SKRIPSI
PENGARUH MEKANISMEGOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-1012
OLEH
Fauziah Ningsih 120522050
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
Penelitian ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2012. Elemen good corporate governance yang digunakan yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit.
Populasi penelitian ini sebanyak 38 perusahaan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling,sehingga diperoleh 28 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 84 unit analisis.Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaituwww.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
mechanism to the going concern audit opinion issue at banking company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2012. The corporate governance indicators are proportion of managerial ownership, proportion of independent board and existance of audit committee.
The population of this research are 38 banking companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 28 company samples to 3 years (2010-2012) with 84 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method. The results of this research indicate that proportion of managerial ownership and existense of audit committee has insignificantly influence to the going concern audit opinion issue; while proportion of independent board has negative and significant influence to the going concern audit opinion issue.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih Peneliti panjatkan setinggi-tingginya atas
kehadiratan Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
memberikan karunia, berkah serta rahmat-Nya yang begitu melimpah hingga saat
ini kepada Peneliti, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan tepat waktu.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini AuditGoing Concernpada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Selama Penelitian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan,
saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Ayahnda
Suyatno dan Ibunda Nani Sofia atas segala kasih sayang, motivasi, dan doa bagi
peneliti.
Selain itu Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., Ak., CA selaku dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja far, MM, Ak. selaku
Studi S1 Akuntansi.
4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan
mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs.
Rasdianto M.Si., Ak selaku dosen Pembanding yang telah memberikan
waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Tonga Saut Parulian Purba, SE yang telah peneliti anggap sebagai
orang tua sendiri yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
material kepada Peneliti. Kepada adik-adik peneliti Budi yanto, Mita Novi
Yanti, Dewi Arianti Nestianta Purba, SH dan seluruh keluarga besar peneliti
yang telah memotivasi serta mendoakan peneliti hingga saat ini. Dan
khususnya kepada Abangda Fatrinaldi Amri, AMd yang selalu memberikan
perhatian, motivasi dan doanya kepada Peneliti hingga Peneliti akhirnya
dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik. Kepada sahabat-sahabat
yang turut membantu Mutiara Ismi Zen, Theresia Br. Bukit, Liza Seftina,
Cherry Masturi Prasat, Khairul Amri Hsb, Hadi Wiyono, M Risky, M Athoi,
Keriswan Husein (Kepompong Community); teman-teman seperjuangan akuntansi FE USU. Serta berbagai pihak yang telah terlibat dalam
kebersamaan suka dan duka, doa, bantuan, motivasi, dukungan, maupun
inspirasi yang telah diberikan pada peneliti hingga sampai saat ini.
Usaha terbaik sudah peneliti berikan, namun skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kelemahan-kelemahan yang semata-mata merupakan
keterbatasan peneliti. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti menerima setiap
saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang
akuntansi.
Medan, 23 Agustus 2014 Peneliti
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi (Agency Theory)... 9
2.2 Corporate Governance... 10
2.2.1 Tujuancorporate governance... 12
2.2.2 Prinsipcorporate governance... 13
2.2.3 Mekanismecorporate governance... 14
2.2.3.1 Kepemilikan Manajerial ... 15
2.2.3.2 Proporsi Dewan Komisaris... 16
2.2.3.3 Komite Audit ... 19
2.3 Opini Audit ... 21
2.4 Opini Audit Going Concern... 23
2.5 Penelitian Terdahulu... 28
2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 32
2.6.1 Kerangka Konseptual... 32
2.6.2 Hipotesis Penelitian ... 34
BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.8 Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 46
4.2 Analisis Data Penelitian ... 47
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 47
4.2.2 Uji Data ... 51
4.2.3 Uji Hipotesis... 57
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Keterbatasan ... 66
5.3 Saran ... 67
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28
3.1 Rencana Waktu Penelitian... 36
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.3 Sampel Perusahaan ... 38
4.1 Sampel Penelitian ... 46
4.2 Statistik Deskriptif... 48
4.3 Statistik ... 49
4.4 Keberadaan Komite Audit... 49
4.5 Opini Audit Going Concern ... 50
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 53
4.8 Nilai -2Log Likehoodawal (-2LL Awal)... 54
4.9 Nilai -2Log Likehoodakhir (-2LL Akhir) ... 54
4.10 Hosmer and Lemeshow Test... 55
4.11 Contigency Tabel for Hosmer and Lemeshow Test... 56
4.12 Model Summary... 57
4.13 Case Processing Summary ...58
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Pertimbangan Auditor atas Kesangsian
No. Lampiran Judul
Lampiran 1 Tabulasi Hasil Opini Audit Sampel
Lampiran 2 Tabulasi Hasil Proporsi Kepemilikan Manajerial Sampel Lampiran 3 Tabulasi Hasil Proporsi Dewan Komisaris Independen Sampel Lampiran 4 Tabulasi Hasil Keberadaan Komite Audit Sampel
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2012. Elemen good corporate governance yang digunakan yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit.
Populasi penelitian ini sebanyak 38 perusahaan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling,sehingga diperoleh 28 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 84 unit analisis.Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaituwww.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
mechanism to the going concern audit opinion issue at banking company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2012. The corporate governance indicators are proportion of managerial ownership, proportion of independent board and existance of audit committee.
The population of this research are 38 banking companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 28 company samples to 3 years (2010-2012) with 84 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method. The results of this research indicate that proportion of managerial ownership and existense of audit committee has insignificantly influence to the going concern audit opinion issue; while proportion of independent board has negative and significant influence to the going concern audit opinion issue.
Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan
laba adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup ( o rn ) usahanya. Kelangsungan hidup ( onrn selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelolah perusahaan. Setiawan (2006)
rn sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Jadi, apabila laporan
keuangan disusun dengan dasar onrn berarti hal ini dapat diasumsikan perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang. Berdasarkan pelaporan
keuangan yang diterima, auditor akan menilai laporan keuangan apakah telah
memenuhi kepatuhan, disajikan secara wajar, dan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, dan apakah terdapat kesangsian atas
kelangsungan hidup perusahaan.
Opini rn merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
(IAI, 2001). Oleh karena itu opini audit merupakan salah satu bahan pertimbangan
bagi investor ketika ingin membuat keputusan berinvestasi.
Penelitian Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti
!rn terbagi dua: pertama, masalah keuangan yang meliputi definisi likuiditas, definisi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah
operasi yang yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek
pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian
yang lemah atas operasi. Permasalahan " # " !rn tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan adanya suatu aturan untuk mengelola dan mengawasi perusahaan
yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (" $ orpor %&!
" '!( % ! )* Dalam hal ini + $ ,( -( %&! +ov!( % ! dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu menjaga " # " !rn (kelangsungan hidup) perusahaan ( Manfaat Kualitas Laporan Keuangan di dalam menunjang
tercapainya+ $,orpo( %&!+ov!( % ! ) .
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian opini auditgoing concerndidasarkan pada kondisi internal perusahaan, seperti kualitas audit (Setyarno dkk, 2006; Santosa dan Wedari, 2006; Praptitorini
dan Januarti, 2007; Januarti, 2008), dan didasarkan pada ukuran perusahaan
(Santosa dan Wedari, 2007; Januarti, 2008). Selain faktor-faktor tersebut,
mekanisme corporate governance juga berperan penting dalam pengelolaan
perusahaan, apabila penerapan corporate governance suatu perusahaan buruk, maka hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya minat investor untuk
menyalurkan dananya atau berinvestasi. Hal ini disebabkan karena corporate
governance merupakan suatu sistem dimana suatu perusahaan dijalankan dan dikendalikan yang berimplikasi pada terganggunya kelangsungan hidup
3
Berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia, untuk berhasil
dipasar yang bersaing, suatu perusahaan harus mempunyai pengelola perusahaan
yang inovatif, yang bersedia untuk mengambil resiko yang wajar dan yang
senantiasa mengembangkan strategi baru untuk mengantisipasi situasi yang
cenderung berubah-ubah. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang
mengatur kegiatan perusahaan sehingga dapat tercapai Good Corporate Governance.
Berkaitan dengan hal tersebut, suatu perusahaan sangat disarankan untuk
dapat menerapkan Good Corporate Governance yang berfungsi untuk mengantisipasi masalah-masalah keagenan yang sering ditemui dalam perusahaan,
baik perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar maupun yang terpusat.
Adapun perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar cenderung akan
mengalami masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham sedangkan
perusahaan dengan struktur kepemilikan terpusat lebih cenderung mengalami
masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
minoritas. Dalam hal ini pemegang saham mayoritas dapat saja bertindak lebih
mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengabaikan kepentingan
pemegang saham minoritas yang tentunya merugikan para pemegang saham
minoritas.
Pada dasarnya pihak manajemen harus bertindak secara rasional untuk
kepentingan pemegang saham. Manajemen harus menggunakan keahlian,
kebijaksanaan, itikad baik, serta tingkah laku yang wajar dan adil dalam
perusahaan terkadang memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang
saham. Pemegang saham memiliki kepentingan agar dana yang telah
diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Kesenjangan kepentingan ini menimbulkan
biaya (cost), yang muncul dari ketidaksempurnaan penyusunan kontrak antara pihak manajemen (agents) dan pemegang pemegang saham (prinsipals) karena
adanya informasi yang asimetris.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) Konflik kepentingan
tersebut dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan manajerial.
Dengan adanya kepemilikan manajerial ini pihak manajemen dapat merasakan
manfaat atas pengambilan keputusan sekaligus menanggung konsekuensi atas
kesalahan pengambilan keputusan.
Kepemilikan terpusat sebagai salah satu unsur corporate governance
berperan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Pemegang saham mayoritas
sebagai sarana pengawasan bagi manajemen cenderung menginginkan laporan
keuangan yang transparan, terlepas perusahaan akan mendapatkan opini dengan
modifikasi going concern atau tidak. Parker et al (2005) menemukan bahwa kepemilikan saham mayoritas berhubungan positif terhadap opini audit dengan
modifikasigoing concernyang diberikan oleh auditor.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial dan institusional adalah dua mekanisme corporate
5
kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya
kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004).
Semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen
cenderung bekerja lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain
adalah pihak menajemen itu sendiri. Adjani dan Rahardja (2013) menemukan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
pemberian opini audit going concernoleh auditor independen. Dengan demikian,
semakin besar kepemilikan manajerial maka kemungkinan auditor memberikan
opini audit going concern semakin kecil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ballesta dan Garcia Mecca (2005) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial akan memperkecil perusahaan terhadap resiko opini audit
going concern. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti
(2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap opini auditgoing concern.
Selain kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen dan
komite audit merupakan hal yang tidak kalah penting dalam mekanisme corporate governance. Komisaris independen diharapkan dapat memonitor dan mengatasi
masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi
anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan. Hal ini ditujukan untuk memberikan
perlindungan dan keadilan hak-hak para pemegang saham (fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mungkin
lainnya, sebab komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan
bisnis apapun yang dapat dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak demi
kepentingan yang menguntungkan perusahaan (Forum for Corporate Governance
in Indonesia, 2000).
Keberadaan komisaris independen dan komite audit akan membawa
pengaruh positif bagi perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang
berkualitas sehingga perusahaan akan memperoleh opini yang wajar dan non
going concern dari auditor. Hasil penelitian Sulistya dan Sukartha (2013) menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pemberian
opini audit going concern. Linoputri (2010) dalam penelitiannya menunjukkan
hasil yang berbeda, yaitu proporsi komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap pemberian opini auditgoing concern.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan
komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas biasanya akan
memiliki manajemen perusahaan yang lebih transparan dan akuntabel sehingga
prinsipcorporate governancedapat diterapkan dengan baik. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat
dipisahkan moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena
komite audit merupakan pihak yang menjebatani antara eksternal auditor dan
perusahaan yang juga sekaligus menjebatani antara fungsi pengawasan dewan
komisaris dengan internal auditor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eriyawati
(2011) menyatakan bahwa komite audit dalam perusahaan memiliki pengaruh
7
dengan Ardianingsih (2012) bahwa keberadaan komite audit tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap opini audit dengan penjelasangoing concern.
Adanya perbedaan hasil pengaruh mekanisme good corporate governance
terhadap opini audit going concern yang ditemukan pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali penelitian
berikutnya dalam sebuah karya ilmiah yang diberi judul Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2012 .
./01u2u3 4564347 48
Dari penjelasan latar diatas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemberian
opini auditgoing concern?
2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian
opini auditgoing concern?
3. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini
9:;<u=u>?@A ?ABCC>?t
Tujuan darin penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah unsur-unsur
mekanismecorporate governancediantaranya:
1. Untuk menguji pengaruh proporsi kepemilikan manajerial terhadap
pemberian opini auditgoing concern?
2. Untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen terhadap
pemberian opini auditgoing concern?
3. Untuk menguji pengaruh keberadaan komite audit terhadap pemberian
opini auditgoing concern?
9:DE>?F>>G@A ?A BCC >?t
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap opini audit
going concern.
2. Bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu
perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.
3. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.
4. Bagi menajemen, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit
terhadap dampaknya bagi kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang
HIHJJ
KJ LMI NI LO NPKI QI
RST K UVor I WUX Y V (AZ[n\y Theory)
Hubungan keagenan (agency relationship) didefinisikan oleh Jensen dan
Meckling (1976) sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih prinsipal (pemilik)
yang melibatkan agen (manajer) untuk melakukan sesuatu atas nama prinsipal
yang berhubungan dengan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada agen. Prinsip utama teori agensi adalah suatu hubungan kerja antara yang
memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor (pemilik) dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer (Elqorni, 2009).
Menurut teori agensi, agen harus bertindak secara rasional untuk
kepentingan prinsipalnya. Agen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan,
itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perseroan.
Dalam praktiknya dapat timbul masalah (agency problem), karena ada
kesenjangan kepentingan antara pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki
kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan
(return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehanincentivesatas perolehan dana pemilik perusahaan.
Konflik kepentingan tersebut secara alamiah akan terjadi dalam struktur
kepemilikan perusahaan dimana terdapat benturan kepentingan antara para
perusahaan bersangkutan. Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan
manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer. Tujuan pemisahan ini untuk
mewujudkan efisiensi dan efektivitas dengan menyewa agen profesional dalam
mengelola perusahaan atau pihak ketiga dan independen, dalam hal ini auditor
independen yang dianggap mampu menghubungkan kepentingan pemilik
(prinsipal) dan pihak ketiga (manajemen).
Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani kepentingan
prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor ditugaskan
untuk memonitor pekerjaan manajer melalui penilaian kewajaran atas laporan
keuangan yang dibuat oleh agen. Selain itu, penerapan corporate governance
menjadi sangat penting bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah untuk
menekan potensi konflik kepentingan.
