• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis

1. Spektrofotometri inframerah

Spektrofotometri inframerah (IR) digunakan untuk mengetahui gugus9 gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa.

Gugus kromofor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Spektra IR seny

Gamb

Dari hasil spek representatif yang me senyawa hasil sintes menunjukkan adanya melebar. Pita serapan i bilangan gelombang 10 yang menunjukkan ad senyawa hasil sintesis cm91 dengan intensitas yang terkonjugasi deng

R senyawa hasil sintesis ditujukkan pada gambar be

Gambar 15. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis

il spektra IR yang diperoleh tersebut terdapat em g menunjukkan adanya gugus9gugus fungsional sintesis. Pita A pada bilangan gelombang anya vibrasi ulur C=C tak jenuh dengan intensit apan ini diperkuat dengan adanya pita D intensitas ang 1010,7 cm91. Pita D ini merupakan pita overto

an adanya gugus C=C. Gugus karbonil juga yang ntesis ditunjukkan pada pita B pada bilangan gelom nsitas kuat. Pada pita ini terlihat adanya serapan d si dengan suatu alkena. Sedangkan pita C merupak

bar berikut ini:

pat empat buah pita sional pada struktur bang 3140,11 cm91 ntensitas sedang dan

ensitas medium pada

vertone dari pita A a yang terdapat pada gelombang 1643,35 pan dari ikatan C=O erupakan vibrasi ulur

35

yang menunjukkan adanya gugus C9O ester yang khas dengan intensitas sedang pada bilangan gelombang 1242,16 cm91.

Tabel 4. Interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis

Bilangan gelombang (cm91) Intensitas Gugus fungsi 9 3140,11

9 1010,7 (overtone) Sedang dan melebar Sedang Ikatan C=C

9 1643,35 Kuat Ikata C=O terkonjugasi

suatu alkena

9 1242,16 Lemah Ikatan C9O ester

(Sastrohamidjojo, 2007) Dari hasil elusidasi struktur inframerah (IR) menunjukkan adanya beberapa gugus fungsional yang penting pada struktur senyawa hasil sintesis yakni gugus C=O yang terkonjugasi pada gugus alkena serta adanya gugus C9O ester. Spektra senyawa hasil sintesis kemudian dibandigkan dengan spektra inframerah (IR) pada kedua macam starting material untuk mengetahui perbedaan profil antara senyawa hasil sintesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut ini gam

Gamba

Pada spektra merepresentasikan gug B menginterpretasikan lakton pada bilangan terlihat pada pita D da cm91. Sedangkan adan dimana pada bilangan g

i gambar spektra inframerah (IR) 29asetil9γ9butirol

mbar 16. Spektra inframerah 2 asetil γ butirolakton

ektra inframerah diatas, terdapat 5 buah an gugus fungsi yang terdapat 29asetil9γ9butirolakt

asikan adanya ikatan C=O yang spesifik pada gu ngan gelombang 1776 dan 1712 cm91. Ikatan C a D dan E yaitu pada bilangan gelombang 2993,5

adanya gugus C9O ester juga ditandai dengan ngan gelombang 1026,13 cm91 dengan intensitas ku

butirolakton :

buah pita yang irolakton. Pita A dan ada gugus ester dan tan C9H alkana juga 993,52 dan 2924,09 ngan spektra pita C itas kuat.

37

Gambar 17. Spektra inframerah senyawa tetrahidro 3 furankarboksaldehid

Pada gambar 17, terdapat 4 buah spektra yang menginterpretasikan adanya gugus fungsional seperti yang terdapat pada tetrahidro939furankarboksaldehid. Pita A menunjukkan adanya gugus C=O aldehid pada bilangan gelombang 1712,19 cm91 dengan intensitas kuat. Gugus C9H alkana alifatik juga ditunjukkan oleh pita B dan C pada bilangan gelombang 2978,09 dan 2885,51 cm91 dengan intensitas sedang. Sedangkan pita D pada bilangan gelombang 1056,99 cm91 dengan intensitas kuat menunjukkan adanya gugus C9O.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 5. Perbandingan interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis dan

Gugus fungsi Senyawa hasil sintesis 29asetil9γ9 butirolakton Tetrahidro939 furankarboksaldehid Ikatan C=C √ (+) (9) (9) Ikatan C=O terkonjugasi suatu alkena √ (+) (9) (9)

Ikatan C=O lakton (9) (+) (9)

Ikatan C=O

aldehid (9) (9) (+)

Ikatan C9O (+) (+) (+)

Ikatan C9H alkana

alifatik (9) (+) (+)

Berdasarkan tabel 5 mengenai perbandingan interpretasi spektra senyawa hasil sintesis dan starting material terlihat adanya perbedaan gugus fungsi pada masing9masing senyawa. Pada senyawa hasil sintesis terdapat ikatan C=C yang tidak dimiliki oleh kedua starting material ini begitu juga dengan adanya gugus C=O yang terkonjugasi pada suatu alkena. Kedua gugus ini merupakan gugus khas yang terdapat pada senyawa hasil sintesis. Akan tetapi hasil interpretasi spektra inframerah tentang gugus fungsional belum cukup untuk menyatakan senyawa yang dihasilkan dari hasil sintesis merupakan laktogenin. Oleh karena itu untuk memperkuat hasil spektra IR perlu dilakukan uji selanjutnya dengan spektrometri massa.

2. Spektrometri ma Elusidasi struk sistem kromatografi ga digunakan untuk men digunakan bersamaan diperoleh dua data, menunjukkan kromat menunjukkan spektra

Gambar 18

Dari gambar 18

peak dengan waktu re menit; 18,491 menit;

tri massa

struktur senyawa hasil sintesis dilakukan deng rafi gas (GC) – spektrometri massa (MS). Kromato

mengetahui kemurnian dari senyawa hasil sinte amaan dengan spektrometri massa. Hasil peng data, yaitu kromatogram GC dan spektra MS

romatogram GC senyawa hasil sintesis dan ektra MS senyawa hasil sintesis.

ar 18. Kromatogram kromatografi gas senyawa hasil sin

bar 18, terlihat bahwa senyawa hasil sintesis me ktu retensi 13,347 menit; 15,276 menit; 16,408 enit; 24,0293 menit; dan 24,725 menit. Diantara

39

dengan kombinasi omatografi gas dapat l sintesis, sistem ini pengujian GC9MS

MS. Gambar 18 s dan gambar 19

sil sintesis

sis mempunyai tujuh 6,408 menit; 16,554 iantara ketujuh peak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang dihasilkan, Area Under Curve (AUC) terbesar ada pada waktu retensi 18,491 menit. Munculnya tujuh buah peak pada kromatogram GC menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis belum murni dan masih terdapat banyak campuran senyawa.

Kemurnian peak yang menunjukkan senyawa laktogenin adalah sebesar 1,72%. Nilai kemurnian yang diperoleh berdasarkan data GC ini tergolong rendah, hal ini karena banyak faktor yang sangat mempengaruhi berjalannya reaksi. Prinsip reaksi sintesis senyawa laktogenin ini adalah kondensasi aldol dengan menggunakan katalis basa. Salah satu faktor yang sangat penting pada kondensasi aldol adalah pembentukan ion enolat oleh katalis basa, ion enolat ini berperan sebagai nukleofil. Kemampuan pembentukan ion enolat sangat dipengaruhi oleh kekuatan basa yang dimiliki oleh katalis. Jika suatu katalis memiliki kemampuan yang cukup untuk mengambil H alfa pada 29asetil9γ9 butirolakton maka langkah reaksi selanjutnya juga akan berjalan sehingga senyawa target mudah terbentuk dan dihasilkan rendemen yang sesuai dengan teoritis.

