• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONFLIK DAN RESOLUSI KONFLIK DALAM KISAH

B. Proses Konflik

1. Eskalasi Konflik

Tabel 4.2 Eskalasi

Realita Surat Ayat Keterangan

1-4 al-Mā’idah 21-24 Penolakan Kaum Bani Israil

atas perintah Nabi Musa Dalam QS. al-Mā’idah [5]: 21-24 Nabi Musa memerintahkan kaum Bani Israil untuk memasuki tanah suci (palestina) yang sebagaimana di tentukan oleh Allah untuk kaum Bani Israil;

ْمُكَل َُّللَّا َبَتَك ِتَِّلا َةَسَّدَقُمْلا َضْرَْلْا اوُلُخْدا ِمْوَ ق َيَ

14

Akan tetapi kaum Bani Israil menolak perintah Nabi Musa karena merasa takut;

ۡوَ ق اَهيِف َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

ًما

اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ نِإَف اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ هَّتََّح اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإَو َنيِراَّبَج

15

Bahkan kaum Bani Israil memerintahkan Nabi Musa bersama Tuhan nya untuk memasuki kota tersebut;

اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

َبَأ ُد

ا

َنوُدِعهَق اَنُههَه َّنِإ َلَِتهَقَ ف َكُّبَرَو َتنَأ ۡبَهۡذٱَف اَهيِف ْاوُماَد اَّم

16

Dalam QS. al-Mā’idah [5]: 21-24 menerengkan hal tersebut:

َُّللَّٱ َبَتَك ِتَِّلٱ َةَسَّدَقُمۡلٱ َضۡرَۡلْٱ ْاوُلُخۡدٱ ِمۡوَقهَي

َبَۡدَأ هىَلَع ْاوُّدَتۡرَ ت َلََو ۡمُكَل

َنيِرِسهَخ ْاوُبِلَقنَتَ ف ۡمُكِر

٢١

ۡوَ ق اَهيِف َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

ًما

َّنِإَو َنيِراَّبَج

هَّتََّح اَهَلُخۡدَّن نَل

اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ

َف

اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ نِإ

َنوُلِخهَد َّنِإَف

٢٢

َنوُفاََيَ َنيِذَّلٱ َنِم ِن َلَُجَر َلاَق

َلَع ْاوُلُخۡدٱ اَمِهۡيَلَع َُّللَّٱ َمَعۡ نَأ

اَذِإَف َباَبۡلٱ ُمِهۡي

َّكَوَ تَ ف َِّللَّٱ ىَلَعَو َنوُبِلهَغ ۡمُكَّنِإَف ُهوُمُتۡلَخَد

نِإ ْا وُل

َينِنِمۡؤُّم مُتنُك

٢٣

وُهَيَ ْاوُلاَق

اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإ هىَس

َبَأ ُد

ا

َلَِتهَقَ ف َكُّبَرَو َتنَأ ۡبَهۡذٱَف اَهيِف ْاوُماَد اَّم

َنوُدِعهَق اَنُههَه َّنِإ

٢٤

14 Lihat QS. al-Mā’idah [5]: 21 15 Lihat QS. al-Mā’idah [5]: 22 16 Lihat QS. al-Mā’idah [5]: 24

21. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi

22. Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”

23. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”

24. Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja"

(

َةَسَّدَقُمۡلٱ َضۡرَۡلْٱ ْاوُلُخۡدٱ ِمۡوَقهَي

) yang disucikan (

ۡمُكَل َُّللَّٱ َبَتَك ِتَِّلٱ

) telah dititahkan-Nya untuk memasukinya yaitu tanah Syam (

ۡمُكِرَبَۡدَأ هىَلَع ْاوُّدَتۡرَ ت َلََو

) berbalik surut karena takut kepada musuh (

َنيِرِسهَخ ْاوُبِلَقنَتَ ف

) dalam usahamu.17

(

َنيِراَّبَج مۡوَ ق اَهيِف َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

) sisa-sisa bangsa Ad yang bertubuh tinggi dan bertenaga besar (

َنوُلِخهَد َّنِإَف اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ نِإَف اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ هَّتََّح اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإَو

) nya.18

(

َلاَق

) kepada mereka (

َنوُفاََيَ َنيِذَّلٱ َنِم ِن َلَُجَر

) menyalahi perintah-perintah Allah bernama Yusya dan Kalib, yakni dua orang di antara para pemimpin yang dikirim Musa untuk menyelidiki orang-orang aniaya itu (

اَمِهۡيَلَع َُّللَّٱ َمَعۡ نَأ

)

17 al-Imām Jalāluddīn al-Maḥallī, Tafsīr Jalālain (Surabaya: Pustaka elBA, 2010), 750.

