• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

4.2 Erupsi Gunung Agung

A. Profil Wilayah a.1. Kondisi geografis

Gunung Agung terletak di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali pada koordinat 8.3433° Lintang Selatan dan 115.5071° Bujur Timur.Batas-batas wilayahnya di sebelah utara : Laut Jawa; timur: Selat Lombok;selatan Samudra Indonesia; barat:Kabupaten

Klungkung, Bangli dan Buleleng.

Kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung meliputi desa-desa dan kecamatan di Kabupaten Karangasem dan Klungkung. KRB terdiri dari KRB II dan I, di mana derajat kerawanan KRB II lebih tinggi daripada KRB I.

KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan, panas, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat) , aliran lava dan khusus di dalam kawah berupa gas beracun. Luas KRB II adalah +215 km2 dan jumlah penduduknya sekitar 35.886 jiwa. Sedangkan KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan, banjir dan hujan abu lebat serta kemungkinan perluasan aliran awan panas dan lontaran batu (pijar) terutama jika letusannya semakin besar. Luas KRB I sekitar 185 km2 dan jumlah penduduknya 77.815 jiwa. (kutipan dari website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral).

Gambar 4.2

Kawasan Rawan Bencana Gunung Agung

a.2. Riwayat Letusan Gunung Agung

Gunung Agung tercatat empat kali meletus sejak tahun 1800, yaitu sebagai berikut : 1. Tahun 1808, pada tahun itu Gunung Agung melontarkan abu dan batu apung dengan

2. Tahun 1821, Gunung Agung meletus lagi. Letusannya disebut normal tetapi tak ada ket erangan terperinci. Data mengenai korban luka dan meninggal serta jumlah pengungsi tidak ditemukan.

3. Tahun 1843, Gunung Agung meletus lagi, didahului sejumlah gempa bumi,kemudian memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung. Data mengenai korban luka dan

meninggal serta jumlah pengungsi tidak ditemukan.

4. Tahun 1963, Gunung Agung meletus lagi dan dan tercatat berdampak sangat merusak. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka. Namun data jumlah pengungsi tidak ditemukan.

Pola dan sebaran hasil letusan sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, di antaranya adalah bersifat eksplosif (letusan dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan panas, dan aliran lava.

a.3. Kondisi Demografis

Meskipun hanya 2 kabupaten yang berada di wilayah KRB, namun pada kenyataannya erupsi Gunung Agung melibatkan dukungan dari seluruh kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali. Untuk itu pembahasan kondisi demografi, status kesehatan dan kapasitas akan membahas seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali yaitu sebanyak 9 kabupaten/kota.

Berdasarkan sensus tahun 2016, total populasi yang berada di Provinsi Bali adalah sebanyak 4.200.100, dengan rincian sebagaimana tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio di Provinsi Bali Tahun 2016

No. Kabupaten /Kota Jumlah Penduduk

(Jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Rasio Jenis Kelamin 1. Jembrana 273.300 324,66 98,62 2. Tabanan 438.500 522,44 98,60 3. Badung 630.000 1.505,30 104,08 4. Gianyar 499.600 1.357,61 101,94 5. Klungkung 176.700 560,95 97,87 6. Bangli 223.800 429,72 102,17 7. Karangasem 410.800 489,32 100,10 8. Buleleng 650.100 475,96 99,23 9. Denpasar 897.300 7022,23 104,40 Rata-rata 1.410 101

Mengacu pada Undang-undang Nomor:56/PRP/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, rata-rata kepadatan penduduk di 9 Kabupaten/Kota tersebut termasuk sangat padat yaitu ≥ 401 jiwa/km2. Hanya 1 kabupaten/kota yang termasuk cukup padat (251-400 jiwa/km2) yaitu Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016

Tabel 4.13

Jumlah Penduduk Rentan di Provinsi Bali

No. Kabupaten /Kota Jumlah Bayi(Jiwa) Balita (jiwa)Jumlah Hamil (jiwa)Jumlah Ibu

Jumlah Lansia (jiwa) Proporsi kelompok rentan di populasi 1. Jembrana 4.630 18.073 5.130 25.861 20% 2. Tabanan 4.876 23.123 5.409 59.357 21% 3. Badung 7.894 22.524 8.714 40.512 13% 4. Gianyar 6.066 28.245 6.718 51.713 19% 5. Klungkung 2.908 12.313 3.221 24.069 24% 6. Bangli 3.502 17.410 3.848 26.887 23% 7. Karangasem 7.677 31.165 8.451 49.829 24% 8. Buleleng 11.064 47.642 12.238 66.125 21% 9. Denpasar 15.193 30.889 15.199 35.762 11% Jumlah 63.810 231.384 68.928 380.115

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016 dan www.data.go.id

Proporsi kelompok rentan nasional yang terdiri dari bayi, balita, ibu hamil dan lansia, berdasarkan data di Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 adalah 20%. Melihat tabel 4.13 di atas, terdapat 5 kabupaten/kota yang di atas angka nasional dan kabupaten/kota dengan proporsi tertinggi yaitu Kab. Klungkung, Karangasem dan Bangli.

a.4. Profil Kesehatan

Tabel 4.14

Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali

No Kabupaten/ Kota Puskesmas RS Pemerintah RS Swasta Sarkes Lainnya Jumlah 1 Jembrana 10 1 2 42 55 2 Tabanan 20 1 5 103 129 3 Badung 13 1 6 384 404 4 Gianyar 13 1 5 118 137 5  Klungkung 9 1 2 43 55  6 Bangli 12 2 1 27 42  7 Karangasem 12 1 1 41 55 8 Buleleng 20 2 4 83 109 9 Denpasar 11 5 13 433 462 Jumlah 120 15 39 1.274 1.448

Sumber: Sarana Kesehatan Bali 2016

Bila dibandingkan dengan standard global (WHO dan Sphere), rata-rata setiap Kabupaten/kota sudah memiliki ≥ 1 fasyankes per 10.000 penduduk. Untuk Kab. Badung dan Kota Denpasar bahkan jauh di atas standard yaitu 6,4 fasyankes /10.000 penduduk (Kab. Badung) dan 5,1

Untuk jumlah Puskesmas hampir seluruh Kab/Kota telah memenuhi standard yaitu ≥ 1 Puskesmas per 50.000 penduduk. Satu-satunya yang belum yaitu Kota Denpasar dengan angkanya 0,6 Puskesmas per 50.000 penduduk. Untuk RS, seluruh kabupaten/kota jumlahnya telah memadai yaitu ≥ 1 RS per 250.000 penduduk.

Tabel 4.15

Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali

No Kabupaten/ Kota dr. Spesialis dr Umum dr. Gigi

Bidan Perawat Kesling Gizi

1 Jembrana 21 66 18 257 216 16 24 2 Tabanan 101 124 62 319 739 63 56 3 Badung 101 162 43 273 593 26 20 4 Gianyar 105 129 12 499 523 65 43 5 Klungkung 57 63 23 253 336 22 22 6 Bangli 69 75 33 289 563 44 36 7 Karangasem 41 77 28 313 343 40 27 8 Buleleng 53 106 41 490 755 49 61 9 Denpasar 721 222 70 680 2.850 154 108 JUMLAH 1.269 1.024 330 3.373 6.918 479 397

Tabel 4.16

Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali per 100.000 penduduk

No Kabupaten/ Kota dr. Spesialis dr Umum dr.

