Peneliti saat ini menyadari bahwa saat bekerja dengan subyek manusia, harus ada beberapa langkah yang harus diambil untuk melindungi martabat dan keselamatan dari orang yang menjadi obyek penelitian. Walaupun sebenarnya penerimaan dan pengimplementasian dari kesadaran etik ini merupakan sebuah pengembangan baru. Contohnya pada sekitar tahun 1970, terjadi pelanggaran kode etik yang sangat berat, 399 orang Afrika-Amerika yang menderita sipilis menjadi bagian sebuah eksperimen medis tanpa mereka ketahui. Orang-orang tersebut dengan sengaja tidak diobati dari penyakit mereka, bahkan setelah penisilin dikembangkan dan dapat digunakan sebagai penyembuh dari penyakit tersebut. Mereka dijadikan eksperimen untuk mengetahui apa efek dari sipilis yang tidak diobati.
Perilaku yang tidak sesuai kepada subyek penelitian yang
mengatasnamakan sains ini telah mengantarkan kepada pengembangan sejumlah kode perilaku spesifik. Kode perilaku ini mungkin berbeda-beda, tapi terdapat prinsip dasar yang telah disetujui oleh para peneliti. Prinsip-prinsip dasar tersebut
diantaranya adalah voluntary participation, protection of research participants,
potential benefit to participants and guidelines on the use of deception. Voluntary Participation
Partisipasi dalam proyek penelitian harus bersifat sukarela, tidak boleh dipaksa baik secara fisik maupun mental. Berikut adalah beberapa skenario yang beresiko melanggar prinsip ini. Seorang sosiologis, Professor Johnson, menyuruh murid-muridnya untuk mengisi kuisioner singkat tentang stratifikasi sosial dan kemiskinan. Tugas tersebut termasuk menulis tentang pengalaman personal atau keluarga terhadap kemiskinan. Professor Johnson menginformasikan bahwa hasil dari kuisioner tersebut akan digunakan untuk proyek penelitian tentang sikap mahasiswa terhadap kemiskinan. Apakah prinsip kesukarelaan telah dilanggar dalam kasus tersebut?
Dalam kasus tersebut jawabannya adalah iya. Dengan tugas yang diberikan tersebut, jika para mahasiswa memilih untuk tidak mengerjakannya maka hal itu akan mempengaruhi nilai mereka. Mereka HARUS berpartisipasi dalam penelitian tersebut dengan mengekspresikan bagaimana sikap mereka terhadap kemiskinan. Di sisi lain, Professor Johnson dapat memberikan pilihan
dengan menginformasikan bahwa jawaban mereka tidak akan digunakan tanpa izin, dengan itu Professor Johnson menerapkan prinsip kesukarelaan.
Sama halnya jika seorang peneliti menawarkan imbalan berupa uang, hal tersebut dapat melanggar prinsip kesukarelaan dalam penelitian. Sebagai contoh, saat mewancarai seorang tunawisma, seorang peneliti mungkin akan menawarkan sejumlah uang. Apakah hal tersebut etis? Banyak yang berargumentasi bahwa menanyakan seorang tunawisma untuk penelitian dengan imbalan berupa uang sama dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada orang kelaparan dengan imbalan sepiring makanan. Lalu apa solusinya? Solusinya adalah dengan melakukan wawancara tanpa imbalan apapun. Pendekatan lainnya adalah dengan
menghubungi service provider dan menanyakan apakah mereka tahu seseorang
yang dengan sukarela akan bersedia untuk diwawancara.
Dari contoh tersebut dapat diindikasikan bahwa terkadang susah untuk menentukan tingkat partisipasi dari seorang subyek. Legalistik interpretasi dari
‘voluntary participation’ mungkin berguna dalam beberapa kasus, kita mungkin
harus menggunakan penilaian sendiri dalam hal moralitas untuk menentukan apakah orang yang berpartisipasi dalam penelitian benar-benar bersedia dalam keikutsertaannya.
Protection of the research participants
Walaupun respoden yang berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian Anda, tetapi mereka mungkin saja tidak memahami secara keseluruhan dan tidak sepenuhnya mendapatkan apresiasi atas potensi bahaya yang akan mereka derita sebagai resiko dari partisipasi mereka dalam penelitian tersebut.
Pada jenis penelitian yang bersifat sensitive, peneliti juga harusnya memerhatikan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden. Peserta penelitian harus telah diberitahu terlebih dahulu tentang jenis pertanyaan yang akan ditanyakan dan mengingatkan bahwa mereka memiliki pilihan untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu atau untuk mengakhiri wawancara kapan pun mereka inginkan.
