• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2017"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENANGGULANGAN

KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2017

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyusunan buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” dapat diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 serta upaya-upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan. Selain itu juga pembelajaran sejumlah dari sejumlah krisis kesehatan skala besar yang terjadi pada tahun 2017.

Buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” ini disusun berdasarkan data/ informasi yang bersumber dari sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK) serta hasil Focus Group Discussion dengan sub-sub klaster kesehatan danpara anggota klaster penanggulangan bencana.Selain itu buku ini juga menggunakan referensi dari sejumlah hasil penelitian/kajianinstitusi/lembaga pemerintahan maupun swasta baik nasional maupun internasional.

Buku ini sangat terbuka untuk diberikan kritik, saran serta partisipasi semua pihak guna penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan,

Jakarta,Mei 2018

Kepala Pusat Krisis Kesehatan

(5)
(6)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Sasaran ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 3

1.5 Metodologi ... 4

1.6 Daftar Istilah ... 5

BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2017 ... 8

2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan ... 9

2.2 Korban Meninggal ... 15

2.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap ... 20

2.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan ... 25

2.5 Pengungsi ... 31

2.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak ... 35

2.7 Perbandingan dengan tahun 2015 dan 2015 ... 37

2.8 Analisis Lima Provinsi dengan Frekuensi Bencana ... 51 Tertinggi Pada Tahun 2018

(7)

BAB III UPAYA TANGGAP DARURAT PENANGGULANGAN

KRISIS KESEHATAN OLEH KLASTER KESEHATAN NASIONAL ... 63

3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan ... 63

3.2 Upaya Pengendalian Penyakit, Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih ... 68

3.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Gizi ... 77

3.4 Upaya Penyiapan Kesehatan Reproduksi ... 82

3.5 Upaya Penanganan Kesehatan Jiwa ... 88

3.6 Upaya Pengelolaan Obat Bencana ... 91

3.7 Upaya Disaster Victim Identification ... 93

3.8 Pengelolaan Informasi Krisis Kesehatan ... 96

BAB IV PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN ... 104

PADA BENCANA-BENCANA BESAR TAHUN 2017 4.1 Bencana di Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta Dan Provinsi Jawa Timur akibat Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia ... 105

4.2 Erupsi Gunung Agung ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 164

5.1 Kesimpulan... 164

5.2 Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 167

LAMPIRAN ... 172

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 8

Tabel 2.2 Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2017 ... 12

Tabel 2.3 Jumlah Korban Meninggal Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Bencana ... 16

Tabel 2.4 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 17

Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Meninggal Tabel 2.5 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 20

Meninggal di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal tertinggi Tabel 2.6 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 21

Bencana Tabel 2.7 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 22

Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Tabel 2.8 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 25

LB/RI di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Tertinggi Tabel 2.9 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan ... 27

Jenis Bencana Tabel 2.10 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana Tahun 2017 ... 28

dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawan Jalan (LR/RJ) Tabel 2.11 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah LR/RJ ... 30

di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LR/RJ Tertinggi Tabel 2.12 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana ... 32

Tabel 2.13 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 33

Tahun 2017 dengan Jumlah Pengungsi Tabel 2.14 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah ... 35

(9)

Tabel 2.17 5 Jenis Bencana yang Menyebabkan Korban ... 42 Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2017

Tabel 2.18 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap ... 44 Terbanyak Tahun 2015-2017

Tabel 2.19 5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Luka ringan ... 45 /Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2017

Tabel 2.20 5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan ... 47 Pengungsian Terbesar Tahun 2015-2017

Tabel 2.21 5 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi... 48 Tahun 2015-2017

Tabel 2.22 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal Terbanyak ... 48 Tahun 2015-2017

Tabel 2.23 5 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Terbanyak Tahun ... 49 2015-2017

Tabel 2.24 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan ... 50 Terbanyak Tahun 2015-2017

Tabel 2.25 5 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbanyak Tahun 2015-2017 ... 50 Tabel 3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Klaster Kesehatan Nasional... .... 65

Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017

Tabel 3.2 Upaya Pengendalian Penyakit oleh Klaster Kesehatan ... 69 Nasional pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017

Tabel 3.3 Upaya Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Klaster Kesehatan... 72 Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017

Tabel 3.4 Upaya Pelayanan gizi klaster kesehatan nasional ... 78 Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017

(10)

Tabel 3.6 Upaya Penanganan kesehatan jiwa klaster kesehatan nasional ... 89

Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.7 Upaya Pendistribusian Logistik Kesehatan klaster kesehatan ... 91

Nasional pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.8 Upaya DVIyang telah dilakukan ... 95

pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.9 Pengiriman tim RHA dan Tim Assesment pada tahun 2017 ... 96

Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016 Tabel 3.10 Pengiriman Tim RHA pada Saat Tanggap Darurat ... 101

Krisis KesehatanTahun 2016 Tabel 4.1 Jumlah penduduk dan kepadatan di 13 Kabupaten/Kota ... 107

terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.2 Jumlah penduduk rentan di 13 Kabupaten/Kota ... 108

Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.3 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 109

Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.4 Jumlah tenaga kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 110

Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Kesehatan Per 100.000 penduduk ... 111

Tabel 4.6 Profil Kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 112

Tabel 4.7 Indeks Risiko Bencana (IRB) 13 Kabupaten/Kota... 114

(11)

Tabel 4.9 Daerah yang terdampak dan timbul adanya bencana ... 121

Tabel 4.10 Korban akibat Siklon Cempaka dan Dahlia ... 123

Tabel 4.11 Upaya Sub Klaster Kesehatan ... 125

Tabel 4.12 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio ... 132

Di Provinsi Bali tahun 2016 Tabel 4.13 Jumlah Penduduk Rentan di Provinsi Bali ... 133

Tabel 4.14 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali... 134

Tabel 4.15 Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Bali ... 135

Tabel 4.16 Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi bali per 100.000 penduduk ... 136

Tabel 4.17 Profil Kesehatan di Provinsi Bali ... 137

Tabel 4.18 Kapasitas 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ... 140

dalam Penanggulangan Bencana Tabel 4.19 Karakteristik pengungsi pada tanggal 4 Oktober 2017 ... 145

Tabel 4.20 Kabupaten /Kota tempat meninggal ... 146

Tabel 4.21 Jumlah pasien yang dilayani di Pos Kesehatan ... 148

Tabel 4.22 Kasus penyakit jiwa di pengunsian pada masa kedaruratan ... 151

(12)

Gambar 2.1 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 9

Gambar 2.2 Peta Provinsi Jawa Tengah ... 11

Gambar 2.3 Peta Provinsi DKI Jakarta ... 54

Gambar 2.4 Peta Provinsi Jawa Barat ... 56

Gambar 2.5 Peta Provinsi Jawa Timur ... 59

Gambar 2.6 Peta Provinsi Sumatera Utara ... 61

Gambar 3.1 Pelayanan Kesehatan oleh kedokteran dan kesehatan Polri ... 67

Pada kejadian krisis kesehatan erupsi Gunung Sinabung Gambar 3.2 Bantuan Kit Individu Kesehatan Reproduksi Kementerian ... 70

Kesehatan pada kejadian krisis Erupsi Gunung Agung Prov. Bali Gambar 3.3 Tim Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan memberikan ... 77

Bantuan obat-obatan jiwa Gambar 3.4 Tim Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan melakukan Art ... 81

Theraphy pada anan-anak di Posko Pengungsian pada kejadian krisis Erupsi Gunung Agung Prov. Bali Gambar 3.5 Proses Identifikasi Korban Meninggal oleh Tim DVI ... 81