Seperti yang dijelaskan oleh Jose´ A et al. (2005) γ9lakton merupakan golongan ester yang mudah terhidrolisis oleh basa kuat terutama basa hidroksida. Namun hal ini dapat dihindari dengan cara melakukan pencampuran pada pH netral dan suhu kamar, pada proses sintesis laktogenin juga telah dilakukan pencampuran pada kondisi tersebut. Dalam reaksi ini ada kemungkinan bahwa 29 asetil9γ9butirolakton telah mengalami hidrolisis oleh karena adanya katalis basa etilendiamin meskipun basa ini merupakan basa organik yang tergolong lemah

dengan pKb 4,02, berkurang. Berkurang berkurangnya pula ju tetrahidro939furankarbo targetpun tidak banyak suasana basa sekaligus melalui spektrofotom dimungkinkan etilendi itu dibutuhkan pemilih

Gambar 19. Hasil spek

Pada gambar waktu retensi 24,725 m adalah penembakan m tinggi sehingga salah elektron berenergi tin disebut sebagi ion radi hasil sintesis pada wak

, sehingga kemampuan terbentuknya nukl kurangnya jumlah nukleofil yang terbentuk, ula jumlah nukelofil yang menyerang atom C nkarboksaldehid yang bersifat elektrofil sehin

anyak dihasilkan. Etilendiamin yang berperan seb aligus sebagai katalis juga tidak dapat terdeteksi ofotometri inframerah dan spektrometri ma tilendiamin turut bereaksi dengan 2 starting materi

emilihan katalis yang sesuai.

l spektra massa senyawa hasil sintesis pada waktu retens

mbar 19 menunjukkan spektra MS senyawa hasi ,725 menit. Prinsip elusidasi struktur dengan spek kan molekul senyawa hasil sintesis dengan elek salah satu elektron valensinya lepas. Hasil penem

gi tinggi adalah suatu ion molekuler dengan mu n radikal positif. Dari hasil spektra massa terlihat b

a waktu retensi 24,725 menit memiliki ion moleku

41

nukleofil menjadi ntuk, menyebabkan m C karbonil pada sehingga senyawa ran sebagai penyedia teksi keberadaannya i massa. Hal ini

aterial, oleh karena

retensi 24,725 menit

a hasil sintesis pada spektroskopi massa n elektron berenergi penembakan dengan an muatan +1 yang lihat bahwa senyawa olekul dengan m/z =

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211, dimana m/z tersebut sesuai dengan bobot molekul senyawa laktogenin sebesar 211g/mol.

Mekanisme fragmentasi dari senyawa hasil sintesis adalah sebagai berikut :

43

Senyawa hasil sintesis ditembak dengan elektron berenergi tinggi yang menghasilkan peak A dengan nilai m/z = 211. Peak ion molekuler ini merupakan

peak yang tidak stabil oleh karena itu dapat pecah menjadi fragmen9fragmen yang lebih kecil. Ion molekuler ini kemudian akan terpecah menjadi fragmen9fragmen yang lebih kecil baik dalam bentuk radikal bebas maupun dalam bentuk ion (+) /ion (9). Namun hanya fragmen yang bermuatan radikal positif dan positif saja yang akan terdeteksi oleh spektrometer massa.

Senyawa laktogenin mengalami fragmentasi oleh elektron berenergi tinggi dan terbentuk beberapa potongan fragmen. Senyawa hasil sintesis ini memiliki dua buah kemungkinan jalur fragmentasi. Pada jalur yang pertama, terbentuk 2 fragmen yang sesuai dengan hasil pada spektra massa. Peak D dengan nilai m/z = 113 merupakan fragmen C5H5O3+. Peak D kemudian mengalami fragmentasi lebih lanjut menghasilkan kation C4H5O2+, peak kation ini menunjukkan nilai m/z = 86 sesuai dengan peak F.

Pada jalur yang kedua, dihasilkan 4 buah fragmen yang sesuai dengan spektra massa yang dihasilkan. Peak B dengan nilai m/z = 168 yang merupakan fragmen C11H14O4+. Peak B ini kemudian mengalami fragmentasi lebih lanjut menghasilkan kation C7H11O2+ dengan nilai m/z = 128 seperti yang ditunjukkan pada peak C. Peak C ini mempunyai intensitas 100% jika dibandingkan dengan

peak peak yang lain sehingga disebut sebagai base peak (peak dasar). Peak C kemudian akan mengalami fragmentasi lebih lanjut menghasilkan kation C6H9O+.

Peak ini menunjukkan nilai m/z = 98 sesuai dengan peak E. Fragmentasi lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lanjut yang dihasilkan dari kation peak E adalah kation C2H3O+ dengan nilai m/z = 44 seperti yang terlihat pada peak G.

Dokumen terkait