41

berupa tindakan bijaksana hingga mereka tak hendak menyingkapkan keadaan sebenarnya dari orang-orang aniaya itu selain kepada Musa berbeda halnya dengan anggota-anggota lainnya yang menyiarkan berita itu hingga kaum Musa pun menjadi takut karenanya. (

َباَبۡلٱ ُمِهۡيَلَع ْاوُلُخۡدٱ

) maksudnya pintu gerbang kota dan janganlah takut kepada mereka karena mereka itu tinggal tubuh tanpa hati atau keberanian. (

َنوُبِلهَغ ۡمُكَّنِإَف ُهوُمُتۡلَخَد اَذِإَف

) hal itu mereka ucapkan karena yakin akan beroleh pertolongan Allah dan bahwa Allah pasti menepati janji-Nya. (

َينِنِمۡؤُّم مُتنُك نِإ ْا وُلَّكَوَ تَ ف َِّللَّٱ ىَلَعَو

)19

(

َلَِتهَقَ ف َكُّبَرَو َتنَأ ۡبَهۡذٱَف اَهيِف ْاوُماَد اَّم ادَبَأ اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

) mereka (

َّنِإ

َنوُدِعهَق اَنُههَه

) tak ikut berperang.20

Ibn Kaṡīr dalam tafsrinya QS. al-Mā’idah [5]: 21-24, Maka Allah SWT berfirman memberitahu tentang Musa, bahwa ia mengatakan kepada kaumnya : (

َةَسَّدَقُمۡلٱ َضۡرَۡلْٱ ْاوُلُخۡدٱ ِمۡوَقهَي

) yang dimaksud dengan muqaḍasah yaitu muṭaharah (yang suci). Mengenai ucapan Musa tersebut, sufyan al-sauri menceritakan dari Ibn Abbas: yaitu, bukit (bukit Sinai) dan sekitarnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya.21

(

ۡمُكَل َُّللَّٱ َبَتَك ِتَِّلٱ

) yaitu apa yang telah dijanjikan Allah SWT melalui lisan bapak kalian, Israil (Ya’qub), dan ia merupakan warisan bagi

19 al-Imām Jalāluddīn al-Maḥallī, Tafsīr Jalālain (Surabaya: Pustaka elBA, 2010)

20 al-Imām Jalāluddīn al-Maḥallī, Tafsīr Jalālain (Surabaya: Pustaka elBA, 2010)

orang yang beriman di antara kalian (

ۡمُكِرَبَۡدَأ هىَلَع ْاوُّدَتۡرَ ت َلََو

) yakni, janganlah kalian enggan berjihad.22

(

اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ نِإَف اَهۡ نِم ْاوُجُرَۡيَ هَّتََّح اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإَو َنيِراَّبَج ًما ۡوَ ق اَهيِف َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

َّنِإَف

َنوُلِخهَد

) maksudnya, mereka beralasan bahwa di dalam negeri yang engkau perintahkan kami untuk memasukinya dan memerangi penduduknya tersebut ada suatu kaum yang gagah berani, yang mempunyai bentuk tubuh yang besar lagi sangat kuat, dan kami tidak sanggup melawan dan menghadapinya. Tidak mungkin bagi kami memasukinya selama mereka masih berada dalam negeri tersebut. Jika mereka telah keluar dari negeri itu, maka kami baru mau memasukinya, dan jika tidak, maka tidak ada kemampuan bagi kami untuk melawan mereka.23

Dalam hal ini, banyak ahli tafsir yang menyebutkan beberapa berita yang dibuat-buat oleh Bani Israil tersebut (sebagai berita bohong) tentang kebesaran atau kemampuan kaum yang gagah perkasa itu, yang diantaranya terdapat Auj bin Inaq binti Adam, yang mempunyai tinggi tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga dan sepertiga hasta. Dan hal itu merupakan berita yang memalukan untuk disebutkan.24