Gigi Bidan Perawat Kesling Gizi

1 Jembrana 7,7 24,1 6,6 94,0 79,0 5,9 8,8 2 Tabanan 23,0 28,3 14,1 72,7 168,5 14,4 12,8 3 Badung 16,0 25,7 6,8 43,3 94,1 4,1 3,2 4 Gianyar 21,0 25,8 2,4 99,9 104,7 13,0 8,6 5 Klungkung 32,3 35,7 13,0 143,2 190,2 12,5 12,5 6 Bangli 30,8 33,5 14,7 129,1 251,6 19,7 16,1 7 Karangasem 10,0 18,7 6,8 76,2 83,5 9,7 6,6 8 Buleleng 8,2 16,3 6,3 75,4 116,1 7,5 9,4 9 Denpasar 80,4 24,7 7,8 75,8 317,6 17,2 12,0 STANDARD MINIMAL 10 40 11 100 158 15 24

Keterangan : Kurang dari standar Sesuai/ diatas standar

Mengacu pada Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 54/2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, seluruh kabupaten/kota belum tercukupi kebutuhan untuk dokter umum dan tenaga gizi yaitu masing-masing minimal 40 dokter umum/100.000 penduduk dan 24 tenaga gizi / 100.000 penduduk. Sebagian besar kabupaten/kota masih kekurangan tenaga dokter gigi, bidan, perawat dan tenaga kesling yaitu standarnya sekurang-kurangnya 11 dr gigi/100.000 penduduk, 100 bidan/100.000 penduduk, 158 perawat/100.000 penduduk dan 15 tenaga kesling per 100.000 penduduk.Sedangkan untuk dokter spesialis hanya Kab. Jembrana dan Kab. Buleleng masih kurang dari kebutuhan yaitu

Tabel 4.17

Profil Kesehatan di Provinsi Bali

No Kabupaten IPM IPKM AHH AKI AKB

1 Jembrana 70,38 0.7272 71,57 104,5 17,30 2 Tabanan 74,19 0.7866 72,89 143,4 16,81 3 Badung 79,8 0.7897 74,42 0,0 6,02 4 Gianyar 75,7 0.8032 72,95 115,0 24,93 5 Klungkung 69,31 0.7219 70,28 34,9 14,91  6 Bangli 67,03 0.6910 69,69 86,0 16,22  7 Karangasem 65,23 0.6860 69,66 79,9 18,98 8 Buleleng 70,65 0.8327 70,97 115,2 9,01 9 Denpasar 82,58 0.8327 74,04 54,5 1,88

Sumber: Profil Kesehatan Bali 2016 dan IPKM Kemenkes (2013) Rendah/ Di bawah

rata-rata/ Di bawah angka nasional dan

provinsi

Sedang/ Rata-rata/ Menengah/ Di bawah angka provinsi dan di atas angka nasional

Tinggi/ Di atas rata-rata/ Di atas angka nasional dan

provinsi

Dari data di atas terlihat bahwa Kota Denpasar memiliki IPM tertinggi sebesar 82,58 dan IPM terendah adalah Kabupaten Karangasem sebesar 65,23. Berdasarkan kategori, hanya Kota

Untuk nilai IPKM hanya 3 kabupaten/kota yang di atas angk a IPKM rata-rata nasional maupun IPKM provinsi Bali, yaitu Kab. Klungkung, Kab. Buleleng dan Kota Denpasar. Sedangkan kabupaten/kota lainnya di bawah IPKM Provinsi namun masih di atas IPKM rata-rata nasional.

Berdasarkan data BPS tahun 2014 Umur Harapan Hidup (AHH) Nasional adalah 72,59 tahun dan AHH Provinsi Bali adalah 73,15 tahun. Dari 9 kabupaten kota ada 2 kabupaten/kota yang AHH lebih tinggi dari AHH nasional maupun provinsi yaitu Kota Denpasar dan Kab. Badung. Sedangkan 2 kabupaten yaitu Kab. Tabanan dan Gianyar lebih rendah dari AHH Provinsi Bali namun lebih tinggi dari AHH nasional. Kabupaten/kota lainnya lebih rendah dari AHH Provinsi maupun nasional.

Berdasarkan data WHO tahun 2015, AKI (Angka Kematian Ibu) nasional adalah 126/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Prov. Bali pada tahun 2016 adalah 78,7/100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Bali 2016). Kabupaten Tabanan merupakan satu-satunya kabupaten/ kota yang memiliki AKI di atas angka nasional maupun provinsi. Terdapat 3 kabupaten/kota dengan AKI di bawah angka provinsi maupun nasional yaitu Kab. Badung, Klungkung dan Kota Denpasar. Lima kabupaten/kota lainnya di atas angka provinsi namun masih di bawah AKI nasional.

