• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Perikanan Perikanan Perikanan Perikanan

3333 METODOLOGI METODOLOGI METODOLOGI METODOLOGI PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN

B. Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Perikanan Perikanan Perikanan Perikanan

B.B.B. ManajemenManajemenManajemenManajemen PemanfaatanPemanfaatanPemanfaatanPemanfaatan PerikananPerikananPerikananPerikanan

Analisis kesesuaian kawasan pada perikanan tangkap skala kecil hendaknya memperhatikan beberapa faktor- faktor antara lain pembagian zonasi yang jelas untuk aktivitas perikana dan wisata; pembatasan jenis alat tangkap dan perahu yang digunakan; pengelolaan secara spatial dan temporal terhadap penangkapan ikan target di kawasan terumbu karang; peningkatan pemodalan untuk menunjang usaha perikanan; pengembangan sarana dan prasaran perikanan seperti jalur transportasi pemasaran, fasilitas cold storage; dan kerjasama dengan pihak swasta/investor

Berbagai upaya rehabilitasi terumbu karang telah dilakukan untuk memperlambat laju degradasi yang disebabkan oleh alam dan manusia. Salah satunya adalah pengembangan teknologi terumbu buatan. Seperti yang tertuang pada Peraturan Presiden No. 121 tahun 2012 bahwa definisi rehabilitasi adalah proses pemulihan dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya dapat berbeda dari kondisi semula. Pengembangan teknologi terumbu buatan selama kurang lebih 13 tahun telah membentuk suatu kondisi ekosistem terumbu karang yang agak berbeda dari kondisi semula.

Hasil analisis pada ekosistem terumbu karang buatan dan terumbu karang alami memperlihatkan kondisi saat ini telah memberikan kontribusi secara ekologi dan ekonomi terhadap sistem sosial ekologi yang ada. Untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang terpadu dengan memperhatikan hal-hal menyangkut: upaya konservasi dan managemen daerah hulu untuk mengurangi degradasi (ekologi); penangkapan ikan ramah lingkungan (ekonomi); peningkatan pemahaman akan perlindungan dan perbaikan lingkungan (sosial); tradisi/budaya dan kearifan lokal (kelembagaan), alat tangkap dan penanganan hasil tangkapan (teknologi).

Rencana pengembangan kawasan pesisir khususnya ekosistem terumbu karang harus memperhatikan berbagai kepentingan yang mendasar yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya. Oleh karena itu dalam pengelolaan kawasan pesisir dibutuhkan pendekatan partisipatif yang menempatkan peran masyarakat pesisir yang turut mengambil keputusan dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

Pengelolaan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment), yang memandang potensi masyarakat sebagai sumberdaya utama dan keseimbangan faktor ekologi ekonomi merupakan tujuan dari pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan. Prinsip pengelolaan yang harus dikembangkan adalah:

1. Co-ownership yaitu kepemilikan bersama sehingga ada hak masyarakat yang harus diakui dan dilindungi.

2. Co-operation/ co-management yaitu dalam kepemilikan bersama pengelolaan sumberdaya terumbu karang harus dilakukan bersama seluruh stakeholder; baik pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat dengan sistem koordinasi yang baik. 3. Co-responsibility yaitu yaitu bahwa keberadaan kawasan terumbu karang

berterumbu buatan merupakan tanggung jawab bersama sehingga pengelolaan pemanfaatannya baik untuk wisata bahari dan perikanan harus menjadi tanggung jawab bersama.

Pengelolaan kawasan terumbu karang berterumbu buatan di pesisir Ratatotok memerlukan keterpaduan antara kebijakan dan aksi pengelolaan yang di dalamnya terdapat keterpaduan sistem, fungsi dan kebijakan. Penerapan keterpaduan sistem harus mempertimbangkan karakteristik sumberdaya seperti perubahan fisik lingkungan, pola pemanfaatan dan aspek sosial ekonomi. Pola pemanfaatan wisata bahari dan perikanan karang haruslah tetap berbasis pada prinsip-prinsip konservasi. Pemanfaatan kawasan ini harus memperhatikan tujuan awal peletakan terumbu buatan reef ball untuk menciptakan habitat ikan dan mengurangi tekanan pada terumbu karang alami sehingga akitivitas wisata dan perikanan nantinya tidak justru akan merusak ekosistem yang ada.

Strategi pengelolaan berkelanjutan terhadap ekosistem terumbu karang dengan memadukan berbagai dimensi diatas diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus tetap mempertahankan kondisi sumberdaya dengan tetap lestari.

6.

6.6.6. KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN DANDANDANDAN SARANSARANSARANSARAN

6.1

6.16.16.1 SimpulanSimpulanSimpulanSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah spesies dan individu ikan karang pada terumbu alami dengan terumbu buatan jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan pada terumbu alami saja. Hal ini berkaitan dengan struktur terumbu buatan (reef ball) yang sangat sesuai untuk berperan sebagai habitat ikan karang. Keberadaan terumbu buatan memberikan kontribusi secara ekologis dan ekonomis bagi sistem sosial ekologi masyarakat pesisir yang didekati dengan kelimpahan ikan target. Pada tahun pengamatan 2009-2011 ditemukan presentase tutupan karang pada lokasi terumbu alami dengan terumbu buatan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dengan presentase tutupan karang pada lokasi terumbu alami saja.

2. Kawasan terumbu karang Perairan Ratatotok sesuai untu dimanfaatkan bagi pengembangan wisata dan perikanan (skala kecil). Dalam upaya pengembangan ekowisata dan perikanan tidak lepas dari peran pemerintah sehingga strategi pengelolaan perlu memperhatikan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, budaya serta teknologi yang terpadu sehingga mewujudkan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan.

3. Strategi pengelolaan terumbu karang berbasis terumbu buatan (reef ball) yang terpadu berkelanjutan berbasis pada pengelolaan dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Skenario terbaik yang dapat diterapkan yaitu pengembangan minawisata bahari berbasis konservasi dalam upaya untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan terumbu karang berterumbu buatan.,

6.2 6.2 6.2

6.2 SaranSaranSaranSaran

Berdasarkan uraian di atas, maka implikasi hasil penelitian ini dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah dan pihak terkait lainnya yang terintegrasi sehingga program dan kegiatan dapat dilaksanakan secara terpadu.

Hal tersebut tidak saja terbatas pada pengelolaan ekosistem terumbu karang namun dapat dijadikan acuan pada program pengelolaan pada ekosistem atau kawasan yang mengalami degradasi yang telah atau akan direhabilitasi. Akan tetapi sebelum program dilaksanakan, dibutuhkan kegiatan inisiasi, perencanaan dan implementasi, pemantauan dan evaluasi, serta umpan balik pengelolaan terkait dengan bentuk-bentuk pengelolaan di lapangan. Setiap program dan kegiatan sebaiknya dilakukan secara terbuka antar semua pihak yang terkait untuk menjamin akuntabilitas program. Sehingga program pengelolaan yang disusun tidak hanya memperbaiki satu aspek pengelolaan tetapi bersifat lebih terpadu untuk menyelesaikan masalah-masalah pengelolaan yang ada.

Dokumen terkait