• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner a. Menurut Orang

WHO melaporkan bahwa pada tahun 2000 proporsi beban penyakit di dunia akibat PJK adalah 3,8% terdiri atas 4,2% penderita pria dan 3,4 % penderita wanita dengan proporsi kematian akibat PJK adalah 12,4% terdiri atas 12,2% kematian pria dan 12,6% kematian wanita.3

Berdasarkan penelitian Pittaraman Damanik di RSUP H. Adam Malik tahun 2000-2004 penderita Penyakit Jantung Koroner paling banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 144 orang (62,6%) dan jenis perempuan 86 orang (37,4%).20

b. Menurut Tempat

Penyakit Jantung Koroner lebih banyak terjadi pada negara maju dibandingkan negara sedang berkembang dan lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.2

Menurut laporan WHO 2004, pada tahun 2002 jumlah penderita PJK mencapai 58,6 juta yaitu 3,9% dari seluruh beban penyakit di dunia. Jumlah penderita PJK di Afrika sebanyak 3,3 juta (5,6%), di Amerika 6,2 juta (10,6%), di Asia Tenggara 20,7 juta (35,3%), di Eropa 15,7 juta (26,7%), di Timur Tengah 5,3 juta (9%), dan di Asia Pasifik 7,4 juta (12,8%). PJK menyebabkan 7,2 juta kematian yaitu

12,6% dari seluruh kematian di dunia. Jumlah Kematian di Afrika 400 ribu (5,6%), di Amerika 900 ribu (12,5%), di Asia Tenggara 2 juta (27,8%), di Eropa 2,4 juta (33,3%) di Timur Tengah 500 ribu (6,9%) dan di Asia Pasifik 1 juta (13,9%).21

Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas tahun 2005, kasus tertinggi PJK adalah di kota Semarang yaitu sebesar 19,54% (1.487 orang) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus PJK di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Kasus tertinggi kedua adalah di Kabupaten Sragen yaitu sebesar 16,53% (1.165 orang). Kasus paling sedikit dijumpai di Kabupaten Pemalang yaitu sebesar 0,11% (20 orang).22

c. Berdasarkan Waktu

Epidemi PJK dimulai pada abad 17 di Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Angka kematian tertinggi ditemukan di Finlandia, Skotlandia, dan Irlandia. Pada tahun 1998 di Inggris penyakit kardiovaskuler menyebabkan 250 ribu kematian, dimana 22,2% diantaranya karena PJK yang terdiri atas 25% kematian pria dan 20% kematian wanita.6

Dinegara berkembang termasuk Indonesia pada mulanya PJK menyerang masyarakat golongan sosial ekonomi tinggi, namun saat ini telah merambat kepada golongan sosial ekonomi menengah ke bawah.2

2.5.2 Determinan Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner tidak ditimbulkan oleh penyebab tunggal, namun ada beberapa faktor risiko yang diduga sebagai penyebab penyakit ini. Berbagai

faktor risiko Penyakit Jantung Koroner bekerja saling berinteraksi dalam memperberat kondisi penyakit.2,12

Secara garis besar faktor risiko Penyakit Jantung Koroner dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi: hiperkolesterolemia, hipertensi, merokok dan obesitas, diabetes mellitus, kurang aktivitas fisik, stres, dan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi: keturunan, jenis kelamin, dan usia.2

a. Faktor Risiko Yang dapat Diubah (modifiable). 1. Hiperkolesterolemia

Kenaikan kadar kolesterol berbanding lurus dengan peningkatan terjadinya serangan Penyakit Jantung Koroner. Peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein) dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko yang penting pada Penyakit Jantung Koroner. Setiap penurunan 4 mmHg HDL akan meningkatkan risiko PJK sekitar 10%.1

Masukan kolesterol merupakan faktor terpenting yang menentukan kadar kolesterol dalam darah. Lemak yang bersifat aterogenik (meningkatkan kadar kolesterol) yaitu kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Sedangkan HDL bersifat antiaterogenik. LDL disebut juga kolesterol jahat karena LDL yang tinggi menyebabkan mengendapnya kolesterol dalam arteri 14

HDL dianggap sebagai kolesterol baik karena dapat membawa kelebihan kolesterol jahat dari pembuluh darah arteri untuk diproses dan dibuang, sehingga

semakin tinggi HDL maka semakin baik terlindung seseorang dari risiko penyakit jantung koroner. Batasan kolesterol yang dianjurkan adalah :

- Kadar kolesterol total : < 200 mmHg - Kadar kolesterol HDL : > 45 mmHg - Kadar kolesterol LDL : < 130 mmHg - Kadar trigliserida : < 200 mmHg

- Rasio total kolesterol terhadap HDL pada laki-laki <4,5 mg/dl dan pada perempuan < 4 mg/dl. 14

2. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.23 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Hipertensi dijumpai pada seseorang bila Tekanan Darah Diastolik (TDD) sama dengan atau diatas 90 mmHg dan Tekanan Darah Sistolik (TDS) sama dengan atau diatas 140 mmHg.1

Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh arteri. Arteri mengalami proses pengerasan menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya, dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner.14 Penyakit Jantung Koroner akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi.1