]^]Corporate Governance
Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus
dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan dan lain sebagainya.
Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke
waktu. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang
menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership)dancontrol. Pemisahan
tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang
saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang
11
Pada tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur
kepemilikan dalam bentuk dispersed ownership akan memberikan dampak bagi
buruknya kinerja manajemen. Dan untuk pertama kalinya, usaha untuk
melembagakan corporate governance dilakukan oleh Bank of England dan
London Stock Exchangepada tahun 1992 dengan membentukCadbury Committee
(Komite Cadbury), yang bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama (benchmark)dibanyak negara.
Adapun definisicorporate governancedari KomiteCadburyadalah sebagai berikut: A set of rule that define relationship between shareholders, managers, creditors, the goverment, employees and internal and external stakeholders in
respect to their rights and responsibilities (Seperangkat aturan yang mengatur hubungan para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka). Sementara di Indonesia
sendiri terdapat beberapa definisi corporate governance diantaranya oleh FCGI
(Forum for Corporate Governance in Indonesia)tahun 2000 yang mendefinisikan
corporate governance sama seperti Cadbury Committee, sedangkan IICG (the
Indonesian Institute for Corporate Governance) tahun 2000 mendefinisikan
corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
Pengertian lainnya tentang corporate governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, corporate
governanceadalah Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham guna dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika .
_`_`abucude Corporate Governance
Good Corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Selain itu, Secara
umum penerapan good corporate governance konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
2. Mendapatkancost of capitalyang lebih murah
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan
kinerja ekonomi perusahaan
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder
terhadap perusahaan
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut, tujuan utama yang hendak dicapai
13
fgfgfhijk l jpCorporate Governance
Prinsip-prinsip utama dari Good Corporate Governance yang
menjadi indikator, sebagaimana ditawarkan oleh OECD (Organization for Economic Cooporation and Development)adalah:
1. Fairness(Kewajaran)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor
2. Disclosure/Tranparancy(Keterbukaan/Transparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3. Accountability(Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalamTwo Tiers system)
4. Responsibility(Pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta kepatuhan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial (OEDC Business Sector Advisory Group on Corporate Governance, 1996).
Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur seberapa jauh
good corporate governance telah diterapkan dalam perusahaan. Good
corporate governance yang baik dan kuat memberikan dampak positif dalam pemilihan stategi perusahaan yang akan melakukan akuisisi ataupun
restrukturisasi yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan
(Aboret al,2011).
fgfgmnop qkjlroCorporate Governance
Konsepcorporate governanceyang dikemukakan oleh Shleifer
and Vishny (1997) dalam Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa
meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Wallence dan John Zinkin (2005:97)
menyatakan bahwa dalam penerapan tata kelola yang baik diperusahaan,
maka kunci utama yang menjadi indikator good corporate governance
adalah adanya struktur pemegang saham yang dapat dijelaskan dengan
adanya konsentrasi kepemilikan saham dalam perusahaan, seperti
kepemilikan saham terpusat atau kepemilikan saham yang menyebar,
kemudian dewan komisaris yaitu sebuah dewan yang bertugas untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direktur
perusahaan yang dipilih berdasarkan rapat umum pemegang saham dan
dewan direksi yaitu organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan baik didalam maupun diluar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan
tersebut (Syakhroza, 2002).
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti beberapa pengaruh
elemen-elemen yang terkandung dalam mekanismecorporate governanceyaitu: 1. Kepemilikan manajerial
2. Proporsi Dewan Komisaris
15
ststutvw xpx yz {z | }~}~ }xrz}{
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajer
atau direktur perusahaan. Manajemen perusahaan publik yang besar
terutama perseroan terbatas biasanya bukan pemilik. Bahkan sebagian
besar manajemen puncak (top management) hanya memiliki saham
nominal dalam perusahaan yang mereka kelola. Kepemilikan
manajerial merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik
antara manajemen dan pemegang saham Faisal (2005). Struktur
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Herawati (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance
sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi
laba.
Kepemilikan manajerial yang meningkat akan memotivasi
manajemen untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini
akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan
dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial
dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk
meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung
jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak
lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam
manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu
manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang
diambil oleh mereka salah. Penelitian Yoke-kai dan Walter (2011)
menyatakan perusahaan dengan kepemilikan manajerial tinggi
cenderung menerima opini audit wajar tanpa pengecualian. Dengan
adanya kepemilikan saham oleh manajemen maka manajemen akan
lebih efektif karena laporan keuangan yang mereka siapkan bukan
hanya untuk kepentingan investor saja tetapi juga menjadi
kepentingan mereka, sehingga akan meningkatkan kulitas dari laporan
keuangan yang juga akan mempengaruhi kepada going concern
perusahaan.
opor w s
Berdasarkan Forum for Corporate Governance Indonesia
(FCGI), dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang
ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Komisaris independen adalah
komisaris yang bukan merupakan anggota menajemen, pemegang
saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan.
