PENANGGULANGAN
KRISIS KESEHATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyusunan buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” dapat diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 serta upaya-upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan. Selain itu juga pembelajaran sejumlah dari sejumlah krisis kesehatan skala besar yang terjadi pada tahun 2017.
Buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” ini disusun berdasarkan data/ informasi yang bersumber dari sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK) serta hasil Focus Group Discussion dengan sub-sub klaster kesehatan danpara anggota klaster penanggulangan bencana.Selain itu buku ini juga menggunakan referensi dari sejumlah hasil penelitian/kajianinstitusi/lembaga pemerintahan maupun swasta baik nasional maupun internasional.
Buku ini sangat terbuka untuk diberikan kritik, saran serta partisipasi semua pihak guna penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan,
Jakarta,Mei 2018
Kepala Pusat Krisis Kesehatan
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Sasaran ... 3
1.4 Ruang Lingkup ... 3
1.5 Metodologi ... 4
1.6 Daftar Istilah ... 5
BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2017 ... 8
2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan ... 9
2.2 Korban Meninggal ... 15
2.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap ... 20
2.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan ... 25
2.5 Pengungsi ... 31
2.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak ... 35
2.7 Perbandingan dengan tahun 2015 dan 2015 ... 37
2.8 Analisis Lima Provinsi dengan Frekuensi Bencana ... 51 Tertinggi Pada Tahun 2018
BAB III UPAYA TANGGAP DARURAT PENANGGULANGAN
KRISIS KESEHATAN OLEH KLASTER KESEHATAN NASIONAL ... 63
3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan ... 63
3.2 Upaya Pengendalian Penyakit, Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih ... 68
3.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Gizi ... 77
3.4 Upaya Penyiapan Kesehatan Reproduksi ... 82
3.5 Upaya Penanganan Kesehatan Jiwa ... 88
3.6 Upaya Pengelolaan Obat Bencana ... 91
3.7 Upaya Disaster Victim Identification ... 93
3.8 Pengelolaan Informasi Krisis Kesehatan ... 96
BAB IV PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN ... 104
PADA BENCANA-BENCANA BESAR TAHUN 2017 4.1 Bencana di Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta Dan Provinsi Jawa Timur akibat Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia ... 105
4.2 Erupsi Gunung Agung ... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 164
5.1 Kesimpulan... 164
5.2 Saran ... 166
DAFTAR PUSTAKA ... 167
LAMPIRAN ... 172
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 8
Tabel 2.2 Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2017 ... 12
Tabel 2.3 Jumlah Korban Meninggal Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Bencana ... 16
Tabel 2.4 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 17
Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Meninggal Tabel 2.5 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 20
Meninggal di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal tertinggi Tabel 2.6 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 21
Bencana Tabel 2.7 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 22
Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Tabel 2.8 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 25
LB/RI di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Tertinggi Tabel 2.9 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan ... 27
Jenis Bencana Tabel 2.10 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana Tahun 2017 ... 28
dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawan Jalan (LR/RJ) Tabel 2.11 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah LR/RJ ... 30
di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LR/RJ Tertinggi Tabel 2.12 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana ... 32
Tabel 2.13 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 33
Tahun 2017 dengan Jumlah Pengungsi Tabel 2.14 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan jumlah ... 35
Tabel 2.17 5 Jenis Bencana yang Menyebabkan Korban ... 42 Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2017
Tabel 2.18 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap ... 44 Terbanyak Tahun 2015-2017
Tabel 2.19 5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Luka ringan ... 45 /Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2017
Tabel 2.20 5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan ... 47 Pengungsian Terbesar Tahun 2015-2017
Tabel 2.21 5 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi... 48 Tahun 2015-2017
Tabel 2.22 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal Terbanyak ... 48 Tahun 2015-2017
Tabel 2.23 5 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Terbanyak Tahun ... 49 2015-2017
Tabel 2.24 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan ... 50 Terbanyak Tahun 2015-2017
Tabel 2.25 5 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbanyak Tahun 2015-2017 ... 50 Tabel 3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Klaster Kesehatan Nasional... .... 65
Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017
Tabel 3.2 Upaya Pengendalian Penyakit oleh Klaster Kesehatan ... 69 Nasional pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017
Tabel 3.3 Upaya Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Klaster Kesehatan... 72 Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017
Tabel 3.4 Upaya Pelayanan gizi klaster kesehatan nasional ... 78 Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017
Tabel 3.6 Upaya Penanganan kesehatan jiwa klaster kesehatan nasional ... 89
Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.7 Upaya Pendistribusian Logistik Kesehatan klaster kesehatan ... 91
Nasional pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.8 Upaya DVIyang telah dilakukan ... 95
pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Tabel 3.9 Pengiriman tim RHA dan Tim Assesment pada tahun 2017 ... 96
Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016 Tabel 3.10 Pengiriman Tim RHA pada Saat Tanggap Darurat ... 101
Krisis KesehatanTahun 2016 Tabel 4.1 Jumlah penduduk dan kepadatan di 13 Kabupaten/Kota ... 107
terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.2 Jumlah penduduk rentan di 13 Kabupaten/Kota ... 108
Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.3 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 109
Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.4 Jumlah tenaga kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 110
Terdampak Siklon Cempaka dan Dahlia Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Kesehatan Per 100.000 penduduk ... 111
Tabel 4.6 Profil Kesehatan di 13 Kabupaten/Kota ... 112
Tabel 4.7 Indeks Risiko Bencana (IRB) 13 Kabupaten/Kota... 114
Tabel 4.9 Daerah yang terdampak dan timbul adanya bencana ... 121
Tabel 4.10 Korban akibat Siklon Cempaka dan Dahlia ... 123
Tabel 4.11 Upaya Sub Klaster Kesehatan ... 125
Tabel 4.12 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Sex Ratio ... 132
Di Provinsi Bali tahun 2016 Tabel 4.13 Jumlah Penduduk Rentan di Provinsi Bali ... 133
Tabel 4.14 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali... 134
Tabel 4.15 Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Bali ... 135
Tabel 4.16 Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi bali per 100.000 penduduk ... 136
Tabel 4.17 Profil Kesehatan di Provinsi Bali ... 137
Tabel 4.18 Kapasitas 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ... 140
dalam Penanggulangan Bencana Tabel 4.19 Karakteristik pengungsi pada tanggal 4 Oktober 2017 ... 145
Tabel 4.20 Kabupaten /Kota tempat meninggal ... 146
Tabel 4.21 Jumlah pasien yang dilayani di Pos Kesehatan ... 148
Tabel 4.22 Kasus penyakit jiwa di pengunsian pada masa kedaruratan ... 151
Gambar 2.1 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 9
Gambar 2.2 Peta Provinsi Jawa Tengah ... 11
Gambar 2.3 Peta Provinsi DKI Jakarta ... 54
Gambar 2.4 Peta Provinsi Jawa Barat ... 56
Gambar 2.5 Peta Provinsi Jawa Timur ... 59
Gambar 2.6 Peta Provinsi Sumatera Utara ... 61
Gambar 3.1 Pelayanan Kesehatan oleh kedokteran dan kesehatan Polri ... 67
Pada kejadian krisis kesehatan erupsi Gunung Sinabung Gambar 3.2 Bantuan Kit Individu Kesehatan Reproduksi Kementerian ... 70
Kesehatan pada kejadian krisis Erupsi Gunung Agung Prov. Bali Gambar 3.3 Tim Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan memberikan ... 77
Bantuan obat-obatan jiwa Gambar 3.4 Tim Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan melakukan Art ... 81
Theraphy pada anan-anak di Posko Pengungsian pada kejadian krisis Erupsi Gunung Agung Prov. Bali Gambar 3.5 Proses Identifikasi Korban Meninggal oleh Tim DVI ... 81
Gambar 3.6 Bantuan kit kesehatan reproduksi kementerian kesehatan ... 88
Pada kejadian krisis kesehatan tahun 2017 Gambar 3.7 Tim kesehatan jiwa kementerian kesehatan memberikan ... 90
Bantuan logistik, obat-obatan serta melakukan art theraphy pada Anak-anak diposko pengungsian pada kejadian krisis kesehatan Tahun 2017 Gambar 3.8 Proses Identifikasi korban meninggal oleh tim DVI ... 95
Gambar 3.9 Rapat koordinasi pos komando kejadian krisis ... 100
Kesehatan erupsi Gunung Agung tahun 2017 Gambar 3.10 Kunjungan Tim RHA Kementerian Kesehatan di Lokasi Pegungsi ... 100
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ………... ... 10 Grafik 2.2 Proporsi Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan ... ... 11 Jenis Bencana
Grafik 2.3 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab ... 13 Grafik 2.4 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan Penyebab ... 13 Grafik 2.5 10 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi ... 14 Grafik 2.6 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian ... 15 Bencana
Grafik 2.7 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat ... 18 Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2017
Grafik 2.8 Perbandingan antara Frekuensi Bencana dengan jumlah korban ... 19 Di 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Tertinggi
Grafik 2.9 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 21 Kejadian Bencana
Grafik 2.10 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak ... 23 Menurut Kategori Bencana Tahun 2017
Grafik 2.11 Perbandingan Frekuensi Bencanadengan jumlah korban LB/RI... 24 Di 10 Provinsi dengan Korban LB/RI Tertinggi
Grafik 2.12 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis ... 26
Kejadian Bencana/Potensi Bencana
Grafik 2.13 10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Tertinggi ... 29 (LR/RJ) tertinggi Menurut Kategori Bencana Tahun 2017
Grafik 2.14 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/ ... 31
Potensi Bencana
Grafik 2.15 10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana... ... 34 Bencana Tertinggi Tahun 2017
Grafik 2.16 Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis ... ... 37
Grafik 2.17 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015-2017... ... Grafik 2.18 Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat ...