Berdasarkan data BPS tahun 2012, AKB (Angka Kematian Bayi) nasional adalah 34/1000 kelahiran hidup dan AKB Provinsi Bali adalah 29/1000 kelahiran hidup. Bila kita lihat pada tabel 4.17, seluruh kabupaten/kota memiliki AKB di bawah angka nasional maupun provinsi.

Menilik Profil Kesehatan 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali, terlihat bahwa kondisi kesehatannya relatif cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai IPM, IPKM dan AKB yang nilainya sedang hingga tinggi. Jumlah fasyankes juga relatif cukup memadai. Kota Denpasar

Yang perlu dapat perhatian adalah seluruh kabupaten kekurangan tenaga kesehatan terutama dokter umum, bidan, sanitarian dan tenaga gizi. Sebanyak 5 kabupaten/kota angka harapan hidupnya masih di bawah angka nasional maupun angka provinsi. Selain itu masih ada 1 kabupaten dengan AKI yang tinggi yaitu Kab. Tabanan.

a.5. Kapasitas Lokal

Berdasarkan buku Risiko Bencana Indonesia yang dikeluarkan BNPB pada tahun 2016, Provinsi Bali termasuk memiliki kapasitas penanggulangan bencana tinggi.Untuk 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali, kapasitasnya dilihat dari hasil penilaian kapasitas di website INARisk BNPB, keberadaan desa/kelurahan siaga aktif dan desa/kelurahan tangguh bencana (tabel 4.18).

Untuk kapasitas di INARisk sebanyak 4 kabupaten/kota yaitu Kab. Jembrana, Klungkung, Bangli dan Karangasem tidak ada datanya. Dari 5 kabupaten/kota lainnya, hanya Kota Denpasar yang memiliki kapasitas sedang. Sedangkan kabupaten/kota lainnya yaitu Tabanan, Bandung, Gianyar dan Buleleng masih rendah. Jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan data di tabel 4.18 terlihat bahwa seluruh kabupaten/kota telah memiliki desa siaga aktif dengan persentase rata-rata hampir 100%. Dari grafik 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar (56,9%) masih berada pada tahapan awal pembentukan desa siaga yaitu strata pratama. Sebanyak 26,63% berada pada tahapan kedua . Sedangkan yang berada pada tahapan akhir yaitu strata Purnama dan Mandiri, relatif masih sedikit yaitu sekitar 16%.

Tabel 4.18

Kapasitas 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dalam Penanggulangan Bencana

No Kabupaten Kelas Kapasitas (INARisk) * Desa/Kelurahan Siaga Aktif ** (persentase dari seluruh desa/ kelurahan)

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana *** Jumlah Persentase dari seluruh desa/ kelurahan 1 Jembrana n.a. 100% 0 0% 2 Tabanan rendah 92,48% 2 2% 3 Badung rendah 100% 7 11% 4 Gianyar rendah 100% 2 3% 5 Klungkung n.a. 100% 0 0% 6 Bangli n.a. 100% 0 0% 7 Karangasem n.a. 100% 6 8% 8 Buleleng rendah 100% 2 1% 9 Denpasar sedang 100% 2 5% Keterangan : *) sumber INARisk BNPB

Grafik 4.1

Persentase Strata Desa/Kelurahan Siaga Aktif Provinsi Bali

sumber Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016

B. Kronologis Kejadian

Menjelang akhir bulan September 2017, PVMBG mendeteksi adanya peningkatan aktivitas vulkanik dari kegempaan yang terus meningkat dari Gunung Agung.

- Tanggal 22 September 2017 pukul 20.30 WITA, status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4).

- Tanggal 29 September 2017, Gubernur Bali mengeluarkan surat pernyataan keadaan siaga darurat.