Menurut Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure 7 (JNC-7) tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita seperti pada tabel berikut ini.24

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik

No JNC 6 (1999) SBP/DBP JNC 7 (2003) 1 Optimal < 120 / 80 Normal 2 Normal 120-129 / 80-84 3 Borderline 130-139 / 85-89 Prehypertension 4 Hypertension 140 / 90 Hypertension 5 Stage 1 140-159 / 90-99 Stage 1 6 Stage 2 160-179 / 100-109 7 Stage 3 180 / 110 Stage 2

Sumber: The Joint National Commite on Prevention Detection, and treatment Of High Pressure-6 (JNC-6,1999) dan The Joint Comitte on Detection and Treatment Of High Pressure- 7 (JNC- 7, 2003)

3. Merokok

Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan menyebabkan darah menjadi kental sehingga mendorong percepatan pembekuan darah. Platelet dan fibrinogen meningkat sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadi trombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu rokok dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).1

Penurunan risiko Penyakit Jantung Koroner akibat rokok akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali tanpa risiko PJK akibat rokok setelah 10 tahun berhenti merokok.25

4. Obesitas

Obesitas adalah keadaan berat badan lebih. Obesitas dapat meningkatkan beban jantung, ini berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner terutama karena pengaruhnya pada tekanan darah, kadar kolesterol darah dan juga diabetes. Seseorang yang mengalami kegemukan kemungkinan menjadi penderita Penyakit Jantung Koroner 2 kali lipat daripada seseorang yang memiliki berat badan normal.12

5. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi normal. Menurut American Diabetes Association (ADA 1997) kadar glukosa normal darah vena pada waktu puasa tidak melebihi 126 mg/dl dan pada 2 jam sesudah minum glukosa oral 75 gram tidak melebihi 200 mg/dl.26

Diabetes mellitus memperburuk prognosis Penyakit Jantung Koroner. Angka kematian karena PJK meningkat 40-70% pada penderita diabetes. Penderita diabetes wanita memiliki risiko terkena Penyakit Jantung Koroner 3-7 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita diabetes. Pada penderita diabetes tipe 2 (tidak tergantung pada insulin) peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan lipoprotein yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida. Oleh karena itu kontrol gula darah melalui obat, diet, dan olah raga dapat membantu menekan risiko terkena Penyakit Jantung Koroner pada penderita diabetes.1

6. Kurang Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik atau olah raga secara teratur dapat mengendalikan kadar kolesterol dan peningkatan pengeluaran energi, kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah menurun sedangkan HDL meningkat.Secara umum aktivitas

fisik memperbaiki metabolisme glukosa, mengurangi lemak tubuh, dan menurunkan tekanan darah.1

7. Stres

Stres adalah suatu keadaan mental yang tampak sebagai kegelisahan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.14

Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh pada saat stres peningkatan respons saraf simpatik memicu peningkatan tekanan darah dan terkadang disertai dengan kadar kolesterol darah. Orang yang mudah stres akan lebih berisiko terkena PJK dibandingkan dengan seseorang yang tidak mudah mengalami stres. Dalam Norwegian Study, pemeriksaan kolesterol pada sembilan orang mahasiswi kedokteran usia 22-33 tahun saat ujian dan 48 jam setelah ujian. dua bulan kemudian kadar kolesterol diperiksa lagi saat jeda,ternyata kolesterol total meningkat 20% selama ujian dan 48 % sesudahnya dibanding saat jeda.1

b. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Nonmodifiable) 1. Keturunan (Genetik)

Riwayat penyakit jantung didalam keluarga pada usia dibawah 55 tahun merupakan salah satu faktor risiko yang perlu dipertimbangkan.begitu juga dengan faktor-faktor risiko Penyakit Jantung Koroner yang diturunkan seperti hiperkolesterolemia, penyakit darah tinggi, dan diabetes mellitus.1

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki lebih berisiko terkena Penyakit Jantung Koroner dibandingkan dengan wanita. Di AS gejala Penyakit Jantung Koroner sebelum umur 60 tahun dilaporkan 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti laki-laki mempunyai risiko Penyakit Jantung Koroner 2-3 kali lebih besar daripada wanita. Akan tetapi pada wanita yang sudah menopause risiko Penyakit Jantung Koroner meningkat dan hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki. Hal ini berkaitan dengan penurunan hormon estrogen yang berperan penting dalam melindungi pembuluh darah dari kerusakan yang memicu terjadinya atherosklerosis.1,25

3. Usia

Usia seseorang merupakan faktor risiko yang kuat bagi terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Walaupun dalam hal ini masih belum jelas sampai berapa jauh kerentanannya terhadap atherosklerosis dengan semakin bertambahnya umur seseorang.18 Semakin bertambah usia, risiko terkena Penyakit Jantung Koroner makin tinggi dan pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun keatas. Menurut data yang dilaporkan American Heart Association, 1 dari 9 wanita berusia 45-60 tahun menderita Penyakit Jantung Koroner dan 1 dari 3 wanita berusia diatas 60 tahun menderita Penyakit Jantung Koroner sedangkan 1 dari 2 wanita akan meninggal karena penyakit jantung dan stroke.1

2.6 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Dokumen terkait