Bencana Tahun 2015-2017
Grafik 2.19 Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam ... Grafik 2.20 Proporsi Korban Meninggal Menurut Jeni ... Bencana Tahun 2015 dan 2017
Grafik 2.21 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Menurut Jenis ... Bencana Tahun 2015 - 2017
Grafik 2.22 Proporsi Korban LR/RJ Menurut Jenis Bencana ... Tahun 2015- 2017
Grafik 2.23 Proporsi Pengungsi Menurut Jenis Bencana tahun 2015 -2017 ... Grafik 4.1 Persentase strata desa/kelurahan siaga aktif Provinsi Bali ... Grafik 4.2 Trend Pengungsi ... Grafik 4.3 Usia korban meninggal dunia ... Grafik 4.4 Penyebab korban meninggal ... Grafik 4.5 Trend kunjungan pasien rawat jalan di pos kesehatan ...
Kabupaten Karangasem selama kedaruratan
Grafik 4.6 10 Penyakit terbanyak di Pos Kesehatan Kabupaten Karangasem ... selama kedaruratan
Grafik 4.7 Trend penyakit ISPA di Pos Kesehatan Kabupaten Karangasem ... pada kondisi siaga dan tanggap darurat
Grafik 4.8 Trend penyakit kulit di pos kesehatan Kab. Karangasem ... pada kondisi siaga dan tanggap darurat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 Per Provinsi ... 172
Lampiran 2 Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 Per Jenis Bencana ... 174
Lampiran 3 Rincian Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017 ... 175
Lampiran 4 Daftar fasyankes rusak akibat bencana tahun 2017 ... 203
Lampiran 5 Rekapitulasi distribusi bantuan kit individu Kesehatan pada penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 207
Lampiran 6 Rekapitulasi distribusi bantuan logistik Kesehatan lingkungan Pada penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 209
Lampiran 7 Bantuan obat kesehatan jiwa buffer stock kementerian Kesehatan Pada kesiapsiagaan erupsi Gunung Agung Provinsi Bali tahun 2017 ... 211
Lampiran 8 Rekapitulasi pengiriman bantuan PMT-Balita, PMT-Bumil Dan PMT-ASI pada Penanggulangan kejadian krisis kesehatan tahun 2017 ... 212
T
ahun 2017 merupakan tahun yang masih penuh dengan kesibukan dalam menangani berbagai krisis kesehatan.Di awal tahun 2017, Indonesia masih fokus pada penanganan tanggap darurat beberapa bencana besar yang terjadi di akhir tahun 2016 yaitu gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya serta banjir bandang di Kota Bima. Setelah itu masih ada sejumlah bencana besar seperti erupsi Gunung Agung dan bencana bencana hidrometeorologi akibat siklon tropis Cempaka dan Dahlia. Akhir tahun ditutup dengan gempa di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang berdampak pada sejumlah kabupaten/kota.Letak geografis serta kondisi demografis Indonesia yang berisiko terhadap bencana, merupakan tantangan bagi kita untuk terus meningkatkan ketahanan dalam bersahabat dengan krisis kesehatan baik akibat bencana maupun potensi bencana. Salah satu upaya yaitu melalui lesson learnt terhadap krisis kesehatan yang pernah terjadi sebelumnya.
Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan, merupakan buku yang secara rutin dikeluarkan oleh Pusat Krisis Kesehatan tiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, di mana tugas Pusat Krisis Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB I
PENDAHULUAN
Buku tinjauan ini merupakan bentuk pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang membahas mengenai pola kejadian krisis kesehatan selama setahun dan perbandingannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, upaya dukungan dari Kementerian Kesehatan pada kondisi tanggap darurat maupun pemulihan awal serta lesson learnt penanganan krisis kesehatan dari sejumlah bencana besar yang terjadi di Indonesia pada tahun tersebut
Pada tahun 2017 ini dilakukan penguatan kriteria untuk krisis kesehatan pada sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK) berbasis daring yaitu adanya penetapan status kedaruratan oleh kepala daerah/presiden atau kejadian dengan populasi terdampak minimal 50 orang dan terdapat korban dan/atau pengungsian. Adanya kriteria ini tentu berdampak pada perbandingan krisis kesehatan pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2017 terdiri dari :
a. Gambaran krisis kesehatan merupakan data kejadian bencana maupun potensi bencana pada tahun 2017 yang menyebabkan krisis kesehatan berdasarkan kriteria : - Adanya penetapan kedaruratan oleh kepala daerah/presiden; atau
- Populasi terdampak minimal 50 orang dan adanya korban dan/atau pengungsian.
Sumber data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan serta dari laporan-laporan yang dibuat Pusat Krisis Kesehatan untuk Menteri Kesehatan.
1.2 Tujuan
Buku tinjauan ini disusun agar tersedia informasi mengenai : a. Gambaran kejadian krisis kesehatan tahun 2017;
b. Upaya dukungan penanggulangan krisis kesehatan (tanggap darurat dan pemulihan awal) oleh Klaster Kesehatan Nasional pada tahun 2017;
c. Lesson learnt dari 2 bencana besar tahun 2017 yaitu : - Erupsi Gunung Agung di Provinsi Bali
- Bencana Akibat Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia di 13 kabupaten/kota pada 3
provinsi.
1.3 Sasaran
Pembuat kebijakan dan pelaksana upaya penanggulangan krisis kesehatan, akademisi, masyarakat umum serta tenaga kesehatan.
