• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi dan

4.3.1. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi

4.3.1.4. Empati

Nilai rata-rata yang diberikan responden terhadap kemampuan sumber informasi dalam berempati menunjukkan bahwa sumber informasi dinilai memahami keinginan masyarakat tentang program KB yang akan diikuti (4,03), mampu menenangkan kecemasan tentang efek samping KB (4,08), memahami kecemasan tentang penggunaan alat KB yang diikuti (3,95) dan sumber informasi dapat merasakan kecemasan tentang alat KB yang akan dipilih (3,84). Data empati menujukkan bahwa masih ada responden yang memberikan penilaian bahwa sebagai penyuluh KB, sumber informasi masih belum memahami kecemasan responden terhadap alat KB yang akan digunakan atau dipilih. Penilaian yang diberikan, sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling sering diajukan oleh respnden pada saat sosialisasi adalah efek samping yang ditimbulkan dari alat KB dan bagaimana cara menanggulanginya.

Empati merupakan hasil interaksi antara masyarakat dan petugas KB

yang dinilai dari kecakapan petugas untuk menciptakan suasana serta komunikasi dua arah untuk membantu memahami kebutuhan dan memberi perhatian pada responden. Hasil penelitian menunjukkan, sumber informasi KB sebagai agen perubahan belum mampu membantu responden dalam mengatasi perasaan cemas responden terhadap alat KB yang dipilih. Oleh karena itu, sumber informasi harus lebih banyak memberikan motivasi tentang keamanan pemakaian alat.

Hasil penelitian tentang penilaian responden terhadap sumber informasi KB sebagai agen perubahan dapat disimpulkan bahwa petugas lapangan dinilai baik atau kredibel dalam melakukan sosialisasi KB.

Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang dikatakan, tetapi juga keadaan sendiri. He doesn't communicate what he says, he communicates what he is. la tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa lebih penting dari apa. Fatwa keagamaan dari seorang Kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter, penjelasan perkembangan mode dari seorang perancang, atau uraian teknik belajar dari seorang psikolog akan lebih didengar

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sumber informasi KB dinilai kredibel. Dalam melakukan Sosialisasi KB di Bojonggede, petugas KB terdiri dari lima orang petugas lapangan KB yang sudah diberi pelatihan, masa kerja petugas lebih dari sepuluh tahun, mayoritas berpendidikan S1 (empat orang), diploma satu orang. Dalam sosialisasi, petugas KB juga menggunakan alat peraga sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami dan diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat terhadap informasi KB.

Berdasarkan komponen daya tarik, secara umum sumber informasi dinilai menarik karena hasil wawancara penulis terhadap masyarakat, petugas lapangan KB dinilai mampu menempatkan diri, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, komunikatif dan mampu berempati, dikenal oleh masyarakat, dan memiliki pergaulan yang luas

Hasil perhitungan menggunakan matriks korelasi, diketahui bahwa antara jenis kelamin dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,008), usia dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,061), pendidikan dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (-0.054), pekerjaan dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai 0,092), jumlah anak dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,114), dan kemudahan akses layanan KB dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (-0.007).

Pendidikan dengan kredibilitas sumber informasi KB memiliki hubungan yang tidak nyata dan memiliki arah yang negatif, hal ini dapat diartikan pendidikan tidak menjadikan program KB sulit diterima karena program KB bukan hal yang baru dan telah lama disosialisasikan melalui Pos KB maupun Posyandu.

Akses masyarakat terhadap layanan KB memiliki hubungan tidak nyata dan memiliki arah yang negatif dengan kredibilitas sumber informasi. Kondisi ini dimungkinkan mengingat bahwa akses terhadap layanan KB tidak menjadi masalah karena di setiap kecamatan terdapat Puskesmas, Pos KB yang dapat memberikan informasi jika diperlukan.

Jenis kelamin, usia, pekerjaan, jumlah anak memiliki hubungan yang tidak nyata terhadap kredibilitas sumber informasi program KB.

Pendapat McLeod dan O’Keefe (1972) menyatakan bahwa peubah demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku seseorang dalam hasil penelitian ini bahwa karakteristik yang dimiliki responden tidak memiliki pengaruh terhadap kredibilitas sumber informasi KB demikian juga dengan pendapat Kotler (1980) dan Anwar (1982) karakteristik personal meliputi juga pendidikan formal, sikap terhadap inovasi, agama, ras, status sosial dan kebangsaan.

Menurut Rogers ada tujuh tugas utama yang harus ditempuh oleh seorang agen pembaharu (Sumber Informasi KB) dalam menyebarkan inovasi kepada masyarakat yaitu:

1. menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan

2. membina suatu hubungan dalam rangka perubahan.

3. mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat 4. menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.

5. menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata

6. menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out

7. mencapai suatu terminal hubungan.

Pendapat Rogers di atas telah dilakukan petugas KB dalam melaksanakan tugasnya di Kecamatan Bojonggede dengan melakukan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi atas program yang dilakukan dan hal ini selalu dikoordinasikan dengan koordinator lapangan KB.

Tahap awal yang harus dilakukan untuk mendorong khalayak mengadopsi program KB adalah petugas KB harus berusaha membangkitkan

keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan mereka. Perubahan yang dimaksud terutama berkaitan dengan sikap dan keputusan target khalayak untuk mengadopsi program KB. Selain itu, petugas KB perlu membina hubungan baik, melakukan kontak, menumbuhkan sikap saling percaya dan mampu berempati. Empati adalah kemampuan petugas KB untuk menempatkan diri pada situasi kliennya, kemampuan untuk memahami dan menghayati sikap, kepercayaan, perasaan dan tindakan kliennya (Soekidjo 1992).

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan petugas KB adalah melakukan diagnosa atas permasalahan yang dihadapi dan mampu menterjemahkan keinginan atau kepentingan target sasaran.

Petugas kesehatan harus selalu berupaya membentuk pendapat yang positif pada diri sasarannya (masyarakat usia subur, ibu-ibu balita mapun laki- laki), yaitu dengan memberikan rangsangan atau stimulus. Mendorong masyarakat usia subur, ibu-ibu pemilik balita bahkan bapak-bapak untuk ikut serta dalam program KB. Keikutsertaan ini akan merangsang terjadinya perubahan sikap. Bila perubahan sikap telah terjadi, maka pembinaan perlu dilakukan agar masyarakat terus memutuskan untuk mengadopsi program KB.

Kebanyakan agen perubahan berkonsentrasi pada penciptaan kesadaran akan pengetahuan. Tugas membangun kesadaran terhadap inovasi sebenarnya lebih efisien jika dilakukan oleh media massa. Peran agen perubahan lebih dituntut untuk menjelaskan how-to knowledge sedangkan principles-knowledge diserahkan pada pendidikan formal. Jika hal terakhir itu diserahkan pada agen perubahan, maka tugasnya makin sulit. Karena itu, dibutuhkan agen perubahan yang dipandang ahli dan dapat dipercaya oleh khalayaknya. Agen perubahan sebagai sumber informasi berperan penting dalam proses pembentukan sikap dan keputusan target sasaran untuk mengadopsi inovasi (ide, gagasan) .

4.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penilaian Terhadap Kredibilitas

Dokumen terkait