• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik pemisahan atau

pengambilan zat dalam suatu larutan menggunakan pelarut lain (biasanya pelarut

organik) yang tidak tercampurkan. Pemisahan yang dilakukan, bersifat sederhana,

bersih, cepat dan mudah. Pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok

dalam sebuah corong pemisah selama beberapa waktu hingga terbentuk dua

lapisan (Basset, dkk., 1994).

Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti

benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Teknik ini dapat digunakan untuk

kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis (Khopkar,

1990).

2.5 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu untuk memisahkan suatu senyawa yang

terdistribusi antara dua fase, yaitu fase gerak yang membawa sampel dan fase

diam yang menahan sampel. Pemisahan dan pemurnian suatu bahan dapat

dilakukan menggunakan salah satu dari teknik kromatografi yang ada. Pemilihan

teknik kromatografi sebagian besar tergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian

senyawa yang akan dipisah (Bintang, 2010).

Pemakaian kromatografi dapat memberikan informasi mengenai ada atau

dengan senyawa murni. Kromatografi juga dapat menunjukkan jumlah minimum

komponen yang ada dalam campuran (Gritter, dkk., 1991).

2.5.1 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi. Fase diam pada

kromatografi lapis tipis berupa lapisan tipis yang terdiri dari bahan padat yang

dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca atau

logam. Fase gerak pada kromatografi lapis tipis adalah zat cair yang disebut

larutan pengembang (Gritter, dkk., 1991).

Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan terlebih dahulu

dalam pelarut yang sesuai. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi

yang terbaik adalah yang bertitik didih antara 50o hingga 100o C agar mudah

menguap dari lapisan (Gritter, dkk., 1991). Cuplikan ditotolkan berupa pita yang

harus sesempit mungkin karena pemisahan berdasarkan pita. Penotolan dapat

dilakukan dengan kapiler halus atau dengan penotol otomatis. Plat dielusi dengan

pelarut yang diinginkan dan setelah elusi selesai disemprot dengan penampak

bercak (Hostettman, dkk., 1995).

a. Fase diam

Fase diam berfungsi untuk menahan sampel, dapat berupa cairan ataupun

padatan. Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis beberapa

diantaranya adalah silika gel, alumina dan kieselguhr. Silika gel adalah bahan

yang paling banyak digunakan untuk pemisahan sebagian besar senyawa, seperti

asam amino, alkaloid, lipid, steroid, triterpenoid dan gula. Alumina digunakan

untuk pemisahan alkaloid, vitamin, karoten, fenol, steroid dan asam amino

sedangkan kieselguhr digunakan untuk pemisahan gula, oligosakarida, asam

untuk mengikat lapisan pada lempeng (Bintang, 2010).

b. Fase gerak

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri dari satu atau beberapa

pelarut. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like

dissolves like yaitu untuk memisahkan sampel yang bersifat non polar digunakan

sistem pelarut yang bersifat non polar dan untuk memisahkan pelarut sampel yang

bersifat polar digunakan sistem pelarut yang bersifat polar (Stahl, 1985).

c. Harga Rf

Identifikasi bercak komponen dilakukan dengan menghitung harga

Retardation Factor (Rf) sebagai derajat retensi, yang didefinisikan sebagai jarak

yang ditempuh senyawa pada kromatografi dari tempat totolan terhadap jarak

tempuh pelarut atau dapat dituliskan sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi harga Rf antara lain adalah suhu, pelarut, sifat

penjerap dan jumlah cuplikan (Bintang, 2010).

2.5.2 Kromatografi lapis tipis preparatif

Kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif merupakan salah satu metode

pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan menggunakan

peralatan sederhana. Ketebalan penyerap yang sering dipakai adalah 0,5-2 mm,

ukuran plat kromatografi biasanya 20x20 cm. Penyerap yang paling sering dipakai

adalah silika gel. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan lebar yang sesempit

mungkin. Kebanyakan penyerap KLT preparatif mengandung indikator

fluorosensi yang membantu mendeteksi senyawa yang tidak menyerap sinar

dengan cara menutup plat dengan sepotong kaca lalu menyemprot kedua sisi

dengan pereaksi semprot (Hostettman, dkk., 1995).

2.5.3 Kromatografi lapis tipis dua arah

Kromatografi lapis tipis (KLT) dua arah bertujuan untuk meningkatkan

resolusi sampel ketika komponen-komponen mempunyai karakteristik kimia yang

hampir sama, karena nilai Rf juga hampir sama. Dua sistem fase gerak yang

sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran tertentu,

sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai

tingkat polaritas yang hampir sama, sehingga KLT dua arah dapat dipakai untuk

memeriksa kemurnian isolat (Rohman dan Ibnu, 2012).

KLT dua dimensi dilakukan dengan menotolkan sampel pada satu sudut

lapisan berbentuk bujur sangkar dan dikembang dengan satu sistem pelarut

sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar dengan salah satu sisi. Plat

diangkat, dikeringkan, diputar 90 derajat, lalu diletakkan di dalam sistem pelarut

kedua (Gritter, dkk., 1991).

