• Tidak ada hasil yang ditemukan

Energi Energi Energi Energi - aliran dan jumlah energi yang tersedia mengatur proses kehidupan dalam ekosistem pesisir. Kebutuhan energi di dalam ekosistem psisir

diperoleh dengan dua cara, yaitu (a) berasal dari pengaruh eksternal, dan (b) dari pasokan internal yang merupakan daur ulang dari dalam sistem. Gaya dari luar sistem yang mempengaruhi ekosistem pesisir adalah arus pasang surut, arus laut, aliran sungai, angin, matahari, serta mineral yang memasok makan bagi tumbuhan dan hewan. Rantai atau jaringan makanan dimulai dari energi yang dihasilkan oleh tanaman melalui proses fotosintesa. Tumbuhan sebagai produser primer, menggunakan energi matahari untuk fotosintesa yang mentransformasikan karbondioksida dan nutrient dasar menjadi jaringan tumbuhan, yang merupakan bentuk energi yang tersedia bagi hewan sebagai dasar bahan makanannya. Tumbuhan ini kemudian dimakan dan energinya dikonversi melalui jaringan makanan yang kompleks dan kembali ke nutrient dasar. Karena seluruh makanan hewan bermula dari tumbuhan, setiap organisme dapat dikatakan tergantung dari faktor utama yang membatasi produksi jaringan tumbuhan, seperti pasok nutrient dasar, jumlah karbondioksida yang tersedia, serta sinar matahari.

6.

6.6.6. PenyimpananPenyimpananPenyimpananPenyimpanan ((((StorageStorageStorageStorage)))). Kemampuan penyimpanan energi yang sangat tinggi akan menjamin fungsionalitas ekosistem secara optimum. Kapasitas penyimpanan energi merupakan aspek yang sangat penting dalam ekosistem pesisir. Penyimpanan adalah kemampuan suatu sistem dalam menyimpan satu atau lebih komponen-komponennya. Suatu unit penyimpanan dapat berarti sebidang tanaman rawa (marsh grass), sekelompok ikan, bibit dan anakan, sedimen organik atau fitoplankton yang ada di dasar perairan pesisir. Unit-unit tersebut mengumpulkan dan menyimpan energi yang akan digunakan pada saat terjadi kekurangan. Tempat penyimpanan di jaringan tumbuhan sangat penting karena nutrient yang disimpan menstabilkan dan menyediakan perlindungan terhadap tekanan lingkungan yang berat yang sifatnya ireguler atau periode kekurangan musiman (misal musim dingin). Penyimpanan energi ini merupakan cadangan alami yang melindungi ekosistem terhadap fluktuasi yang tinggi dalam kondisi kelebihan dan kelangkaan. Dengan demikian,

kemampuan penyimpanan energi yang tinggi berfungsi sebagai dasar fungsionalitas ekosistem yang optimum.

7. 7.

7.7. NitrogenNitrogenNitrogenNitrogen. Produktivitas perairan pesisir biasanya diatur oleh jumlah nitrogen yang tersedia. Nutrien dan trace element merupakan kemikalia utama bagi perairan pesisir. Nutrient sangat vital bagi keseluruhan rantai kehidupan di perairan pesisir, karena dibutuhkan oleh semua tanaman baik yang berakar maupun yang mikroskopis seperti fioplankton, karena kehidupan hewan didukung oleh tanaman. Nutrient bebas secara alami relatif jarang di dalam perairan pesisir, sebab digunakan oleh tanaman secara cepat. Nutrient di perairan pesisir dipasok oleh proses alamiah melalui runoff, rainfall, atau berasal dari laut. Di wilayah perairan pesisir jumlah nitrat yang tersedia secara umum dianggap sebagai faktor nutrient yang mengatur banyaknya jumlah tumbuhan. Di wilayah periran pesisir yang produktif kenaikan unsur nitrogen dalam jumlah yang siginifikan dari limbah maupun pupuk, terutama nitrat akan menimbulkan eutrofikasi. Dengan demikian, keseimbangan nitrogen budget dalam perairan pesisir berperan penting bagi berlangsungnya fungsi ekosistem di wilayah pesisir.

8. 8.

