BAB II LANDASAN TEORI
C. Emosi
a. Pengertian Emosi
Dalam masyarakat, emosi lazim dipahami sebagai marah.
Namun pendapat itu salah, emosi bukan hanya rasa marah saja, ada
sedih, gembira, kecewa, semangat, benci, dan cinta.
Jung (dalam Widjokongko, 1996) mengatakan tanpa emosi,
terang. Emosi mengubah orang apatis menjadi aktivis. Emosi
merupakan kekuatan luar biasa, siap untuk dibangunkan dan
dimanfaatkan oleh mereka yang tahu caranya.
Menurut Widjokongko (1996), emosi adalah bahasa
komunikasi dalam diri kita dan kita perlu mempelajari maknanya.
Menurutnya, kita harus menemukan makna positif di balik berbagai
emosi dan perasaan yang ada dalam diri, kita perlu mengerti makna
dari emosi sehingga dapat bertindak dengan bijaksana. Dengan
demikian, emosi bukanlah lawan, melainkan kawan yang akan banyak
membantu dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup.
Lazarus, seorang professor dari Universitas California yang
telah malang melintang dalam penelitian emosi, mengutip definisi
emosi dari para pendahulunya seperti Hillman dan Drever sebagai
berikut : (dalam Hude, 2006)
Emosi : Dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh para psikolog, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari suatu karakter (misal dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan, dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat disasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji.
Hude (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala
psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah
laku, serta diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi
dirasakan secara psiko-fisiologis karena terkait langsung dengan jiwa
dan fisik manusia. Lebih lanjut lagi dalam Hude (2006) dikatakan
bahwa emosi adalah sesuatu yang dirasakan pada saat terjadinya,
bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional. Emosi juga
menimbulkan efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku dan
menimbulkan dorongan atau motivasi.
Pendapat yang hampIr sama dikatakan oleh Hurlock (1967). Ia
mengatakan emosi adalah sumber dari motivasi, semua emosi
mendorong individu melakukan aksi. Emosi juga merupakan sumber
kenikmatan, sebagai contoh seseorang yang merasa lelah oleh rutinitas
sehari-hari akan memasuki tahap relaksasi yang selalu dapat dinikmati.
Magoenprasodjo (2005) mengatkan emosi adalah setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan
mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap.
Emosi merupakan keadaan di dalam (inner state) dengan manifestasi di luar. Dua hal tersebut dibentuk, diatur, dan ditentukan
oleh norma budaya dan tidak dibangun berdasarkan keadaan biologis
atau fisik yang konkrit dan pasti seperti umur dan jenis kelamin.
Berdasar pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan emosi
adalah perasaan dalam diri manusia, merupakan sumber motivasi yang
diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu dan menimbulkan efek
pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.
b. Teori Emosi
Teori James-Lange merupakan perpaduan teori dari
William James dan Carl Lange. Lange (dalam Hude, 2006)
mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan
dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian
dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Dapat disimpulkan bahwa teori
James-Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon
fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai
pemicu emosi yang dialami manusia.
Teori Cannon-Bard menolak teori James-Lange yang lebih dulu dikenal. Teori ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap objek
yang dapat menimbulkan emosi diproses secara simultan oleh dua
instansi, yakni sistem syaraf otonom dan cerebral cortex. Degup jantung, begidik (bulu roma berdiri), atau napas berat
dengan perubahan fisiologis terjadi secara simultan. Bisa saja
perubahan fisiologis muncul belakangan, tapi selisihnya sangat
tipis. Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan faali yang
menyebabkan kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori
James-Lange. (dalam Hude, 2006)
Teori Schachter-Singer menempatkan kognisi pada posisi
yang sangat menentukan. Teori ini meyakini bahwa emosi
merupakan fungsi interaksi antara faktor kognitif dan keadaan
keterbangkitan fisiologis. Teori Schachter-Singer sering pula
disebut sebagai two-factor theory of emotion, karena teori ini didasarkan pada dua hal yang terjadi, yakni perubahan fisiologis.
(dalam Hude, 2006)
c. Bentuk-bentuk Emosi
Mangoenprasodjo (2005) menguraikan bentuk-bentuk
emosi yang sering dialami sebagai berikut :
1) Takut
Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu objek
yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap
2) Khawatir
Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih
bersifat imajiner atau khayalan. Kekhawatiran muncul
kalau intensitas katakutan meningkat. Misalnya, khawatir
kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus
ujian.
3) Marah
Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat
perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam
interkasi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat
kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan
tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, serta
otot menegang.
4) Sebal
Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak
sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak
menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul
berkaitan dengan hubungan antar pribadi, misalnya kita sebal melihat teman atau si pacar yang tidak perhatian.
5) Frustasi
Rasa frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami
hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya,
sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan
rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respon
positif terhadap rasa frustasi kalau mampu memahami
sumber-sumber frustasi dengan logis. Namun, reaksi yang
negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan
verbal, pengalihan kemarahan pada objek lain, serta
penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas
hidupnya.
6) Cemburu
Merupakan suatu keadaan ketakutan yang diliputi
kemarahan. Perasaan ini muncul dikarenakan perasaan
tidak aman dan takut status atau posisi kita akan digantikan
oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah
cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama
orang lain ataupun kalau sahabat kita mulai dekat dengan
teman lain.
7) Iri Hati
Emosi ini ditujukan terhadap orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi halo yang
berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga
menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri melihat si A
8) Dukacita
Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak
terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini
terjadi bila kita kehilangan sesuatu atau seseorang yang
sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang
panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik
dan psikis yang cukup serius hingga depresi.
9) Afeksi atau Kasih Sayang
Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan
objeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalu
kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin
dimiliki dan dicintai.
10)Bahagia
Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap
individu. Bahagia muncul karena remaja mampu
menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses
dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang
lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan.