• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsentrasi ambien 600

4. Estimasi Emisi Total per Grid

5.5 Template Model

6.1.1 Estimasi Emisi

Model emisi menghasilkan emisi per sumber emisi dan total emisi. Emisi dan persentase emisi dari masing-masing sumber emisi diberikan pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa meningkatnya emisi dari kendaraan menyebabkan kontribusi emisi kendaraan terhadap emisi total PM10 tetap meningkat, sedangkan kontribusi emisi dari sumber industri dan domestik terhadap emisi total PM10 menurun.

Tabel 16 Estimasi Emisi dari sumber Kendaraan, Domestik, dan Industri

Emisi (ton/tahun) Persentase Terhadap Emisi Total

Tahun

Kendaraan Domestik Industri Total Kendaraan Domestik Industri

2005 8,812 264 2,749 11,826 74.5 2.2 23.2 2006 9,400 266 2,804 12,470 75.4 2.1 22.5 2007 10,036 268 2,861 13,165 76.2 2 21.7 2008 10,725 271 2,918 13,913 77.1 1.9 21 2009 11,471 273 2,976 14,720 77.9 1.9 20.2 2010 12,281 275 3,036 15,592 78.8 1.8 19.5 2011 13,160 277 3,096 16,534 79.6 1.7 18.7 2012 14,114 280 3,158 17,552 80.4 1.6 18 2013 15,149 282 3,221 18,653 81.2 1.5 17.3 2014 16,275 284 3,286 19,845 82 1.4 16.6 2015 17,498 287 3,352 21,136 82.8 1.4 15.9 2016 18,827 289 3,419 22,535 83.5 1.3 15.2 2017 20,274 292 3,487 24,052 84.3 1.2 14.5 2018 21,847 294 3,557 25,698 85 1.1 13.8 2019 23,561 296 3,628 27,485 85.7 1.1 13.2 2020 25,426 299 3,700 29,426 86.4 1 12.6 2021 27,459 301 3,774 31,535 87.1 1 12 2022 29,674 304 3,850 33,827 87.7 0.9 11.4 2023 32,088 306 3,927 36,321 88.3 0.8 10.8 2024 34,721 309 4,005 39,036 88.9 0.8 10.3 2025 37,593 311 4,086 41,990 89.5 0.7 9.7

Estimasi emisi dari kendaraan pada tahun 2005 sekitar 8812 ton/tahun dan terus meningkat sehingga estimasi emisi dari kendaraan pada tahun 2025 sebesar 37593 ton/tahun. Meningkatnya emisi dari kendaraan tersebut menyebabkan kontribusi emisi dari kendaraan pada emisi total di Jakarta meningkat dari 74.5 persen pada tahun 2005 dan mencapai 89.5 persen pada 2025.

Hasil penelitian Syahril et al. (2002) menyimpulkan bahwa pada tahun 1998 kontribusi emisi PM10 dari kendaraan lebih dari 70 persen terhadap emisi total. Sedangkan hasil penelitian Ostro (1994) menyimpulkan bahwa kontribusi emisi dari kendaraan pada tahun 1994 sebesar 30 persen dari emisi total. Hal ini memberikan gambaran bahwa meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor menyebabkan meningkatkan emisi PM10.

Tabel 17 Persentrase Emisi per Kategori Kendaraan

Persentase Emisi per Kategori Kendaraan

Penumpang Pribadi 36.1 Taxi 7.5 Truk 28.8 Bis 9.9 Motor 17.7 Total 100.0

Tabel 17 memperlihatkan persentase emisi dari kendaraan berdasarkan kategori kendaraan terhadap emisi total dari kendaraan. Tabel 17 menunjukkan bahwa kontribusi emisi terbesar berasal dari kendaraan penumpang. Kendaraan penumpang pribadi menyumbangkan sebesar 36.1 persen dan taxi sebesar 7.5 persen pada total emisi dari kendaraan. Kontribusi emisi dari sepeda motor 17.7 persen, truk 28.8 dan bis 9.9 persen terhadap emisi total dari kendaraan.