1.5 Metodologi
Data-data yang disajikan dalam buku ini diperoleh melalui focus group discussion (FGD) ber sama unit-unit/instansi terkait klaster kesehatan dan diperoleh melalui literature review
dari beberapa sumber sebagai berikut :
b. Upaya dukungan oleh Klaster Kesehatan Nasional merupakan data upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Kesehatan baik dengan pendanaan bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun non APBN. Selain itu juga upaya oleh institusi lain baik pemerintah maupun non pemerintah (LSM, swasta, dsb) yang termasuk dalam Klaster Kesehatan. Upaya penanggulangan krisis kesehatan ini terdiri dari upaya tanggap darurat krisis kesehatan serta upaya pemulihan awal.
c. Lesson learnt upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat Erupsi Gunung Agung dan Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia, merupakan data upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan daerah maupun nasional di 2 bencana besar tersebut. Data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan, sub-sub klaster dalam klaster kesehatan dan sejumlah referensi lainnya.
b. Referensi/informasi elektronik lainnya seperti website BNPB, website pemerintah daerah, media online, dan lain sebagainya;
c. Buku-buku referensi terkait bencana dan krisis kesehatan.
Selanjutnya dilakukan klarifikasi, validasi dan skrining data. Data krisis kesehatan yang disajikan dalam buku ini merupakan data kejadian krisis kesehatan akibat bencana/potensi bencana yang menimbulkan adanya korban dan/atau pengungsian. Metode analisa data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang menghasil kan data analisis deskriptif.
1.6 Daftar Istilah
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;
b. Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian atau berpotensi adanya ancaman kesehatan masyarakat;
c. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor;
d. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit;
f. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah;
g. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat Fasyankes adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat ;
h. Klaster Kesehatan adalah Satuan tugas atau sekelompok satuan tugas untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam penanganan bencana;
i. Pendekatan klaster adalah kelompok pelaku Penanggulangan Krisis Kesehatan yang mempunyai kompetensi bidang kesehatan yang berkoordinasi berkolaborasi, dan integrasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, yang berasal dari
pemerintah pusat, atau pemerintah daerah, lembaga non pemerintah, sektor swasta/ lembaga usaha dan kelompok masyarakat;
j. Kaji Cepat Masalah Kesehatan (Rapid Health Assessment) yang selanjutnya disebut RHA adalah serangkaian kegiatan yang meliputi mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data dan informasi guna mengukur dampak kesehatan dan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat terdampak yang memerlukan respon segera.
l. Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat (Public Health Rapid Response Team) yang selanjutnya disebut PHRRT adalah kelompok tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat.
m. PKK atau Pusat Krisis Kesehatan yaitu sebuah unit di Kemenkes yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Sekreatris Jenderal yang bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
BAB II
GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN
TAHUN 2017
K
risis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007, yang berwenang menetapkan status darurat bencana adalah pemerintah (presiden/gubernur/bupati/walikota) sesuai dengan skala bencana. Namun seringkali ditemukan kejadian krisis kesehatan yang tidak ditetapkan sebagai status darurat bencana oleh yang berwenang, hal ini disebut sebagai potensi bencana. Dalam penulisannya di buku ini, baik “bencana” maupun “potensi bencana” yang menyebabkan krisis kesehatan akan menggunakan terminologi yang sama yaitu “bencana”.Selama tahun 2017, Pusat Krisis Kesehatan telah memantau 2.263 kejadian dan 198 di antaranya merupakan kejadian krisis kesehatan (rincian pada lampiran 1 dan 2). Jumlah total korban krisis kesehatan sebanyak 305.837 jiwa dengan rincian jumlah seluruh korban meninggal sebanyak 198 jiwa, luka berat/rawat inap sebanyak 2.314, luka ringan/rawat jalan sebanyak 63.578 dan pengungsi sebanyak 243.691. Rincian jumlah korban krisis kesehatan tahun 2017 dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Data Korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2017
No. Status Korban Jumlah Korban
1 Meninggal 198
2 LB/RI 2.314
3 LR/RJ 63.578
Berikut akan dibahas secara lebih rinci mengenai karakteristik kejadian krisis kesehatan tahun 2017.
2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan
Berdasarkan data Sistem Informasi Pusat Krisis Kesehatan (SIPKK), frekuensi kejadian krisis kesehatan pada tahun 2017 sebanyak 198 kejadian yang tersebar 128
kabupaten/kota pada 32 provinsi (rincian pada lampiran 1 dan 2). Distribusi provinsi dan frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Keterangan : (Frekuensi Kejadian)
>30 Kali 16-30 Kali 1-15 Kali
0
Frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi (16-30 kali) berada di 5 provinsi, yaitu Jawa Tengah (29 kejadian), DKI Jakarta (26 kejadian), Jawa Barat (19 kejadian), Jawa Timur (17 kejadian) dan Sumatera Utara (12 kejadian). Berdasarkan Indeks Risiko Bencana (IRB) Provinsi tahun 2013, kelima provinsi tersebut memiliki IRB dengan kategori sedang sampai tinggi, dengan masing-masing skor yaitu Jawa Tengah : 158 (tinggi), DKI Jakarta : 103 (sedang), Jawa Barat : 166 (tinggi), Jawa Timur : 171 (tinggi) dan Sumatera Utara : 150 (tinggi). Bila dilihat perbulannya maka bulan yang paling sering terjadi krisis kesehatan yaitu Bulan Desember. Sedangkan paling jarang yaitu Bulan Juli, Sebagaimana grafik berikut ini.
Grafik 2.1
2.1.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Jenis Bencana
Frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2017 masih didominasi oleh bencana alam sebanyak 141 kejadian (72%). Sedangkan frekuensi bencana non alam sebanyak 54 ke-jadian (27%) dan bencana sosial sebanyak 2 keke-jadian (1%). Proporsi frekuensi keke-jadian bencana berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Grafik 2.2. Rincian jenis bencana di Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Grafik 2.2
Tabel 2.2
Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2017
No Bencana Alam Frekuensi Bencana Non
Alam
Frekuensi Bencana
Sosial Frekuensi
1 Banjir 67 KLB Keracunan 20 Konflik
Sosial
2
2 Tanah Lon gsor 16 Kecelakaan
Transportasi
4
3 Angin Puting Beliung
13 Kebakaran 28
4 Banjir Bandang 19 KLB Penyakit 2
5 Banjir dan Tanah Longsor
20
6 Gempa Bumi 5
7 Letusan Gunung Api
2
Jumlah
142Jumlah
54Jumlah
2Grafik 2.3
Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab
2.1.2 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Provinsi
Sebanyak 146 kejadian krisis kesehatan (74%) dari 197 kejadian selama tahun 2017 terjadi di 10 provinsi dengan frekuensi tertinggi yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Aceh, dan D.I Yogyakarta. Kejadian krisis kesehatan berdasarkan 10 provinsi dengan frekuensi tertinggi dapat dilihat pada grafik 2.5
Grafik 2.5
Kejadian krisis kesehatan akibat bencana alam di provinsi Jawa Tengah yang terbanyak adalah akibat banjir sebanyak 11 kejadian dan bencana tanah longsor sebanyak 5 kejadian. Kejadian krisis kesehatan di provinsi DKI Jakarta yang terbanyak diakibatkan oleh bencana non alam, yaitu kebakaran sebanyak 19 kejadian dan terbanyak kedua disebabkan oleh bencana alam, yaitu banjir sebanyak 5 kejadian. Pada Provinsi Jawa Barat, bencana banjir merupakan bencana terbanyak pertama dan bencana terbanyak kedua adalah banjir bandang.
Kejadian krisis kesehatan di provinsi Jawa Timur hampir seluruhnya diakibatkan oleh bencana alam, yaitu banjir, angin puting beliung dan tanah longsor. Untuk rincian lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
2.2
Korban MeninggaL
2.2.1 Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana
Tabel 2.3
Jumlah Korban Meninggal Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Bencana
Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah
1) Banjir 6 1) KLB Keracunan 12 1) Konflik
Sosial 0
2) Tanah Longsor 16 2) Kecelakaan
Transportasi 14
3) Angin Puting
Beliung 0 3) Kebakaran 1
4) Banjir bandang 23 4) KLB Penyakit 2
5) Banjir dan
tanah longsor 49
6) Gempa bumi 4
7) Letusan
Gunung Api 71
Jumlah 169 Jumlah 29 Jumlah 0
Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana alam menyebabkan korban meninggal sebanyak 1 orang. Untuk kejadian bencana non alam rata-rata menyebabkan korban meninggal sebanyak 0 - 1 orang. Sedangkan untuk bencana sosial bila dibandingkan dengan frekuensinya maka kira-kira setiap 1 kejadian tidak terdapat korban meninggal.
Tabel 2.4
Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Meninggal
No Jenis Bencana Frekuensi Korban
Meninggal
Perbandingan Frekuensi : Korban Meninggal
1 Bencana Alam 148 169 1 : 1,1
2 Bencana Non Alam 54 29 1 : 0,5
3 Bencana Sosial 2 0 0
Total 198 198 1 : 1
2.2.2 Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi
Grafik 2.7
10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2017
Provinsi dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi ternyata belum tentu menimbulkan korban meninggal yang besar pula. Provinsi Jawa Tengah yang merupakan provinsi dengan frekuensi bencana tertinggi ternyata berada pada urutan ketiga dengan korban meninggal terbanyak. Sebaliknya Provinsi Bali yang tidak termasuk dalam daftar provinsi dengan frekuensi bencana tertinggi, nyatanya menempati urutan pertama dengan jumlah korban meninggal dunia terbanyak.
Perbandingan frekuensi bencana dan 10 provinsi dengan korban meninggal terbanyak dapat dilihat dalam grafik 2.8 dan tabel 2.5.
Grafik 2.8
No Provinsi Frekuensi Korban Meninggal
Perbandingan Frekuensi dengan Korban Meninggal
1 Bali 4 71 1 : 18
2 Jawa Timur 17 34 1 : 2
3 Jawa Tengah 29 27 1 : 1
4 Sumatera Barat 10 11 1 : 1,1
5 Jawa Barat 19 10 1 : 0,5
6 DI Yogyakarta 6 10 1 : 2
7 Sulawesi Tenggara 6 8 1 : 1,3
8 Sulawesi Selatan 8 7 1 : 1
9 Maluku 4 4 1 : 1
10 Sulawesi Tengah 3 4 1 : 1,3
2.3
Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI)
2.3.1 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) berdasarkan Jenis Bencana
Korban luka berat/rawat inap (LB/RI) pada tahun 2017 sebanyak 2.314 jiwa. Berdasarkan jenis bencananya, proporsi korban LB/RI terbesar berasal dari bencana alam di mana sebanyak 93 % di antaranya merupakan korban pada kejadian letusan Gunung Api. Besaran proporsi dan frekuensi korban LB/RI berdasarkan jenis bencana tersaji dalam Grafik 2.9 dan Tabel 2.6.
Tabel 2.5
Grafik 2.9
Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana
Tabel 2.6
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana
Bencana Alam Jumlah Bencana Non
Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah
1) Banjir 13 1) KLB
Keracunan 870 1)
Konflik
Sosial 12
2) Tanah Longsor 11 2) Kecelakaan
Transportasi 2
3) Angin Puting
Beliung 5 3) Kebakaran 9
4) Banjir bandang 8 4) KLB Penyakit 94
5) Banjir dan tanah
longsor 21
6) Gempa bumi 29
Pada Tabel 2.7, bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 12 orang. Bencana Non Alam. rata-rata memiliki perbandingan tertinggi, yaitu 1 kejadian menyebabkan korban LB/RI sekitar 18 orang. Bencana Alam. menempati posisi kedua yaitu kira-kira setiap 1 kejadian menyebabkan 9 korban LB/RI. Bencana sosial. menempati posisi ketiga yaitu setiap 1 kejadian menyebabkan 6 korban LB/RI, dimana bencana Letusan Gunung Api menjadi penyumbang jumlah korban LB/RI terbesar.
Tabel 2.7
Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana
di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap
No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Berat/ Rawat Inap
Perbandingan Frekuensi : Luka Berat/Rawat Inap
1 Bencana Alam 142 1.327 1 : 9
2 Bencana Non Alam 54 975 1 : 18
3 Bencana Sosial 2 12 1 : 6
Total 198 2.314 1 : 12
2.3.2 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) Berdasarkan Provinsi
Grafik 2.10
10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2017
Sebanyak 5 provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Aceh, dan DI Yogyakarta yang termasuk dalam 10 besar dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi di tahun 2017, ternyata tidak termasuk dalam 10 besar korban LB/RI. Sebaliknya 5 provinsi yaitu Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan bisa dilihat frekuensinya tidak terlalu sering, namun ternyata cukup banyak menimbulkan korban LB/RI.
Grafik 2.11
Tabel 2.8
Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban LB/RI di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Tertinggi
No Provinsi Frekuensi Korban LB/RI Perbandingan Frekuensi : Luka
Berat/Rawat Inap
1 Bali 4 1.314 1 : 329
2 Jawa Tengah 29 171 1 : 6
3 DKI Jakarta 26 157 1 : 6
4 Jawa Barat 19 154 1 : 8
5 Kalimantan Tengah 4 130 1 : 33
6 Sumatera Utara 12 126 1 : 11
7 Sulawesi Tenggara 6 86 1 : 14
8 Kepulauan Riau 1 38 1 : 38
9 Kalimantan Barat 3 23 1 : 8
10 Sumatera Selatan 2 22 1 : 11
2.4
Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)
2.4.1 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana
Grafik 2.12
Tabel 2.9
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Jenis Bencana
Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah
1) Banjir 1208 1) KLB Keracunan 1236 1) Konflik Sosial 73 2) Tanah Longsor 2 2) Kecelakaan
Transportasi 3
3) Angin Puting
Beliung 73 3) Kebakaran 39
4) Banjir bandang 260 4) KLB Penyakit 38
5) Banjir dan tanah longsor
4628
6) Gempa bumi 276
7) Letusan Gunung
Api 55742
Jumlah 62189 Jumlah 1316 Jumlah 73
Tabel 2.10
Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana
di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)
No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Berat/ Rawat Inap
Perbandingan Frekuensi : Luka Berat/Rawat Inap
1 Bencana Alam 142 62.189 1 : 438
2 Bencana Non
Alam 54 1.316 1 : 24
3 Bencana Sosial 2 73 1 : 37
Total 198 63.578 1 : 323
Tabel 2.10 memperlihatkan perbandingan antara frekuensi kejadian bencana dengan jumlah korban LR/RJ yang ditimbulkan. Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban LR/RJ sebanyak 323 orang.
2.4.2 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Provinsi
Jumlah korban LR/RJ tertinggi berada di Provinsi Bali yaitu sebanyak 55.955 jiwa atau 88% dari seluruh korban LR/RJ. Hampir seluruhnya merupakan pengungsi yang dirawat jalan saat erupsi Gunung Agung. Jumlah korban LR/RJ kedua tertinggi berada di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 4.551 jiwa. Jumlah korban LR/RJ berdasarkan provinsi secara rinci dapat dilihat dalam Grafik 2.13.
