inilah salah satu cara untuk lebih mendekat dan menjalin hubungan yang lebih baik lagi antar sesama warga. Kegiatan keagamaan lainya adalah perwiritan yang di lakukan oleh ibu-ibu kegiatan perwiritan ini di lakukan setiap hari selasa pada pagi hari dan biasanya kegiatan itu dilakukan di rumah warga ataupun menasah. Begitu juga pada saat ada warga yang meninggal dunia masyarakat desa rela mengorbankan hari kerjanya mereka tidak ada seorangpun yang pergi kekebun. Para masyarakat semua berdoa dirumah musibah tersebut. Para pemuda juga mau berkorban untuk menggali kuburan dan bapak-bapak yang membatu proses pemakamannya. Dalam acara meninggal dunia masyarakat mengadakan pembacaan Tahlilan. Tahlilan

berlangsung mulai malam hari sampai dilakukan pada malam ketujuh dilakukan secara berturut-turut. Pada malam ketiga diadakan acara nenggari dalam bahasa lokalnya dan pada saat tujuh harinya sering disebut juga mujuh biasanya dalam acara nengari dan mujuh, dilakukan setelah melakukan sholawat nabi dan membaca surat yasin tahlilan juga juga diadakan acara makan bersama.

Tabel 2.4. Fasilitas Sosial Kampung

NO JENIS FASILITAS JUMLAH

( UNIT ) PENGGUNAAN FASILITAS 1 Fasilitas Agama Masjid mardatilah Menasah TPA Mardastilah 1Unit 1 Unit 1 Unit Tempat Beribadah Tempat pengajian ibu-ibu dan tempat beribadah. Tempat belajar mengaji anak- anak.

2 Fasilitas olah raga. Lapangan Volli

1 unit Aktif

2.5.2 . Bidang Sosial Masyarakat

Ada beberapa kegiatan sosial masyarakat di desa Blang Tampu erat kaitannya dengan hubungan pada kemasyarakatan. Seperti dalam acara pesta perkawinan, sunatan, mengayunkan, acara aqikah. Dalam hal ini masyarakat desa saling tolong menolong, baik itu secara materi dan tenaga, di Desa Blang Tampu rata-rata ibu rumah tangga bermain jula-jula sistem bermainnya adalah jika ada salah seorang masyarakat Blang Tampu mengadakan syukuran taupun pesta besar dan ikut serta dalam kegiatan jula - jula tersebut maka anggota yang ikut serta dalam permainan itu harus menolong sesuai dengan berapa jumlah uang telah di

sumbangkannya. Tujuannya adalah untuk meringakan beban yang melakukan hajatan. Masyarakat Desa juga sangat berperan dalam hajatan tersebut. Mereka membantu tuan rumah yang mengadakan hajatan dari awal sampai akhir acara. Kegiatan ini dilakukan karena masih adanya rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin antar warga Desa Blang Tampu.

2.5.3. Bahasa Gayo

Bahasa Gayo adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Bahasa Gayo ini mempunyai keterkaitan dengan bahasa suku Batak Karo di Sumatera Utara. Bahasa Gayo digunakan dan terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan kecamatan Serba Jadi di kabupaten Aceh Timur. Ketiga daerah ini merupakan wilayah inti suku Gayo. Bahasa ini termasuk kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari bahasa Austronesia.

Pengaruh dari luar yaitu bahasa di luar bahasa Gayo turut mempengaruhi variasi dialek tersebut. Bahasa Gayo yang ada di Lokop, sedikit berbeda dengan bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, Linge dan Gayo Lues. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Aceh yang lebih dominan di Aceh Timur. Begitu juga halnya dengan Gayo Kalul, di Aceh Tamiang, sedikit banyak terdapat pengaruh Melayu karena lebih dekat ke Sumatera Utara. Kemudian, Gayo Lues lebih dipengaruhi oleh bahasa Alas dan bahasa Karo karena interaksi yang lebih banyak dengan kedua suku tersebut lebih-lebih komunitas Gayo yang ada di kabupaten Aceh Tenggara.

2.6 Akses Informasi

Dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya pengetahuan saat ini, masyarakat tidak terlalu sulit untuk memperoleh informasi, karena hampir seluruh kepala keluarga memiliki radio, TV ( televisi), HP (hand phone) dan yang tidak ketinggalan adalah internet, tidak dipungkirilagi bahwa saat ini internet merupakan salah satu alat yang sangat mempengauhi kehidupan masyarakat, berkat tekhnologi yang canggih ini mengundang banyak masyarakat untuk selalu berusaha mempelajarinya, sebab berbagai informasi penting dapat dilihat dengan cepat tanpa harus pergi ke daerah tersebut.

Dengan kecanggihan teknologi yang modern ini juga membantu khususunya para petani kopi untuk mengetahui perkembangan kopi setiap harinya dan setiap tahunnya. Dan ini sangat baik untuk perkembangan cara berpikir masyarakat petani kopi akan pengelolahan kopi dan mengetahui peralatan modern yang diciptakan saat ini, sehingga dapat memudahkan masyrakat pada saat berkebun, dan pada akhirnya akibat dari pengaruh internet ini membuat dampak yang baik bagi perkembangan masyarakat khususnya petani kopi.

Saat ini para petani kopi sedikit demi sedikit menggunakan alat yang lebih modern walaupun tidak banyak karena harga nya mahal setidaknya para petani kopi tahu bagaimana perkembangan kopi setiap hari nya,dan ini sangat memicu petani kopi untuk lebih memperbaiki kualitas nya dan mencari cara untuk menjaga kulitas kopi terbaiknya.tidak hanya berhenti disitu saja saat ini akibat dari perkembangan cara berpikir masyarakat saat ini banyak dari pengusaha- pengusaha yang secara sengaja membuka warung kopi modern,mengikuti arah “westren” (kebaratan) dulunya kita hanya mengenal warung kopi biasa yang

dibuka ditempat sangat sederhana dan hanya menikmati fasilitas yang seadanya. Akan tetapi saat ini banyak para pengusaha melihat prospek positif yang dihasilkan oleh kopi yang sangat menjamin untuk membuat suatu perubahan tempat menikmati kopi di warung kopi modern atau yang lebih dikenal dengan Caffe shop.

2.7 Sejarah Kopi Gayo

Kopi adalah sejenis minuman yang dikenal banyak orang. Kopi masuk ke indonesia sejak tahun 1699 melalui pulau jawa dibawa oleh kapitalis Belanda , mereka membawa kopi jenis Robusta dan Arabika ke Aceh pada tahun 1904 dan mulai dibudidayakan ditanah Gayo. Keadaan geografis tanah Gayo yang beriklim tropis dengan curah hujan dan kelembapan yang tinggi di nilai sangat cocok untuk perkebunan, tanaman kopi. Mulai saat itulah kopi menjadi sumber utama perkebunan di dataran tinggi Gayo .

Saat ini di provinsi Aceh terdapat dua jenis kopi yang dibudidayakan dengan baik. Untuk jenis kopi Arabika umumnya dibudidayakan di daerah dataran tinggi “Tanoh Gayo” , Aceh Tenggara, dan Gayo Lues, sedangkan di kabupaten Pidie ( terutama wilayah Tang Sedan Geumpang) dan Aceh Barat

Dokumen terkait