• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen Interior 1) Lantai

Dalam dokumen BAB 2 Landasan Teori (Halaman 87-93)

H. Fasilitas Lainnya

I. Elemen Interior 1) Lantai

Auditorium lantai dibuat bertingkat dan menanjak. Lantai lobi dan auditorium seluruhnya ditutupi oleh karpet berwarna merah yang berfungsi sebagai penyerap suara. Area lainnya menggunakan keramik. Dari segi perawatan, menggunakan keramik lebih mudah membersihkan kotoran yang menempel.

Gambar. 2.87 Ramp menuju toilet Gambar 2.88 Lorong pada barisan kursi Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

2) Dinding

Gambar 2.89 Detail dinding auditorium Gambar. 2.90 Green Room Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

Secara keseluruhan bangunan dinding menggunakan bata. Dalam ruang auditorium, dinding bata di lapisi dinding penyerap suara sebagai elemen

akustik yang dirancang untuk dapat memantulkan suara dan menyerap suara secara terarah dan teratur. Terdapat ornamen ukiran dengan gaya rococo yang dicat warna emas. Sedangkan untuk ruangan lainnya menggunakan dinding bata yang dicat putih.

3) Ceiling

Di dalam ruang auditorium, ceiling berbentuk kubah dengan penambahan material pendukung akustik dengan luasan hamper setengah dari luas kubah. Material pendukung akustik dirancang sedemikian rupa agar menyatu dengan ruangan dan memiliki nilai estetis. Sisi kubah lainnya dicat putih sama seperti dinding. Profil kubah menggunakan ornamen ukiran klasik yang dilapisi cat emas..

Untuk ruang foyer, ketinggian ceiling cukup tinggi sekitar 5 meter, dan ceiling juga dihiasi dengan profil klasik. Untuk ruangn lainnya ceiling dibuat rata dan dicat putih.

Gambar. 2.91 Detail ceiling auditorium Gambar 2.92 Detail ornamen ukiran Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

4) Pencahayaan

Gambar 2.93 Pencahayaan pada foyer Gambar 2.94.Pencahayaan Panggung Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

Penerapan penerangan disesuaikan dengan kebutuhan fungsi tiap-tiap ruang. Pada ruang auditorium, sumber pencahayaan berasal dari downlight yang dipasang pada sisi samping area duduk, dari lampu panggung, chandelier, dan lampu sorot. Ruangan harus segelap mungkin ketika pertunjukan berlangsung. Area panggung memiliki sistem pencahayaan sendiri yang diatur oleh operator dari control room.

Pencahayaan di foyer, menggunakan cahaya matahari langsung yang masuk melalui jendela-jendela besar di sisi bangunan ketika di siang hari, sedangkan pada malam menggunakan chandelier dan lampu dinding antik yang sudah ada sejak awal gedung ini berdiri memberikan kesan mewah dan menawan. Sedangkan untuk area di belakang panggung, pencahayaan menggunakan lampu TL (fluorescent).

5) Penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan adalah AC central yang disalurkan ke setiap ruangan di dalam gedung. Namun, ceilingnya yang tinggi juga dapat sangat membantu agar ruangan tidak pengap. Pada foyer, ceiling yang tinggi menciptakan hawa yang sejuk ditambah penggunaan material keramik pada lantai.

6) Akustik

Gambar 2.95 Auditorium GKJ Sumber : Dokumentasi Penulis

Akustik dalam auditorium dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mendukung kegiatan pertunjukan. Lantai dilapisi dengan karpet tebal, dinding dan ceiling juga diberi lapisan akustik. Pintu didesain untuk mencegah kebocoran suara. Perancangan akustik pada area lainnya, seperti area di belakang panggung kurang maksimal karena keterbatasan dana renovasi. Pada

Green Room hanya difokuskan untuk mencegah kebocoran suara ke panggung

dengan hanya memperhatikan desain pintu yang memiliki lapisan peredam. Namun sebagai konsekuensi, orang yang berada di green room dan wing harus menjaga ketenangan dengan berbisik saat biacara atau tidak bicara sama sekali. 7) Keamanan

Sejak tahun 2011 Gedung Kesenian Jakarta telah dilengkapi dengan CCTV pada setiap sudut ruangan sebagai sistem keamanan. Setiap sisi auditorium dilengkapi beberapa pintu yang akan dibuka untuk jalur evakuasi jika terjadi keadaan darurat.

J. Permasalahan

Berikut permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Gedung Kesenian Jakarta.

1) Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap peraturan dasar, seperti tidak membawa makanan dan minuman ke dalam auditorium.

2) Fasilitas untuk pemain disable terbatas.

3) Tingginya kadar air bangunan membuat lapisan dinding cepat terlihat kotor dan cacat. Meskipun baru satu bulan di cat ulang, sudah nampak bercak.

4) Akses antara Control room untuk lighting dan sound system terpisah cukup jauh dan peralatan yang ada sudah tua sekali, pihak operator mendambakan ruangan yang lebih nyaman dan berdekatan.

5) Ruang ganti yang disediakan sudah cukup besar namun peralatan yang ada di dalamnya kurang terjaga dengan baik.

6) Pergantian tempat duduk yang baru kurang memperhatikan peletakan tempat duduk dengan kondisi arsitektur gedung. Seperti kursi di letakan di belakang kolom. Sirkulasi jalur tengah auditorium berubah menjadi menyempit pada bagian belakang sehingga tidak sesuai dengan standar sirkulasi teater.