- Tanggal 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA status Gunung Agung diturunkan menjadi Siaga (level 3), setelah kurang lebih sebulan status Awas.

- Tanggal 21 November 2017 pukul 17.05 WITA, gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem tersebut meletus dengan letusan bertekanan sedang.

- Tanggal 27 November 2017 pukul 06.00 WITA, status Gunung Agung dinaikkan dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4)

- Tanggal 27 November 2017, Bupati Karangasem menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama 14 hari sampai tanggal s.d. 10 Desember 2017 dan diperpanjang hingga 22 Desember 2017

Data pengungsian dan pelayanan kesehatan : - Pengungsian

Pengungsian telah dimulai sejak 1 minggu sebelum Gubernur menetapkan Siaga Darurat yaitu tanggal 22 September 2018 dengan jumlah pengungsi sebanyak 6.582 jiwa. Jumlah terus meningkat dengan rata-rata tertinggi antara 28 September hingga 8 November yaitu sekitar 135 ribu jiwa. Jumlah pengungsi tertinggi pada tanggal 4 Oktober 2017 yaitu seban-yak 150.109 jiwa di 435 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota.

Setelah penetapan Tanggap Darurat oleh Gubernur pada tanggal 27 November 2017, jumlah pengungsi perlahan meningkat dengan jumlah tertinggi pada tanggal 19 Desember 2017 yaitu 72.114 jiwa di 240 titik pengungsian. Jumlah rata-rata pengungsi pada tahap tanggap darurat jauh lebih rendah dibandingkan pada kondisi siaga darurat.

Meninjau karakteristik pengungsi, dari data yang ada jumlah laki-laki lebih banyak dari-pada perempuan. Sebanyak 43% dari pengungsi tidak ada data jenis kelaminnya. Untuk kelompok rentan, sebanyak 4 kabupaten tidak ada datanya sama sekali. Namun dari data yang ada, lansia merupakan kelompok rentan yang paling banyak bahkan hampir 2 kali lipat bila dibandingkan dengan balita.

Keterangan :

Sebelum penetapan kedaruratan

Siaga Darurat Tanggap Darurat

Grafik 4.2 Trend Pengungsi

No Kabupaten/ Kota

Jumlah Titik Pengunsi

Jumlah Pengungsian Kelompok Rentan

Total Jumlah Pengungsi L P Tidak ada data jenis kelamin

Balita Lansia Bumil Cacat

1 Jembrana 33 257 256 0 n.a n.a n.a n.a 513

2 Tabanan 10 n.a n.a 5.038 n.a n.a n.a n.a 5.038

3 Badung 6 n.a n.a 7.119 n.a n.a n.a n.a 7.119

4 Gianyar 8 393 362 12.491 66 74 4 2 13.246

5 Klungkung 122 11.632 11.197 0 1.664 2.259 n.a n.a 22.829

6 Bangli 56 6.049 5.623 106 335 406 311 12 11.778

7 Karangasem 133 19.207 17.590 15.450 1.031 1.350 24 8 52.247

8 Buleleng 24 n.a n.a 23.701 n.a n.a n.a n.a 23.701

9 Denpasar 43 6.442 7.196 0 692 2.009 14 5 13.638

Jumlah 435 43.980 42.224 63.905 3.788 6.098 353 27 150.109

- Pelayanan kesehatan

• Jumlah pengungsi yang meninggal selama fase kedaruratan sebanyak 71 orang,dengan rincian 69 orang pada masa siaga darurat dan 2 orang pada saat tanggap darurat. Jumlah korban meninggal terbanyak yaitu di Klungkung dan Karangasem.

