• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emulsi

2.9 Emulsi MinyakKelapa Murni

Ada beberapa penelitian yang menggunakan minyak kelapa murni sebagai emulsi dan menggunakan emulgator xanthan gum yang kemudian dilakukan uji

stabilitas fisik pada sediaan emulsi untuk menentukan kualitas dari emulsi. Stabilitas fisik emulsi minyak dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Stabilitas fisik emulsi minyak

Bahan Stabilitas Fisik Hasil Sumber

Tween 80 1% dan gum arab 20% Pembentukan creaming 0,1 (hasil dari perbandingan volume fase air terhadap volume total emulsi)

Silaban, 2015 Redispersibilitas (pengocokan) 5 Viskositas 174 cps Ukuran partikel terdispersi 22,6 µm

Organoleptis Bentuk : cairan kental Rasa : manis Bau : khas Warna : putih Konsistensi: homogen

Tipe emulsi Tidak mengalami

perubahan selama 8 minggu penyimpanan. Tipe m/a pH 3,6 Xanthan gum 0,50% Xanthan gum 0,75% Xanthan gum 1,00% (krim ekstrak etanol kulit buah manggis)

Viskositas Viskositas semakin

besar dengan penambahan konsentrasi xanthan gum

Setyaningrum, 2013

Daya lekat Daya lekat semakin

besar dengan penambahan konsentrasi xanthan gum

Organoleptis Tidak mempengaruhi

Homogenitas Stabil dengan adanya

penambahan konsentrasi xanthan gum minyak kelapa murni -madu (10-50%)

Viskositas 24 cps Fatimah, et al.,

2012

Diameter droplet 5 µm

Dari Tabel 2.4 dapat dilihat ada tiga penelitian yang memformulasikan minyak kelapa murni menjadi sediaan emulsi dengan menggunakan berbagai emulgator. Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2015), menggunakan

yangdiperoleh pada pembentukan creaming, viskositas, dan ukuran partikel terdispersi masih kurang stabil dibandingkan stabilitas fisik yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang menggunakan campuran emulgator xanthan gum dan Tween 80 yang diperoleh hasil stabilitas fisik dengan tidak adanya pembentukan

creaming, nilai viskositas 166 cps, dan ukuran partikel terdispersi 20,5 µm dalam

penyimpanan selama delapan minggu. Hal ini menunjukkan bahwa emulgator campuran Tween 80 dan gum arab masih kurang stabil.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2013) menggunakan xanthan gumpada konsentrasi 0,5%, 0,75% dan 1% dalam sediaan krim ekstrakkulit buah manggis. Ketiga formula krimkulit buah manggis dengan variasi konsentrasixanthan gummenunjukkan bahwa semakin besar nilai viskositas dengan semakin meningkatnya konsentrasi pada xanthan gum. Konsentrasi 1% merupakan konsentrasi optimum pada penggunaan krim kulit buah manggis.

Dalam penelitian yang dilakukan olehFatimah, et al., (2012), menunjukkan adanya pengaruh konsentrasiminyak kelapa murni dan madu terhadap viskositas dan diameter droplet emulsi.Dengan meningkatnya konsentrasi minyak kelapa murni dan madu dapat meningkatkan viskositas dan menurunkan ukuran diameter droplet emulsi. Kombinasi minyak kelapa murni dan madu juga menghasilkan sediaan emulsi dengan rasa yang lebih baik. Untuk menghasilkan sediaan campuran emulsi yang baik antara minyak kelapa murni dan madu harus menggunakan alat homogenizer, yaitu WiseTis homogenizer.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, minyak kelapa sudah sering digunakan. Saat ini ada temuan baru, yaitu sebagai obat. Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni (virgin coconut oil, VCO)(Sutarmi dan Rozaline, 2005). Menurut SNI (2008),minyak kelapa virgin(VCO) merupakan minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60˚C dan ama n dikonsumsi manusia.Minyak kelapa yang diperoleh dari daging buah kelapa ini digunakan secara luas dalam industri makanan dan produksi kosmetika (Darmoyuwono, 2006).