7) Setelah melakukan renovasi, kapasitas kursi berkurang menyebabkan penonton pertunjukan menjadi terbatas padahal keinginan dari pengelola ialah penambahan jumlah tempat duduk.

2.2.2 Ciputra Artpreneur

Gambar 2.96 Ciputra Artpreneur Sumber : Dokumentasi Penulis

Ciputra Artpreneur, dengan luas sekitar 10.000 meter persegi, adalah tempat yang didedikasikan untuk seni dan terdiri dari sebuah galeri, museum, teater berstandar internasional, dan ruang multifungsi, dan fasilitas pendukung lainnya. Terletak di Jakarta Golden Triangle, Ciputra Artpreneur terletak di lantai atas Mall Ciputra World Jakarta, yang merupakan kompleks besar yang terdiri dari kantor, apartmenets, hotel, dan mal. Berencana meluncurkan pada akhir tahun 2013.

Ciputra Artpreneur memiliki quotes, “A place of destination to discover, explore, experience and celebrate Indonesian and International Art”. Ciputra Artpreneur bertujuan untuk menjadi mitra inkubator untuk artpreneurs Indonesia; budaya, pendukung intelektual dan pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia. Ciputra Artpreneur dikelola oleh Citra Art Management, yang telah mengelola berbagai pameran seni terkemuka di Jakarta maupun internasional. Pameran masa lalu termasuk The Eye Indonesia (Jakarta dan London, Inggris (Saatchi Gallery)), Beyond The East (Roma, Italia (MAKRO)), pameran Artpreneur tahunan serta pameran fotografi, Beyond Photography. A. Sejarah

Ide Ciputra Artpreneur berawal dari Dr. Ir. Ciputra. Berdasarkan pengalaman pribadinya dalam bisnis yang berkembang di Indonesia dan luar negeri selama lima dekade terakhir, beliau percaya kewirausahaan adalah kunci sukses dari penciptaan kekayaan. Untuk semangat kewirausahaan akan

mendorong orang untuk menciptakan kekayaan dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia di sekitarnya melalui inovasi. Bapak Ciputra menyebutnya tindakan mengubah sampah menjadi emas. Salah satu sumber daya yang jarang digunakan di Indonesia adalah seni. Sebagai seorang pecinta seni dan antusias selama enam dekade, saya menyimpulkan bahwa inovasi radikal dalam seni sebagai cara yang sangat signifikan untuk menciptakan kekayaan dari seni.

Pembangunan awal Ciputra Artpreneur dimulai sejak tahun 1995. Merupakan bangunan lama dengan perancangan gedung bertingkat lebih dari 2 lantai. Namun pada tahun 1998 terjadi perhentian pembangunan selama beberapa tahun yang di karenakan terjadinya krisis moneter di Indonesia sehingga kondisi perekonomian dan politik serta sosial yang sangat tidak stabil. Pada tahun 2005, ide Ciputra Artpreneur berkembang menjadi lebih kompleks. sebagai artpreneurship; istilah tertentu mengacu pada proses penciptaan kekayaan di dunia seni didorong oleh kreativitas para seniman. Sebuah Artpreneur, aktor artpreneurship, adalah orang yang menciptakan nilai-nilai seni dalam bentuk produk seni atau jasa yang mewujudkan 7E; eksotis,

entertainment, estetika, exclusive, ekspansif, edukatif, dan escalate.

Berkeinginan untuk menyebarkan semangat artpreneurship seluruh dunia seni rupa Indonesia dan menjadi bahan bakar untuk kemajuan budaya Indonesia.

Pada tahun 2008 di mulai pengaktifan kembali pembangunan Ciputra Artpreneur dimana dulunya disebut Ciputra Artpreneur Center. Konsep pembangunanpun berubah yang awalnya berbentuk seperti rumah dan sekarang ingin dijadikan High Rise Building. Dilakukan penambahan dan pergantian fondasi dimana rumah sebelumnya di jadikan tempat parkir basement. Sekarang di dalam basement terdapat kolom-kolom besar yang kurang lazim itu di karenakan perubahan konsep bangunan., Pemikiran di tahun 2008, Ciputra Artpreneur hanya sebatas gallery dan museum yang menampilkan berbagai koleksi karya seni Bapak Ciputra ciptaan Hendra Gunawan. Namun setelah melakukan perhitungan visibility, jika hanya membuka gallery dan museum maka tidak akan tutup modal sehingga muncul pemikiran untuk membuat sesuatu yang dapat menarik dan mendatangkan orang banyak yang berkaitan dengan seni. Maka di tahun 2012 diputuskan untuk membangun teater dengan konsep broadway dengan standar internasional.

Dalam proses pembangunan dan desain, Ciputra Artpreneur bekerja sama dengan Benoy, merupakan konsultan arsitek dari London, Inggris dan bekerja sama dengan konsultan teater, Philip Soden. Sementara untuk hal-hal yang berkaitan dengan mechanical electrical dipercayakan kepada BECA.

Gambar 2.97 Tampak Luar Teater Ciputra Artpreneur Sumber : www.ciputraartpreneur.com

Peresmian Ciputra Artpreneur di berlangsungkan bersamaan dengan ulang tahun pernikahan Bapak Ciputra dengan Ibu Dian Sumeler yang ke-60. Perayaan dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2014.

Dalam dokumen BAB 2 Landasan Teori (Halaman 87-93)

Dokumen terkait