• Tidak ada hasil yang ditemukan

proses adalah kemampuan proses dalam menghasilkan pro i kapasitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produ si dan sebaliknya. Apabila kapabilitas proses tidak dapat m rlu dibuat perubahan baik pada batas spesifikasi atau pad

37 ilai rata(rata kadar vitamin

(UCL) sebesar 1257.9920 da bagan kendali R yang uk sebesar 55.5517 mg/Kg n LCL sebesar 0.00. Bagan p ke 15 yang berada diluar terjadi karena penambahan

dry blending) sehingga n memiliki range yang jauh si penyebab khusus yang ih berada pada standar dan n menggunakan spesifikasi n menggunakan spesifikasi npa spesifikasi perusahaan

spesifikasi perusahaan jelas bahwa rata(rata kadar rusahaan walaupun proses ut juga dapat dilihat bahwa ilai target perusahaan yang cara keseluruhan proses ini pada proses produksi ini li atas (UCL).

n produk yang diinginkan. produk yang berada dalam apat memenuhi spesifikasi tau pada proses itu sendiri

38 Untuk menganalisis kapabilitas proses dibutuhkan Indeks kapabilitas proses (Cp) dan Indeks performansi Kane (CpK). Indeks kapabilitas proses (Cp) adalah rasio perbandingan antara rentang spesifikasi dengan rentang proses. Nilai Cp digunakan untuk mengindikasi jumlah produk cacat atau yang harus dikerjakan ulang (rework) dalam satuan part per million. Indeks performansi Kane (CpK) adalah indeks yang mengukur kecenderungan pergerakan grafik ke arah tengah (central tendency) dilihat dari spesifikasinya. Semakin tinggi nilai Cp dan CpK, berarti proses tersebut semakin mampu untuk memenuhi spesifikasi atau keinginan konsumen (Fryman, 2002).

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan bagan kendali X(bar dan R pada produk susu bubuk FF2, didapatkan hasil bahwa produk tersebut memiliki hasil yang tidak terkontrol secara statistik walaupun rata(rata pengukuran kadar vitamin C yang masih masuk kedalam standar dan spesifikasi perusahaan. Untuk mengetahui lebih lanjut apakah proses produksi tersebut memenuhi syarat kapabilitas proses yang baik maka dilakukan analisis dengan menentukan Cp dan CpK dari proses tersebut. Dengan menggunakan program SPSS dihasilkan nilai Cp dan CpK yang dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Nilai Cp dan CpK produk FF2 yang dihasilkan bagan kendali X(bar R dengan spesifikasi

perusahaan

Berdasarkan gambar tersebut didapat nilai indeks kapabilitas proses (Cp) pada proses produksi susu bubuk FF2 sebesar 3.588 dan indeks performansi Kane (CpK) sebesar 2.364. Menurut Gasperz (1998), kriteria yang digunakan untuk penilaian kapabilitas proses adalah sebagai berikut :

1) Cp > 1.33 ; maka proses memiliki kapasitas baik,

2) 1.00 < Cp < 1.33, maka proses dianggap baik namun perlu pengendalian apabila Cp telah mendekati 1.00,

3) Cp < 1.00, maka proses dianggap tidak baik. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk penilaian CpK :

1) CpK > 1.33, maka proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah atau atas, 2) 1.00 < CpK < 1.33, maka proses masih mampu memenuhi batas spesifikasi bawah atau atas,

3) CpK < 1.00, maka proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi bawah atau atas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai Cp dan CpK proses produksi tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari 1.33. Maka, kapabilitas proses tersebut termasuk memiliki kapasitas yang baik dan proses masih mampu memenuhi spesifikasi bawah atau atas. Hal ini terbukti dari bagan kendali X(bar R yang dihasilkan menunjukkan proses produksi tersebut mampu memenuhi spesifikasi bawah atau atas dari spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Fryman (2002), semakin tinggi nilai Cp dan CpK, berarti proses tersebut semakin mampu untuk memenuhi spesifikasi atau keinginan konsumen.

Capability Indices CPa 3.588

CpLa 2.364

CpUa 4.813

39

VI. KESIMPULA DA SARA

6.1

Kesimpulan

Sebelum dilakukan validasi metode analisis kadar vitamin C susu bubuk dengan metode potensiometri, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan yaitu standarisasi 2,6 dichlorophenol( indophenol (DPIP). Hasil standarisasi DPIP yang didapat menunjukkan adanya perubahan konsentrasi dalam setiap analisis dengan nilai standar deviasi (SD) tidak lebih dari 0.008 gr/L.