Bila dilihat usianya, paling banyak di atas usia 60 tahun.Sedangkan penyebab

meninggaln-Tabel 4.19

Tabel 4.20

Kabupaten/Kota tempat Meninggal

No. Nama Kabupaten/Kota Tempat Meninggal

Jumlah yang meninggal (orang)

Angka Kematian Kasar Pengungsi per

1000 penduduk 1 Jembrana 0 0 2 Tabanan 3 2,38 3 Badung 2 1,12 4 Gianyar 2 0,6 5 Klungkung 30 5,26 6 Bangli 8 2,72 7 Karangasem 19 1,45 8 Buleleng 4 0,68 9 Denpasar 3 0,88 Jumlah 71 1,89

Angka kematian kasar Indonesia per 1000 penduduk tahun 2013 adalah 6,2 (sumber WHO). Se-dangkan angka kematian kasar Prov. Bali pada tahun 2010 adalah 3,06 (Profil Kesehatan Bali 2010). Bila melihat angka kematian kasar pengungsi secara total angka kematian selama 3 bulan kedaruratan dibagi jumlah pengungsi dan dikonversi menjadi setahun), jumlahnya masih di bawah angka di tingkat nasional maupun provinsi. Bila ditelaah masing-masing kabupaten/ kota, seluruhnya lebih kecil dibandingkan angka kematian kasar nasional. Namun bila

diband-Grafik 4.3

Usia Korban Meninggal Dunia

Grafik 4.4

Penyebab Korban Meninggal

Tabel 4.21

Jumlah pasien yang dilayani di Pos Kesehatan

No Status Rawat Jalan Rawat Inap Jumlah

1 Siaga Darurat 42.742 394 43.136

2 Tanggap Darurat 13.000 846 13.846

JUMLAH 55.742 1.240 56.982

Bila melihat trend kunjungan pasien rawat jalan di Pos Kesehatan Kab. Karangsem selama kedaruratan, meskipun jumlah pengungsi pada saat tanggap darurat menurun dibandingkan siaga darurat, namun jumlah pasien cenderung meningkat. Penyakit terbanyak adalah ISPA yang jauh lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Untuk trend penyakit ISPA, penyakit kulit dan common cold semuanya menunjukkan trend yang sama yaitu semakin meningkat mulai dari siaga darurat hingga tanggap darurat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada sejumlah grafik berikut ini. Beberapa titik yang kosong pada grafik dikarenakan tidak ada data.

Grafik 4.6

10 Penyakit Terbanyak di Pos Kesehatan Kab. Karangasem Selama Kedaruratan

keterangan:

Siaga Darurat Tanggap Darurat

keterangan:

Siaga Darurat Tanggap Darurat

keterangan:

Siaga Darurat Tanggap Darurat

Grafik 4.8

Trend Penyakit Kulit di Pos Kesehatan Kab. Karangasem pada Kondisi Siaga dan Tanggap Darurat

•Untuk kasus penyakit jiwa, terdapat 126 kasus dan sebagian besar dirawat inap. Sama seperti penyakit lainnya, kasus penyakit jiwa cenderung meningkat pada masa tanggap darurat meskipun julah pengungsi menurun. Jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini. Beberapa titik di grafik yang kosong dikarenakan tidak ada data.

Tabel 4.22

Kasus penyakit jiwa di pengungsian pada masa kedaruratan

No Status Rawat Jalan Rawat Inap Jumlah

1 Siaga Darurat 7 91 98

2 Tanggap Darurat 7 21 28

JUMLAH 14 112 126

keterangan:

◊ Upaya Siaga Darurat dan Tanggap Darurat

Setelah penetapan kedaruratan oleh Gubernur Bali, selanjutnya diaktfikan struktur penanganan bencana. Incident Commander penanganan bencana di lapangan adalah Dandim Kab. Karangasem dan Wakil Kepala BPBD Kab. Karangasem.

Untuk sektor kesehatan, dilakukan pembentukan dan pengaktifan Klaster Kesehatan Provinsi yang diketuai oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Sebagai koordinator pelaksana harian di lapangan adalah sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Selanjutnya Klaster Kesehatan menerbitkan MoU Antara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait komando saat masa tanggap darurat erupsi Gunung Agung.

