Winarti
A. Pendahuluan
Berbicara tentang inovasi pembelajaran di masa Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ini memang diposisikan antara apakah itu menjadi tantangan atau menjadi peluang? Belasan penulis di dalam book chapter ini memiliki pendapatnya yang beraneka ragam. Posisi mereka yang sebagai dosen atau pendidik tahu persis menghadapi situasi belajar di era pandemi yang belum habis ini karena mereka adalah subjek yang langsung terjun ke lapangan berada di garis paling depan dalam merawat gerbang pendidikan yang di dalamnya terdapat banyak anak bangsa yang perlu “dimekarkan”.
Antara tantangan dan peluang itu dapat ditunjukkan pada garis besar di bagian epilog ini sebagai jamuan terakhir dalam book chapter.
B. Peluang dan Tantangan di Masa New Normal
E-learning adalah salah satu aplikasi pembelajaran yang digunakan di masa pandemi ini. Studi yang dilakukan oleh Rodgers (2008) menemukan bahwa keterlibatan dalam e-learning yang lebih besar mengarah pada kinerja akademik yang lebih baik. Temuan ini menunjukkan kinerja akademik berpotensi ditingkatkan dengan mengembangkan strategi pengajaran yang mendorong keterlibatan mahasiswa yang lebih besar dalam proses e-learning.
272
Buelow et al. (2018)menyatakan, aktivitas keterlibatan mahasiswa dalam kelas online meliputi tugas, diskusi, proses pembelajaran dan upaya belajar. Kegiatan khusus yang memungkinkan keterlibatan dalam pembelajaran meliputi diskusi, tugas interaktif, dan topik tertentu (dan/ atau cara topik disajikan) di kelas (Buelow et al., 2018), usaha yang dilakukan untuk belajar, partisipasi dalam kegiatan kelas, interaksi, pemecahan tugas kognitif, kepuasan belajar, rasa memiliki, dan semangat belajar (Lee et al., 2019).
Hal-hal tersebut memungkinkan mahasiswa untuk (a) mempresentasikan perspektif mereka sendiri, (b) mendengar-kan perspektif lain, (c) membawa pengalaman pribadi, dan (d) mengatasi masalah sosial yang signifikan, dimulai dengan pertanyaan yang menggugah pikiran, dibuat baik oleh instruktur, mahasiswa, atau sesama anggota kelas (Buelow et al., 2018), hal itu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis Mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan penting yang ingin ditumbuhkan dan ditingkatkan selama proses pembelajaran. Karena pemikiran kritis memerlukan analisis, evaluasi, dan pembenaran posisi yang dipilih, maka pemikiran kritis sering dikaitkan secara pedagogis dengan pemecahan masalah dan komunikasi (Wilkin, 2017).
Metode pembelajaran ini akan membantu mahasiswa dalam menemukan konsep, berpikir kritis, bekerja sama dengan rekannya dan akan meningkatkan keterlibatan dalam e-learning. Dengan mengimplementasikan PBL, kemampuan pemecahan masalah mahasiswa akan meningkat, disertai dengan kemampuan untuk bekerja sama, peningkatan keterlibatan dengan e-learning dan peningkatan kemampuan berpikir kritis. Dalam hal ini inovasi ini berhasil menjadi peluang dalam belajar jarak jauh di era pandemi.
273
Sementara itu Peny Eriska dalam artikelnya yang berjudul Strategi Kreatif Pembelajaran Jarak Jauh di Kampus Merdeka Era New Normal menyampaikan secara tegas bahwa tenyata dunia pendidikan belum siap menjalankan kebijakan tersebut sehingga seiring berjalannya program pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online, ditemukan berbagai tantangan yang harus dihadapi mahasiswa. Di antaranya yaitu (1) belum meratanya koneksi internet, (2) model pembelajaran yang dianggap belum efektif hingga (3) munculnya rasa jenuh yang mengakibatkan timbulnya rasa malas serta ancaman kesehatan mental.
Namun di balik tantangan yang harus dihadapi mahasiswa terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan mahasiswa. Kebijakan kuliah online, tidak sepenuhnya buruk apabila mahasiswa mau menyadarinya. Beberapa peluang dari metode pembelajran jarak jauh (PJJ) secara online yaitu (1) fleksibelitas waktu dan tempat belajar memberikan banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif, (2) belajar online bisa menjadi peluang untuk melatih kemandirian mahasiswa sehingga tertanam karakter mahasiswa lebih mandiri dan (3) terjadinya percepatan akselerasi revolusi teknologi yang mendorong masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa lebih maju lagi di dunia teknologi.
Berdasarkan tantangan dan peluang tersebut, akhirnya peneliti menemukan beberapa strategi kreatif untuk memaksimalkan peran perguruan tinggi, dosen dan mahasiswa menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Metode tersebut di anataranya yaitu (1) Study Challenge and Action, salah satu metode yang dapat digunakan dosen dan mahasiswa atasi rasa jenuh saat melakukan pembelajaran jarak jauh. Metode ini menggunakan dua unsur konsep yaitu ‘Challenge’ berarti tantangan dan ‘Action’ berarti tindakan. (2) Appreciation
274
Month merupakan metode pembelajaran dengan cara memberikan apresaisi per setiap bulan kepada mahasiswa yang aktif, kreatif dan inovatif dalam menjalankan proses pembelajaran. (3) Study in Media Digital merupakan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang melibatkan peran media sosial mahasiswa dalam proses pembelajaran. Melalui metode ini mahasiswa bisa menabung jejak digital melalui konten edukatif di media sosial mereka dan dijadikan portofolio.