Grafik 2.13
Berdasarkan Grafik 2.13, Korban LR/RJ tertinggi di Provinsi Bali disebabkan oleh letusan gunung api dengan jumlah korban sebanyak 55.742 jiwa. Nomor dua adalah provinsi Jawa Timur, dengan 98 % korban LR/RJ disebabkan oleh bencana banjir dan tanah longsor akibat siklon Cempaka dan Dahlia.
Tabel 2.11
Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah LR/RJ di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban LR/RJ Tertinggi
No Provinsi Frekuensi Korban LR/RJ Perbandingan Frekuensi :
Luka Ringan/ Rawat Jalan
1 Bali 4 55.955 1 : 13.989
2 Jawa Timur 17 4.551 1 : 268
3 Jawa Barat 19 749 1:40
4 DKI Jakarta 26 641 1:25
5 Gorontalo 2 353 1 : 177
6 Jawa Tengah 29 299 1 : 10,3
7 Lampung 2 215 1 : 108
8 Kalimantan Barat 3 114 1 : 38
9 Sumatera Utara 12 113 1 : 9
Tabel 2.11 menunjukkan perbandingan tertinggi yaitu pada Provinsi Bali dengan perbandingan 1 : 13.989, yang berarti 1 kejadian bencana menyebabkan 13.989 jiwa korban LR/RJ. Nilai per-bandingan yang besar juga terlihat pada Provinsi Jawa Timur, di mana satu kali kejadian bencana menimbulkan korban LR/RJ sebanyak 268 jiwa
2.5 Pengungsi
2.5.1 Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana
Pada tahun 2017, terdapat 243.691 jiwa mengungsi pada kejadian krisis kesehatan. Sebagian besar 98% disebabkan karena bencana alam (Grafik 2.14).Bencana letusan gunung api merupakan penyumbang pengungsi terbanyak dengan proporsi 66 % dari seluruh pengungsi. Rincian jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Grafik 2.14
Tabel 2.12
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana
Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah
1) Banjir 41.022 1) KLB
Keracunan 0 1)
Ko n f l i k Sosial 248 2) Tanah Longsor 5.946 2) Kecelakaan
Transportasi 0 3) Angin Puting
Beliung 216 3) Kebakaran 5.101
4) Banjir bandang 968 4) KLB Penyakit 0
5) Banjir dan tanah
longsor 31.967
6) Gempa bumi 900
7) Letusan Gunung
Api 157.323
Jumlah 238.342 Jumlah 5.101 Jumlah 248
Tabel 2.13
Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2017 dengan Jumlah Pengungsi
No Jenis Bencana Frekuensi Pengungsi
(Jiwa)
Perbandingan Frekuensi dengan Pengungsi
1 Bencana Alam 142 238.342 1 : 1.678
2 Bencana Non Alam 54 5.101 1 : 94
3 Bencana Sosial 2 248 1 : 124
Total 198 243.691 1 : 1.231
2.5.2 Pengungsi Berdasarkan Provinsi
Grafik 2.15
10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana Tertinggi Tahun 2017
Tabel 2.14
Perbandingan Antara Frekuensi Bencana dengan Jumlah Pengungsi di 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbesar
No Provinsi Frekuensi Pengungsi (Jiwa) Perbandingan Frekuensi : Pengungsi
1 Bali 4 150.109 1 : 37.527
2 Jawa Tengah 29 13.131 1 : 453
3 DI Yogyakarta 6 12.070 1 : 2.012
4 Jawa Timur 17 11.298 1 : 665
5 DKI Jakarta 26 8.173 1 : 314
6 Sulawesi Utara 7 7.736 1 : 1.105
7 Sumatera Utara 12 7.501 1 : 625
8 Kalimantan Utara 2 6.783 1 : 3.392
9 Sulawesi Tenggara 6 4.922 1 : 820
10
Kepulauan Bangka
Belitung 2 3.957 1 : 1.979
2.6 Fasyankes yang Rusak
Tabel 2.15
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2017
Kerusakan fasilitas pelayanan kesehatan paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat yang seluruhnya diakibatkan bencana gempa bumi pada tanggal 15 Desember 2017.
No Provinsi Fasyankes yang Rusak Sarana Kesehatan Rusak Jumlah Jenis
Bencana Polindes Poskesdes Pustu Puskesmas RS Gd.
Farmasi
Rumah Dinas
Dinkes
1 Jawa Barat 1 1 16 32 3 - 1 - 54 Gempa
Bumi 2 Nusa
Tenggara Barat
3 - 3 2 - - - - 8 Banjir
Angin Puting Beliung
3 Jawa Timur 1 - - 5 - - - - 6 Banjir
Tanah Longsor 4 Sumatera
Barat
- - - 1 1 - - - 2 Banjir
Tanah Longsor
5 Aceh - - - 1 - - - - 1
Keba-karan
6 Lampung 1 - - - 1 Banjir
7 Jawa Tengah - - - 1 2 - - 3 Gempa
Bumi
Grafik 2.16
Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana, maka yang terbanyak adalah bencana Gempa Bumi sebanyak 58 unit, dan seluruhnya akibat gempa bumi pada tanggal 15 Desember 2017 yang berdampak di Provinsi Jawa barat dan Jawa Tengah.
2.7 Perbandingan dengan Tahun 2015 dan 2016
Menurun pada tahun 2017. Penurunan ini tidak lepas dari adanya definisi baru untuk krisis kesehatan pada SIPKK di mana harus ada pernyataan kedaruratan oleh kepala daerah atau jumlah populasi terdampak minimal 50 orang dan terdapat korban/ pengungsi/faskes rusak. Jelasnya dapat dilihat pada Grafik 2.17.
Grafik 2.17
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015-2017
Grafik 2.18
Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015-2017
2.7.1 Perbandingan Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar 2.19
Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam, Non Alam dan Sosial Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Banjir Banjir Banjir
2 Tanah Longsor Tanah Longsor Kebakaran
3 Kecelakaan Transportasi KLB Keracunan KLB Keracunan
4 Angin puting beliung Kecelakaan Transportasi
Banjir & Tanah Longsor
5 Konflik Sosial Angin puting beliung Banjir Bandang
Tabel 2.16
5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Krisis Kesehatan Terbanyak Tahun 2015 - 2017
Tabel 2.17 menunjukkan 5 jenis bencana yang menyebabkan korban meninggal terbanyak pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Kecelakaan transportasi dan tanah longsor merupakan jenis bencana yang selama 3 tahun berturut-turut selalu masuk dalam 5 besar penyebab korban meninggal terbanyak. Pada tahun 2017 peringkat pertama adalah letusan Gunung Api dan selanjutnya peringkat 2 – 4 adalah bencana-bencana hidrometeorologi.
Tabel 2.17
5 Jenis Bencana yang Menyebabkan Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Kecelakaan Transportasi Kecelakaan Transportasi Letusan Gunung Api 2 Tanah Longsor Tanah Longsor Banjir & Tanah Longsor
3 Kebakaran Gempa Bumi Banjir Bandang
4 KLB Penyakit Banjir Bandang Tanah Longsor
5 Angin puting beliung Banjir Kecelakaan Transportasi
Grafik 2.21
Proporsi Korban LB/RI Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 - 2017
Tabel 2.18
5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 KLB Keracunan KLB Keracunan Letusan Gunung Api
2 Kecelakaan Transportasi Banjir KLB Keracunan
3 Kebakaran Banjir Bandang KLB Penyakit
4 KLB Penyakit Gempa Bumi Gempa Bumi
5 Konflik Sosial Kecelakaan Transportasi Banjir & Tanah Longsor
Berdasarkan Grafik 2.22, proporsi korban LR/RJ pada tahun 2017 tidak jauh berbeda dengan tahun 2016, di mana korban lebih dari 90% akibat bencana alam. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun 2015 di mana lebih dari 90% akibat bencana non alam. .
