• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan pustaka

3. Mekanika tubuh

3.3. Elemen dasar mekanika tubuh

Elemen dasar mekanika tubuh ada tiga bagian, yaitu body alignment (postur tubuh), keseimbangan dan gerakan tubuh yang terkoordinasi (Craven dan Hirnle, 2009).

3.3.1. Body alignment

Body Alignment atau postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian tersebut adalah persendian, tendon, ligamen dan otot. (Hidayat, 2009).

Mekanika tubuh yang baik berasal dari postur tubuh yang baik yaitu terdapat keseimbangan antara kelompok otot dan bagian tubuh yang berada dalam kesejajaran yang baik. Postur tubuh yang baik membuat tubuh berfungsi dengan baik dalam semua aktivitas dan membuat gerakan mengangkat, menarik dan mendorong menjadi lebih mudah (Hegner dan Caldwell, 2003). Postur tubuh yang baik juga dapat mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru dan meningkatkan sirkulasi baik renal maupun gastroinstestinal (Hidayat, 2009).

Mempertahankan postur tubuh yang baik berarti memerlukan kesejajaran yang tepat dari tulang, otot, sendi dan kestabilan pusat

gravitasi. Postur tubuh yang benar dapat diperoleh ketika sendi dan otot tidak mengalami ekstensi dan fleksi yang berlebihan ketika berbaring, duduk ataupun berdiri (Craven dan Hirnle, 2009).

Postur tubuh sangat perlu diperhatikan terutama pada masa kehamilan, karena postur tubuh dipengaruhi oleh berat janin, perut yang membesar akan mendorong pusat gravitasi kedepan. Oleh karena itu, ibu hamil harus memahami postur tubuh yang tepat selama kehamilan agar tidak terjadi ketidaknyamanan selama kehamilan (Stoppard, 2008).

Untuk dapat mempertahankan postur tubuh yang benar, Hidayat (2009) menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot, memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligamen, posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta menjaga kelelahan, pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan, membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang dan postur tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelemahan otot dan kontraktur.

Postur tubuh yang benar ketika berdiri dan duduk menurut Potter dan Perry (2005) yaitu posisi berdiri yang benar kepala tegak, ketika dilihat dari arah posterior, bahu, pinggul dan tulang belakang lurus dan sejajar, ketika dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S terbalik, tulang belakang servikal pada

arah anterior adalah cembung, tulang belakang torakal pada arah posterior adalah cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung, ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan anyaman dan lutut dan pergelangan kaki agak melengkung, lengan berada disamping, kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-jari kaki menghadap kedepan, ketika dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada ditengah tubuh dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki, dan bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.

Potter dan Perry (2005) menyebutkan bahwa posisi duduk yang benar adalah kepala tegak, leher dan tulang belakang berada di dalam kesejajaran yang lurus, berat badan terbagi rata pada bokong dan paha, paha sejajar dan berada pada potongan horizontal, kedua kaki ditopang dilantai, jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior, dan lengan bawah ditopang pada pegangan tangan, dipangkuan atau diatas meja yang berada didepan kursi.

3.3.2. Keseimbangan

Keseimbangan yaitu keadaan dimana postur tubuh seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya adalah gravitasi (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Keseimbangan adalah menjaga pusat gravitasi

dan refleks serta mempertahankan body alignment (Craven dan Hirnle, 2009). Keseimbangan bergantung pada hubungan yang saling terkait antara pusat gravitasi, garis gravitasi dan dasar penyangga. Semakin dekat gravitasi ke pusat dasar penyangga maka semakin besar stabilitas seseorang. Sebaliknya, semakin dekat garis gravitasi dengan tepi dasar penyangga, maka seseorang akan jatuh. Semakin lebar dasar penyangga dan semakin rendah pusat gravitasi, maka semakin besar kestabilan dan keseimbangan (Kozier, et al., 2010).

Craven dan Hirnle (2009) menambahkan bahwa ketika seseorang mengangkat atau membawa beban, berat beban akan menjadi bagian dari berat badan, karena itu berat tambahan harus seimbang diatas pusat gravitasi. Keseimbangan tubuh dapat terbentuk dengan menjaga agar pusat gravitasi mendekati dasar pendukung yang luas. Dasar pendukung yang luas dan pusat gravitasi yang rendah akan mendukung keseimbangan.

Oleh karena itu, keseimbangan sangat dipengaruhi oleh pelebaran dasar penyangga dan penurunan pusat gravitasi. Cara melebarkan dasar penyangga yaitu dengan melebarkan jarak antara kedua kaki. Pusat gravitasi dapat direndahkan dengan memfleksikan pinggul dan lutut sampai didapatkan posisi jongkok (Kozier, et al., 2010).

Selain itu, perasaan seimbang (sense of equilibrium) juga bergantung pada input informasi yang diterima dari labirin (telinga

bagian dalam), penglihatan (input vestibulo-okular) dan dari reseptor keseimbangan di aparatus vestibular (Mubarak dan Chayatin, 2007). Labirin (telinga bagian dalam) terdiri dari koklea, vestibula dan kanalis semisirkularis. Koklea berfokus pada pendengaran dan kanalis semisirkularis berfokus pada ekuilibrium. Dalam kondisi normal, reseptor ekuilibrium dalam kanalis semisirkularis dan vestibula yang secara kolektif disebut aparatus vestibularis mengirim sinyal ke otak melalui refleks yang dibutuhkan untuk membuat perubahan posisi yang diperlukan. Reseptor, sel seperti rambut, informasi dari reseptor keseimbangan ini secara langsung bergerak menuju ke pusat refleks di batang otak. Ini memungkinkan respon refleks yang cepat terhadap ketidakseimbangan tubuh. (Kozier, et al., 2010).

3.3.3. Pergerakan terkoordinasi

Pergerakan yang seimbang, halus dan terarah adalah hasil kerja dari fungsi korteks serebral, serebelum atau otak kecil dan ganglia basalis yang tepat. Korteks serebral memulai aktivitas motorik volunter, serebelum mengkoordinasi aktivitas pergerakan motorik dan ganglia basalis mempertahankan postur tubuh. Korteks serebral mengoperasikan pergerakan, seperti mengarahkan lengan untuk mengangkat benda. Serebelum, yang bekerja dibawah tingkat kesadaran, mencampur dan mengkoordinasikan otot yang terlibat dalam pergerakan volunter. Serebelum tidak mengarahkan pergerakan melainkan menerjemahkan instruksi dari korteks serebral menjadi

tindakan terinci oleh banyak otot yang berbeda di tangan, lengan dan bahu. Apabila serebelum mengalami cedera, pergerakan menjadi terganggu dan tidak terkoordinasi (Kozier, et al., 2010).

Dokumen terkait