17
komisaris dalam Pasal 1 angka 5 UU No.1 Tahun 1995 tentang
perseroan terbatas.
Dewan komisaris diharapkan mampu menunjukkan
independensinya, sehingga mampu mewakili stakeholder lain selain pemegang saham mayoritas. Jadi untuk menjaga independensi
diperlukan adanya anggota komisaris yang benar-benar independen.
Berdasarkan pedoman tentang komisaris independen, komisaris
independen merupakan dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap
netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan
BEJ mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk
memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran
anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS
sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris
independen setelah saham perusahan tersebut tercatat. Komisaris
independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas utama
meliputi:
a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar
dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi
pelaksanaan dan dan kinerja perusahaan, investasi dan penjualan
asset. Tugas ini terkait dengan peran dan dan tanggung jawab,
serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan
kepentingan manajemen (accountability);
b. Menilai system penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci
dan penggajian anggota fdewan direksi, serta menjamin suatu
proses pencalonan anggota dewan direksi yang transaparan
(transparency)dan adil (fairness);
c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada
tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan annggota dewan
komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini untuk melindungi
hak-hak para pemegang saham (fairness)
d. Memonitor pelaksanaan governance, dan pengadaan perubahan
dimana perlu. Komisaris independen harus melaksanakan
transparansi (transparency) dan pertanggungjawaban
(responsibility)hal ini.
e. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam
perusahaan (OECD principles of Corporate Governance).
19
Komisaris independen ini diharapkan dapat menciptakan
keimbangan berbagai kepentingan para pihak, yaitu pemegang saham
utama, direksi, komisaris, manajemen, karyawan, maupun pemegang
saham publik. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Carcello dan
Neal (2000) mengenai pengaruh komisaris independen
mengemukakan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen,
terutama yang bergabung dalam komite audit semakin kecil
kemungkinan perusahaan akan menerima opini going concern.
tu t
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan prinsipCorporate Governance. Komite audit merupakan
suatu komite yang secara formal dibentuk oleh Dewan Komisaris,
bersifat independen dan bertanggung jawab secara langsung kepada
Dewan Komisaris untuk mengawasi kinerja pelaporan keuangan dan
pelaksanaan audit internal dan eksternal serta membantu auditor
mempertahankan independensi terhadap manajemen. Anggota komite
audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit ini
memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
Kewenangan komite audit hanya sebatas memberikan rekomendasi
kepada Dewan Komisaris, kecuali jika komite audit mendapatkan
kuasa dari Dewan Komisaris, misalnya untuk menentukan komposisi
meningkatkan kinerja perusahaan cukup penting. The institute of Internal Auditors (IIA) merekomendasikan bahwa setiap perusahaan
publik harus memiliki Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap
(Forum for Corporate Governance Indonesia, 2000).
Mennurut pedoman Good Corporate Governance, tugas dan
tanggung jawab komite audit adalah:
a. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang
memadai. Adanya pengawasan internal ditujukan untuk
mewujudkan prinsip pertanggungjawaban (responsibility) agar organ-organ perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya
berdasarkan aturan yang ada.
b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan.
Prinsip transparansi (transparency) dikembangkan dalam tugas ini.
c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit
kewajaran, biaya eksternal audit, serta kemandirian dan
objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini
menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability).
d. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite
audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit.
Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban
21
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan
adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang:
kondisi keuangan, hasil usahanya, dan rencana dan komitmen jangka
panjang (Utama, 2004). Tanggung jawab komite audit di bidang
laporan keuangan dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan
akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengurangi
resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis.
Penelitian terdahulu mengenai peran komite audit antara lain
yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) mengemukakan bahwa
komite audit yang independen dapat membantu mengurangi tekanan
menajemen untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified) pada saat auditor merasa benar untuk mengeluarkan opini audit going concern. Sehingga semakin besar proporsi komite audit maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini
audit terkait masalah kelangsungan hidup kedepannya.
3 Opini Audit
Tujuan dari proses pemeriksaan yang dilakukan seorang auditor adalah
untuk memberikan opini audit. Opini audit merupakan kesimpulan akhir yang
diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan perusahaan yang diaudit.
Laporan keuangan sangatlah penting untuk proses audit atau proses atestasi
pengguna atas pemeriksaan yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diberikan auditor.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Tahun 2011: SA Seksi 508:
paragraf 10, opini audit yang diberikan oleh auditor dapat berupa:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan jika memenuhi kondisi berikut:
a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified opinion with explanotary paragraph)
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambah suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Auditor mungkin akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian jika auditor menemukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien
b. Auditor tidak dapat menjelaskan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun dengan standar akuntansi keuangan
d. Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
23
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikann secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya dalam lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Perbedaan antara pernyatan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan dan hubungannya tidak independen dengan klien.
Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern pada umumnya terdapat pada opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, wajar
dengan pengecualian dan pernyataan tidak memberikan pendapat (IAI, 2011: SA
Seksi 341 paragraf 10 dan 11).
p ¡u¢ t Going Concern
Opini audit going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanyagoing concernmaka suatu perusahaan dianggap telah dapat / telah
dapat beroprasi dalam jangka waktu kedepan yang dipengaruhi oleh keadaan
finansial dan non finansial dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek.
kepada auditee atas laporan keuangannya, itu merupakan suatu indikasi bahwa
auditeeberesiko tidak dapat bertahan dalam bisnis atau dengan kata lain, terdapat
kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan.
Para pengguna laporan keuangan menganggap bahwa opini audit going concern ini adalah prediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Auditor harus
bertanggung jawab atas opini going concern yang dikeluarkannya, dan opini
going concern tersebut harus konsisten dengan keadaan perusahaan yang
sesunguhnya karena opini audit going concern tersebut akan mempengaruhi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam
berinvestasi.
Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan proses bagaimana auditor
mempertimbangkan opini audit dengan modifikasi going concern yang akan
25
£ ¤¥¦¤§¨©ª
«¬rt¥¦ ¤® ¯¤® °u±tor¤²¤³´¬³¤®¯³¤®µ ¬¶¤® ¯su® ¯¤®·³¤¸¤
Tidak
Ya Ya Ya Apakah ada kondisi
atau peristiwa yang berdampak terhadap klelangsungan hidup
entitas?
SA Seksi 508 (SPAP No. 29)
Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas? Apakah ada rencana manajemen? Tidak memberikan pendapat Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan? Apakah cukup pengungkapan? Tidak memberikan pendapat Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas atau peneklanan
atas suatu hal
Gambar 2.1 adalah panduan bagi auditor untuk mempertimbangkan
pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah
kesangsian atas kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia SA Seksi 341 tentang pertimbangan
auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Adapun yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going
concernadalah sebagai berikut:
1. Pertimbangan auditor atas laporan keuangan
Jika setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor tetap menyimpulkan adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas (satu periode yang tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit) maka auditor harus mempertimbangkan dampak terhadap laporan keuangan termasuk kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Beberapa informasi yang harus dipertimbangkan oleh auditor yang terkait dengan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi dan peristiwa yang relevan dengan penyebab terjadinya keraguan subtansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.
b. Dampak atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan.
c. Evaluasi manajemen atas signifikansi dari kondisi dan peristiwa tersebut serta faktor-faktor yang dapat mengurangi signifikansi tersebut.
d. Kemungkinan terjadinya penghentian usaha
e. Rencana manajemen untuk menghadapi kondisi dan peristiwa tersebut
f. Informasi mengenai pemulihan atau klasifikasi dari jumlah aset yang tercatat maupun jumlah atau klasifikasi dari liabilitas.
2. Dokumentasi Audit
27
mempertimbangkan, mengevaluasi dan mendokumentasi seluruh hal dibawah ini:
a. Kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyimpulkan adanya keraguan subtansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.
b. Unsur-unsur dalam rencana manajemen yang menurut auditor merupakan unsur-unsur yang signifikan dalam mengatasi dampak yang sangat buruk atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan.
c. Kesimpulan auditor atas masih terdapat atau telah berkurangnya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas. Jika masih terdapat keraguan substansial maka auditor juga harus mendokumentasikan dampak atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan termasuk kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Jika keraguan substansial telah berkurang maka auditor juga harus mendokumentasikan kesimpulan atas diperlukannya pengungkapan dalam laporan keuangan atas kondisi peristiwa utama yang pada awalnya telah meyebabkan auditor meyakini adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.
d. Kesimpulan auditor atas perlu tidaknya mencantumkan paragraf penjelasan dalam laporannya. Jika pengungkapan dalam laporan keuangan yang terkait dengan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak memadai maka auditor juga harus mendokumentasikan kesimpulannya atas perlu tidaknya memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar sebagai akibat dari penyimpangan terhadap standar akuntansi keuangan di Indonesia.
3. Laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat
Auditor menerbitkan laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat yang terkait dengan ketidakpastian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas ketika terjadi kondisi berikut:
a. Terdapat demikian banyaknya dan signifikannya dampak yang potensial terhadap laporan keuangan yang disebabkan oleh beberapa ketidakpastian yang material yang terkait dengan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.
menguntungkan sehingga laporan keuangan secara keseluruhan menjadi tidak berarti.
Auditor harus mempertimbangkan secara seksama semua hal yang terkait dengan kondisi dikeluarkannya laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat, terutama yang berkaitan dengan ketidakpastian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas, berdasarkan standar profesi yang berlaku, sebelum menerbitkan laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat.