(

اَمِهۡيَلَع َُّللَّٱ َمَعۡ نَأ َنوُفاََيَ َنيِذَّلٱ َنِم ِن َلَُجَر َلاَق ق

) setelah Bani Israil enggan untuk mentaati Allah dan mengikuti Rasul Allah, Musa, maka mereka dimotivasi oleh dua orang yang telah dianugerahi nikmat yang besar kepada keduanya. Keduanya adalah orang yang takut akan perintah Allah SWT sekaligus takut akan adzab-Nya. Sebagian ahli tafsir ada yang membaca

22 Ibn Kaṡīr, Ibn Kaṡīr, juz. 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i 2003), 62.

23 Ibn Kaṡīr, Ibn Kaṡīr, juz. 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i 2003), 62.

43

َنوُفاََيَ َنيِذَّلٱ َنِم ِن َلَُجَر َلاَق

” yaitu, dua orang yang termasuk mereka yang mempunyai kewibawaan dan kedudukan di tengah-tengah manusia. Disebutkan kedua orang itu bernama Yusya’ bin Wanun dan Kalib bin

Yufana.25

Demikian yang dikemukakan oleh Ibn Abbas, Mujahid, Ikrimah, Athiyyah, al-Suddi, Rabi bin Anas, dan beberapa ulama lainnya baik Salaf maupun Khalaf.26

Kedua orang tersebut mengatakan:

(

َينِنِمۡؤُّم مُتنُك نِإ ْا وُلَّكَوَ تَ ف َِّللَّٱ ىَلَعَو َنوُبِلهَغ ۡمُكَّنِإَف ُهوُمُتۡلَخَد اَذِإَف َباَبۡلٱ ُمِهۡيَلَع ْاوُلُخۡدٱ

) maksudnya, jika kalian benar-benar betawakal kepada Allah dan kalian juga mau mengikuti perintah-Nya, serta menyepakati Rasul-Nya, pasti Allah akan memenangkan atas musuh-musuh kalian, mendukung dan memperkuat kalian dalam melawan mereka, sehingga kalian dapat memasuki negeri yang telah Allah SWT tetapkan bagi kalian. Namun seruan itu tidak membawa manfaat sama sekali.27

اَهَلُخۡدَّن نَل َّنِإ هىَسوُهَيَ ْاوُلاَق

َبَأ ُد

ا

َد اَّم

َهۡذٱَف اَهيِف ْاوُما

ِتهَقَ ف َكُّبَرَو َتنَأ ۡب

َنوُدِعهَق اَنُههَه َّنِإ َلَ

Yang demikian itu merupakan bentuk penolakan mereka untuk berjihad, sekaligus sebagai bentuk penentangan terhadap Rasul mereka, dan mereka enggan memerangi musuh.28

Alangkah baiknya sambutan para sahabat terhadap seruan Rasul Saw pada saat terjadi perang Badar. Abu Bakar bin Mawardawaih mengatakan, dari Anas, “bahwa ketika hendak berangkat ke Badar, Rasulullah Saw mengajak kaum muslimin bermusyawarah. Kemudian ‘Umar memberikan

25 Ibn Kaṡīr, Ibn Kaṡīr, juz. 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i 2003), 62.

26 Ibn Kaṡīr, Ibn Kaṡīr, juz. 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i 2003), 63.

27 Ibn Kaṡīr, Ibn Kaṡīr, juz. 6 (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i 2003), 63.

pendapat. Selanjutnya beliau meminta pendapat mereka, maka kaum Anshar berkata: ‘Hai sekalian kaum Anshar, kepada kalian Rasulullah Saw meminta saran.’ Mereka berkata: ‘Kalau demikian, kita tidak boleh mengatakan kepada beliau seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa: (

َنوُدِعهَقاَنُههَه َّنِإ َلَِتهَقَ ف َكُّبَرَو َتنَأ ۡبَهۡذٱَف

) Demi Zat yang mengutusmu dengan hak, seandainya engkau menempuh jarak yang sangat jauh, sejauh Barkil Ghimad sekalipun, niscaya kami akan ikut bersamamu.29

Dalam hal ini QS. al-Mā’idah [5]: 21-24 menjadi puncak konflik antara Nabi Musa dengan Bani Israil, karena adanya pembangkangan Bani Israil terhadap perintah Nabi Musa untuk memasuki tanah suci dan berjihad di jalan Allah.

Dokumen terkait