Gambar 3.6 Bantuan kit kesehatan reproduksi kementerian kesehatan ... 88

Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Gambar 3.7 Tim kesehatan jiwa kementerian kesehatan memberikan ... 90

Bantuan logistik, obat-obatan serta melakukan art theraphy pada Anak-anak diposko pengungsian pada kejadian krisis kesehatan Tahun 2017 Gambar 3.8 Proses Identifikasi korban meninggal oleh tim DVI ... 95

Gambar 3.9 Rapat koordinasi pos komando kejadian krisis ... 100

Kesehatan erupsi Gunung Agung tahun 2017 Gambar 3.10 Kunjungan Tim RHA Kementerian Kesehatan di Lokasi Pegungsi ... 100

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ………... ... 10 Grafik 2.2 Proporsi Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan ... ... 11 Jenis Bencana

Grafik 2.3 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab ... 13 Grafik 2.4 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan Penyebab ... 13 Grafik 2.5 10 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi ... 14 Grafik 2.6 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian ... 15 Bencana

Grafik 2.7 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat ... 18 Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2017

Grafik 2.8 Perbandingan antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 19 Di 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Tertinggi

Grafik 2.9 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 21 Kejadian Bencana

Grafik 2.10 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak ... 23 Menurut Kategori Bencana Tahun 2017

Grafik 2.11 Perbandingan Frekuensi Bencanadengan jumlah korban LB/RI... 24 Di 10 Provinsi dengan Korban LB/RI Tertinggi

Grafik 2.12 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis ... 26

Kejadian Bencana/Potensi Bencana

Grafik 2.13 10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Tertinggi ... 29 (LR/RJ) tertinggi Menurut Kategori Bencana Tahun 2017

Grafik 2.14 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/ ... 31

Potensi Bencana

Grafik 2.15 10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana... ... 34 Bencana Tertinggi Tahun 2017

Grafik 2.16 Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis ... ... 37

(14)

Grafik 2.17 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015-2017... ... Grafik 2.18 Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat ...

Bencana Tahun 2015-2017

Grafik 2.19 Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam ... Grafik 2.20 Proporsi Korban Meninggal Menurut Jeni ... Bencana Tahun 2015 dan 2017

Grafik 2.21 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Menurut Jenis ... Bencana Tahun 2015 - 2017

Grafik 2.22 Proporsi Korban LR/RJ Menurut Jenis Bencana ... Tahun 2015- 2017

Grafik 2.23 Proporsi Pengungsi Menurut Jenis Bencana tahun 2015 -2017 ... Grafik 4.1 Persentase strata desa/kelurahan siaga aktif Provinsi Bali ... Grafik 4.2 Trend Pengungsi ... Grafik 4.3 Usia korban meninggal dunia ... Grafik 4.4 Penyebab korban meninggal ... Grafik 4.5 Trend kunjungan pasien rawat jalan di pos kesehatan ...

Kabupaten Karangasem selama kedaruratan

Grafik 4.6 10 Penyakit terbanyak di Pos Kesehatan Kabupaten Karangasem ... selama kedaruratan

Grafik 4.7 Trend penyakit ISPA di Pos Kesehatan Kabupaten Karangasem ... pada kondisi siaga dan tanggap darurat

Grafik 4.8 Trend penyakit kulit di pos kesehatan Kab. Karangasem ... pada kondisi siaga dan tanggap darurat

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 Per Provinsi ... 172

Lampiran 2 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 Per Jenis Bencana ... 174

Lampiran 3 Rincian Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 175

Lampiran 4 Daftar fasyankes rusak akibat bencana tahun 2017 ... 203

Lampiran 5 Rekapitulasi distribusi bantuan kit individu Kesehatan pada penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 207

Lampiran 6 Rekapitulasi distribusi bantuan logistik Kesehatan lingkungan Pada penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 209

Lampiran 7 Bantuan obat kesehatan jiwa buffer stock kementerian Kesehatan Pada kesiapsiagaan erupsi Gunung Agung Provinsi Bali tahun 2017 ... 211

Lampiran 8 Rekapitulasi pengiriman bantuan PMT-Balita, PMT-Bumil Dan PMT-ASI pada Penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 212

(16)

T

ahun 2017 merupakan tahun yang masih penuh dengan kesibukan dalam menangani berbagai krisis kesehatan.Di awal tahun 2017, Indonesia masih fokus pada penanganan tanggap darurat beberapa bencana besar yang terjadi di akhir tahun 2016 yaitu gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya serta banjir bandang di Kota Bima. Setelah itu masih ada sejumlah bencana besar seperti erupsi Gunung Agung dan bencana bencana hidrometeorologi akibat siklon tropis Cempaka dan Dahlia. Akhir tahun ditutup dengan gempa di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang berdampak pada sejumlah kabupaten/kota.

Letak geografis serta kondisi demografis Indonesia yang berisiko terhadap bencana, merupakan tantangan bagi kita untuk terus meningkatkan ketahanan dalam bersahabat dengan krisis kesehatan baik akibat bencana maupun potensi bencana. Salah satu upaya yaitu melalui lesson learnt terhadap krisis kesehatan yang pernah terjadi sebelumnya.

Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan, merupakan buku yang secara rutin dikeluarkan oleh Pusat Krisis Kesehatan tiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, di mana tugas Pusat Krisis Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I

PENDAHULUAN

(17)

Buku tinjauan ini merupakan bentuk pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang membahas mengenai pola kejadian krisis kesehatan selama setahun dan perbandingannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, upaya dukungan dari Kementerian Kesehatan pada kondisi tanggap darurat maupun pemulihan awal serta lesson learnt penanganan krisis kesehatan dari sejumlah bencana besar yang terjadi di Indonesia pada tahun tersebut

Pada tahun 2017 ini dilakukan penguatan kriteria untuk krisis kesehatan pada sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK) berbasis daring yaitu adanya penetapan status kedaruratan oleh kepala daerah/presiden atau kejadian dengan populasi terdampak minimal 50 orang dan terdapat korban dan/atau pengungsian. Adanya kriteria ini tentu berdampak pada perbandingan krisis kesehatan pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

(18)

Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017 terdiri dari :

a. Gambaran krisis kesehatan merupakan data kejadian bencana maupun potensi bencana pada tahun 2017 yang menyebabkan krisis kesehatan berdasarkan kriteria : - Adanya penetapan kedaruratan oleh kepala daerah/presiden; atau

- Populasi terdampak minimal 50 orang dan adanya korban dan/atau pengungsian.

Sumber data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan serta dari laporan-laporan yang dibuat Pusat Krisis Kesehatan untuk Menteri Kesehatan.

1.2 Tujuan

Buku tinjauan ini disusun agar tersedia informasi mengenai : a. Gambaran kejadian krisis kesehatan tahun 2017;

b. Upaya dukungan penanggulangan krisis kesehatan (tanggap darurat dan pemulihan awal) oleh Klaster Kesehatan Nasional pada tahun 2017;

c. Lesson learnt dari 2 bencana besar tahun 2017 yaitu : - Erupsi Gunung Agung di Provinsi Bali

- Bencana Akibat Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia di 13 kabupaten/kota pada 3

provinsi.

1.3 Sasaran

Pembuat kebijakan dan pelaksana upaya penanggulangan krisis kesehatan, akademisi, masyarakat umum serta tenaga kesehatan.

(19)

1.5 Metodologi

Data-data yang disajikan dalam buku ini diperoleh melalui focus group discussion (FGD) ber sama unit-unit/instansi terkait klaster kesehatan dan diperoleh melalui literature review

dari beberapa sumber sebagai berikut :

b. Upaya dukungan oleh Klaster Kesehatan Nasional merupakan data upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Kesehatan baik dengan pendanaan bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun non APBN. Selain itu juga upaya oleh institusi lain baik pemerintah maupun non pemerintah (LSM, swasta, dsb) yang termasuk dalam Klaster Kesehatan. Upaya penanggulangan krisis kesehatan ini terdiri dari upaya tanggap darurat krisis kesehatan serta upaya pemulihan awal.

c. Lesson learnt upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat Erupsi Gunung Agung dan Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia, merupakan data upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan daerah maupun nasional di 2 bencana besar tersebut. Data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan, sub-sub klaster dalam klaster kesehatan dan sejumlah referensi lainnya.

(20)

b. Referensi/informasi elektronik lainnya seperti website BNPB, website pemerintah daerah, media online, dan lain sebagainya;

c. Buku-buku referensi terkait bencana dan krisis kesehatan.

Selanjutnya dilakukan klarifikasi, validasi dan skrining data. Data krisis kesehatan yang disajikan dalam buku ini merupakan data kejadian krisis kesehatan akibat bencana/potensi bencana yang menimbulkan adanya korban dan/atau pengungsian. Metode analisa data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang menghasil kan data analisis deskriptif.

1.6 Daftar Istilah

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;

b. Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman kesehatan masyarakat;

c. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor;

d. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit;

(21)

f. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan

keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah;

g. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat Fasyankes adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat ;

h. Klaster Kesehatan adalah Satuan tugas atau sekelompok satuan tugas untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam penanganan bencana;

i. Pendekatan klaster adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang berkoordinasi berkolaborasi, dan integrasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, yang berasal dari

pemerintah pusat, atau pemerintah daerah, lembaga non pemerintah, sektor swasta/ lembaga usaha dan kelompok masyarakat;

j. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (Rapid Health Assessment) yang selanjutnya disebut RHA adalah serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan

mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang memerlukan respon segera.

(22)

l. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat.

m. PKK atau Pusat Krisis Kesehatan yaitu sebuah unit di Kemenkes yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Sekreatris Jenderal yang bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan

(23)

BAB II

GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2017

K

risis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007, yang berwenang menetapkan status darurat bencana adalah pemerintah (presiden/gubernur/bupati/walikota) sesuai dengan skala bencana. Namun seringkali ditemukan kejadian krisis kesehatan yang tidak ditetapkan sebagai status darurat bencana oleh yang berwenang, hal ini disebut sebagai potensi bencana. Dalam penulisannya di buku ini, baik “bencana” maupun “potensi bencana” yang menyebabkan krisis kesehatan akan menggunakan terminologi yang sama yaitu “bencana”.

Selama tahun 2017, Pusat Krisis Kesehatan telah memantau 2.263 kejadian dan 198 di antaranya merupakan kejadian krisis kesehatan (rincian pada lampiran 1 dan 2). Jumlah total korban krisis kesehatan sebanyak 305.837 jiwa dengan rincian jumlah seluruh korban meninggal sebanyak 198 jiwa, luka berat/rawat inap sebanyak 2.314, luka ringan/rawat jalan sebanyak 63.578 dan pengungsi sebanyak 243.691. Rincian jumlah korban krisis kesehatan tahun 2017 dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Data Korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2017

No. Status Korban Jumlah Korban

1 Meninggal 198

2 LB/RI 2.314

3 LR/RJ 63.578

(24)

Berikut akan dibahas secara lebih rinci mengenai karakteristik kejadian krisis kesehatan tahun 2017.

2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan

Berdasarkan data Sistem Informasi Pusat Krisis Kesehatan (SIPKK), frekuensi kejadian krisis kesehatan pada tahun 2017 sebanyak 198 kejadian yang tersebar 128

kabupaten/kota pada 32 provinsi (rincian pada lampiran 1 dan 2). Distribusi provinsi dan frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Keterangan : (Frekuensi Kejadian)

>30 Kali 16-30 Kali 1-15 Kali

0

(25)

Frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi (16-30 kali) berada di 5 provinsi, yaitu Jawa Tengah (29 kejadian), DKI Jakarta (26 kejadian), Jawa Barat (19 kejadian), Jawa Timur (17 kejadian) dan Sumatera Utara (12 kejadian). Berdasarkan Indeks Risiko Bencana (IRB) Provinsi tahun 2013, kelima provinsi tersebut memiliki IRB dengan kategori sedang sampai tinggi, dengan masing-masing skor yaitu Jawa Tengah : 158 (tinggi), DKI Jakarta : 103 (sedang), Jawa Barat : 166 (tinggi), Jawa Timur : 171 (tinggi) dan Sumatera Utara : 150 (tinggi). Bila dilihat perbulannya maka bulan yang paling sering terjadi krisis kesehatan yaitu Bulan Desember. Sedangkan paling jarang yaitu Bulan Juli, Sebagaimana grafik berikut ini.

Grafik 2.1

(26)

2.1.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Jenis Bencana

Frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2017 masih didominasi oleh bencana alam sebanyak 141 kejadian (72%). Sedangkan frekuensi bencana non alam sebanyak 54 ke-jadian (27%) dan bencana sosial sebanyak 2 keke-jadian (1%). Proporsi frekuensi keke-jadian bencana berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Grafik 2.2. Rincian jenis bencana di Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Grafik 2.2

(27)

Tabel 2.2

Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2017

No Bencana Alam Frekuensi Bencana Non

Alam

Frekuensi Bencana

Sosial Frekuensi

1 Banjir 67 KLB Keracunan 20 Konflik

Sosial

2

2 Tanah Lon gsor 16 Kecelakaan

Transportasi

4

3 Angin Puting Beliung

13 Kebakaran 28

4 Banjir Bandang 19 KLB Penyakit 2

5 Banjir dan Tanah Longsor

20

6 Gempa Bumi 5

7 Letusan Gunung Api

2

Jumlah

142

Jumlah

54

Jumlah

2

(28)

Grafik 2.3

Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab

(29)

2.1.2 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Provinsi

Sebanyak 146 kejadian krisis kesehatan (74%) dari 197 kejadian selama tahun 2017 terjadi di 10 provinsi dengan frekuensi tertinggi yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Aceh, dan D.I Yogyakarta. Kejadian krisis kesehatan berdasarkan 10 provinsi dengan frekuensi tertinggi dapat dilihat pada grafik 2.5

Grafik 2.5

(30)

Kejadian krisis kesehatan akibat bencana alam di provinsi Jawa Tengah yang terbanyak adalah akibat banjir sebanyak 11 kejadian dan bencana tanah longsor sebanyak 5 kejadian. Kejadian krisis kesehatan di provinsi DKI Jakarta yang terbanyak diakibatkan oleh bencana non alam, yaitu kebakaran sebanyak 19 kejadian dan terbanyak kedua disebabkan oleh bencana alam, yaitu banjir sebanyak 5 kejadian. Pada Provinsi Jawa Barat, bencana banjir merupakan bencana terbanyak pertama dan bencana terbanyak kedua adalah banjir bandang.

Kejadian krisis kesehatan di provinsi Jawa Timur hampir seluruhnya diakibatkan oleh bencana alam, yaitu banjir, angin puting beliung dan tanah longsor. Untuk rincian lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

2.2

Korban MeninggaL

2.2.1 Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

(31)

Tabel 2.3

Jumlah Korban Meninggal Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir 6 1) KLB Keracunan 12 1) Konflik

Sosial 0

2) Tanah Longsor 16 2) Kecelakaan

Transportasi 14      

3) Angin Puting

Beliung 0 3) Kebakaran 1    

4) Banjir bandang 23 4) KLB Penyakit 2    

5) Banjir dan

tanah longsor 49      

6) Gempa bumi 4      

7) Letusan

Gunung Api 71      

Jumlah 169 Jumlah 29 Jumlah 0

Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana alam menyebabkan korban meninggal sebanyak 1 orang. Untuk kejadian bencana non alam rata-rata menyebabkan korban meninggal sebanyak 0 - 1 orang. Sedangkan untuk bencana sosial bila dibandingkan dengan frekuensinya maka kira-kira setiap 1 kejadian tidak terdapat korban meninggal.