Grafik 2.22
Selama 3 tahun terakhir ini, bencana alam selalu mendominasi sebagai jenis bencana yang menyebabkan korban LR/RJ terbanyak. Bencana non alam yang selalu masuk 5 besar yang menyebabkan korban LR/RJ terbanyak adalah KLB keracunan. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.19.
Tabel 2.19
5 Jenis Bencana yang Mengakibatkan Luka Ringan/Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Kebakaran lahan dan hutan Banjir bandang Letusan gunung api
2 Banjir Banjir Banjir & tanah longsor
3 Letusan gunung berapi Gelombang
pasang/badai KLB Keracunan
4 Gempa bumi KLB keracunan Banjir
5 KLB Keracunan Konflik sosial Banjir bandang
Grafik 2.23
Proporsi Pengungsi Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 - 2017
Tabel 2.20
5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan Pengungsian Terbesar Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Banjir Banjir Letusan gunung api
2 Letusan gunung berapi Gempa bumi Banjir
3 Gempa bumi Banjir bandang Banjir & tanah longsor
4 Kebakaran Tanah longsor Tanah Longsor
5 Banjir bandang Banjir dan tanah longsor Kebakaran
Perbandingan Provinsi Terdampak
Tabel 2.21
5 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah
2 Jawa Barat Jawa Timur DKI Jakarta
3 Aceh Jawa Tengah Jawa Barat
4 Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Timur
5 Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Utara
Pada tabel 2.22 terlihat bahwa Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat secara konsisten berada dalam posisi 5 besar setiap tahunnya sebagai provinsi dengan korban meninggal terbanyak. pada tahun 2017 ini untuk provinsi yang menyebabkan korban meninggal terbanyak adalah Prov. Bali. Sedangkan Jawa Tengah selama 2 tahun terakhir masuk 5 besar.
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Sumatera Utara Aceh Bali
2 Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
3 Sulawesi Selatan Jawa Barat Jawa Tengah
4 Papua Kepulauan Riau Sumatera Barat
5 Jawa Timur Jawa Timur Jawa Barat
Tabel 2.22
Untuk 5 provinsi yang memiliki korban LB/RI terbanyak pada tahun 2017 muncul provinsi baru yang pada tahun 2015-2016 belum ada yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kalimantan Tengah. Provinsi Jawa Barat yang menempati peringkat 4 pada tahun 2017 ini, merupakan provinsi yang sering menjadi posisi 5 besar dari tahun 2015-2017. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sebanyak 2 kali masuk posisi 5 besar selama 3 tahun terakhir ini. Lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.23.
Tabel 2.23
5 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Terbanyak Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Aceh Jawa Timur Bali
2 Nusa Tenggara Barat Jawa barat Jawa Tengah
3 Jawa Timur Aceh DKI Jakarta
4 Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Barat
5 Jawa Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah
Tabel 2.24
5 Provinsi dengan Jumlah Korban
Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2015-2017
Provinsi di Pulau Jawa dan Bali mendominasi untuk 5 provinsi dengan pengungsi terbanyak pada tahun 2017. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, provinsi Aceh dan Jawa Barat, memang kerap masuk dalam posisi 5 besar untuk pengungsi terbanyak, namun pada tahun 2017 kedua Provinsi tersebut tidak masuk dalam posisi 5 besar untuk pengungsi terbanyak. (Tabel 2.25).
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Aceh Aceh Bali
2 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
3 Banten Sumatera Barat DI Yogyakarta
4 Jawa Barat Riau Jawa Timur
5 Sumatera Utara Jawa Tengah DKI Jakarta
Tabel 2.25
5 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbanyak Tahun 2015-2017
Tahun
Peringkat 2015 2016 2017
1 Jambi Nusa Tenggara Barat Bali
2 Riau Jawa Barat Jawa Timur
3 Sumatera Selatan Jawa Tengan Jawa Barat
4 Kalimantan Tengah Kalimantan Barat DKI Jakarta
2.8
Analisis Lima Provinsi dengan Frekuensi Krisis Kesehatan Tertinggi
Tahun 2017
2.8.1 Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.2
Provinsi Jawa Tengah adalah terletak antara 5o40’ - 8o30’LS dan 108 o30’ - 111 o30’BT (termasuk pulau Karimunjawa). Provinsi ini terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, dengan total luas 3,25 juta hektar atau sekitar 1,70 persen dari total luas Indonesia. Terdiri dari 992 ribu hektar lahan basah (30,47 persen) dan 2,26 juta hektar lahan sawah non-basah (69,53 persen). Suhu rata-rata Jawa Tengah adalah antara 25,2 oC – 27,7oC , dan rata-rata kelembaban relatif antara 75% - 84% (Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2012).
Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten, 573 kecamatan dan 8.576 desa. Kepadatan penduduknya sebesar 1.022 jiwa/km2 , ini termasuk kategori sangat padat. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 32.382.657 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,77. Indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 69,49 termasuk kategori sedang.
Jumlah RS maupun Puskesmas bila dibandingkan jumlah penduduknya telah mencukupi yaitu sebanyak 280 RS dan 875 Puskesmas . Provinsi Jawa Tengah masih kekurangan dokter umum, bidan dan perawat. Namun untuk jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional.
Nilai IRBI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 termasuk kategori tinggi dengan nilai 158 Sedangkan penilaian kapasitas dalam pengurangan risiko bencana yang dilakukan BNPB pada tahun 2016, provinsi ini termasuk kategori kapasitas tinggi dengan skor 0,89. Nilai tersebut paling tinggi di antara seluruh provinsi.
Tahun ini Provinsi Jawa Tengah juga menjadi salah satu provinsi dengan jumlah korban meninggal, luka berat/rawat inap dan pengungsian tertinggi. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2010-2016), juga termasuk cukup sering menjadi provinsi dengan jumlah korban tertinggi.
Terdapat lima bencana di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar, yaitu banjir, tanah longsor, KLB-keracunan, banjir bandang, dan angin puting beliung. Tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, sebagian besar bencana yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah disebabkan oleh bencana alam yang merupakan kejadian hidrometeorologi.
2.8.2 Provinsi DKI Jakarta
Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/
Memiliki 6 kabupaten/kotamadya, 44 kecamatan, dan 267desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di DKI Jakarta sebanyak 9.607.787 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,83. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 78,99 atau termasuk kategori tinggi.
Jumlah rumah sakit sebanyak 179 dan Puskesmas sebanyak 340 unit. Jumlah ini bila dibandingkan jumlah penduduknya telah melebihi standard minimal. Namun provinsi ini masih kekurangan dokter umum, perawat dan bidan. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional
Nilai IRBI Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 termasuk kategori sedang dengan nilai 103. Sedangkan penilaian kapasitas dalam pengurangan risiko bencana yang dilakukan BNPB pada tahun 2016, provinsi ini termasuk kategori kapasitas tinggi dengan skor 0,72.
Pada tahun 2017, Provinsi DKI Jakarta menempati urutan kedua sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi, setelah sebelumnya pada tahun 2015 menempati urutan kedelapan dan kemudian naik ke urutan keempat pada tahun 2016. Pada tahun ini, Provinsi DKI juga menjadi salah satu provinsi dengan jumlah korban LB/ RI, LR/RJ dan pengungsi terbanyak. Bila menilik sejarahnya sejak tahun 2010, Provinsi DKI Jakarta memang sering masuk posisi 5 besar dengan frekuensi tertinggi. Namun untuk jumlah korban dan pengungsi hanya sekali dua kali menjadi posisi tertinggi.
