• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

G. Ekstraksi

L.) sebagai Bahan Baku alternatif Antibiotik Alami.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian yang didapat diharapkan dapat menjadi suatu inovasi di bidang kefarmasian, khususnya teknologi formulasi. b. Manfaat praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar menjadikan ekstrak Jatropha multifida L. sebagai bahan dalam formulasi sediaan krim.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat krim ekstrak batang jarak cina (Jatropha multifida L.) dengan menggunakan Tween 80 sebagai sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dengan aplikasi desain faktorial.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh dari penambahan Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas dan daya sebar krim.

b. Mengetahui area komposisi optimum kombinasi Tween 80 dan gliserin untuk memprediksi formula optimum.

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jarak Cina

Gambar 1. Tanaman jarak cina

(Kandowangko, Solang, dan Ahmad, 2011). Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha multifida L.

(Kandowangko dkk., 2011).

Tanaman jarak cina (gambar 1) merupakan tumbuhan menahun dan termasuk tumbuhan semak yang mempunyai akar tunggang. Batang dari jarak cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang berperan sebagai antibakteri (Hariana, 2006). Tanin merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab sebagai antibakteri. Tanin adalah senyawa fenolik yang larut dalam air dengan berat molekul antara 500-3000 dan dapat mengendapkan protein dari larutan. Tanin berwujud serbuk amorf, berwarna kuning terang atau putih, bau yang khas (Khanbabaee dan Ree, 2001). Efek farmakologis dari jarak cina diantaranya sebagai penurun panas, anti-inflamasi, menghambat pendarahan, serta mempunyai aktivitas antibakteri (Hariana, 2006). Aktivitas antibakteri dibedakan menjadi dua macam yaitu bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan bakteriosida (membunuh bakteri) (Budi, 2004).

B. Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Lapisan kulit terdiri dari dermis di sebelah dalam dan lapisan epidermis di sebelah luar (Wibowo, 2008).

Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit terluar dan mempunyai 5 lapisan yaitu lapisan tanduk (stratum corneum), stratum lucidum,

stratum spinosum, stratum germinativum atau stratum basale. Dermis merupakan lapisan jaringan yang terletak di bawah epidermis. Zat aktif

7

yang terdapat pada sediaan akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit (Yanhendri dan Heny, 2012).

C. Krim

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim dibedakan menjadi dua tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M) (Syamsuni, 2006). Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Anief, 2005).

D. Monografi Eksipien

1. Gliserin

Gambar 2. Struktur gliserin (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006)

Gliserin (gambar 2) merupakan cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Gliserin bersifat higroskopis dan jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna dan tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20oC. Gliserin berfungsi untuk

membantu menjaga kelembaban pada kulit. Konsentrasi gliserin yang digunakan sebagai humektan adalah kurang dari 30% (Rowe dkk., 2006). 2. Tween 80

Gambar 3. Struktur Tween 80 (Rowe dkk., 2006)

Tween 80 (gambar 3) merupakan cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai rasa. Tween 80 mudah larut dalam air, etanol, asetat dan metanol, namun sukar larut dalam parafin cair. Tween 80 dalam penelitian ini berfungsi sebagai emulsifying agent. Tween 80 biasa digunakan sebagai emolien dan emulsifying agent dalam sediaan lotion, krim, dan salep (Anggraini, 2008). Tween 80 digunakan sebagai

emulsifying agent sebanyak 15% (Rowedkk., 2006). 3. Asam stearat

Gambar 4. Struktur asam stearat (Rowe dkk., 2006)

Asam stearat (gambar 4) memiliki bentuk kristal berwarna putih yang keras dan melebur pada suhu 69 – 70oC. Asam stearat digunakan dalam formulasi sediaan krim pada konsentrasi 1 – 20 % sebagai fase

9

minyak dan agen pengemulsi. Selain itu, keberadaan asam stearat akan membantu membentuk penampilan krim yang bagus yaitu kaku dan mengkilap (Rowe dkk., 2006).

4. Trietanolamin (TEA)

Gambar 5. Struktur Triethanolamine (TEA)(Rowe dkk., 2006)

TEA (gambar 5) digunakan sebagai bahan tambahan untuk formulasi sediaan. TEA ketika bercampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, sehingga dapat digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi tipe M/A. Konsentrasi TEA yang digunakan pada sediaan emulsi sebanyak 2-4% (Rowe dkk., 2006).

5. Metil paraben

Gambar 6. Struktur metil paraben (Rowe dkk., 2006)

Metil paraben (gambar 6) memiliki bentuk serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki sedikit rasa terbakar. Metil paraben

digunakan sebagai pengawet pada formulasi sediaan krim ekstrak batang jarak cina. Konsentrasi metil paraben yang digunakan untuk formulasi sediaan topikal 0,02 – 0,3% (Rowe dkk., 2006).

6. Butylated hydroxytoluene (BHT)

Gambar 7. Struktur Butylated hydroxytoluene (BHT)(Rowe dkk., 2006)

BHT (gambar 7) memiliki bentuk kristal putih atau kuning muda dan berbau seperti fenol. Butylated hydroxytoluene (BHT) digunakan sebagai antioksidan pada formulasi sediaan krim ekstrak batang jarak cina yang dapat menunda atau mencegah timbulnya bau. Konsentrasi BHT yang digunakan pada formulasi sediaan topical yakni sebesar 0,0075 – 0,1 % (Rowe dkk., 2006).

E. Stabilitas Krim

Suatu emulsi dapat dikatakan stabil apabila emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (Voigt, 1994).

11

Beberapa bentuk ketidakstabilan sediaan krim antara lain: 1. Creaming

Creaming merupakan fenomena terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda. Creaming bersifat reversible, yang artinya dengan penggojokan perlahan-lahan akan dapat terdispersi kembali (Ansel, 1989).

2. Koalesen

Koalesen yaitu pecahnya emulsi karena lapisan film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya

irreversible, yang artinya dengan penggojokan tidak dapat terdispersi kembali (Aulton, 2002).

3. Inversi

Inversi ialah suatu peristiwa pembalikan tipe emulsi dari satu tipe ke tipe yang lain atau dapat dikatakan sebagai peristiwa berubahnya tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible

(Anief, 2005).

Uji-uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat fisik krim antara lain:

1. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan mengenai tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan krim. Uji viskositas dilakukan mengunakan alat viscotester. Sediaan

dimasukkan dalam cup, kemudian spindel dimasukkan ke dalam cup. Alat di nyalakan hingga spindel berputar (mengukur viskositas pada sediaan) dan jarum penunjuk akan menunjukkan suatu angka. Angka tersebut merupakan nilai viskositas sediaan (Voigt, 1984).

2. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah krim di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, diberi beban, dan didiamkan selama 1 menit. Diameter penyebaran diukur saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Voigt, 1984).

3. Mikromeritik

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam pengujian mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut micron (Martin dkk., 1993).

F. Desain Faktorial

Desain Faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas. Desain faktorial merupakan desain yang digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari serta interaksi antara faktor-faktor tersebut.

13

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level. Desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor (Dwiastuti, 2010).

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

F1 - - -

Fa + - -

Fb - + +

Fab + + +

- = level rendah + = level tinggi Keterangan :

Formula 1 : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula a : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula b : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Formula ab : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Maka berlaku rumus :

y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB)

Keterangan : y : respon hasil atau sifat yang diamati

(XA)(XB) : level faktor A dan faktor B

b0, b1, b2, b12 : koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan (Bolton, 1997).

G.Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu tanaman dengan menggunakan suatu pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan pada kondisi terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1994).

Dokumen terkait