(32)

Tabel 2.4

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Meninggal

No Jenis Bencana Frekuensi Korban

Meninggal

Perbandingan Frekuensi : Korban Meninggal

1 Bencana Alam 148 169 1 : 1,1

2 Bencana Non Alam 54 29 1 : 0,5

3 Bencana Sosial 2 0 0

Total 198 198 1 : 1

2.2.2 Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

(33)

Grafik 2.7

10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2017

Provinsi dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi ternyata belum tentu menimbulkan korban meninggal yang besar pula. Provinsi Jawa Tengah yang merupakan provinsi dengan frekuensi bencana tertinggi ternyata berada pada urutan ketiga dengan korban meninggal terbanyak. Sebaliknya Provinsi Bali yang tidak termasuk dalam daftar provinsi dengan frekuensi bencana tertinggi, nyatanya menempati urutan pertama dengan jumlah korban meninggal dunia terbanyak.

(34)

Perbandingan frekuensi bencana dan 10 provinsi dengan korban meninggal terbanyak dapat dilihat dalam grafik 2.8 dan tabel 2.5.

Grafik 2.8

(35)

No Provinsi Frekuensi Korban Meninggal

Perbandingan Frekuensi dengan Korban Meninggal

1 Bali 4 71 1 : 18

2 Jawa Timur 17 34 1 : 2

3 Jawa Tengah 29 27 1 : 1

4 Sumatera Barat 10 11 1 : 1,1

5 Jawa Barat 19 10 1 : 0,5

6 DI Yogyakarta 6 10 1 : 2

7 Sulawesi Tenggara 6 8 1 : 1,3

8 Sulawesi Selatan 8 7 1 : 1

9 Maluku 4 4 1 : 1

10 Sulawesi Tengah 3 4 1 : 1,3

2.3

Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI)

2.3.1 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) berdasarkan Jenis Bencana

Korban luka berat/rawat inap (LB/RI) pada tahun 2017 sebanyak 2.314 jiwa. Berdasarkan jenis bencananya, proporsi korban LB/RI terbesar berasal dari bencana alam di mana sebanyak 93 % di antaranya merupakan korban pada kejadian letusan Gunung Api. Besaran proporsi dan frekuensi korban LB/RI berdasarkan jenis bencana tersaji dalam Grafik 2.9 dan Tabel 2.6.

Tabel 2.5

(36)

Grafik 2.9

Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana

Tabel 2.6

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non

Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir 13 1) KLB

Keracunan 870 1)

Konflik

Sosial 12

2) Tanah Longsor 11 2) Kecelakaan

Transportasi 2      

3) Angin Puting

Beliung 5 3) Kebakaran 9    

4) Banjir bandang 8 4) KLB Penyakit 94    

5) Banjir dan tanah

longsor 21      

6) Gempa bumi 29      

(37)

Pada Tabel 2.7, bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 12 orang. Bencana Non Alam. rata-rata memiliki perbandingan tertinggi, yaitu 1 kejadian menyebabkan korban LB/RI sekitar 18 orang. Bencana Alam. menempati posisi kedua yaitu kira-kira setiap 1 kejadian menyebabkan 9 korban LB/RI. Bencana sosial. menempati posisi ketiga yaitu setiap 1 kejadian menyebabkan 6 korban LB/RI, dimana bencana Letusan Gunung Api menjadi penyumbang jumlah korban LB/RI terbesar.

Tabel 2.7

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana

di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap

No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Berat/ Rawat Inap

Perbandingan Frekuensi : Luka Berat/Rawat Inap

1 Bencana Alam 142 1.327 1 : 9

2 Bencana Non Alam 54 975 1 : 18

3 Bencana Sosial 2 12 1 : 6

Total 198 2.314 1 : 12

2.3.2 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) Berdasarkan Provinsi

(38)

Grafik 2.10

10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2017

Sebanyak 5 provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Aceh, dan DI Yogyakarta yang termasuk dalam 10 besar dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi di tahun 2017, ternyata tidak termasuk dalam 10 besar korban LB/RI. Sebaliknya 5 provinsi yaitu Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan bisa dilihat frekuensinya tidak terlalu sering, namun ternyata cukup banyak menimbulkan korban LB/RI.

(39)

Grafik 2.11

(40)

Tabel 2.8

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban LB/RI di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Tertinggi

No Provinsi Frekuensi Korban LB/RI Perbandingan Frekuensi : Luka

Berat/Rawat Inap

1 Bali 4 1.314 1 : 329

2 Jawa Tengah 29 171 1 : 6

3 DKI Jakarta 26 157 1 : 6

4 Jawa Barat 19 154 1 : 8

5 Kalimantan Tengah 4 130 1 : 33

6 Sumatera Utara 12 126 1 : 11

7 Sulawesi Tenggara 6 86 1 : 14

8 Kepulauan Riau 1 38 1 : 38

9 Kalimantan Barat 3 23 1 : 8

10 Sumatera Selatan 2 22 1 : 11

2.4

Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)

2.4.1 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

(41)

Grafik 2.12

(42)

Tabel 2.9

Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir 1208 1) KLB Keracunan 1236 1) Konflik Sosial 73 2) Tanah Longsor 2 2) Kecelakaan

Transportasi 3  

                            3) Angin Puting

Beliung 73 3) Kebakaran 39

4) Banjir bandang 260 4) KLB Penyakit 38

5) Banjir dan tanah longsor

4628

             

6) Gempa bumi 276

7) Letusan Gunung

Api 55742

Jumlah 62189 Jumlah 1316 Jumlah 73

(43)

Tabel 2.10

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana

di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)

No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Berat/ Rawat Inap

Perbandingan Frekuensi : Luka Berat/Rawat Inap

1 Bencana Alam 142 62.189 1 : 438

2 Bencana Non

Alam 54 1.316 1 : 24

3 Bencana Sosial 2 73 1 : 37

Total 198 63.578 1 : 323

Tabel 2.10 memperlihatkan perbandingan antara frekuensi kejadian bencana dengan jumlah korban LR/RJ yang ditimbulkan. Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban LR/RJ sebanyak 323 orang.

(44)

2.4.2 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Provinsi

Jumlah korban LR/RJ tertinggi berada di Provinsi Bali yaitu sebanyak 55.955 jiwa atau 88% dari seluruh korban LR/RJ. Hampir seluruhnya merupakan pengungsi yang dirawat jalan saat erupsi Gunung Agung. Jumlah korban LR/RJ kedua tertinggi berada di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 4.551 jiwa. Jumlah korban LR/RJ berdasarkan provinsi secara rinci dapat dilihat dalam Grafik 2.13.

Grafik 2.13

(45)

Berdasarkan Grafik 2.13, Korban LR/RJ tertinggi di Provinsi Bali disebabkan oleh letusan gunung api dengan jumlah korban sebanyak 55.742 jiwa. Nomor dua adalah provinsi Jawa Timur, dengan 98 % korban LR/RJ disebabkan oleh bencana banjir dan tanah longsor akibat siklon Cempaka dan Dahlia.

