• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENERGI KONSERVAS

Dalam dokumen WAWASAN TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI ILMIAH (2) (Halaman 45-52)

Bagian IV : Sarana Implementas

ENERGI KONSERVAS

Lampu compact Fluoresence, alat elektronik dengan kebutuhan listrik rendah dll

Mematikan lampu ketika tidak digunakan, hemat air dll

terhadap populasi yang tidak dapat mengakses sanitasi Air bersih

(air minum)

Rasio populasi yang dpat mengakses air bersih terhadap populasi yang tidak dapat mengakses

Dan lain-lain Pada Tabel 3 terlihat bahwa untuk mengukur tingkat kemiskinan dapat dibuat sub tema yang lebih rinci juga dapat dibuat indikator inti dan membandingakn indikator ini dengan indikator yang lain. Jadi semakin rinci, deskriptif dan kuantitatif suatu indikator maka akan semakin mudah untuk dapat mengukur perubahan paradigma ataupun pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Pada Subbab 2.2, kita sudah membahas bagaimana perumusan atau sejarah pembangunan berkelanjutan, masing-masing tahapan terkadang memiliki indikator tersendiri sehingga kita dapat juga membandingkan indikator ini untuk saling melengkapi. Misalnya indikator yang rumuskan oleh Joanne Disano di perkuat dengan indicator MDGs, Agenda 21, Johannesburg Plan of Implementation (JPOI) sebagaimana Gambar 4.

Tabel 4. Perbandingan indicator CSD, MDGs, Agenda 21, JPOI

Indikator CSD Indikator

MDGs

Agenda 21 JPOI

Rasio populasi yang hidup dibawah garis kemiskinan Tambahan 3(3.34a) II(7a) Rasio populasi yang berpendapatan kurang dari 1 US

$/hari

#1 3(3.4.a) II(7a)

Perbandingan Penduduk dengan pendapatan terendah terhadap pendapatan tertinggi

3 V(47)

Rasio populasi yang menggunakan fasilitas sanitasi #30 6(6.12e) II(8);IV(25) Rasio populasi penduduk yang menggunakan sumber

air

#31 6(6.12e) II(8);IV(25)

Perbandingan penggunaan alat rumah tangga elektrik atau modern

7(7.40) II(9a)

Persentase populasi yang menggunakan bahanbakar padat untuk memasak

#29 6(6.41 b); 11(11.21b)

VI(56d)

Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman terhadap pembangunan berkelanjutan adalah melalui pendidikan. PBB merumuskan ESD (Education for Sustainable Development) dan menyatakan beberapa langkah teknis untuk membangun ESD yaitu

1. Memperbaharui kurikulum yang sudah ada menjadi kurikulum berbasis pembangun berkelanjutan. Untuk memperbaharui kurikulum ini, tim perancang kurikulum harus dapat mengidentifikasi pengetahuan, isu, sudut pandang, dan nilai tentang SD. Baik berdasarkan sudut pandang SD secara umum yaitu Lingkungan-Sosial dan Ekonomi, maupun dalam topik yang lebih spesifik seperti keanekaragaman hayati, perubahan iklim, persamaan hak dll) dengan berorientasi pada lingkunagan sekitar atau kajian sosial ekonomi dalam kontek yang dekat dengan lingkungan/ budaya kita. Anda dapat membuat lembar kerja bagi mahasiswa untuk mengamati dan mencari ide, isu, sudut pandang dan nilai tentang SD disekitar mereka atau dalam lingkup yang lebih luas dalam tataran negara

2. Menggunakan Teknik mengajar yang mendorong mahasiswa memiliki pola pikir SD. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas orang yang akan belajar dan sistem pembalajaran yang ada. Kualitas sistem pengajaran salah satunya ditentukan oleh teknik pengajaran. Teknik yang dimaksudkan disini adalah suatu cara yang mendorong mahasiswa untuk dapat memahami pelajaran sesuai dengan maksud keilmuan yang diajarkan tersebut dan selanjutnya mampu mengapilkasikan keilmuannya. Mahasiswa yang telah belajar diharapkan mampu menjawab pertanyaan, menganalisa, berpikir kritis, dan membuat keputusan. Teknik mengajar yang dapat digunakan adalah menanamkan konsep, melaksanakan praktikum atau membuat simulasi misalnya konsep penangkapan ikan yang berbasis SD, membuat diskusi kelas, analisa kasus menceritakan best praktis SD, menuliskan gagasan (Education For Sustainable Development, 2012). Contoh lembar kerja untuk pendidikan berbasis pembangunan berkelanjutan dinyatakna pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Lembar kerja pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education For Sustainable Development, 2012)

David Griggs, menggambarkan kerangka kerja pembangunan berkelanjutan sebagaimana Gambar 2.7. Kerangka kerja ini menjelaskan tentang paradigm baru pembangunan berkelanjutan berupa daya dukung alam, sosial dan ekonomi.