8.8. CahayaCahayaCahayaCahaya. Sinar matahari adalah faktor penggerak utama dalam seluruh ekosistem, karena sinar matahari adalah sumber energi bagi produktivitas primer. Tumbuhan merupakan dasar makanan bagi seluruh makhluk hidup di perairan pesisir. Cahaya matahari harus dapat menembus air sampai kedalaman tertentu sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman berakar dan fitoplankton yang mengapung di bawah permukaan. Kekeruhan akibat suspensi lumpur atau dari konsentrasi organisme akan mempengaruhi penetrasi sinar mathari ke dalam perairan dan memiliki efek yang negatif terhadap jumlah tumbuhan yang hidup di perairan pesisir. Sinar matahari memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap perilaku sejumlah hewan. Ada yang memerlukan kejernihan air namun ada pula yang memerlukan air yang relatif keruh yang dapat memberikan perlindungan atau naungan bagi hewan tersebut. Karena itu, upaya mencegah terjadinya kekeruhan yang umumnya disebabkan oleh pasokan sedimen dari daratan menjadi penting agar fungsi ekosistem dapat berjalan secara optimum.

9. 9. 9.

9. TemperaturTemperaturTemperaturTemperatur. Temperatur memiliki pengaruh yang besar dalam ekosistem pesisir. Proses fisiologi hewan akuatik sangat tergantung pada temperatur. Perubahan temperatur, seperti yang dihasilkan oleh buangan pembangkit listrik atau perubahan pola aliran berdampak negatif bagi berlangsungnya fungsi ekosistem wilayah pesisir. Selain itu, karena beragam jenis hewan yang memerlukan estuari bagi perjalanan hidupnya. Temperatur optimal bagi berbagai habitat akuatik tidak hanya tergantung pada preferensi spesies, tetapi juga keberadaan ekosistem pesisir secara keseluruhan. Karena itu, fluktuasi temperatur yang mencolok dapat mengganggu berfungsinya ekosistem secara normal.

10.

10.10.10. JumlahJumlahJumlahJumlah oksigenoksigenoksigenoksigen. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut menjamin fungsi ekosistem secara optimal. Oksigen dan karbondioksida merupakan gas yang penting bagi kehidupan di perairan pesisir. Hewan memerlukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan tumbuhan memerlukan karbondioksida serta mengeluarkan oksigen secara seimbang. Ada suatu keseimbangan yang kritis dalam siklus antara tumbuhan dan hewan yang juga melibatkan peralihan gas yang larut di permukaan air dan dari atmosfir. Ekosistem perairan pesisir membutuhkan minimal 6 ppm oksigen terlarut bagi berfungsinya ekosistem secara normal.

11.

11.11.11. SalinitasSalinitasSalinitasSalinitas. Salinitas mempengaruhi proses osmoregulasi bagi organisme perairan, sehingga berdampak pada proses adaptasi osmotik yang pada gilirannya akan mempengaruhi keragaman spesies, kelimpahan dan distribusi biota di perairan pesisir. Dengan demikian, salinitas akan menentukan produktivitas perairan pesisir sebagai cerminan berfungsinya ekosistem pesisir secara optimal.

Kesebelas kaidah ekologis ini mencerminkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir harus didasarkan atas pemahaman prespektif holistik. Karena itu, Clark (1974) mengelaborasi kaidah ekologis ini menjadi acuan bagi pengelolaan wilayah pesisir sebagai berikut:

1. IntegritasIntegritasIntegritasIntegritas ekosistem:ekosistem:ekosistem:ekosistem: Bahwa setiap ekosistem pesisir harus dikelola sejalan dengan keterkaitan bagian-bagian serta sebagai satu kesatuan yang utuh.

2. DAS:DAS:DAS:DAS: bahwa pengelolaan DAS sedapat mungkin mempertahankan pola alaminya, karena DAS adalah faktor kunci dalam pengelolaan air sebagai komponen utama keterkaitan elemen-elemen ekosistem.

3. PenyanggaPenyanggaPenyanggaPenyangga DAS:DAS:DAS:DAS: Perlu dibangun penyangga DAS berupa vegetasi sepanjang DAS tersebut sejalan dengan meningkatnya pembangunan. Tata guna lahan yang dicirikan oleh penutupan lahan menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan fungsi hidroorologi DAS.

4. LahanLahanLahanLahan basahbasahbasahbasah dandan wilayahdandanwilayahwilayahwilayah pasangpasangpasangpasang surut:surut:surut:surut: Perlu melestarikan lahan basah dan pasang surut yang bervegetasi sejalan dengan meningkatnya pembangunan. 5. Penyimpanan:Penyimpanan:Penyimpanan:Penyimpanan: Komponen penyimpanan (storage) dari ekosistem adalah

komponen yang sangat penting dan harus selalu dilindungi.