2.8.3 Provinsi Jawa Barat
Gambar 2.4 Peta Provinsi Jawa Barat
Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/
Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk sangat padat yaitu sebesar 1.301 jiwa/km2 , dengan jumlah 26 kabupaten, 625 kecamatan, dan 5.880 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Jawa Barat sebanyak 43.053.732 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 103,60. Indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 69,50 yaitu termasuk kategori sedang.
Jumlah RS maupun Puskesmas di provinsi ini sebanyak 312 RS dan 1.050 Puskesmas. Bila dibandingkan jumlah penduduknya telah mencukupi sesuai standard. Sebagaimana Provinsi Jateng dan DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat juga kekurangan dokter umum, perawat dan bidan. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah mencukupi.
IRBI tahun 2013 Provinsi Jawa Barat adalah 166 dengan kategori risiko tinggi. Sedangkan hasil penilaian kapasitas oleh BNPB pada tahun 2016 nilainya adalah 0,81 dan termasuk kategori kapasitas tinggi.
Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Barat menempati urutan ketiga sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi, setelah sebelumnya pada tahun 2015 menempati urutan kedua dan kemudian berada pada urutan pertama pada tahun 2016. Sejak tahun 2010, Provinsi ini selalu konsisten menjadi posisi 5 besar dengan frekuensi tertinggi.
Terdapat lima bencana di Provinsi Jawa Barat yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar di tahun 2017, yaitu banjir, banjir bandang, KLB-keracunan, tanah longsor, dan kebakaran.Pada tahun 2015, tanah longsor merupakan jenis kejadian bencana yang cukup mendominasi dari seluruh kejadian bencana di provinsi tersebut. Pada tahun 2016, bencana tanah longsor dan banjir menjadi kejadian bencana yang banyak menyebabkan krisis kesehatan
2.8.4 Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.5 Peta Provinsi Jawa Timur
Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/
Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Timur termasuk sangat padat yaitu sebesar 808 jiwa/km2. Provinsi ini memiliki 38 kabupaten, 662 kecamatan, dan 8.523 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Jawa Timur sebanyak 37.476.757 jiwa dengan jumlah rasio jenis kelamin sebesar 98,77. Nilai IPM sebesar 69,49 termasuk kategori sedang.
Nilai IRBI tahun 2013 Provinsi Jawa Timur yaitu 171 dan termasuk kategori risiko tinggi. Sedangkan skor hasil penilaian kapasitas tahun 2016 oleh BNPB adalah 0,82 dan termasuk berkapasitas tinggi.
Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Timur menempati urutan keempat sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi. Sebelumnya pada tahun 2015, Jawa Timur menempati urutan pertama dan kemudian berada pada urutan kedua pada tahun 2016. Sebagaimana Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, provinsi ini secara konsisten selalu menjadi 5 besar dengan frekuensi tertinggi sejak tahun 2010.
Pada tahun 2017, Provinsi Jawa Timur termasuk provinsi dengan korban meninggal, LR/RJ dan pengungsi tertinggi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2010-2016, di mana provinsi ini hampir selalu masuk ke dalam 5 besar provinsi dengan jumlah korban maupun pengungsian tertinggi.
Terdapat tiga bencana di Provinsi Jawa Timur yang memiliki frekuensi kejadian cukup besar di tahun 2017, yaitu banjir, angin puting beliung dan tanah longsor. Bencana angin puting beliung dan tanah longsor juga menjadi kejadian bencana yang paling sering terjadi di provinsi tersebut pada tahun 2015. Bencana tanah longsor tetap menjadi bencana terbanyak pertama yang terjadi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016, diikuti oleh bencana banjir sebagai bencana terbanyak kedua
2.8.5 Provinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 800-4.000 mm per tahun. Rata-rata intensitas penyinaran sinar matahari adalah 43%, sementara kelembaban udara bervariasi antara 78% - 91% .(Sumber :Sumatera Utara Dalam Angka 2012).
Sumber : http://big.go.id/peta-provinsi/
Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara termasuk kurang padat yaitu sebesar 189 jiwa/ km2 dan memiliki 33 kabupaten, 417 kecamatan, dan 5.739 desa. Berdasarkan populasinya, jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,76. IPM termasuk kategori sedang yaitu sebesar 69,51.
Jumlah rumah sakit (184 unit) maupun Puskesmas (571 unit) telah mencukupi bila dibandingkan jumlah penduduknya. Provinsi Sumatera Utara kekurangan dokter umum, perawat dan bidang. Sedangkan jumlah dokter spesialis telah memenuhi standar nasional.
Berdasarkan IRBI tahun 2013, Provinsi Sumatera Utara termasuk berisiko tinggi dengan skor 150. Sedangkan hasil penilaian kapasitas oleh BNPB pada tahun 2016, kapasitas provinsi ini termasuk kategori tinggi dengan nilai 0,68.
Pada tahun 2017, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan kelima sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi. Sebelumnya pada tahun 2015, Sumatera Utara juga menempati urutan kelima sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian krisis tertinggi dan kemudian berada pada urutan ketujuh pada tahun 2016. Sejak tahun 2010, provinsi ini baru 2 kali masuk dalam 5 besar dengan frekuensi tertinggi yaitu tahun 2015 dan 2017.
Tahun ini, Sumatera Utara masuk sebagai peringkat 9 untuk jumlah korban LR/RJ terbanyak dan ke-7 untuk jumlah pengungsi terbanyak. Sedangkan untuk korban meninggal maupun LB/ RI, provinsi ini tidak termasuk 10 besar. Melihat sejarahnya sejak tahun 2010, memang provinsi ini hanya beberaoa masuk sebagai provinsi dengan jumlah korban maupun pengungsi terbesar.
BAB III
UPAYA TANGGAP DARURAT
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
OLEH KLASTER KESEHATAN NASIONAL
P
ada tahun 2017 seluruh kejadian tanggap darurat krisis kesehatan di akibatkan karena bencana skala daerah. Penetapan status tanggap darurat pada bencana-bencana yang terjadi pada tahun 2017, dilakukan oleh pimpinan daerah (gubernur/bupati/walikota), sehingga upaya Kementerian Kesehatan sebagai koordinator klaster kesehatan nasional adalah melakukan dukungan serta fasilitasi daerah dalam melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan. Upaya tersebut meliputi dukungan atau fasilitasi untuk upaya koordinasi, pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, penyiapan air bersih dan sanitasi yang berkualitas, pelayanan kesehatan gizi, pengelolaan obat bencana, penyiapan kesehatan reproduksi dalam situasi bencana, penanganan kesehatan jiwa, penatalaksanaan korban meninggal serta pengelolaan informasi kesehatan.Secara umum, upaya tanggap darurat yang dilakukan oleh Klaster Kesehatan Nasional pada tahun 2017 tidak jauh berbeda dengan tahun 2016 yaitu ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana alam seperti di erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, tanah longsor di Kabupaten Ponorogo serta banjir dan tanah longsor di Kabupaten Pacitan.