¾¿ÀÁÂÃÂÄ ÅtÅÆÃÇÂÈ ÆÉr Äuu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa referensi penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pertimbangan apa saja yang menyebabkan auditor untuk
memberikan opini going concernpada perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai opini auditgoing concerndapat dilihat pada tabel berikut:
ÇÆ Ê Âľ¿Ë
ÇÅÃÌÆ ÍÆÃÁÂÃÂÄÅtÅÆÃÇÂrÈ ÆÉuÄu
Îo Ï ÐÑÐÒÓ ÔÓ
Õ Ö×uÒ Ï ÐÑ ÐÒÓ ÔÓØ Ñ
ÙØ ÚÓØ ÛÐÒ Ï ÐÑÐÒÓ ÔÓØÑ
ÜÒØÔ ÜÑØ ÒÓÓss
ÝØ ÞÓÒ 1 Setyarno, dkk (2006) Pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini sudit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,ter hadap opini Going Concern ÙØ ÚÓØÛ ÐÒ ßÐpÐÑ×ÐÑà OpiniGoing concern
29
âo ã äåäæç èç
é êëuæ ã äå äæç èçì å
íì îçì ïäæ ã äåäæç èçìå
ðæìè ðåì æççss
ñì òçæ 2 Januarti (2008) Analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going Concern
íì îçìï äæ õåëäpäåëäåô -Debt Default -Kualitas audit -Opinion Shopping -Kepemilikan perusahaan Regresi logistik Variabel kualitas audit dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern. Sedangkandebt defaultberpengaruh positif signifikan terhadap
penerimaan opini auditgoing conern.
3 Linoputri (2010) Pengaruh Corporate Governance terdahap penerimaan opini audit Going Concern íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going Concern
íì îçìï äæ õåëäpäåëäåô -Kepemilikan terpusat -Kepemilikan manajerial -Kepemilikan keluarga -Komisaris independen -Komite audit Regresi Logistik Kepemilikan terpusat berpengaruh negatif, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif, kepemilikan berpengaruh negatif, proporsi komisaris independen berpengaruh negatif, dan komite audit juga berpengaruh negatif terhadap opini auditgoing concern. 4 Setiawan (2011) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going concern
öo ÷ øùøúû üû
ý þÿuú ÷ øù øúû üû ù
û øú
÷ øùøúû üû ù
ú ü ù úûûss
ûú going concern. debt default, kualitas audit, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. 5 Esti Eriyawati (2011) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruh i Penerimaan Opini Audit Going Concernstudi kasus pada perusahaan sektorfood and beverages, textile garmentdan property and real estate -Ukuran perusahaan -debt default -kualitas audit
-return on assets, -komite audit -pertumbuhan perusahaan -lamanya perikatan Regresi Logistik Ukuran perusahaan, debt default, kualitas audit, return on
assets,komite audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan
lamanya perikatan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern.
6 Ardianingsih (2012) Analisis corporate governance pada pemberian opini audit dengan penjelasan going concern û øú øpøùÿøù Opini audit Going concern
31 o u s s 7 Adjani dan
Rahadja (2013) Analisis pengaruh corporate governance terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor independen p Opini audit Going concern p -Proporsi komisaris independen -Kepemilikan manajerial -Kepemilikan institusional Regresi Logistik Proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini auditgoing concern oleh auditor independen. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini auditgoing concernoleh auditor independen.
8 Sulistya dan Sukartha (2013)
Pengaruh Prior opinion, pertumbuhan dan mekanisme corporate governance pada pemberian opini audit going concern p Opini audit Going concern p -pertumbuhan perusahaan -proporsi komisaris independen -komite audit Regresi logistik
!"r# $ %&#!' $("#)ptu *# $ + ,pot"(,s - "$ ") ,t,# $ .! "r# $ %&#!' $("tu#)p
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan diatas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai
berikut:
/# 01 #2 !"r# $ %&#!' $("ptu#)
3#2 ,#1")4 $ * "p"$ * "$ (X) Variabel Dependen (Y)
Proporsi kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan
bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau menajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang perusahaan (Rustiarini, 2010). Manajer yang
memiliki saham perusahaan tentunnya akan menselaraskan kepentingannya
sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham.
Penelitian Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan semakin besar
kepemilikan manajerial maka kemungkinan auditor memberikan opini audit
going concernakan semakin kecil.
Opini Audit
Going Concern
(Y) Proporsi Kepemilikan
Manajerial (X1)
Proporsi Dewan Komisaris Independen
(X2)
Keberadaan Komite Audit
(X3)
H1
H2
33
Proporsi dewan komisaris independen menggambarkan persentase
komisaris independen dalam dewan komisaris. Komisaris independen
diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh
direksi. Hal ini menunjukkan keberadaan komisaris independen diharapkan
dapat menciptakan keseimbangan berbagai kepentingan para pihak yaitu
sebagai wakil dari pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham
minoritas terkait adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan
pemilik sehingga dibutuhkan pengawasan dari pihak independen dalam hal
ini komisaris independen pada intinya merupakan suatu mekanisme
independen mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan
arahan pada pengelola perusahaan. Carcello an Neal (2000) menunjukkan
semakin besar persentase komisaris independen dalam dewan komisaris
maka akan semakin rendah kemungkinan penerimaan opinigoing concern. Keberadaan komite audit menggambarkan tentang komite yang
bertanggung jawab kepada dewan komisaris untuk memberikan pandangan
mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan,
akuntansi dan pengendalian internal. Menurut Keputusan Direksi PT Bursa
Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A
tentang pencatatan Saham dan Efek Bersifat selain Saham yang diterbitkan
oleh Perusahaan Tercatat yang disahkan sejak tanggal 19 Juli 2004.