Tabel 18 Emisi per Jenis Bahan Bakar

Emisi Kendaraan (ton/tahun)

Bensin Diesel Total

Penumpang 1419 2422 Truk 143 2395 Bis 78 795 Motor 1560 Total 3200 5612 8812 Persentase 36.3 63.7 100.0

Kontribusi emisi dari kendaraan berdasarkan bahan bakar yang digunakan, diperoleh bahwa kendaraan berbahan bakar bensin berkontribusi 36.3 persen dan kendaraan diesel 63.7 persen dari total emisi PM10 dari kendaraan. Tingginya kontribusi emisi dari kendaraan berbahan bakar bensin pada total emisi dari kendaraan disebabkan oleh tingginya jumlah kendaraan berbahan bakar bensin.

Dari total kendaraan penumpang, sekitar 77 persen adalah kendaraan penumpang berbahan bakar bensin. Pada Lampiran 3 diberikan faktor emisi PM10 dari masing-masing kategori kendaraan, di mana faktor emisi kendaraan berbahan bakar bensin lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar solar. Tingginya jumlah kendaraan berbahan bakar bensin dan kilometer perjalanan per tahun merupakan penyebab tingginya emisi dari kendaraan berbahan bakar bensin secara total.

Kecenderungan meningkatnya emisi dari kendaraan dapat diperlihatkan dari hasil estimasi kurva meningkatnya emisi dari kendaraan per tahun. Hasil estimasi kurva menunjukkan bahwa R-kuadrat dari fungsi eksponensial memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai R-kuadrat dari fungsi lainnya (Tabel 19). Dengan demikian, maka emisi dari kendaraan meningkat secara eksponensial.

Tabel 19 Kurva Estimasi Emisi Kendaraan

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: emisi

.952 376.915 1 19 .000 -2764863 1381.839 .953 381.624 1 19 .000 -1373084 .000 .343 .999 22094.727 1 19 .000 4.79E-060 .073 Equation Linear Quadratic Exponential R Square F df1 df2 Sig. Model Summary Constant b1 b2 Parameter Estimates

Meningkatnya emisi dari kendaraan per tahun mengikuti fungsi eksponensial mengakibatkan kecepatan pertumbuhan dari emisi kendaraan per tahun juga akan mengikuti fungsi eksponensial. Hal tersebut menyatakan bahwa besarnya peningkatan per tahun akan bertambah dengan cepat.

Model dinamis yang didisain per grid memberikan bahwa tingkat emisi per wilayah akan berbeda sesuai dengan jumlah kendaraan yang menuju dan meninggalkan wilayah tersebut. Data matrik-OD memberikan bahwa wilayah Jakarta Barat merupakan wilayah dengan jumlah kendaraan tertinggi, diikuti oleh Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Hasil estimasi emisi kendaraan yang diperoleh dari model dinamis menunjukkan hal yang sama (Tabel 20).

Dari Tabel 20 diperoleh informasi bahwa wilayah yang berbatasan dengan wilayah Bodetabek memiliki tingkat emisi yang tinggi. Hal tersebut dapat dimengerti karena meningkatnya proses sub-urbanisasi di wilayah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) menyebabkan meningkatnya pola penglaju (commuting) dari wilayah tersebut ke Jakarta. Karena itu, perkembangan jumlah penduduk di wilayah Bodetabek sangat menentukan tingkat pencemaran dan kemacetan di Jakarta.

Analisis pertumbuhan penduduk di wilayah Bodetabek dalam kurun waktu 1995-2004 menyimpulkan bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut meningkat sebesar 3.29 persen per tahun. Apabila pertumbuhan tersebut tetap terjadi atau bahkan meningkat, maka dapat diprediksi bahwa tingkat pencemaran udara dan tingkat kemacetan di Jakarta akan semakin meningkat.