3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan
Pelaksana kegiatan tersebut adalah Sub Klaster Pelayanan Kesehatan dengan koordinator untuk tingkat nasional adalah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Tabel 3.1
Upaya Pelayanan Kesehatan Klaster Kesehatan Nasional Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017
No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM
Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan
1 Erupsi Gn Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
Dit. Yankes Rujukan
Mengirimkan Tim RHA
2 Erupsi Gunung Sinabung, Kab. Karo Prov. Sumatera Utara
1. Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri
2. Kemenkes
• Melakukan lainnya yaitu KB, khitan,
MDMC • Mengirimkan
Tim Kesehatan
• SAR Evakuasi
3 Banjir di Kota Bitung, Sulawesi Utara
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
MDMC • Mengirimkan
Tim Kesehatan
6 Bencana hidrometeorologi akibat siklon Cempaka dan Dahlia, Prov. Jateng, DIY dan Jatim
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
Mengirimkan Tim Kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan melalui Mobile Clinic
7 Gempa di Jabar dan Jateng
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
MDMC Mengirimkan Tim
Kesehatan
8 Banjir Longsor di Pacitan
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
BAZNAS Memberikan
pelayanan kesehatan
10 Banjir dan Tanah Longsor di Kab. Lima Puluh Kota
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
Kemenkes • Melakukan
koordinasi dan pemantauan kejadian krisis kesehatan
PMI DOMPET DHUAFA
•Memberikan pelayanan
Dit. Yankes Primer • Mengirimkan TIM RHA No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM
Pada Tabel 3. 1 menyajikan dukungan upaya pelayanan kesehatan pada saat tanggap darurat yang dilakukan oleh Klaster Kesehatan Nasional sepanjang tahun 2017. Jika dibandinkan dengan upaya pelayanan kesehatan sepanjang tahun 2016, terdapat perbedaan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada tahun 2017. Sepanjang tahun 2017, Sub Klaster Pelayanan Kesehatan banyak memberikan dukungan pelayanan kesehatan untuk korban bencana alam dan non alam berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan KLB.Sedangkan sepanjang tahun 2016, dukungan yang diberikan bagi korban bencana alam saja.
Gambar 3.1
3.2.1
Upaya Pengendalian Penyakit
Tujuan pengendalian penyakit pada saat tanggap darurat bencana adalah mencegah kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular potensi wabah, seperti penyakit diare, ISPA, malaria, DBD, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI), keracunan dan mencegah penyakit-penyakit yang bersifat spesifik lokal. Upaya pengendalian penyakit dilakukan oleh Sub Klaster Pengendalian Penyakit Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih dengan koordinator tingkat nasional adalah Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan berupa :
a. Surveilans Epidemiologi
b. Investigasi/penyelidikan epidemiologi c. Pengendalian vektor
d. Pemberian Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi
e. Membangun sistem pelaporan kejadian penyakit yang berkelanjutan f. Pelaksanaan Outbreak Response Imunization (ORI)/Vaksinasi
Komuni tas/Wilayah
g. Peningkatan kapasitas petugas lapangan h. Pemberian logistik
Pada tahun 2017 Institusi pemerintah di Klaster Kesehatan Nasional yang terlibat dalam Upaya Pengendalian Penyakit untuk melakukan fasilitasi ke lokasi bencana yaitu Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan beserta Dinas Kesehatan Prov dan Kab/ Kota.
Tabel 3.2
Upaya Pengendalian Penyakit Klaster Kesehatan Nasional Pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017
No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM
Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan
1
Eupsi Gunung Agung Di Bali
Dit. SKK
bersama dengan Dinas Kesehatan setempat
• Health Assessment Pengungsi • Penyelidikan Epidemiologi • Melakukan penyuluhan
kesehatan pada masyarakat
• Melakukan pengamatan dan
pengendalian faktor risiko penyakit di lokasi pengungsian
• Pemetaan faktor risiko
penularan penyakit seperti lagoon dan tempat perindukan nyamuk
2
KLB Keracunan Paracetamol, Caffeine, Carisoprodol (PCC) di Prov. Sulawesi Tenggara
Dit. SKK
bersama dengan Dinas Kesehatan setempat
• Penyelidikan Epidemiologi • Advokasi kepada Pemerintah
Dari tabel 3.2 Dapat dilihat bahwa Upaya Pengendalian Penyakit yang langsung Dit. SKK turun selama tahun 2017 hanya ada dua kegiatan hal ini disebabkan fokus pe-nanggungan pada penyakit sesuai dengan Permenkes 1501 tahun 2010 tentang penyakit yang berpotensi KLB/ Wabah. Selain itu program-program penanggulangan telah dil-akukan daerah setempat didukung dengan pendanaan pusat melalui dana dekonsentrasi sehingga Daerah telah kompeten untuk menangani bencana secara mandiri yang bersifat lokal dan efeknya tidak meluas ke daerah lain. Program yang telah dilaksanakan meliputi perlindungan terhadap penyakit melalui imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak dan Measles Rubella), Peningkatan kompetensi petugas untuk melaksanakan deteksi dini dan respon cepat sehingga saat terjadi bencana sudah terlatih untuk dapat melaksanakan program pengendalian terhadap terjadinya peningkatan penyakit saat bencana
Gambar 3.2
3.2.2 Upaya Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih
Upaya kesehatan lingkungan merupakan upaya pencegahan penyakit dan /atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kulaitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.
Upayakesehatan lingkungan dan penyediaan air bersih dilakukan oleh Sub Klaster Pengendalian Penyakit Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih dengan Koordinator tingkat nasional adalah Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan berupa:
a Penyehatan : Upaya pencegahan penurunan kualitas media
lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan
b. Pengamanan : Upaya perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor risiko atau gangguan kesehatan
c. Pengendalian : Upaya untuk mengurangi atau menyiapkan faktor risiko penyakit dan /atau gangguan kesehatan.
Tabel 3.3
Upaya Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih Klaster Kesehatan Nasional pada Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2017
No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM
Institusi Kegiatan Institusi Kegiatan
1 Banjir dan tanah longsor di Kota Bitung
PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BTKL Manado
• MengirimkanTim PHRRT
• Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 25.667.180 masker, PAC, Polybag) •Melakukan desinfeksi/ penjernihan sarana air bersih •Pemasangan perangkap tikus
1. PMI
• Membesihkan rumah warga
• Distribusi air bersih 6.000 ltr
2 Banjir di Kab. Sumbawa dan Kab. Lombok Ti-mur
1. PKK, Dit. Kesling Kemenkes, KKP Mataram
Mengirimkan Tim •RHADistribusi bantuan logistik lesling (desinfektan air, kantong sampah) •Melakukan
3 Banjir dan Tanah Longor di Kab. Lima Puluh Kota
PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Medan
•Mengirimkan Tim PHRRT •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 39.230.000 (Polybag, PAC, desinfektan air, repellent lalat) •Melakukan pengambilan sampel air dan pemeriksaaan
•Melakukan promosi kesehatan PHBS •Distribusi air bersih 41.000 liter (PMI) •Membantu membersihkan sekolah, saluran air dan jalan
•Memberi bantuan masker sebanyak 2.000 pcs •Memberikan bantuan desinfektan lantai
4 Tanah longsor di Kab. Ponorogo
PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Surabaya
•Mengirimkan Tim RHA •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 10.206.600 (Polybag, safety box, repellent lalat)
•BTKL Surabaya mendistribusikan
Rumah Zakat Pembuatan sumur bor sebanyak 500 sumur
No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM
5 Erupsi Gn. Sinabung
Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Medan
•Distribusi logistic kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 6.600.000 (masker) •BTKL Medan melakukan pemeriksaan kualitas udara, distribusi masker non kain sebanyak 500 pcs
Rumah Zakat Pemberian bantuan masker
6 Banjir & tanah longsor di Pacitan
PKK, Dit. Kesling Kemenkes, BBTKL-PP Surabaya
•Mengirimkan Tim RHA •Distribusi logistik kesehatan lingkungan dengan total bantuan senilai Rp. 28.310.800 (Masker, disinfektan air, PAC)
•melakukan pengambilan sampel air dan pemeriksaan kualitas air
1.Rumah Zakat 2.Dompet No. Kejadian Krisis Kesehatan
Upaya yang Dilakukan
Pemerintah LSM