6. Energi:Energi:Energi:Energi: Untuk mempertahankan ekosistem pada fungsi optimumnya perlu dilakukan perlindungan dan optimisasi sumber dan aliran energi yang memberikan tenaga ke dalam sistem.

Laut dan pesisir dalam esensinya bersifat sangat unik dan dinamis, memiliki interaksi yang kuat dalam sistem dan prosesnya, khususnya antar muka sistem daratan dan lautan serta interaksi antara berbagai ekosistemnya yang sangat dinamis dan vital bagi kehidupan, yang dihuni oleh mayoritas flora dan fauna yang mesti dilestarikan keanekaragam hayatinya berikut habitatnya. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir memerlukan perhatian khusus dan berhati-hati dalam perencanaan dan pengelolaannya.

Mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi dalam pembangunan pesisir dan laut, maka keterpaduan ekologis, sistem, antar disiplin, antar sektor, (yang bersasaran serbaguna), menjadi prasyarat mutlak bagi berlangsungnya fungsi sumberdaya pesisir dan lautan untuk maksud dan tujuan peningkatan kesejahteraan sosial budaya dan ekonomi komunitas laut dan pesisir serta masyarakat luas pada umumnya, dengan berupaya memantapkan kelembagaan dan jaminan hukum dalam merencanakan dan mengelolan sumberdaya serta lingkungan laut dan pesisir secara terpadu oleh generasi kini dan untuk warisan ke pada generasi mendatang, agar sumberdaya dan lingkungan tetap lestari dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Wilayah pesisir sebagai daerah ecoton, merupakan bagian integral dari ekosistem DAS yang lebih luas, sehingga segala aktivitas yang ada di daerah hulu akan berdampak pada keberlanjutan manfaat sumberdaya pesisir. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah ekologi dan menjadi pijakan pemahaman fungsional yang bersifat holistik dari ekosistem pesisir akan menimbulkan dampak terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya pesisir. Sebagai bagian integral dari DAS, maka upaya yang mengarah pada pelestarian peran dan fungsi DAS dalam mempertahankan fungsi hidroorologi menjadi penting untuk dilakukan. Perubahan penutupan lahan akibat kegiatan manusia yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah ekologi dapat menimbulkan perubahan limpasan air permukaan, erosi dan sedimentasi sehingga sistem hidrologi akan terganggu. Dampak lebih lanjut adalah pasokan limpasan air permukaan dan air tanah ke wilayah pesisir sebagai terminal point dari DAS akan berubah dan berfluktuatif. Indikator yang mudah diketahui sebagai cerminan rusaknya DAS adalah terjadinya banjir pada waktu penghujan dan kekeringan di waktu musim kemarau. Kedua fenomena ini menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar terhadap stabilitas fungsional ekosistem, dan kerugian materi serta hilangnya jasa lingkungan yang signifikan. Kondisi ini akan mempengaruhi fungsionalitas ekosistem pesisir, karena perubahan gradient lingkungan yang sangat menyolok berpengaruh pada proses kehidupan di wilayah pesisir. Sedimentasi, pencemaran, dan banjir di wilayah pesisir merupakan contoh permasalahan akibat pemanfaatan sumberdaya yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah ekologis.

Kerusakan DAS akan berdampak pada kualitas lingkungan perairan pesisir yang menciri padabudgetair dan material yang berfluktuatif. Akibat lanjut adalah terjadinya banjir, kekeruhan, sedimentasi, eutrofikasi, dan pencemaran logam berat dan pestisida, kesemuanya berpengaruh pada perubahan kelayakan fungsi ekologi perairan pesisir bagi kehidupan organisme akutik dan bagi kepentingan jasa transportasi, pariwisata, dan jasa lingkungan (kenyamanan dan estetika). Karena itu, pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan seluruh komponen penyusun ekosistem DAS. Integrasi dan koordinasi serta kolaborasi organisasi antar berbagai sektor menjadi penting dalam

mempertahankan fungsi hidrologi DAS. Penataan lahan yang proporsional antara kepentingan ekonomi dan ekologi serta antara kepentingan produksi dan konservasi diharapkan dapat mempertahankan kestabilan fungsi ekosistem DAS secara menyeluruh yang tercermin pada keberlanjutan manfaat sumberdaya wilayah pesisir sebagai terminal point dari aliran air dalam kawasan DAS.

