• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Pengujian Data

3.8.1.4 Estimasi parameter dan uji hipotesis beserta interpretasinya

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti H0diterima

45

dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Ln GC 1-GC= + 1MAN_OWN+ 2IND_COM+ 3KOMITE+e Keterangan: Ln GC

1-GC : Opini going concern (variabel dummy yang diberi nilai 1 apabila opini going concern dan 0 untuk opini

non going concern

MAN_OWN : Proporsi Kepemilikan manajerial

IND_COM : Proporsi komisaris independen dalam Dewan Komisaris

KOMITE : variabel dummy,bernilai 1 jika terdapat komite audit sedikitnya 3 orang dan 0 jika sebaliknya

: Konstanta

pqrnstsjuv uwxtxsv

Meode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik.

Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditentukan.

Data penelitian ini meliputi laporan keuangan yang dipublikasikan yang diambil dari Indonesia Capital Market Directory yaitu database Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2012 yang meliputi laporan keuangan dan laporan auditor independen perusahaan. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 28 perusahaan dengan 84 unit analisis.

msyu wpqr hszpuwjuv u wxtxsv

lo lszsjuru{s|ssv }~ u

1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO

2 Bank ICB Bumiputra Tbk BABP

3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA

4 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK

47

€o € ‚ƒ „ru…†‡ ˆ‰Š „

6 Bank Bukopin Tbk BBKP

7 Bank Negara Indonesia Tbk BBNI

8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP

9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI

10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN

11 Bank Mutiara Tbk BCIC

12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS

14 Bank QNB Kesawan Tbk BKSW

15 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI

16 Bank Bumi Arta Tbk BNBA

17 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA

18 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII

19 Bank of India Indonesia Tbk BSWD

20 Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk BTPN

21 Bank Victoria International Tbk BVIC

22 Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC

23 Bank Mayapada Internasional Tbk MAYA

24 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR

25 Bank Mega Tbk MEGA

26 Bank OCBC NISP Tbk NISP

27 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN

28 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SDRA

‹Œ Ž‡… s ‘ ’ƒ „‡„t ‡ ‹ŒŒ“ Ž ‡ …s st’st ” Š„… ”rpt •

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penellitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Dari hasil pengujian statistik deskriptif atas kelima variabel, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2.

–—˜ ™š›œ žt—Ÿ st  ¡¢ ™£ ¡r pt  ¤

Sumber Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut:

a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 28 perusahaan dengan periode pengamatan selama 3 tahun sehingga total N sebanyak 84 unit analisis dengan dua variabel independen yaitu proporsi kepemilikan manajerial dan proporsi komisaris independen yang di ukur dalam skala rasio. Kedua variabel tersebut merupakan bagian dari mekanisme good corporate governance.

b. Variabel proporsi kepemilikan manajerial sebagai variabel independen memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 21,61 % dengan nilai rata-rata yaitu 1,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai kepemilikan saham yang dimilki pihak manajemen dalam jumlah yang beredar. Niai standar deviasi sebesar 0,0352906 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang bersifat ekstrim.

c. Variabel proporsi komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0 % dan nilai maksimum 80 % dengan nilai rata-rata 54,87 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel rata-rata memiliki persentase proporsi komisaris independen

49

terhadap seluruh anggota komisaris yang positif dan cukup besar persentasenya. Nilai standar deviasi sebesar 0,1298590 menunjukkan bahwa tidak ada sample yang bersifat ekstrim.

¥¦§¨©ª«¬ ­t¦ ®¯ st¯ °

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di deskripsikan bahwa jumlah data yang valid atau sah adalah 84 unit sedangkan data yang hilang (missing) adalah nol. Hal ini berarti semua data telah diproses.