Secara teori, peneliti harus mengambil setiap langkah yang wajar untuk melindungi subyek mereka dari bahaya, tetapi dalam kenyataannya, tidak mungkin untuk mengantisipasi setiap risiko. Salah satu alasan untuk ini adalah
bahwa studi Anda mungkin mempengaruhi responden dalam cara yang berbeda. Pada akhirnya, itu adalah tanggung jawab Anda sebagai peneliti untuk meminimalkan potensi bahaya semaksimal mungkin. Ini berarti bahwa dalam beberapa kasus, Anda mungkin harus meninggalkan ide peneliti Anda secara keseluruhan karena risiko bahaya terlalu besar.
Confidentally and anonymity
Suatu bagian penting dari melindungi subyek penelitian Anda adalah saat Anda harus menjaga privasi mereka untuk tidak mengungkapkan identitas responden Anda yang nantinya dapat membahayakan mereka. Privasi juga menjadi perhatian ketika berhadapan dengan topik yang lebih konvensional.
Kerahasiaan dan anonimitas adalah dua aspek dari masalah privasi. Kerahasiaan berarti bahwa mengidentifikasi responden tidak akan diungkapkan kepada siapa pun. Jadi, ketika Anda merujuk pada peserta penelitian tertentu dalam tulisan Anda, Anda harus menjaga identitas mereka tersembunyi dengan menggunakan nama fiktif. Anda harus mencoba untuk menyamarkan informasi identifikasi lain, seperti di mana mereka tinggal atau bekerja.
Anonimitas berarti bahwa bahkan peneliti tidak tahu mengidentifikasi dari responden. Dalam studi kualitatif di mana Anda melihat orang-orang di berbagai pengaturan dan mewawancarai mereka tatap muka, anonimitas lengkap adalah mustahil - dalam kebanyakan kasus Anda bertemu dengan para peserta penelitian secara pribadi. Namun demikian, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk memberikan subyek dengan anonimitas terbatas. Anda dapat membuat satu set nama samaran untuk semua peserta penelitian dan menggunakannya dalam catatan Anda, bukan nama asli mereka. Sangat mungkin bahwa dari waktu ke waktu Anda lupa nama asli mereka dan hanya ingat mereka hanya dengan nama fiktif yang Anda tetapkan untuk mereka.
Manfaat bagi partisipan penelitian
kita bergantung pada responden penelitian untuk menyediakan bahan mentah analisa dan laporan kita. Mereka membagi dan meluangkan waktu mereka serta pengalaman-pengalaman sosialnya, tapi biasanya mereka tidak terkompensasi secara finansial atas kontribusi mereka. Lalu, bagaimana kita membalas mereka? Aspek etika ini meyakinkan bahwa hubungan sebuah penelitian dengan subjeknya dapat saling menguntungkan. Kita tidak ingin mengeksploitasi subjek penelitian atau responden, mengambil keuntungan dari mereka tanpa ada balasan apapun. Sebagai contoh, katakanlah anda berencana mempelajari bagaimana anak-anak membangun identitas ras/ etnis pada dirinya dan orang lain di taman bermain, yang mana secara persis dilakukan oleh Van Ausdale dan Feagin dalam buku
mereka “The First R: How Children Learn Race and Racism” (2002). Studi
mereka menyajikan sesuatu yang mengganggu, tapi membuka mata, suatu catatan bagaimana anak-anak menggunakan julukan etnis/ ras sebagai panggilan teman- temannya. Bagaimana proyek ini bermanfaat bagi partisipan penelitian dalam hal ini anak-anak tersebut? Van Ausdale dan Feagin berargumen bahwa di akhir pekerjaan, mereka secara tidak langsung memberi manfaat kepada anak-anak melalui orang tuanya dengan menginformasi orang tua dan pendidik tentang potensi masalah atas cara mereka dalam memberikan pengajaran dan mempraktikkan ras dan retnis.
Studi sosiologis yang lebih eksplisit mendorong partisipasi penuh responden dalam semua fase dari proses penelitian dengan tujuan memperbaiki kehidupan
mereka. Dimaksudkan sebagai ‘penelitian partisipatoris’
Secara keseluruhan, studi kualitatif dapat bermanfaat melalui 3 cara (Silverman
2001: 271-81). Pertama, studi dapat membantu meningkatkan kepedulian dan
memicu perdebatan mengenai kebijakan publik. Penelitian pada sistem kesehatan misalnya, mangajikan banyak informasi berguna mengenai kebutuhan
peningkatan sistem. Kedua, penelitian kualitatif bisa membuat orang-orang
Ausdale dan Feagin mendorong pilihan lain untuk membangun identitas ras anak-
anak, salah satunya adalah dengan lebih inklusif dan toleran. Terkakhir, studi
kualitatif menyajikan ‘perspektiff baru’ terhadap masalah lama. Misalnya,
persoalan pada penelitian penulis adalah gambaran konvensional dari tuna wisma sebagai korban dari kemiskinan, gangguan mental, dan penyalahgunaan narkotika. Penulis menyarankan hal-hal yang bertolak dengan penggambaran stereotip ini, yaitu beberapa tuna wisma mengambil keputusan rasional terhadap hidupnya, khususnya dalam hal dimana dan bagaimana mereka menerima pelayanan sosial. Suatu prinsip-prinsip etis dari partisipasi sukarela dan melindungi serta memberi manfaat kepada partisipan terkadang disampaikan melalui surat perjanjian formal, yang akan dijelaskan pada sesi berikut.