Tabel 20 Emisi Kendaraan per Wilayah

Emisi Kendaraan per Wilayah (ton/tahun) Tahun

Jakut Jaktim Jaksel Jakbar Jakpus

2005 1,611 1,953 1,926 2,100 1,223 2006 1,715 2,083 2,053 2,241 1,308 2007 1,827 2,225 2,190 2,393 1,400 2008 1,948 2,378 2,339 2,559 1,501 2009 2,078 2,545 2,501 2,738 1,610 2010 2,219 2,725 2,676 2,932 1,728 2011 2,372 2,921 2,865 3,144 1,857 2012 2,538 3,134 3,071 3,373 1,997 2013 2,717 3,366 3,295 3,622 2,150 2014 2,911 3,617 3,538 3,893 2,316 2015 3,122 3,890 3,801 4,187 2,497 2016 3,350 4,188 4,088 4,507 2,694 2017 3,598 4,511 4,400 4,856 2,908 2018 3,868 4,864 4,739 5,235 3,142

2020 4,478 5,665 5,509 6,098 3,676 2021 4,824 6,121 5,946 6,589 3,979 2022 5,200 6,617 6,423 7,123 4,311 2023 5,609 7,159 6,950 7,706 4,672 2024 6,054 7,750 7,508 8,342 5,068 2025 6,539 8,394 8,126 9,036 5,499

Tabel 20 memperlihatkan bahwa emisi dari kendaraan per wilayah meningkat antara 6-8 persen per tahunnya. Peningkatan emisi dari kendaraan per tahun tertinggi terdapat di wilayah Jakarta Pusat.

Estimasi emisi total per wilayah menunjukkan bahwa emisi total tertinggi terdapat di wilayah Jakarta Utara (Jakut), diikuti oleh Jakarta Timur (Jaktim), Jakarta Barat (Jakbar), Jakarta Selatan (Jaksel), dan Jakarta Pusat (Gambar 21). Analisis pada tahun 2004 dari data matrik-OD memberikan bahwa jumlah kendaraan yang melalui wilayah Jakut adalah sekitar 13.9 persen dari total kendaraan yang melalui Jakarta. Jadi, tingginya emisi total di wilayah Jakarta Utara disebabkan oleh tingginya emisi dari sumber industri di wilayah tersebut. Hal tersebut terlihat dari persentase penggunaan lahan industri di Jakarta di mana 52.4 persen lahan industri di Jakarta terdapat di wilayah Jakarta Utara.

Ditinjau dari lahan industri, 27.3 persen dari lahan industri di Jakarta terdapat di wilayah Jakarta Timur. Emisi dari sumber industri pada wilayah Jakarta Timur menyebabkan tingginya emisi total pada wilayah ini. Selain emisi dari sumber industri, emisi dari kendaraan di wilayah ini juga tinggi, sehingga setelah tahun 2016 estimasi emisi total di wilayah Jakarta Timur lebih tinggi dari emisi total di wilayah Jakarta Utara. Wilayah Jakarta Barat memiliki 12.4 persen dari total lahan industri di Jakarta dan emisi kendaraan tertinggi terletak di wilayah ini. Dengan demikian emisi total pada wilayah ini juga akan meningkat dan setelah tahun 2018 emisi total di Jakarta Barat akan melampaui emisi total di wilayah Jakarta Utara.

Wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat memiliki lahan industri masing-masing 5.7 dan 2.2 persen dari total lahan industri di Jakarta. Jadi, tingginya emisi total di wilayah tersebut sebagian besar berasal dari sumber kendaraan bermotor.

Sekalipun emisi dari sumber domestik merupakan bagian dari emisi total, namun karena rendahnya kontribusi emisi dari sumber domestik dibandingkan dengan emisi dari kedua sumber emisi lainnya maka emisi dari sumber domestik tidak dianalisis secara

khusus. Kontribusi emisi dari sumber domestik terhadap emisi total yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan yang diperoleh Ostro (1994), di mana 35 persen emisi berasal dari pembakaran BBM termasuk dari sumber domestik. Perbedaan ini mungkin disebabkan jumlah rumah tangga yang menggunakan bahan bakar minyak berkurang dan beralih ke bahan bakar gas.

Perbedaan kontribusi emisi dari kendaraan, industri, dan domestik yang diperoleh Ostro (1994) disebabkan sumber emisi yang diperhitungkan oleh Ostro (1994) termasuk dari sumber incenerator (8 persen) dan sumber lainnya 8 persen. Dengan demikian, kontribusi emisi dari masing-masing sumber terhadap total emisi akan lebih kecil.

Emisi Total per Wilayah

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 Tahun Ton /t ahun

Jakut Jaktim Jaksel Jakbar Jakpus

Gambar 21 Emisi Total per Wilayah di Jakarta