¥¦§¨©ª«ª

± ¨§¨r¦ ²¦¦ ³ ±´µ¯t¨¶u²¯t

Berdasarkan tabel 4.4 dapat di deskripsikan bahwa variabel keberadaan komite audit yaitu variabel independen menggunakan skala nominal yang diukur dengan menghitung jumlah komite audit pada perusahaan sampel. Totalfrequency

sebesar 84 menunjukkan data telah diolah bersifat valid dan seluruh data telah diproses. Perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 2 orang sebanyak 2

Sumber Hasil Pengolahan SPSS

perusahaan atau 2,4 % dari total keseluruhan data; perusahaan dengan jumlah anggota komite 3 orang audit sebanyak 42 perusahaan atau 50 % dari total keseluruhan data; perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 4 orang sebanyak 22 perusahaan atau 26,2 % dari total keseluruhan data; perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 5 orang sebanyak 6 perusahaan atau 7,1 % dari total keseluruhan data; perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 6 orang sebanyak 7 perusahaan atau 8,3 % dari total keseluruhan data; perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 7 orang sebanyak 4 perusahaan atau 4,8 % dari total keseluruhan data; sedangkan perusahaan dengan jumlah anggota komite audit 8 orang sebanyak 1 perusahaan atau 1,2 % dari total keseluruhan data.

·¸¹º»¼½¾

¿pÀ ÁÀÂuÃÀt Going Concern

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen yaitu opini audit going concern (GC) merupakan skala nominal dan menggunakan variabel dummy. Dimana diberi kode 1 apabila perusahaan menerima opini auditgoing concernsedangkan kode 0 apabila perusahaan menerima opini audit

non going concern. Tabel diatas menunjukkan total valid percent menunjukkan data yang diolah bersifat valid karena semua data telah diproses. Perusahaan yang menerima opini audit going concernsebanyak 4 perusahaan atau 4,8 % dari total keseluruhan data sedangkan perusahaan yang menerima opini audit non going

51

concern sebanyak 80 perusahaan atau sebanyak 95,2 % dari total keseluruhan data.

ÄÅÆÅÆ ÇÈÉÊ ËÌË ËÅ ÇÈ ÉÍsuÎÏ ÉÐÑ ËÏ ÉÒ

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dikarenakan uji yang digunakan adalah regresi logistik dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

Ó Å ÇÈÉÔuÑtÉÒÕÑ ÉÖ ×ËØÉtËÏ

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitas adalah situasi adanya kolerasi antara variabel-variabel independen antara satu dengan yang lainnya, dalam hal ini variabel-variabel ini disebut tidak ortogonal. Variabel-variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian ini jejak multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada tabel 4.6 berikut ini

ÙÚÛ ÜÝÞßà á Úâã Ýä åãæuÝtã çèÝãéÜÚêãtÚâ

Sumber Hasil Pengolahan SPSS

Dari hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas terhadap masing-masing variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0,9. Matriks korelasi diatas memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang paling besar hanya 0,579 lebih kecil dari 0,9. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit lolos uji gejala multikolinearitas.

ëß äåãìutèçorÜÝÚâã

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada peroide t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena resedual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokolerasi pada penelitian ini, bila hasil output SPSS menunjukkan

53

probabilitas signifikansi dibawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali 2013:103).

H0 : residual (res_1) random (acak) H1 : residual (res_1) tidak random

íîï ðñòóô õîö ÷ ñøù÷úûüut orðñîö ÷

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test untuk adalah 0,03412 dengan probabilitas 0,826 tidak signifikan pada 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

ïó ýðþ÷ ñî÷ýûÿðñ ÷t(Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihippotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likehood pada awal (block number =0) dengan nilai -2 log likehood pada akhir (block number = 1). Nilai -2 log likehood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.8 berikut ini:

Log Likehood(-2 LL awal)

Nilailog likehood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Nilai -2Log Likehood(-2 LL akhir)

Dari tabel 4.8 dan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa -2 log likehood awal pada

block number = 0, yaitu yang hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 6 memperoleh nilai sebesar 32,163. Kemudian pada tabel berikutnya

Sumber Hasil Pengolahan SPSS

55

dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number= 1 nilai -2log likehoodpada tabel 4.9 mengalami perubahan setelah masukknya variabel independen pada model penelitian, akibatnya niali -2 LL akhir pada step 20 menunjukkan nilai 18,089.

Adanya selisih nilai antara -2 LL awal (initial-2 LLfunction)dengan nilai -2 LL pada langkah berikutnya (--2 LL akhir) yaitu (3-2,-263 18,089), hal ini menunjukkan adanya penurunan nilai -2log likehood. Adanya penurunan tersebut menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013:341). Penurunan nilai -2log likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit kedalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.

o

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan

goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah ujihosmer and lemeshow.

!