Berdasarkan uji akurasi dengan metode persen perolehan kembali (recovery) didapat nilai

recovery sebesar 101.81%. Sedangkan, uji akurasi dengan sampel acuan didapat akurasi sebesar 99.45% dan memiliki galat sebesar 0.55%. Hal ini sesuai dengan syarat penerimaan akurasi yaitu

recovery yang berkisar antara 98%(102% dan galat yang mendekati 0. Uji presisi keterulangan, didapat nilai RSD hasil perhitungan analisis yaitu sebesar 1.10 dan nilai RSD analisis tersebut memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan 0.67 kali RSD Horwitz, yaitu sebesar 3.82. Uji presisi ketertiruan yang dilakukan masing(masing analis memiliki nilai presisi yang dapat diterima. Begitu juga dengan nilai presisi yang dlakukan tiga analis didapat nilai RSD sebesar 0.8404 dan RSD Horwitz sebesar 5.72. Uji presisi keterulangan harus memenuhi syarat bahwa RSD analisis metode tersebut lebih kecil daripada 0.67 kali RSD Horwitz dan ketertiruan memenuhi syarat RSD analisis metode tersebut lebih kecil daripada RSD Horwitz.

Pengujian linearitas menghasilkan persamaan y = 0.002x + 0.112 yang mempunyai nilai R² sebesar 0.998. Dengan nilai R² tersebut menunjukkan bahwa metode analisis vitamin C menggunakan potensiometer ini memiliki linieritas yang baik, karena R² telah melebihi 0.99.

Uji batas deteksi (LOD) yang dilakukan potensiometer dengan mengukur konsentrasi vitamin C terendah pada konsentrasi 130 mg/Kg didapat konsentrasi aktual sebesar 141.7710 mg/Kg dan memiliki nilai LOD sebesar 30.42 mg/Kg dan LOQ 101.40 mg/Kg. Pengujian batas kuantitasi (LOQ), diperoleh konsentrasi yang memenuhi syarat presisi dan akurasi pada konsentrasi 476 mg/Kg. Dihasilkan nilai RSD analisis sebesar 1.93 dan 0.67 kali RSD Horwitz sebesar 4.22 yang menunjukkan bahwa hasil tersebut telah memenuhi syarat presisi, sedangkan akurasi yang dihasilkan dengan uji persen penerimaan kembali (recovery) masuk dalam range 95% (105% yaitu sebesar 103.03% tetapi hasil pengujian LOQ yang diterima didapat dari perhitungan nilai teoritis sesuai dengan prosedur perhitungan yang baku.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode yang dipakai untuk analisis vitamin C pada susu bubuk ini telah tervalidasi dan dapat dilakukan analisis selanjutnya yaitu menerapkan aplikasi

statistical process control (SPC) dan membuat diagram bagan kendali X bar(R.

Penerapan aplikasi SPC dengan menggunakan bagan kendali X(bar R pada produk susu bubuk FF2, terdapat bagan kendali yang tidak terkontrol karena memiliki satu titik yang berada diluar bagan kendali atas yaitu pada subgrup ke(15. Dari bagan X(bar R tersebut, didapat nilai rata(rata kadar vitamin C pada produk FF2 sebesar 1049.1207 mg/Kg. Nilai Upper Control Limit (UCL) sebesar 1257.9920 mg/Kg dan Lower Control Limit (LCL) sebesar 840.2494 mg/Kg. Pada bagan kendali R didapat nilai rata(rata variasi kadar vitamin C produk sebesar 55.5517 mg/Kg yang tertera pada central line(nya. Nilai UCL sebesar 307.3712 mg/Kg dan LCL sebesar 0.00. Berdasarkan bagan kendali yang diperoleh, rata(rata kadar vitamin C produk FF2 masih berada dalam standar dan spesifikasi perusahaan walaupun proses produksi tersebut memiliki satu penyebab variasi khusus. Dari bagan tersebut juga dapat dilihat bahwa rata(rata kadar vitamin C produk tersebut cenderung berada dibawah nilai target perusahaan yang terdapat pada kisaran 1250 mg/Kg. Sehingga, secara

40 keseluruhan proses ini tidak terkendali secara statistik karena kadar vitamin C yang dihasilkan pada proses produksi ini memiliki satu titik pada subgrup ke(15 yang berada diluar batas pengendali atas (UCL).

Analisis selanjutnya yaitu kapabilitas proses, dari hasil analisis ini didapat nilai Cp dan CpK sebesar 3.588 dan 2.364. Berdasarkan hasil yang didapatkan, nilai Cp dan CpK proses produksi tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari 1.33. Maka, kapabilitas proses tersebut termasuk memiliki kapasitas yang baik dan proses masih mampu memenuhi spesifikasi bawah atau atas.

6.2

Saran

Saran yang dapat penulis berikan antara lain pencampuran kering yang lebih merata untuk produk susu bubuk FF2 agar penyebab variasi khusus antar batch dapat dikurangi. Diperlukan pembuangan sisa DPIP pada selang potensiometer yang terpapar cahaya sebelum analisis kadar vitamin C dimulai.

41

Dokumen terkait