Tabel 2.11

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah LR/RJ di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LR/RJ Tertinggi

No Provinsi Frekuensi Korban LR/RJ Perbandingan Frekuensi :

Luka Ringan/ Rawat Jalan

1 Bali 4 55.955 1 : 13.989

2 Jawa Timur 17 4.551 1 : 268

3 Jawa Barat 19 749 1:40

4 DKI Jakarta 26 641 1:25

5 Gorontalo 2 353 1 : 177

6 Jawa Tengah 29 299 1 : 10,3

7 Lampung 2 215 1 : 108

8 Kalimantan Barat 3 114 1 : 38

9 Sumatera Utara 12 113 1 : 9

(46)

Tabel 2.11 menunjukkan perbandingan tertinggi yaitu pada Provinsi Bali dengan perbandingan 1 : 13.989, yang berarti 1 kejadian bencana menyebabkan 13.989 jiwa korban LR/RJ. Nilai per-bandingan yang besar juga terlihat pada Provinsi Jawa Timur, di mana satu kali kejadian bencana menimbulkan korban LR/RJ sebanyak 268 jiwa

2.5 Pengungsi

2.5.1 Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

Pada tahun 2017, terdapat 243.691 jiwa mengungsi pada kejadian krisis kesehatan. Sebagian besar 98% disebabkan karena bencana alam (Grafik 2.14).Bencana letusan gunung api merupakan penyumbang pengungsi terbanyak dengan proporsi 66 % dari seluruh pengungsi. Rincian jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana dapat dilihat pada Tabel 2.12.

Grafik 2.14

(47)

Tabel 2.12

Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir 41.022 1) KLB

Keracunan 0 1)

Ko n f l i k Sosial 248 2) Tanah Longsor 5.946 2) Kecelakaan

Transportasi 0 3) Angin Puting

Beliung 216 3) Kebakaran 5.101

4) Banjir bandang 968 4) KLB Penyakit 0

5) Banjir dan tanah

longsor 31.967

6) Gempa bumi 900

7) Letusan Gunung

Api 157.323

Jumlah 238.342 Jumlah 5.101 Jumlah 248

(48)

Tabel 2.13

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Pengungsi

No Jenis Bencana Frekuensi Pengungsi

(Jiwa)

Perbandingan Frekuensi dengan Pengungsi

1 Bencana Alam 142 238.342 1 : 1.678

2 Bencana Non Alam 54 5.101 1 : 94

3 Bencana Sosial 2 248 1 : 124

Total 198 243.691 1 : 1.231

2.5.2 Pengungsi Berdasarkan Provinsi

(49)

Grafik 2.15

10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana Tertinggi Tahun 2017

(50)

Tabel 2.14

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah Pengungsi di 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbesar

No Provinsi Frekuensi Pengungsi (Jiwa) Perbandingan Frekuensi : Pengungsi

1 Bali 4 150.109 1 : 37.527

2 Jawa Tengah 29 13.131 1 : 453

3 DI Yogyakarta 6 12.070 1 : 2.012

4 Jawa Timur 17 11.298 1 : 665

5 DKI Jakarta 26 8.173 1 : 314

6 Sulawesi Utara 7 7.736 1 : 1.105

7 Sumatera Utara 12 7.501 1 : 625

8 Kalimantan Utara 2 6.783 1 : 3.392

9 Sulawesi Tenggara 6 4.922 1 : 820

10

Kepulauan Bangka

Belitung 2 3.957 1 : 1.979

2.6 Fasyankes yang Rusak

(51)

Tabel 2.15

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2017

Kerusakan fasilitas pelayanan kesehatan paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat yang seluruhnya diakibatkan bencana gempa bumi pada tanggal 15 Desember 2017.

No Provinsi Fasyankes yang Rusak  Sarana Kesehatan Rusak Jumlah Jenis

Bencana Polindes Poskesdes Pustu Puskesmas RS Gd.

Farmasi

Rumah Dinas

Dinkes

1 Jawa Barat 1 1 16 32 3 - 1 - 54 Gempa

Bumi 2 Nusa

Tenggara Barat

3 - 3 2 - - - - 8 Banjir

Angin Puting Beliung

3 Jawa Timur 1 - - 5 - - - - 6 Banjir

Tanah Longsor 4 Sumatera

Barat

- - - 1 1 - - - 2 Banjir

Tanah Longsor

5 Aceh - - - 1 - - - - 1

Keba-karan

6 Lampung 1 - - - 1 Banjir

7 Jawa Tengah - - - 1 2 - - 3 Gempa

Bumi

(52)

Grafik 2.16

Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana, maka yang terbanyak adalah bencana Gempa Bumi sebanyak 58 unit, dan seluruhnya akibat gempa bumi pada tanggal 15 Desember 2017 yang berdampak di Provinsi Jawa barat dan Jawa Tengah.

2.7 Perbandingan dengan Tahun 2015 dan 2016

(53)

Menurun pada tahun 2017. Penurunan ini tidak lepas dari adanya definisi baru untuk krisis kesehatan pada SIPKK di mana harus ada pernyataan kedaruratan oleh kepala daerah atau jumlah populasi terdampak minimal 50 orang dan terdapat korban/ pengungsi/faskes rusak. Jelasnya dapat dilihat pada Grafik 2.17.

Grafik 2.17

Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015-2017

(54)

Grafik 2.18

Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015-2017

2.7.1 Perbandingan Berdasarkan Jenis Bencana

(55)

Gambar 2.19

Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam, Non Alam dan Sosial Tahun 2015-2017

(56)

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Banjir Banjir Banjir

2 Tanah Longsor Tanah Longsor Kebakaran

3 Kecelakaan Transportasi KLB Keracunan KLB Keracunan

4 Angin puting beliung Kecelakaan Transportasi

Banjir & Tanah Longsor

5 Konflik Sosial Angin puting beliung Banjir Bandang

Tabel 2.16

5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Krisis Kesehatan Terbanyak Tahun 2015 - 2017

(57)

Tabel 2.17 menunjukkan 5 jenis bencana yang menyebabkan korban meninggal terbanyak pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Kecelakaan transportasi dan tanah longsor merupakan jenis bencana yang selama 3 tahun berturut-turut selalu masuk dalam 5 besar penyebab korban meninggal terbanyak. Pada tahun 2017 peringkat pertama adalah letusan Gunung Api dan selanjutnya peringkat 2 – 4 adalah bencana-bencana hidrometeorologi.

Tabel 2.17

5 Jenis Bencana yang Menyebabkan Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Kecelakaan Transportasi Kecelakaan Transportasi Letusan Gunung Api 2 Tanah Longsor Tanah Longsor Banjir & Tanah Longsor

3 Kebakaran Gempa Bumi Banjir Bandang

4 KLB Penyakit Banjir Bandang Tanah Longsor

5 Angin puting beliung Banjir Kecelakaan Transportasi

(58)

Grafik 2.21

Proporsi Korban LB/RI Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 - 2017

(59)

Tabel 2.18

5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 KLB Keracunan KLB Keracunan Letusan Gunung Api

2 Kecelakaan Transportasi Banjir KLB Keracunan

3 Kebakaran Banjir Bandang KLB Penyakit

4 KLB Penyakit Gempa Bumi Gempa Bumi

5 Konflik Sosial Kecelakaan Transportasi Banjir & Tanah Longsor

Berdasarkan Grafik 2.22, proporsi korban LR/RJ pada tahun 2017 tidak jauh berbeda dengan tahun 2016, di mana korban lebih dari 90% akibat bencana alam. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun 2015 di mana lebih dari 90% akibat bencana non alam. .

Grafik 2.22

(60)

Selama 3 tahun terakhir ini, bencana alam selalu mendominasi sebagai jenis bencana yang menyebabkan korban LR/RJ terbanyak. Bencana non alam yang selalu masuk 5 besar yang menyebabkan korban LR/RJ terbanyak adalah KLB keracunan. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.19.