Bahan baku utama dalam pembuatan minyak kelapa murni yakni daging buah kelapa tua yang segardan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60˚C dan aman dikonsumsi manusia (SNI, 2008). Pada dasarnya cara pembuatan minyak kelapa murni yang banyak dilakukan di Indonesia dibedakan menjadi cara pemanasan, fermentasi, dan pancingan(Sutarmi dan Rozaline, 2005). Dari berbagai metode tersebut, maka pembuatan minyak kelapa murni yang paling sesuai diterapkan pada skala produksi rumah tangga adalah metode fermentasi dengan menggunakan ragi tempe. Selain prosesnya mudah untuk dilakukan, biaya yang digunakan juga relatif lebih murah (Cahyono dan Untari, 2009).

Minyak kelapa mengandung sekitar 50% asam laurat. Asam laurat ini memiliki fungsi lain, yakni diubah menjadi mono-laurin di dalam tubuh manusia. Mono-laurin adalah monogliserida antiviral, antibakterial, dan antiprotozoal yang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh manusia dan hewan. Minyak kelapa juga mengandung sekitar 6-7% asam kaprat yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh ketika diubah menjadi monokaprin di dalam tubuh manusia atau hewan (Darmoyuwono, 2006). Asam lemak pada minyak kelapa merupakan sumber energi dan banyak mengandung asam lemak rantai medium (medium chain fatty

acid,MCFA) yang dapat memberi gizi serta melindungi tubuh dari penyakit

menular dan penyakit degeneratif. Kandungan MCFA juga dapat digunakan sebagai suplemen untuk mendapatkan energi lebih cepat karena dalam proses metabolisme juga lebih cepat (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat bercampur, misalnya minyak dan air. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1996). Minyak kelapa murni dibentuk menjadi sediaan emulsi untuk membantu mempermudah dalam mengonsumsi minyak kelapa murni. Disebabkan oleh rasa minyak dari minyak kelapa murni sehingga bila diminum langsung minyak kelapa murni kurang diminati (Subroto, 2006).Dalam bentuk tipe emulsi minyak dalam air ini, minyak kelapa murni dapat memberikan rasa yang lebih enaksehingga mudah dikonsumsi secara oral, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya. Karena minyak kelapa murni tidak dapat bercampur dengan gula, sirup, atau madu sehingga sediaan emulsi

minyak kelapa murni ini dapat membantu dan memberi kenikmatan dalam mengonsumsi minyak kelapa murni sebagai produk kesehatan(Darmoyuwono, 2006).

Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi oral dan topikal farmasi, kosmetik, dan makanan sebagai zat pensuspensi dan zat penstabil. Xanthan gum juga digunakan sebagai bahan pengental dan zat pengemulsi. Xantan gum tidak beracun, dapat bercampur dengan sebagian besar bahan-bahan farmasi lainnya, dan memiliki stabilitas yang baik dan viskositas yang baik. Tween 80 berfungsi sebagai zat pendispersi, zat pengemulsi, merupakan surfaktan nonionik, sebagai zat pelarut, zat pensuspensi dan zat pembasah. Tween 80 juga banyak digunakan sebagai bahan kosmetik dan produksi makanan (Rowe, et al., 2009).

Formula sediaan emulsi minyak kelapa murni dengan menggunakan emulgator Tween 80 dan gom arab yang telah dilakukan oleh Silaban (2015) memberikan emulsi yang kurang stabil. Sediaan emulsi mengalami pemisahan pada minggu 8 sedangkan viskositas menurun perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya umur sediaan.

Karena manfaatnya yang banyak, minyak kelapa murni banyak diproduksi oleh para produsen untuk mempermudah masyarakat memiliki minyak kelapa murni sebagai makanan kesehatan yang dapat digunakan sehari-hari. Rasa minyak yang kurang diminati dari minyak kelapa murnimenjadi salah satu hambatan bagi masyarakat dalam mengkonsumsi minyak kelapa murni. Meskipun berkhasiat orang masih enggan untuk mengkonsumsi minyak kelapa murni secara langsung. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini, minyak kelapa murni diformulasi menjadi emulsi yang dapat diterima dengan penambahan bahan tambahan.

Dokumen terkait