Menurut Nadiem “Konsep perguruan tinggi dalam Merdeka BelajarKampus Merdeka memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. (Dirjen Perguruan Tinggi, 2020)
Kebijakan yang dilakukan pemerintah merupakan penerapan desain baru dalam praktik pendidikan di perguruan tinggi yang memasuki era industri 4.0, konsep ini untuk menegaskan kembali makna tentang komitmen yang dibalut dengan keseriusan dan kolaborasi antara pemerintah, institusi, stakeholder dan masyarakat. Keseriusan dan kolaborasi ini harus berjalan beriringan dengan prinsip efektif, efisien, inovatif dan orientasi mutu dalam dimensi gotong royong.
Semangat gotong royong untuk hal-hal baru dalam mempersiapkan tantangan baru menjadi prinsip berinovasi.
Guru layang menjadi guideline dimaknai sebagai guru yang berada dalam ruang-ruang digital dan tetap menjadi penuntun garis akurasi capaian belajar siswa dan diduga guru akan dihadapkan pada persoalan ruang virtual tentang bagaimana kemampuan guru dalam penuntun konten pengetahuan belajar siswa dan kemapanan cyber pedagogy dalam kesiapan mengelola dan memanajemen ruang virtual tersebut. maka tuntutannya calon guru harus mampu menguasai peran tersebut agar dapat terampil mengajar dan
275
mendidik secara efektif, efisien, tepat dan terukur (contentknowledge) dan mampu mendayagunakan dan mendaya hasilkan teknologi sebagai media belajar di era industri 4.0
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari & Wirasty (2019) yang menyatakan bahwa permasalahan yang sering dijumpai adalah minimnya kemampuan guru dalam mengadopsi perkembangan teknologi informasi.
Upaya dalam mengatasi kendala yang ditemui adalah guru dapat berkreativitas dalam menciptakan media pembelajaran secara mandiri (Bakkidu & Sumartini, 2014).
Pemanfaatan teknologi multimedia dalam pembelajaran di era new normal menjadi sesuatu yang urgen, mengingatkan semakin bervariasinya model dan strategi pembelajaran yang bisa ditawarkan dengan penggunaan multimedia. Multimedia memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang bersifat konvensional.
Dari keunggulan tersebut berdampak positif terhadap manfaat yang diberikan oleh perangkat multimedia dalam pembelajaran, diantaranya adalah terbukti mampu meningkatkan minat, motivasi, hasil belajar, dan prestasi siswa, serta meningkatkan sumberdaya guru. Multimedia juga bermanfaat dalam menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna, berkesan, berkualitas, dan menyenangkan, sehingga mampu menstimulus perasaan dan pikiran siswa, dan mampu meningkatkan perkembangan kecerdasan siswa, meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaktif siswa dalam pembelajaran. Walaupun tidak dipungkiri dari keunggulan dan manfaat tersebut, dijumpai juga kelemahan, namun kelemahan tersebut masih dapat diatasi dan tidak mengurangi dari kebermanfaatan multimedia yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas
276
pendidikan, jika digunakan secara tepat dan sesuai tujuan pembelajaran.
Saran atau rekomendasi dalam pemanfaatan teknologi multimedia pembelajaran adalah adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi dan kapasitas tenaga pendidik agar memiliki keahlian pada bidang teknologi. Selain itu pemerintah juga harus secepatnya meningkatkan fasilitas jaringan online sehingga untuk siswa di daerah pedalaman memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama. Sedangkan saran bagi lembaga pendidikan adalah mengupayakan anggaran dana untuk pengadaan fasilitas sarana pembelajaran seperti multimedia dan juga untuk peningkatan kompetensi guru.
C. Penutup
Latform quiziz, media sosial, multimedia, youtube, teknik pembiasaan olah perilaku, dan lain-lain yang ditawarkan dalam tulisan di book chapter ini memberikan energi positif bahwa keberhasilan pembelajaran memang ditentukan oleh kerjasama antara dosen dan mahasiswa di kelas. Keberhasilan itu bermula dari langkah pendidik untuk mulai memilih inovasi yang dianggap mumpuni. Di tangan mereka, apa saja bisa berhasil jika mampu diinovasikan.
Pandemi tidak menjadi halangan untuk terus berkreativitas menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran secara daring. Inovasi tersebut yang hidup di era anak muda milenial ternyata sangat bisa diterima oleh mereka. Zaman ini adalah zaman yang siap menerima tantangan dan peluang.
277
DAFTAR PUSTAKA
Bakkidu, N., & Sumartini. (2014). Pemanfaatan Multi Media Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 16(1), 47–53.
Buelow, J. R., Barry, T., & Rich, L. E. (2018). Supporting learning engagement with online students. Online Learning Journal, 22(4), 313–340.
https://doi.org/10.24059/olj.v22i4.1384
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. (2020). Buku PanduanMerdeka Belajar-Kampus Merdeka.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lee, J., Song, H. D., & Hong, A. J. (2019). Exploring factors, and indicators for measuring students’ sustainable engagement in e-learning. Sustainability (Switzerland), 11(985), 1–12. https://doi.org/10.3390/su11040985 Lestari, N., & Wirasty, R. (2019). Pemanfaatan Multimedia
Dalam Media Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 349–353.
https://doi.org/10.32696/ajpkm.v3i2.289
Rodgers, T. (2008). Student Engagement in the E-Learning Process and the Impact on Their Grades in Englis.
International Journal of Cyber Society and Education, 1(2), 143–156.
Wilkin, C. L. (2017). Enhancing critical thinking: accounting students’ perceptions. Education + Training, 59(1), 15–
30.
278
279