Tabel 2.19

5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Luka Ringan/Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Kebakaran lahan dan hutan Banjir bandang Letusan gunung api

2 Banjir Banjir Banjir & tanah longsor

3 Letusan gunung berapi Gelombang

pasang/badai KLB Keracunan

4 Gempa bumi KLB keracunan Banjir

5 KLB Keracunan Konflik sosial Banjir bandang

(61)

Grafik 2.23

Proporsi Pengungsi Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 - 2017

(62)

Tabel 2.20

5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan Pengungsian Terbesar Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Banjir Banjir Letusan gunung api

2 Letusan gunung berapi Gempa bumi Banjir

3 Gempa bumi Banjir bandang Banjir & tanah longsor

4 Kebakaran Tanah longsor Tanah Longsor

5 Banjir bandang Banjir dan tanah longsor Kebakaran

Perbandingan Provinsi Terdampak

(63)

Tabel 2.21

5 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah

2 Jawa Barat Jawa Timur DKI Jakarta

3 Aceh Jawa Tengah Jawa Barat

4 Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Timur

5 Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Utara

Pada tabel 2.22 terlihat bahwa Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat secara konsisten berada dalam posisi 5 besar setiap tahunnya sebagai provinsi dengan korban meninggal terbanyak. pada tahun 2017 ini untuk provinsi yang menyebabkan korban meninggal terbanyak adalah Prov. Bali. Sedangkan Jawa Tengah selama 2 tahun terakhir masuk 5 besar.

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Sumatera Utara Aceh Bali

2 Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

3 Sulawesi Selatan Jawa Barat Jawa Tengah

4 Papua Kepulauan Riau Sumatera Barat

5 Jawa Timur Jawa Timur Jawa Barat

Tabel 2.22

(64)

Untuk 5 provinsi yang memiliki korban LB/RI terbanyak pada tahun 2017 muncul provinsi baru yang pada tahun 2015-2016 belum ada yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kalimantan Tengah. Provinsi Jawa Barat yang menempati peringkat 4 pada tahun 2017 ini, merupakan provinsi yang sering menjadi posisi 5 besar dari tahun 2015-2017. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sebanyak 2 kali masuk posisi 5 besar selama 3 tahun terakhir ini. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23

5 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Terbanyak Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Aceh Jawa Timur Bali

2 Nusa Tenggara Barat Jawa barat Jawa Tengah

3 Jawa Timur Aceh DKI Jakarta

4 Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Barat

5 Jawa Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah

(65)

Tabel 2.24

5 Provinsi dengan Jumlah Korban

Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2015-2017

Provinsi di Pulau Jawa dan Bali mendominasi untuk 5 provinsi dengan pengungsi terbanyak pada tahun 2017. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, provinsi Aceh dan Jawa Barat, memang kerap masuk dalam posisi 5 besar untuk pengungsi terbanyak, namun pada tahun 2017 kedua Provinsi tersebut tidak masuk dalam posisi 5 besar untuk pengungsi terbanyak. (Tabel 2.25).

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Aceh Aceh Bali

2 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah

3 Banten Sumatera Barat DI Yogyakarta

4 Jawa Barat Riau Jawa Timur

5 Sumatera Utara Jawa Tengah DKI Jakarta

Tabel 2.25

5 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbanyak Tahun 2015-2017

Tahun

Peringkat 2015 2016 2017

1 Jambi Nusa Tenggara Barat Bali

2 Riau Jawa Barat Jawa Timur

3 Sumatera Selatan Jawa Tengan Jawa Barat

4 Kalimantan Tengah Kalimantan Barat DKI Jakarta

(66)

2.8

Analisis Lima Provinsi dengan Frekuensi Krisis Kesehatan Tertinggi

Tahun 2017

2.8.1 Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2.2

(67)

Provinsi Jawa Tengah adalah terletak antara 5o40’ - 8o30’LS dan 108 o30’ - 111 o30’BT (termasuk pulau Karimunjawa). Provinsi ini terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, dengan total luas 3,25 juta hektar atau sekitar 1,70 persen dari total luas Indonesia. Terdiri dari 992 ribu hektar lahan basah (30,47 persen) dan 2,26 juta hektar lahan sawah non-basah (69,53 persen). Suhu rata-rata Jawa Tengah adalah antara 25,2 oC – 27,7oC , dan rata-rata kelembaban relatif antara 75% - 84% (Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2012).

Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten, 573 kecamatan dan 8.576 desa. Kepadatan penduduknya sebesar 1.022 jiwa/km2 , ini termasuk kategori sangat padat. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 32.382.657 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,77. Indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 69,49 termasuk kategori sedang.

Jumlah RS maupun Puskesmas bila dibandingkan jumlah penduduknya telah mencukupi yaitu sebanyak 280 RS dan 875 Puskesmas . Provinsi Jawa Tengah masih kekurangan dokter umum, bidan dan perawat. Namun untuk jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional.

Nilai IRBI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 termasuk kategori tinggi dengan nilai 158 Sedangkan penilaian kapasitas dalam pengurangan risiko bencana yang dilakukan BNPB pada tahun 2016, provinsi ini termasuk kategori kapasitas tinggi dengan skor 0,89. Nilai tersebut paling tinggi di antara seluruh provinsi.

(68)

Tahun ini Provinsi Jawa Tengah juga menjadi salah satu provinsi dengan jumlah korban meninggal, luka berat/rawat inap dan pengungsian tertinggi. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2010-2016), juga termasuk cukup sering menjadi provinsi dengan jumlah korban tertinggi.

Terdapat lima bencana di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar, yaitu banjir, tanah longsor, KLB-keracunan, banjir bandang, dan angin puting beliung. Tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, sebagian besar bencana yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah disebabkan oleh bencana alam yang merupakan kejadian hidrometeorologi.

2.8.2 Provinsi DKI Jakarta

(69)

Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/

(70)

Memiliki 6 kabupaten/kotamadya, 44 kecamatan, dan 267desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di DKI Jakarta sebanyak 9.607.787 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,83. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 78,99 atau termasuk kategori tinggi.

Jumlah rumah sakit sebanyak 179 dan Puskesmas sebanyak 340 unit. Jumlah ini bila dibandingkan jumlah penduduknya telah melebihi standard minimal. Namun provinsi ini masih kekurangan dokter umum, perawat dan bidan. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional

Nilai IRBI Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 termasuk kategori sedang dengan nilai 103. Sedangkan penilaian kapasitas dalam pengurangan risiko bencana yang dilakukan BNPB pada tahun 2016, provinsi ini termasuk kategori kapasitas tinggi dengan skor 0,72.

Pada tahun 2017, Provinsi DKI Jakarta menempati urutan kedua sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi, setelah sebelumnya pada tahun 2015 menempati urutan kedelapan dan kemudian naik ke urutan keempat pada tahun 2016. Pada tahun ini, Provinsi DKI juga menjadi salah satu provinsi dengan jumlah korban LB/ RI, LR/RJ dan pengungsi terbanyak. Bila menilik sejarahnya sejak tahun 2010, Provinsi DKI Jakarta memang sering masuk posisi 5 besar dengan frekuensi tertinggi. Namun untuk jumlah korban dan pengungsi hanya sekali dua kali menjadi posisi tertinggi.

(71)

2.8.3 Provinsi Jawa Barat

Gambar 2.4 Peta Provinsi Jawa Barat

Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/

(72)

Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk sangat padat yaitu sebesar 1.301 jiwa/km2 , dengan jumlah 26 kabupaten, 625 kecamatan, dan 5.880 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Jawa Barat sebanyak 43.053.732 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 103,60. Indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 69,50 yaitu termasuk kategori sedang.

