• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Uji Kualitatif Senyawa Steroid/Triterpenoid

4.5.3 Ekstrak etanol

salina menunjukkan angka signifikansi (2-tailed) 0,005, lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada korelasi signifikan antara konsentrasi ekstrak dan persentase kematian larva. Hasil uji statistik regresi untuk ekstrak etilasetat menunjukkan nilai Rsq 0,949 dan nilai R 0,974. Rsq merupakan koefisien determinasi yang mengukur tingkat ketepatan dari regresi linier sederhana, yaitu merupakan persentase sumbangan X terhadap variasi (naikatau turunnya) Y. Hal ini berarti bahwa persentae sumbangan X yaitu konsentrasi ekstrak etilasetat tinta cum-cumi terhadap variasi nilai Y yaitu respon (jumlah kematian larva) sebesar 94,9%. Nilai R merupakan koefisisen korelasi dalam hubungan dua vaiabel yang mengukur kuatnya hubungan antar variable tersebut. Selain itu diperoleh juga nilai Signifikansi model persamaan regresi sebesar 0,005 < 0,05 yang berarti bahwa data dapat digunakan sebagai prediksi. Diperoleh juga persaman garis linier yaitu Y= 33,728 + 3,538 X.

4.5.3 Ekstrak etanol

Hasil uji statistik normalitas untuk ekstrak etanol menunjukkan angka signifikasi 0,200 > 0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Hasil uji stratistik korelasi untuk ekstrak etanol terhadap larva Artemia salina menunjukkan angka signifikansi (2-tailed) sebesar 0,032, lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada korelasi signifikan antara konsentrasi ekstrak dan persentase kematian larva. Hasil uji statistik regresi untuk ekstrak etanol menunjukkan nilai Rsq 0,828 dan nilai R 0,910. Rsq merupakan koefisien determinasi yang mengukur tingkat ketepatan dari regresi linier sederhana, yaitu merupakan persentase sumbangan X terhadap variasi (naik atau turunnya) Y. Hal ini berarti bahwa persentae sumbangan X yaitu konsentrasi ekstrak etanol tinta cum-cumi terhadap variasi nilai Y yaitu respon

42

(jumlah kematian larva) sebesar 82,8%. Nilai R merupakan koefisisen korelasi dalam hubungan dua vaiabel yang mengukur kuatnya hubungan antar variable tersebut. Selain itu diperoleh juga nilai Signifikansi model persamaan regresi sebesar 0,032 < 0,05 yang berarti bahwa data dapat digunakan sebagai prediksi. Diperoleh juga persaman garis linier yaitu Y= 38,968 + 17,653 X

Hasil analisa probit diperoleh suatu tabel yang mencantumkan nilai LC50 yang dihasilkan, yaitu sebesar 0,498 µg/ml dengan kurva hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi ekstrak etil asetat tinta cumi-cumi sebagai berikut:

Log Konsentrasi

Gambar 4.3 Kurva hubungan nilai probit versus log konsentrasi ekstrak

etanol tinta cumi-cumi

Hasil perhitungan tatistik beserta data keluarannya (data output) dapat dilihat pada lampiran 7, 10, dan 13 halaman 57, 70, dan 82. Grafik hubungan antara persentase kematian artemia dengan probit menunjukkan bahwa semakin

43

besar nilai konsentrasi tinta cumi-cumi, mortalitas pada artemia juga akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan Harborne (1987), yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasinya maka sifat toksiknya akan semakin tinggi.

Hasil penelitian kadar LC50 ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol tinta cumi-cumi terhadap larva Artemia salina dengan menggunakan analisa probit berturut-turut sebesar 50,176 µg/ml; 4,123 µg/ml; dan 0,498 µg/ml. Menurut Meyer, suatu zat memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker 9KB (sel karsinoma nasofaring) dan 9PS (sel leukemia in vitro ) apabila memiliki aktifitas signifikan pada konsentrasi LC50 < 30 µg/ml terhadap larva Artemia salina Leach.

Toksisitas merupakan indikator yang sangat berguna dalam kaitannya dengan aktifitas biologi. Toksisitas memberikan arahan yang penting terhadap adanya senyawa aktif yaitu triterpenoid secara farmakologi dan senyawa antitumor /antikanker. Serangkaian zat aktif fisiologi dari binatang laut, khususnya dari invertebrata (binatang yang tak memiliki sistem pertahanan tubuh secara fisik), yang telah diuji meliputi: antimikroba, antiviral, antitumor, antihipertensi, stimulan pertumbuhan, zat neurotoksik, dan lain-lain (Pringgenies, dkk., 2013).

Triterpenoid mempunyai aktifitas biologis terhadap virus epstein-barr virus (EBV) dimana menyerang manusia dan virus ini sangat mematikan yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan komplikasi penyakit lain misalnya penyakit lupus, antiAIDS, antiinflamasi, antimikroba, antitumor dan antikanker (Singh, 1999). Menurut Park, triterpenoid mempunyai aktifitas biologis terhadap kanker. Sebagai tambahan, triterpenoid secara alami dan biologis mempunyai aktifitas farmakologis seperti antitumor/antikanker maupun

44 antiperadangan (Gauthier, 2010).

Terjadinya apoptosis yaitu kematian sel melalui mekanisme genetik (kerusakan fragmentasi kromosom dan DNA) melalui proses sitotoksik ini di picu karena adanya sel yang memiliki gen cacat. Timbulnya kecacatan gen ini, maka sel tersebut akan mengekspresikan senyawa triterpenoid. Triterpenoid ini dapat bersifat imonogenik, sehingga memicu terjadinya proses pembentukan antibodi. Antibodi yang terbentuk dapat menempel di permukaan sel tertentu, hal ini terjadi karena ada beberapa sel yang pada membrannya memiliki reseptor dari antibodi antara lain sel killer. Selanjutnya, antibodi yang berada di permukaan sel killer akan mengikat triterpenoid yang di permukaan sel yang memiliki gen cacat. Adanya ikatan sel killer tersebut akan melepaskan suatu enzim yang disebut sebagai sitotoksin. Sitotoksin yang dilepas oleh sel killer tersebut mengandung perforin dan granzyme. Perforin dapat memperforasi membran sel yang memiliki gen cacat, kemudian granzym dimasukkan dalam sel tersebut. Granzyme yang berada dalam sitosolik dari gen yang memiliki gen cacat gen tersebut akan mengaktivasi DNA-se. DNA-se inilah yang merusak DNA yang berada di dalam inti, sehingga sel mengalami kematian (apoptosis) (Sudiana, 2008).

Artemia salina juga memiliki ouabine-sensitive Na+dan K+dependent ATPase yang merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis ATP menjadi ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3Na+ dari sel dan mengambil 2K+ ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na+K+ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh ouabine. Adanya ouabine menyebabkan keseimbangan ion Na+dan K+tetap terjaga (homeostatis). Na+K+ATPase di dalam jantung, secara tak langsung mempengaruhi transport

45

Ca2+ karena Na ekstrasel akan ditukar dengan Ca2+ intrasel. Na+K+ATPase yang dihambat menyebabkan Ca2+ intrasel lebih sedikit dikeluarkan dan Ca2+ intrasel meningkat, sehingga memudahkan kontraksi otot jantung (Ganong, 1995). Suatu senyawa yang bekerja mengganggu kerja salah satu enzim ini pada Artemia salina dan menyebabkan kematian, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian sel mamalia (Solis, dkk., 1993).

46

BAB V

Dokumen terkait