Pada tahap siaga darurat, Klaster Kesehatan melakukan penyusunan Rencana Kontinjensi (Renkon) dan Rencana Operasi (Renop) yang kemudian disinkronisasikan dengan BNPB dan BPBD. Selanjutnya dilakukan Sosialisasi Renkon dan Renop kepada seluruh Direktur RS pemerintah se-Bali, Kepala Dinas Kesehatan se-Bali, Instansi terkait siaga bencana Gunung Agung, organisasi profesi dan koordinator sub klaster.

Beberapa kebijakan klaster kesehatan :

a. Terkait pelayanan kesehatan pasien, ditetapkan kebijakan sebagai berikut : • Biaya perawatan pengungsi di RS hanya dijamin untuk pengungsi dari 22

wilayah KRB dengan pembuktian identitas berupa KIP.

• Bila terbukti pengungsi merupakan warga dari 22 desa KRB tersebut dan

A. Upaya yang Dilakukan

• Bagi pasien diluar 22 wilayah KRB dan peserta BPJS maka dijamin oleh BPJS sesuai aturan yang berlaku, sedangkan bila non BPJS maka biaya ditanggung sendiri oleh pasien.

• Keseluruhan pelayanan tetap mengacu pada sistem rujukan berjenjang.

b. Logistik berupa obat dan bahan habis pakai menggunakan stok yang tersedia di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan bila mengalami kekurangan akan dimohonkan bantuan dari Pusat melalui mekanisme satu pintu.

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada, maka upaya-upaya yang dilakukan program kesehatan sebagai berikut :

Tabel 4.23

Upaya-upaya yang dilakukan program kesehatan

No Sub Klaster dan Upaya yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Dukungan Pemerintah Pusat Dukungan LSM/ NGO

1

Tim Informasi Kesehatan - Melakukan RHA

- Melakukan pemantauan, koordinasi laporan dan membuat laporan klaster kesehatan harian

- Pengumpulan dan validasi data pengungsi yang meninggal.

Kemenkes :

a. Mengirimkan Tim RHA untuk mendukung daerah melakukan RHA b. Melakukan koordinasi untuk mendukung pelaksanaansistem informasi penanggulangankrisis kesehatan di daerah

c. Merilis sejumlah berita untuk informasi pada masyarakat yaitu :

- Persediaan Obat Mencukupi (26/9/17)

Melakukan RHA, yaitu antara lain LPBI NU, MDMC, Mitra KARINA, Dompet Dhuafa, YEU, PKPU, Rumah Zakat, BTB

No Sub Klaster dan Upaya yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Dukungan Pemerintah Pusat Dukungan LSM/ NGO - Tim Kesehatan Tetap Siaga

Meski Status Gn Agung Menurun (1/11/17)

- Menkes Jamin Pengungsi Gunung Agung Tidak Kekurangan Masker (27/11/17)

- Menkes Akan Menambah Tenaga Medis jika Diperlukan (29/11/17)

2

Tim Logistik Kesehatan Membagikan masker kepada masyarakat di seluruh kecamatan di Kabupaten Karangasem.

Mengevakuasi obat-obatan dan vaksin yang ada di Puskesmas Selat (daerah KRB 3) dibawa ke Puskesmas Sidemen Kabupaten Karangasem

Kemenkes mengirimkan obat-obatan dan bahan habis pakai dengan total nilai Rp

566.519.650,-Pembagian masker oleh MDMC, LPNI NU, YEU, Mitra Karina. Pengenalan medan logistik

No Sub Klaster dan Upaya yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Dukungan Pemerintah Pusat Dukungan LSM/ NGO

3

Sub Klaster Pelayanan Kese-hatan

- Mengaktifkan Pos Pelayanan Kesehatan 24 jam yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Provin-si/Kabupaten/Kota dengan melibatkan SDM kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit, Klinik, Institusi Kesehatan, Organisasi Profesi, Puskesmas, Pustu, Poskesdes; - Melakukan pelayanan kese-hatan rujukan di 12 RS yaitu RS Karangasem, Klungkung, Bang-li, Sanjiwani, Wangaya, Badung, Tabanan, Negara, Buleleng, Bhayangkara, Ari Canti dan Puri Raharja