Jumlah RS maupun Puskesmas di provinsi ini sebanyak 312 RS dan 1.050 Puskesmas. Bila dibandingkan jumlah penduduknya telah mencukupi sesuai standard. Sebagaimana Provinsi Jateng dan DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat juga kekurangan dokter umum, perawat dan bidan. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah mencukupi.

IRBI tahun 2013 Provinsi Jawa Barat adalah 166 dengan kategori risiko tinggi. Sedangkan hasil penilaian kapasitas oleh BNPB pada tahun 2016 nilainya adalah 0,81 dan termasuk kategori kapasitas tinggi.

Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Barat menempati urutan ketiga sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi, setelah sebelumnya pada tahun 2015 menempati urutan kedua dan kemudian berada pada urutan pertama pada tahun 2016. Sejak tahun 2010, Provinsi ini selalu konsisten menjadi posisi 5 besar dengan frekuensi tertinggi.

(73)

Terdapat lima bencana di Provinsi Jawa Barat yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar di tahun 2017, yaitu banjir, banjir bandang, KLB-keracunan, tanah longsor, dan kebakaran.Pada tahun 2015, tanah longsor merupakan jenis kejadian bencana yang cukup mendominasi dari seluruh kejadian bencana di provinsi tersebut. Pada tahun 2016, bencana tanah longsor dan banjir menjadi kejadian bencana yang banyak menyebabkan krisis kesehatan

2.8.4 Provinsi Jawa Timur

(74)

Gambar 2.5 Peta Provinsi Jawa Timur

Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/

Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Timur termasuk sangat padat yaitu sebesar 808 jiwa/km2. Provinsi ini memiliki 38 kabupaten, 662 kecamatan, dan 8.523 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Jawa Timur sebanyak 37.476.757 jiwa dengan jumlah rasio jenis kelamin sebesar 98,77. Nilai IPM sebesar 69,49 termasuk kategori sedang.

(75)

Nilai IRBI tahun 2013 Provinsi Jawa Timur yaitu 171 dan termasuk kategori risiko tinggi. Sedangkan skor hasil penilaian kapasitas tahun 2016 oleh BNPB adalah 0,82 dan termasuk berkapasitas tinggi.

Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Timur menempati urutan keempat sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi. Sebelumnya pada tahun 2015, Jawa Timur menempati urutan pertama dan kemudian berada pada urutan kedua pada tahun 2016. Sebagaimana Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, provinsi ini secara konsisten selalu menjadi 5 besar dengan frekuensi tertinggi sejak tahun 2010.

Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Timur termasuk provinsi dengan korban meninggal, LR/RJ dan pengungsi tertinggi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2010-2016, di mana provinsi ini hampir selalu masuk ke dalam 5 besar provinsi dengan jumlah korban maupun pengungsian tertinggi.

Terdapat tiga bencana di Provinsi Jawa Timur yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar di tahun 2017, yaitu banjir, angin puting beliung dan tanah longsor. Bencana angin puting beliung dan tanah longsor juga menjadi kejadian bencana yang paling sering terjadi di provinsi tersebut pada tahun 2015. Bencana tanah longsor tetap menjadi bencana terbanyak pertama yang terjadi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016, diikuti oleh bencana banjir sebagai bencana terbanyak kedua

2.8.5 Provinsi Sumatera Utara

(76)

Sumatera Utara memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 800-4.000 mm per tahun. Rata-rata intensitas penyinaran sinar matahari adalah 43%, sementara kelembaban udara bervariasi antara 78% - 91% .(Sumber :Sumatera Utara Dalam Angka 2012).

Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/

(77)

Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara termasuk kurang padat yaitu sebesar 189 jiwa/ km2 dan memiliki 33 kabupaten, 417 kecamatan, dan 5.739 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,76. IPM termasuk kategori sedang yaitu sebesar 69,51.

Jumlah rumah sakit (184 unit) maupun Puskesmas (571 unit) telah mencukupi bila dibandingkan jumlah penduduknya. Provinsi Sumatera Utara kekurangan dokter umum, perawat dan bidang. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional.

Berdasarkan IRBI tahun 2013, Provinsi Sumatera Utara termasuk berisiko tinggi dengan skor 150. Sedangkan hasil penilaian kapasitas oleh BNPB pada tahun 2016, kapasitas provinsi ini termasuk kategori tinggi dengan nilai 0,68.

Pada tahun 2017, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan kelima sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi. Sebelumnya pada tahun 2015, Sumatera Utara juga menempati urutan kelima sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis tertinggi dan kemudian berada pada urutan ketujuh pada tahun 2016. Sejak tahun 2010, provinsi ini baru 2 kali masuk dalam 5 besar dengan frekuensi tertinggi yaitu tahun 2015 dan 2017.

Tahun ini, Sumatera Utara masuk sebagai peringkat 9 untuk jumlah korban LR/RJ terbanyak dan ke-7 untuk jumlah pengungsi terbanyak. Sedangkan untuk korban meninggal maupun LB/ RI, provinsi ini tidak termasuk 10 besar. Melihat sejarahnya sejak tahun 2010, memang provinsi ini hanya beberaoa masuk sebagai provinsi dengan jumlah korban maupun pengungsi terbesar.

(78)

BAB III

UPAYA TANGGAP DARURAT

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

OLEH KLASTER KESEHATAN NASIONAL

P

ada tahun 2017 seluruh kejadian tanggap darurat krisis kesehatan di akibatkan karena bencana skala daerah. Penetapan status tanggap darurat pada bencana-bencana yang terjadi pada tahun 2017, dilakukan oleh pimpinan daerah (gubernur/bupati/walikota), sehingga upaya Kementerian Kesehatan sebagai koordinator klaster kesehatan nasional adalah melakukan dukungan serta fasilitasi daerah dalam melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan. Upaya tersebut meliputi dukungan atau fasilitasi untuk upaya koordinasi, pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, penyiapan air bersih dan sanitasi yang berkualitas, pelayanan kesehatan gizi, pengelolaan obat bencana, penyiapan kesehatan reproduksi dalam situasi bencana, penanganan kesehatan jiwa, penatalaksanaan korban meninggal serta pengelolaan informasi kesehatan.

Secara umum, upaya tanggap darurat yang dilakukan oleh Klaster Kesehatan Nasional pada tahun 2017 tidak jauh berbeda dengan tahun 2016 yaitu ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana alam seperti di erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, tanah longsor di Kabupaten Ponorogo serta banjir dan tanah longsor di Kabupaten Pacitan.