Gambar 2.7. Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan (David Griggs, 2013)

Salah satu evaluasi dari konsep pembangunan berkelanjutan yang saat ini dikembangkan adalah bahwa filosofi pembangunan berkelanjutan berbasis pada kapitalisme atau pendekatan ekonomi sehingga indikator-indikator capaiannyapun berorientasi pada tolak ukur ekonomi. Disisi lain, konsep pembangunan berkelanjutan juga kadang dikembangkan hanya untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh para kapitalis dunia, baik dalam bentuk korporasi atau negara yang melakukan eksploitasi yang berlebih terhadap SDA sehingga menimbulkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan. Adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap orang, komunitas maupun negara pasti menjaga kepentingan masing-masing sehingga hendaknya gerakan pembangunan berkelanjutan ini menjadi sebuah solusi yang saling menguntungkan (win-win solution) dan berkeadilan bagi seluruh bangsa-bangsa didunia, bukan hanya suatu cara hegomoni baru yang tersamar untuk melanggengkan kepentingan masing-masing.

Evaluasi lain terhadap konsep pembangunan berkelanjutan ini adalah bahwa pendekatan yang lebih integratif sebenarnya dapat dilakukan dengan sudut pandang bahwa manusia dan alam semesta merupakan mahluk ciptaan tuhan sehingga kita juga dapat merujuk kepada bagaimana pengaturan yang diberikan tuhan kepada manusia untuk mengelola alam semesta. Misalnya dalam agama Islam, air merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital selain sebagai pemenuhan kehidupan sehari-hari (minum, masak, mandi dll) air juga harus dapat digunakan untuk bersuci (wudhu), memandikan jenazah dan aplikasi syariah yang lain. Sehingga untuk air saja ada persyaratan dan istilah khusus untuk menggambarkan kondisi air seperti bersih, higienis, suci, bernajis mukhoffah, bernajis

mutawashitoh, bernajis mukholladhoh maupun musta’mal. Tentu saja pastinya didalam syariah ada penjelasan tentang definisi, karakteristik, komponen, syarat termasuk tentang sistem pengolahan air sehingga dari air yang bernajis mukholadhah dapat diolah menjadi air yang suci yang tidak hanya bisa diminum namun juga dapat digunakan untuk berwudhu. Najis mukholladhah adalah najis berat yang untuk mensucikannya selain dengan air yang mengalir juga harus dengan tanah yang dalam ilmu pengolahan air, salah satu unsur tanah ini diterjemahkan sebagai Zeolit atau bisa juga dengan karbon aktif. Anda dapat memikirkan dan mengkaji lebih jauh tentang bagaimana penjelasan pembangunan berkelanjutan dari sudut pandang keyakinan Anda, dari sudut pandang kompetensi dan keahlian Anda atau sudut pandang yang lain.

Demikianlah pembangunan berkelanjutan yang pada prinsipnya berangkat dari aktivitas pemenuhan terhadap kebutuhan manusia yang selanjutnya harus disertai dengan rasa tanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan yang menjamin pemenuhan kebutuhan terhadap generasi yang akan dating.

Referensi

1. _______, (2012 ), “Education for Sustainable Development “, UNESCO, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP, France, ISBN 978-92-3-001063-8

2. _______, (2006), “Education for Sustainable Development Toolkit. Learning & Training Tools”, No1. UNESCO (http://www.esdtoolkit.org)

3. _______,(2008), OECD Insights, “Sustainable Development :Lingking Economy, Society, Enviroment, ISBN 978-92-64-055742

4. _______,(2007), “Global Environment Outlook, GEO4 Enviromnent For Development“, UNEP, ISBN: 978-92-807-2836-1 (UNEP paperback) DEW/0962/NA PROGRESS PRESS LTD

5. _______,(2007), “The Millennium Development Goals: Progress in Asia and the Pacific 2007”, Asia Pasific MDG study series, Bangkok

6. Brundtland, G. H., et al. (1987), Our Common Future: Report of the World Commission on Environment and Development, Oxford University

7. David Griggs, (2013), ”Sustainable development goals for people and planet”, Comment NATURE VOL 495 pp 306, Macmillan Publishers

8. Donella Meadows, Jorgen Randers and Dennis Meadows, “Limits to Growth – the 30 years update”, Earthscan, London, 2005

9. Joanne Disano, (2007), “Indicators of Sustainable Development: Guidelines and Methodologies Third Edition”, United Nations publication Sales No. E.08.II.A.2 ISBN 978-92-1-104577-2

10.Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian(2011), “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembanguna Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025”

11. Madhavi joshi et al, (2007), “SD : an Introduction “,Internship series volume 1, ISBN: 978-81-89587-22-5

12. Nelson, J.G. and H. Edsvik. (1990), “Sustainable development, conservation strategies, and heritage”. Alternatives 16 (4): 62-71.

13. Tatyana P. Soubbotina, (2004), “Beyond Economic Growth An Introduction to Sustainable Development” The World Bank Washington, D.C.

Dalam dokumen WAWASAN TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI ILMIAH (2) (Halaman 45-52)