Hosmer and Lemeshow Test

Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 0.933 nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam

analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

"#$ %&'())

Contigency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat dilihat bahwa dari delapan langkah pengamatan untuk pemberian opini audit dengan going concern(1) maupun opini auditnon going concern(0), nilai yang diamati maupun nilai yang diprediksi tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.

*( + ,%- . /. %01%t%r2.0#/. (R Square)

Tujuan dari digunakannya koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilaiNagelkerke R Square.

Nagelkerke R square merupakan modidikasi dari koefisien Cox & Snell square. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu)

57

maksimumnya. Nilai Nagelerke R2 dapat di interpretasikan seperti pada nilai R2 padamultiple regression.

345 6789:; Model Summary

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai cox & Snell R square sebesar 0,154 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,485. Hal ini menunjukkan variabilitas variabel independen untuk memperjelas variabel dependen adalah sebesar 48,5 % sedangkan sisanya 51,5 % dijelaskan oleh variabel-variabel diluar model.

89;9< =>?@ ?pot6A ?s

Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji pengaruh dari variabel-variabel independen yang terdiri dari proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit terhadap pemberian opini audit going concern. Pengujian dilakukan dengan menggunakan hasil uji regresi logistik yang ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.

BCDEFGHIJ

Berdasarkan tabel 4.13 diatas, maka dapat di deskripsikan sebagai berikut : a. Jumlah sampel pengamatan sebanyak 84 sampel, dan seluruh sampel

telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis.

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai dummy variabel. Untuk variabel dependen bernilai 0 untuk opini non going concerndan bernilai 1 untuk opinigoing concern.

c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode enter yaitu dengan metode ini seluruh variabel independen disertakan dalam pengolahan data untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen.

Dalam uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel variable in equation,

yaitu dengan membandingkan nilai pada kolom signifikan dengan nilai signifikansi yang digunakan ( = 0,05). Apabila tingkat signifikansi <0,05 maka H1diterima sebaliknya H1ditolak jika > 0,05.

59

KLM NOPQRP Variables in Equation

Dari pengujian persamaan regresi logistik tersebut, dapat dipeoleh sebuah persamaan model regresi logistik sebagai berikut:

ST = 1,610 5,106 MAN_OWN 10,755 IND_COM + 0,359 KOMITE +e Berdasarkan tabel 4.14 tersebut dapat diperoleh hasil uji regresi logistik yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Maka hasil pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut:

H1 : Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Berdasarkan tabel 4.14 diatas, proporsi kepemilikan manajerial mampunyai tingkat probabilitas signifikansi 0,772 yang nilainya berada diatas taraf signifikansi 0,05 atau 5 % dan proporsi kepemilikan manajerial mempunyai koefisien negatif sebesar 10,775 sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern.

H2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Berdasarkan tabel 4.14 diatas, proporsi kepemilikan manajerial mampunyai tingkat probabilitas signifikansi 0,019 yang nilainya berada dibawah taraf signifikansi 0,05 atau 5 % dan proporsi kepemilikan manajerial mempunyai koefisien negatif sebesar 3,200 sehingga dapat dikatakan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pemberian opini auditgoing concern.

H3 : Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit

going concern.

Berdasarkan tabel 4.14 diatas, keberadaan komite audit mampunyai tingkat probabilitas signifikansi 0,482 yang nilainya berada diatas taraf signifikansi 0,05 atau 5 % dan keberadaan komite audit mempunyai koefisien positif sebesar 0,359 sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concern.

61

UVWXY Z[ \] \^ \_` \^ abXY_ Yb ata \_

1. Pengaruh proporsi kepemilikan manajerial terhadap pemberian opini audit

going concern.

Variabel proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Proporsi kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien negatif sebesar 5,106 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,772 (lebih besar dari 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini memiliki arah hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Arah hubungan yang negatif atau berlawanan menunjukkan bahwa jika proporsi kepemilikan manajerial semakin meningkat, maka kemungkinan peneriman opini audit going concern semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kepemilikan manajerial maka akan dapat menurunkan kemungkinan perusahaan menerima opini audit dengan modifikasi going concern karena pihak manajemen akan lebih cenderung bekerja lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yaitu pihak manajemen itu sendiri. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (tidak signifikan) berarti bahwa variabel proporsi kepemilikan manajerial belum dapat memberikan bukti konsisten tentang pengaruhnya terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan perbankan di Indonesia.