2.8 2.8

2.82.8 NilaiNilaiNilaiNilai EkonomiEkonomiEkonomiEkonomi EkosistemEkosistemEkosistemEkosistem TerumbuTerumbuTerumbuTerumbu KarangKarangKarangKarang

Barton (1994) menjelaskan bahwa nilai ekonomi dari ekosistem terumbu karang merupakan nilai dari seluruh instrument yang ada padanya termasuk sumber makanan dan jasa ekologis. Nilai dari seluruh instrumen yang terdapat pada ekosistem terumbu karang dapat dikuantifikasi melalui metode valuasi ekonomi total (Total Economic Valuation/TEV). Berdasarkan teori ekonomi neoklasik seperti consumer surplus dan willingness to pay dapat didekati nilai ekosistem terumbu karang yang bersifat tiada nilai pasar (non market value).

Menurut Fauzi ( 2005) valuasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan baik atas nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar (non market value). Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam. Tujuan dari penilaian ekonomi antara lain digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi, maka valuasi ekonomi dapat menjadi suatu peralatan penting dalam peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri. Dijelaskan juga oleh Fauzi (2005) bahwa terdapat tiga ciri yang dimiliki oleh sumberdaya yaitu:

1. Tidak dapat pulih kembali, tidak dapat diperbaharuinya apabila sudah mengalami kepunahan. Jika sebagai asset tidak dapat dilestarikan,maka kecenderungannya akan musnah.

2. Adanya ketidakpastian, misalnya terumbu karang rusak atau hilang. Akan ada biaya potensial yang harus dikeluarkan apabila sumberdaya alam tersebut mengalami kepunahan.

3. Sifatnya yang unik, jika sumberdaya mulai langka, maka nilai ekonominya akan lebih besar karena didorong pertimbangan untuk melestarikannya. Penilaian ekonomi sumberdaya merupakan suatu bentuk penilaian yang komprehensif. Dalam hal ini tidak saja nilai pasar (market value) dari barang tetapi juga nilai jasa (nilai ekologis) yang dihasilkan oleh sumberdaya alam yang sering tidak terkuantifikasi kedalam perhitungan menyeluruh sumberdaya alam. Menurut Constanza and Folke (1977) diacudalamAdrianto (2006) tujuan valuasi ekonomi adalah menjamin tercapainya tujuan maksimisasi kesejahteraan individu yang berkaitan dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Selanjutnya Constanza (2001) dalam Adrianto (2006) menyatakan untuk tercapainya ke tiga tujuan diatas, perlu adanya valuasi ekosistem berdasarkan tiga tujuan utama yaitu efisiensi, keadilan, dan keberlanjutan.

Sementara itu, menurut Krutila (1967) dalamFauzi (2005) untuk mengukur nilai sumberdaya dilakukan berdasarkan konsep nilai total(total value) yaitu nilai kegunaan atau pemanfaatan (use value) dan nilai bukan kegunaan atau non use values.Konsep use valuepada dasarnya mendefinisikan suatu nilai dari konsumsi aktual maupun konsumsi potensial dari suatu sumberdaya. Barton (1994) membagi konsep use value kedalam nilai langsung (direct use value) dan nilai tidak langsung (indirect use value) adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan aktual dari barang dan jasa serta nilai pilihan (option value).Sementara nilai non use value meliputi nilai keberadaan existence values dan nilai warisan (bequest values) jika nilai-nilai tersebut dijumlahkan akan diperoleh nilai ekonomi total (total economic values).

Nilai guna langsung meliputi seluruh manfaat dari sumberdaya yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi dan produksi dimana harga ditentukan oleh mekanisme pasar. nilai guna ini dibayar oleh orang secara langsung mengunakan sumberdaya dan mendapatkan manfaat darinya. Nilai guna tidak langsung terdiri dari manfaat - manfaat fungsional dari proses ekologi yang secara terus menerus memberikan kontribusi kepada masyarakat dan ekosistem. Sebagai contoh terumbu karang terus menerus memberikan perlindungan kepada pantai, serta peranannya dalam mempertahankan keberlanjutan sumberdaya perikanan terkait dengan fungsinya sebagaispawning ground, nursery grounddanfeeding ground.

Metode Metode

MetodeMetode ValuasiValuasiValuasiValuasi EkonomiEkonomiEkonomiEkonomi

Metode untuk menilai sumberdaya secara ekonomi umumnya dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu valuasi yang menggunakan fungsi permintaan dan yang tidak menggunakan fungsi permintaan. Pendekatan yang tidak mengunakan fungsi permintaan (non market demand approach) secara luas digunakan dalam menilai biaya dampak lingkungan dalam hal ini untuk menentukan respon kebijakan yang akan diterapkan.

Dokumen terkait