Ketentuan ini menyatakan bahwa komite audit memiliki tugas untuk
memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan
kepada dewan komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang
memerlukan perhatian dewan komisaris.
Ramadhany (2004) mengemukakan bahwa komite audit yang
independen dapat membantu mengurangi tekanan manajemen untuk
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) manakala opini
going concern dibenarkan untuk dikeluarkan auditor. Sehingga dengan adanya komite audit maka pengawasan dalam perusahaan akan menjadi
lebih kuat agar laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas dan
kemungkinan penerimaan opini auditgoing concernakan semakin kecil.
5676589pot:; 9s <:= :>9t9 ?=
Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah. Hipotesis tersebut perlu dibuktikan
kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul dari kerangka
konseptual dan tinjauan teoritis. Maka peneliti mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
pemberian opini auditgoing concern
H2 : Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian
opini auditgoing concern
H3 : Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini
@A @BB B
CDEF GDH DI DJB EBAI
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif kausal. Menurut Erlina
(2008:34) penelitian asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua
variabel atau lebih. Desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu
variabel mempengaruhi yang lain . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu mekanisme corporate governance; kepemilikan terpusat, komisaris independen dan komite audit sebagai variabel bebas dan opini auditgoing concern
sebagai variabel terikat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian
peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia
(BEI) dilihat melalui laporan keuangan dan laporan auditor independen
perusahaan perbankan selama periode 2010 sampai 2012.
KLMNO 3.1 Waktu Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Bimbingan dan Perbaikan Proposal
Pengumpulan & Pengolahan Data
Seminar Proposal Skripsi
Ujian
Komprehenshif
Bimbingan Skripsi
Rencana Sidang Skripsi
Se p-14 Tahapan
Penelitian
Apr-14 Me i-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga
variabel independen (X) yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris independen, keberadaan komite audit dan satu variabel dependen (Y)
yaitu opini audit going concern. Masing-masing variabel penelitian secara
37
PQR ST 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang
diukur Definisi Parameter Skala
Variabel Independen: Proporsi Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN) Proporsi kepemilikan saham biasa yang dimiliki oleh anggota dewan direktur dan komisaris.
Saham yang dimiliki manajemen Total saham yang beredar
Rasio Variabel Independen: Proporsi dewan komisaris independen (IND_COM) Proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris.
Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
Rasio Variabel Independen: Keberadaan Komite Audit (KOMITE) Adanya keberadaan komite audit dalam perusahaan.
Jumlah seluruh anggota komite audit dalam perusahaan. Nominal Variabel Dependen: opini Audit Going Concern Opini mengenai kelangsungan hidup perusahaan baik berupa going concern unqualified / qualified opiniondan going concern disclaimer opinion maupunopini non going concern.
Variabeldummyapabila berupa opini audit going concerndiberi kode 1, sedangkan opini auditnon going concerndiberi kode 0
3.4 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2004, 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012. Populasi penelitian ini
berjumlah 38 perusahaan.
3.5 Sampel dan Teknik Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2004:73) Metode sampling yang digunakan dalam
pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik
[image:52.595.106.538.567.745.2]pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria dengan pertimbangan judgement sampling(Jogiyanto, 2004:79). Sampel perusahaan dalam penelitian ini berjumlah 28 perusahaan. Berikut ini adalah perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 3.3 Sampel Perusahaan
No Emiten Kode Kriteria Sampel
1 2 3 4
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO Sampel 1 2 Bank ICB Bumiputra Tbk BABP Sampel 2 3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA Sampel 3 4 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK Sampel 4 5 Bank Central Asia Tbk BBCA Sampel 5 6 Bank Bukopin Tbk BBKP Sampel 6
7 Bank Mestika Darma Tbk BBMD
39
Uo VW XYZt [ \] Y
[rXtYrX^
_^WpY`
a b 3 4
12 Bank Mutiara Tbk BCIC Sampel 11 13 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN Sampel 12 14 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS Sampel 13 15 PT Bank Ina Perdana Tbk BINA -16 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten Tbk BJBR
-17 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Tbk BJTM
-18 Bank QNB Kesawan Tbk BKSW Sampel 14 19 PT Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS -20 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI Sampel 15 21 Bank Bumi Arta Tbk BNBA Sampel 16 22 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA Sampel 17 23 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII Sampel 18
24 Bank Permata Tbk BNLI
-25 Bank Sinarmas Tbk BSIM
-26 Bank of India Indonesia Tbk BSWD Sampel 19 27 Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk BTPN Sampel 20 28 Bank Victoria International Tbk BVIC Sampel 21 29 Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC Sampel 22 30 Bank Mayapada Internasional Tbk MAYA Sampel 23 31 Bank Windu Kentjana International Tb