Hasil ini dapat terlihat juga pada analisis deskriptif, yaitu proporsi kepemilikan manajerial disuatu perusahaan ada yang memiliki nilai minimum 0,00 sedangkan rata-rata proporsi kepemilikan manajerialnya masih dibawah 5 %. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki proporsi kepemillikan manajerial dibawah 5 %. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa auditor tidak terlalu mempertimbangkan proporsi kepemilikan manajerial dalam memberikan opini audit dengan pernyataangoing concern.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Adjani dan Raharja (2013) dan Linoputri (2010). Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan sektor perusahaan yang dipilih dan tahun penelitian dimana penelitian Adjani dan Raharja (2013) menggunakan sektor manufaktur dan tahun penelitian 2009-2011 sedangkan penelitian Linoputri (2010) menggunakan periode penelitian selama empat tahun (2005-2009). Namun penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditgoing

concern.

2. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern. Proporsi komiaris independen memiliki nilai koefisien negatif sebesar 10,775 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,019 (lebih kecil dari 0,05). Hal tersebut menunjukkan

63

bahwa variabel ini memiliki arah hubungan yang negatif dan berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Arah hubungan yang negatif atau berlawanan menunjukkan bahwa jika proporsi kepemilikan manajerial semakin meningkat, maka kemungkinan pemberian opini audit going concern semakin kecil. Hal ini menunjukkan semakin besarnya jumlah dewan komisaris yang independen maka kemungkinan pemberian opini audit going concern akan semakin kecil karena dewan komisaris independen diharapkan dapat memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi laporan keuangan sehingga penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern dapat dihindari. Sedangkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel keberadaan komisaris independen dapat memberikan bukti yang konsisten tentang pengaruhnya terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistya dan Sukartha (2013) dan Adjani dan Rahardja (2013). Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan sektor perusahaan yang dipilih dan tahun penelitian dimana Sulistya dan Sukartha (2013) dan Adjani dan Rahardja (2013) mengunakan sektor manufaktur dan periode penelitian selama tiga tahun yaitu mulai tahun 2009 sampai 2011. Namun penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2011) dan Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concern.

3. Pengaruh keberadaan komite audit terhadap pemberian opini audit going

concern.

Variabel keberadaan komite audit yang diukur dengan jumlah anggota komite audit menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0,359 dengan signifikansi sebesar 0,482 yaitu lebih besar dari 0,05 (5%). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel keberadaan komite audit memiliki arah hubungan yang positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Arah hubungan yang positif atau searah menunjukkan bahwa jika keberadaan komite audit semakin meningkat, maka kemungkinan pemberian opini audit dengan modifikasi

going concern akan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat keberadaan komite audit jutru dapat meningkatkan kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor. Walaupun memiliki hubungan yang searah namun variabel keberadaan komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concern.Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel keberadaan komite audit belum dapat memberikan bukti yang konsisten tentang pengaruhnya terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eriyawati (2011) yang menyatakan bahwa komite audit dalam perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini audit going

65

textile garment dan proporty and real estate periode 1999-2009. Walaupun

memiliki hasilyang berbeda, namun penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardianingsih (2012) dan Linoputri (2010) bahwa komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peneriman opini audit going concern. Adanya pengaruh yang tidak signifikan dari jumlah komite

audit diharapkan bagi komite audit agar dapat membantu dewan komisaris supaya pengendalian internal perusahaan dapat menjadi lebih efektif. Hal ini terlihat meskipun hampir semua perusahaan yang menjadi sampel memiliki komite audit, ternyata hal tersebut tidak mempengaruhi pertimbangan auditor dalam memberikan opini dengan modifikasigoing concern.

q r sftsuvpuw xy

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, menunjukkan bukti bahwa variabel proporsi kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataangoing concern.

2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistik, proporsi dewan komisaris independen menunjukkan bukti bahwa variabel proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concern..

z{|} ~t~r€€‚ €ƒ

Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel independen yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit.

2. Periode penelitian hanya 3 (tiga) tahun sehingga belum bisa melihat kemungkinan pemberian opini auditgoing concernpada auditan dalam

67

3. Penelitian ini hanya memuat sektor perbankan sebagai populasi dalam

Dokumen terkait