• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

E. Stabilitas

Suatu emulsi dapat dikatakan stabil apabila emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (Voigt, 1994).

11

Beberapa bentuk ketidakstabilan sediaan krim antara lain: 1. Creaming

Creaming merupakan fenomena terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda. Creaming bersifat reversible, yang artinya dengan penggojokan perlahan-lahan akan dapat terdispersi kembali (Ansel, 1989).

2. Koalesen

Koalesen yaitu pecahnya emulsi karena lapisan film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya

irreversible, yang artinya dengan penggojokan tidak dapat terdispersi kembali (Aulton, 2002).

3. Inversi

Inversi ialah suatu peristiwa pembalikan tipe emulsi dari satu tipe ke tipe yang lain atau dapat dikatakan sebagai peristiwa berubahnya tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible

(Anief, 2005).

Uji-uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat fisik krim antara lain:

1. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan mengenai tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan krim. Uji viskositas dilakukan mengunakan alat viscotester. Sediaan

dimasukkan dalam cup, kemudian spindel dimasukkan ke dalam cup. Alat di nyalakan hingga spindel berputar (mengukur viskositas pada sediaan) dan jarum penunjuk akan menunjukkan suatu angka. Angka tersebut merupakan nilai viskositas sediaan (Voigt, 1984).

2. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah krim di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, diberi beban, dan didiamkan selama 1 menit. Diameter penyebaran diukur saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Voigt, 1984).

3. Mikromeritik

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam pengujian mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut micron (Martin dkk., 1993).

F. Desain Faktorial

Desain Faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas. Desain faktorial merupakan desain yang digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari serta interaksi antara faktor-faktor tersebut.

13

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level. Desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor (Dwiastuti, 2010).

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

F1 - - -

Fa + - -

Fb - + +

Fab + + +

- = level rendah + = level tinggi Keterangan :

Formula 1 : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula a : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula b : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Formula ab : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Maka berlaku rumus :

y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB)

Keterangan : y : respon hasil atau sifat yang diamati

(XA)(XB) : level faktor A dan faktor B

b0, b1, b2, b12 : koefisien, dapat dihitung dari hasil

percobaan (Bolton, 1997).

G.Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu tanaman dengan menggunakan suatu pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan pada kondisi terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1994).

H. HET-CAM

HET-CAM Test adalah metode yang digunakan untuk mengetahui potensi iritasi suatu senyawa dengan cara mengamati perubahan vaskular pada membran korioalantoin embrio telur ayam setelah paparan kimia. Prinsip metode ini adalah mengamati perubahan vaskular yang ada, seperti hemoragi, lisis, dan koagulasi kemudian dikonversikan menjadi Irritation Score (IR). Metode ini menggunakan telur fertil yang diinkubasikan pada

15

inkubator dengan suhu 36-37oC. Periode inkubasi telur fertil yang akan digunakan untuk HEM CAM adalah 8-12 hari (NIH, 2010).

I. Landasan Teori

Jarak cina (Jatropha multifida L.) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri, sehingga dapat diformulasikan menjadi sediaan krim. Sediaan krim dipilih dalam penelitian ini karena mudah untuk diaplikasikan ke kulit, mudah menyebar, serta mudah untuk di cuci.

Sediaan krim merupakan suatu bentuk sediaan setengah padat yang diaplikasikan secara topikal dan krim merupakan sediaan yang memiliki kadar air tidak kurang dari 60%. Humektan yang digunakan dalam penelitian ini yakni gliserin, dimana gliserin dapat membantu menjaga kelembaban kulit. Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tween 80, dimana Tween 80 yang digunakan dapat membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air.

Metode desain faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas, dibutuhkan empat percobaan dalam metode desain faktorial dua level dan dua faktor ini (2n = 4, dengan 2 menunjukan level dan n menunjukan jumlah faktor). Metode desain faktorial digunakan untuk melihat pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat dan stabilitas fisik dari krim ekstrak batang jarak cina. Metode desain faktorial digunakan dalam penelitian ini karena dapat

mengetahui faktor dominan, interaksi antar faktor yang diteliti, serta dapat menentukan area komposisi optimum dari masing-masing faktor.

J. Hipotesis

1. Penambahan Tween 80 dan gliserin berpengaruh terhadap respon viskositas dan daya sebar krim ekstrak batang jarak cina.

2. Area komposisi optimum Tween 80 dengan gliserin dalam sediaan krim ekstrak batang jarak cina dapat di temukan.

17

Dokumen terkait