2.6 Spektrofotometri

2.6.1. Spektrofotometri sinar ultraviolet

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan pemeriksaan visual,

yaitu dengan menggunakan alat untuk mengukur absorbsi energi radiasi

macam-macam zat kimia dan memungkinkan dilakukannya pengukuran kualitatif dari

suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar (Day dan Underwood, 1986).

Spektrum ultraviolet senyawa-senyawa organik dihasilkan oleh transisi

antara tingkat-tingkat energi elektron. Elektron dari orbital energi rendah dalam

gelombang. Panjang gelombang serapan merupakan suatu ukuran perbedaan

tingkat-tingkat energi pada orbital-orbital yang tereksitasi (William dan

Flemming, 2014).

2.6.2 Spektrofotometri sinar inframerah

Spektrofotometri sinar inframerah digunakan untuk mengidentifikasi

senyawa organik. Pengukuran spektrum inframerah paling banyak dilakukan pada

daerah bilangan gelombang 4000-400 cm-1 (Bintang, 2010). Spektrum inframerah

terjadi akibat adanya berbagai transisi antara tingkat-tingkat energi vibrasi yang

dihasilkan oleh gugus fungsional (William dan Flemming, 2014).

Langkah-langkah umum untuk memeriksa spektrum inframerah menurut

Pavia, dkk (2001) adalah:

1. apakah terdapat gugus karbonil?

Gugus C=O memberikan puncak pada daerah 1660-1820 cm-1. Puncak ini

biasanya memiliki puncak yang lebar pada spektrum.

2. jika gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut:

a. Asam: memiliki serapan melebar pada 2500-3000 cm-1.

b. Amida: memiliki serapan medium di dekat 3500 cm-1. Kadang-kadang

puncak rangkap

c. Ester: memiliki serapan medium di daerah 1000-1300 cm-1.

d. Anhidrida: mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm-1.

e. Aldehida: mempunyai dua serapan lemah di dekat 2850-275- cm-1.

f. Keton: jika kelima kemungkinan di atas tidak ada.

3. jika gugus C=O tidak ada

a. Alkohol/fenol: memiliki gugus OH, puncak serapan melebar di daerah

b. Amina: memiliki gugus N-H, yaitu serapan medium di daerah 3500cm-1

c. Eter: memiliki gugus C-O (tidak ada -OH), yaitu serapan medium di daerah

1000-1300 cm-1.

4. Ikatan rangkap dua atau cincin aromatik

a. Ikatan C=C mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm-1.

b. Serapan medium sampai kuat pada daerah 1450-1650 cm-1 sering

menunjukkan adanya cincin aromatik.

5. Ikatan rangkap tiga

a. C N mempunyai serapan lemah di daerah 1650 cm-1.

b. C C mempunyai serapan tapi tajam di daerah 2150 cm-1.

6. Hidrokarbon

a. Kelima kemungkinan diatas tidak ada.

b. Serapan utama di daerah CH dekat 3000 cm-1.

c. Serapan lain di daerah 1375-1450 cm-1.

2.6.3 Spektrofotometri massa

Spektrofotometer massa merupakan perangkat untuk menghasilkan dan

menghitung berat ion suatu senyawa yang berat molekul dan informasi struktur

yang ingin diketahui. Semua spektrofotometri massa menggunakan tiga tahapan

dasar, yaitu molekul dibuat menjadi fase gas, lalu ditembakkan berkas elektron

dan menghasilkan ion bermuatan positif seperti kation M.+ kemudian ion-ion

dipisahkan berdasarkan rasio massa terhadap muatannya (m/z) (William dan

Fleming, 2014).

Salah satu sistem dari spektrofotometri massa yaitu Electrospray Mass

Spectrometry (ESI). Istilah electrospray adalah istilah yang diterapkan untuk

meninggalkan kapiler berupa kabut halus dan terdiri dari tetesan cairan bermuatan

tinggi, yang dapat ditentukan sebagai muatan positif atau negatif sesuai dengan

tegangan yang diterapkan pada pipa kapiler (William dan Fleming, 2014).

Keuntungan utama spektrofotometri massa yaitu metode ini lebih spesifik

dan sensitif untuk identifikasi senyawa yang tidak diketahui atau untuk

menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini karena spektrofotometri massa

dapat memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus molekul

berdasarkan pola fragmentasi. Puncak ion molekul penting dikenali karena

memberikan bobot molekul senyawa yang diperiksa (Silverstain, dkk., 1981).

Spektrofotometri Lc-Ms sistem ESI disebut juga dengan ionisasi lunak,

yang artinya menghasilkan ion molekul dengan sedikit fragmentasi. Hal ini dapat

menguntungkan dalam arti bahwa ion molekul (atau lebih tepatnya ion molekul

pseudo) selalu dapat diamati, namun informasi struktural yang didapat dari

spektrum massa sangat sedikit. Kerugian ini dapat diatasi dengan kopling tandem

BAB III

Dokumen terkait