- Melakukan penghitungan dan verifikasi jumlah klaim korban di RS bekerja sama dengan BPJS untuk diajukan ke BNPB

Melakukan pemantauan dan koordinasi

MDMC, BAZNAS dan PMI Pusat •Mengirimkan Tim Kesehatan •SAR Evakuasi

•Memberian pelayanan kesehatan

4

Sub Klaster Pengendalian Pen-yakit , Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih a.Surveilans

- Surveilans ketat terhadap penyakit potensial wabah, antara lain malaria

a.Surveilans Kemenkes :

- Melakukan health assessment - Penyelidikan Epidemiologi - Melakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat - Melakukan pengamatan dan

Rumah Zakat , BTB, MDMC, Mitra KARINA, PMI :

- Memberikan bantuan perlengkapan kebersihan - Memberikan Masker

No Sub Klaster dan Upaya yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Dukungan Pemerintah Pusat Dukungan LSM/ NGO kejadian KLB yang terjadi di

pos pengungsian diantaranya adalah kejadian varisella di pos Les Buleleng, Tomcat di pos Swecapura, Kasus diare di Pos Swecapura dan kasus ILI di Pos UPT Pertanian Rendang serta kasus dugaan difteri.

- Melakukan imunisasi campak secara masal pada pengungsi umur 9 bulan – 5 tahun. Cakupan imunisasi 47,43%. - Pelacakan dan penemuan pasien TB dan kusta yang masih dalam proses pengobatan ke pos-pos pengungsian

b. Pengendalian Penyakit & Kesehatan Lingkungan - Pengawasan lagoon di sekitar pos pengungsian dalam rangka pemantauan jentik malaria serta melakukan larvasida. - Pemantauan vektor DBD di pos-pos pengungsian dengan melakukan pemeriksaaan jentik, melakukan fogging focus serta abatisasi.

- Pengendalian kepadatan lalat di pos pengungsian dengan penyemprotan dan

- Pemetaan faktor risiko penularan penyakit seperti lagoon dan tempat perindukan nyamuk tempat-tempat pengungsi yang meliputi pengumpulan data mengenai data penyakit yang dialami, namun sampai saat ini data belum diperoleh dengan optimal.

b. Pengendalian Penyakit & Kesehatan Lingkungan Kemenkes

- BBTKL Surabaya melakukan pengukuran dan pemantauan factor risiko lingkungan berupa pengambilan sampel debu, sampel mata air, sampel udara dan sampel tanah di 3 lokasi yaitu di Rendang, Karangasem dan Bebandem.

- Distribusi air bersih sebanyak 2.559.200 liter

- Melakukan promosi kesehatan PHBS, cuci tangan dengan benar - Distribusi hygiene kits

- Penyuluhan lingkungan sehat - Membangun 43 MCK baru dan rehabilitasi 18 MCK

No Sub Klaster dan Upaya yang Dilakukan Dinas Kesehatan

Dukungan Pemerintah Pusat Dukungan LSM/ NGO

- Pendistribusian oralit dan zink dalam upaya penanggulangan penyakit diare

- Melakukan pemeriksaan IVA dan Sadarnis bagi pengungsi bekerjasama dengan Kejati Provinsi Bali.

- Pemantauan terhadap kualitas air bersih di pos pengungsian

- Pengawasan kualitas makanan dan tempat lahan makanan di pos pengungsian, dengan hasil semua memenuhi persyaratan.

- Melakukan inspeksi sanitasi di pos-pos pengungsian bersama dengan petugas Puskesmas dan dari BBTKL Surabaya.

5

Sub Klaster Layanan Gizi a. Pemberian PMT kepada ibu hamil, Balita dan an.a.k sekolah di pos-pos pengungsian. b. Pemantauan status gizi melalui pengukuran antropometri pada Balita, anak sekolah dan ibu hamil. Hasilnya sampai dengan saat ini status

Dokumen terkait