3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan

(79)

Pelaksana kegiatan tersebut adalah Sub Klaster Pelayanan Kesehatan dengan koordinator untuk tingkat nasional adalah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

(80)

Tabel 3.1

Upaya Pelayanan Kesehatan Klaster Kesehatan Nasional Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017

No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan

1 Erupsi Gn Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali

Dit. Yankes Rujukan

Mengirimkan Tim RHA

2 Erupsi Gunung Sinabung, Kab. Karo Prov. Sumatera Utara

1. Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri

2. Kemenkes

• Melakukan lainnya yaitu KB, khitan,

MDMC • Mengirimkan

Tim Kesehatan

SAR Evakuasi

3 Banjir di Kota Bitung, Sulawesi Utara

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

MDMC • Mengirimkan

Tim Kesehatan

(81)

6 Bencana hidrometeorologi akibat siklon Cempaka dan Dahlia, Prov. Jateng, DIY dan Jatim

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

Mengirimkan Tim Kesehatan

Memberikan pelayanan kesehatan melalui Mobile Clinic

7 Gempa di Jabar dan Jateng

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

MDMC Mengirimkan Tim

Kesehatan

8 Banjir Longsor di Pacitan

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

BAZNAS Memberikan

pelayanan kesehatan

10 Banjir dan Tanah Longsor di Kab. Lima Puluh Kota

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

Kemenkes • Melakukan

koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan

PMI DOMPET DHUAFA

•Memberikan pelayanan

Dit. Yankes Primer • Mengirimkan TIM RHA No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

(82)

Pada Tabel 3. 1 menyajikan dukungan upaya pelayanan kesehatan pada saat tanggap darurat yang dilakukan oleh Klaster Kesehatan Nasional sepanjang tahun 2017. Jika dibandinkan dengan upaya pelayanan kesehatan sepanjang tahun 2016, terdapat perbedaan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada tahun 2017. Sepanjang tahun 2017, Sub Klaster Pelayanan Kesehatan banyak memberikan dukungan pelayanan kesehatan untuk korban bencana alam dan non alam berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan KLB.Sedangkan sepanjang tahun 2016, dukungan yang diberikan bagi korban bencana alam saja.

Gambar 3.1

(83)

3.2.1

Upaya Pengendalian Penyakit

Tujuan pengendalian penyakit pada saat tanggap darurat bencana adalah mencegah kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular potensi wabah, seperti penyakit diare, ISPA, malaria, DBD, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI), keracunan dan mencegah penyakit-penyakit yang bersifat spesifik lokal. Upaya pengendalian penyakit dilakukan oleh Sub Klaster Pengendalian Penyakit Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih dengan koordinator tingkat nasional adalah Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan berupa :

a. Surveilans Epidemiologi

b. Investigasi/penyelidikan epidemiologi c. Pengendalian vektor

d. Pemberian Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi

e. Membangun sistem pelaporan kejadian penyakit yang berkelanjutan f. Pelaksanaan Outbreak Response Imunization (ORI)/Vaksinasi

Komuni tas/Wilayah

g. Peningkatan kapasitas petugas lapangan h. Pemberian logistik

Pada tahun 2017 Institusi pemerintah di Klaster Kesehatan Nasional yang terlibat dalam Upaya Pengendalian Penyakit untuk melakukan fasilitasi ke lokasi bencana yaitu Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan beserta Dinas Kesehatan Prov dan Kab/ Kota.

(84)

Tabel 3.2

Upaya Pengendalian Penyakit Klaster Kesehatan Nasional Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017

No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan

1

Eupsi Gunung Agung Di Bali

Dit. SKK

bersama dengan Dinas Kesehatan setempat

Health Assessment PengungsiPenyelidikan EpidemiologiMelakukan penyuluhan

kesehatan pada masyarakat

Melakukan pengamatan dan

pengendalian faktor risiko penyakit di lokasi pengungsian

Pemetaan faktor risiko

penularan penyakit seperti lagoon dan tempat perindukan nyamuk

2

KLB Keracunan Paracetamol, Caffeine, Carisoprodol (PCC) di Prov. Sulawesi Tenggara

Dit. SKK

bersama dengan Dinas Kesehatan setempat

Penyelidikan EpidemiologiAdvokasi kepada Pemerintah

(85)

Dari tabel 3.2 Dapat dilihat bahwa Upaya Pengendalian Penyakit yang langsung Dit. SKK turun selama tahun 2017 hanya ada dua kegiatan hal ini disebabkan fokus pe-nanggungan pada penyakit sesuai dengan Permenkes 1501 tahun 2010 tentang penyakit yang berpotensi KLB/ Wabah. Selain itu program-program penanggulangan telah dil-akukan daerah setempat didukung dengan pendanaan pusat melalui dana dekonsentrasi sehingga Daerah telah kompeten untuk menangani bencana secara mandiri yang bersifat lokal dan efeknya tidak meluas ke daerah lain. Program yang telah dilaksanakan meliputi perlindungan terhadap penyakit melalui imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak dan Measles Rubella), Peningkatan kompetensi petugas untuk melaksanakan deteksi dini dan respon cepat sehingga saat terjadi bencana sudah terlatih untuk dapat melaksanakan program pengendalian terhadap terjadinya peningkatan penyakit saat bencana

Gambar 3.2

(86)

3.2.2 Upaya Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih

Upaya kesehatan lingkungan merupakan upaya pencegahan penyakit dan /atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kulaitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.

Upayakesehatan lingkungan dan penyediaan air bersih dilakukan oleh Sub Klaster Pengendalian Penyakit Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih dengan Koordinator tingkat nasional adalah Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan berupa:

a Penyehatan : Upaya pencegahan penurunan kualitas media

lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan

b. Pengamanan : Upaya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor risiko atau gangguan kesehatan

c. Pengendalian : Upaya untuk mengurangi atau menyiapkan faktor risiko penyakit dan /atau gangguan kesehatan.

(87)

Tabel 3.3

Upaya Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih Klaster Kesehatan Nasional pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017

No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan

1 Banjir dan tanah longsor di Kota Bitung

PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BTKL Manado

• MengirimkanTim PHRRT

• Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 25.667.180 masker, PAC, Polybag) •Melakukan desinfeksi/ penjernihan sarana air bersih •Pemasangan perangkap tikus

1. PMI

• Membesihkan rumah warga

• Distribusi air bersih 6.000 ltr

2 Banjir di Kab. Sumbawa dan Kab. Lombok Ti-mur

1. PKK, Dit. Kesling Kemenkes, KKP Mataram

Mengirimkan Tim •RHADistribusi bantuan logistik lesling (desinfektan air, kantong sampah) •Melakukan

(88)

3 Banjir dan Tanah Longor di Kab. Lima Puluh Kota

PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Medan

•Mengirimkan Tim PHRRT •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 39.230.000 (Polybag, PAC, desinfektan air, repellent lalat) •Melakukan pengambilan sampel air dan pemeriksaaan

•Melakukan promosi kesehatan PHBS •Distribusi air bersih 41.000 liter (PMI) •Membantu membersihkan sekolah, saluran air dan jalan

•Memberi bantuan masker sebanyak 2.000 pcs •Memberikan bantuan desinfektan lantai

4 Tanah longsor di Kab. Ponorogo

PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Surabaya

•Mengirimkan Tim RHA •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 10.206.600 (Polybag, safety box, repellent lalat)

•BTKL Surabaya mendistribusikan

Rumah Zakat Pembuatan sumur bor sebanyak 500 sumur

No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

(89)

5 Erupsi Gn. Sinabung

Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Medan

•Distribusi logistic kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 6.600.000 (masker) •BTKL Medan melakukan pemeriksaan kualitas udara, distribusi masker non kain sebanyak 500 pcs

Rumah Zakat Pemberian bantuan masker

6 Banjir & tanah longsor di Pacitan

PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Surabaya

•Mengirimkan Tim RHA •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 28.310.800 (Masker, disinfektan air, PAC)

•melakukan pengambilan sampel air dan pemeriksaan kualitas air

1.Rumah Zakat 2.Dompet No. Kejadian Krisis Kesehatan

Upaya yang Dilakukan

Pemerintah LSM

Gambar

Gambar 2.1
Grafik 2.1Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 Tiap Bulan
Grafik 2.2Proporsi Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan. (SDM, Sarana Prasarana)

Daerah Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang terletak di daerah rawan bencana untuk menilai kesiapan Rumah Sakit dan Puskesmas dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan dari segi

Selain itu, sewaktu-waktu juga telah dilakukan pertemuan koordinasi dalam mobilisasi sumberdaya kesehatan yang biasa dihadiri oleh BPBD, Dinas Sosial, Dinas PU, LSM,