Model perjanjian tertulis
Untuk menyampaikan isu etika mendasar dalam bekerja bersama subjek manusia,
kadang peneliti menggunakan apa yang disebut dengan Informed consent (re:
perjanjian terinformasi) di dalamnya termasuk pernyataan tertulis maupun secara lisan yang menyajikan penelitian partisipan dengan deskripsi umum atas proyek penelitian bersama dengan potensi manfaat dan kerugiannya. Beberapa institusi akademisi di Amerika Serikat memerintahkan seluruh peneliti untuk
menggunakan Informed consent protocol dibawah pedoman kantor Institutional
Review Boards (IRB). IRB adalah komite yang terdiri atas perwakilan dari
berbagai departemen di Universitas dan memberikan ulasan atau review semua
proyek penelitian yang melibatkan subjek manusia. Sebelum menyetujui suatu studi untuk di proses, IRB dapat meminta klarifikasi lebih lanjut atau mengganti terhadap rancangan dan implementasi dari penelitian tersebut.
Mengembangkan format perjanjian tertulis
Format perjanjian tertulis haruslah menyampaikan semua masalah etika yang dibahas lebih dulu pada bab ini. Yaitu, harus menekankan pada:
Tidak ada bahaya yang akan menimpa pada pertisipan (jika ada resiko bahaya, akan dijelaskan lebih rinci)
Rahasia partisipan akan dilindungi (langkah-langkah perlindungan rahasia
partisipan harus dilampirkan secara spesifik)
Keterbatasan Model Informed Consent Pada Penelitian Kualitatif
Pendekatan informed consent sangat berguna untuk menentukan batas-batas etika bagi peneliti. Sayangnya, informed consent ini lebih cenderung pada penelitian kuantitatif yang survey pertanyaannya telah didesain dari sampel yang memiliki sedikit variasi untuk satu responden dan responden lainnya. Permasalahan dalam penelitian kualitatif adalah terkadang pertanyaan pada wawancara, terutama pada wawancara mendalam yang pertanyaannya muncul secara spontan didasarkan pada komentar dari responden. Karena peneliti tidak mengetahui arah wawancara akan seperti apa, sulit untuk menginformasikan respondent secara utuh mengenai fokus penelitian. Secara umum, dalam konteks penelitian kualitatif, dua faktor yang menghalangi implementasi penuh pedoman informed consent:
1. Kemungkinan sulit untuk mendefinisikan dengan tepat karakteristik dan
jumlah peserta penelitian.
2. Fokus pada penelitan dan pertanyaan penelitian yang terkait mungkin
mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
Secara keseluruhan, penelitian quantitatif lebih mudah untuk menggunakan informed consent karena penelitian quantitative didasarkan pada teori dan hipotesa sehingga peneliti bisa lebih mudah untuk memberitahu tujuan penelitian kepada responden. Sedangkan penelitian kualititatif lebih sulit untuk benar-benar menginformasikan reseponden mengenai tujuan dan arah yang spesifik dari pertanyaan pada awal penelitian.
Peran Peneliti dan Para Audiens
Agar peneliti dapat memasukkan unsur-unsur personal atau politik, maka terdapat tiga peran yang dapat dilakukan menurut Silvermann yaitu:
1. Scholarilmu yang didapat digunakan untuk kepentingan peneliti itu sendiri
berdasarkan prinsip-prinsip moralnya.
2. State Counselorbisa dipandang sebagai teknisi sosial yang membantu
birokrasi negara dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih baik.
3. PartisanPeneliti yang berpartisipasi pada praktek politik.
Tipe-tipe audiens:
academic colleaguesmengharapkan teoritis, factual atau wawasan metodologis
policymakersmengharapkan informasi praktis yang relevan dengan isu-isu kebijakan saat ini
practitionersmengharapkankerangka teoritis untuk memahami klien yang lebih baik, informasi faktual, saran praktis untuk prosedur yang lebih baik, reformasi praktik yang ada
the general publicmengharapkan fakta-fakta baru, pedoman untuk bagaimana mengelola lebih baik atau mendapatkan layanan yang lebih baik dari praktisi atau lembaga.
WRITING
Menulis adalah sebuah kegiatan yang hampir semua orang lakukan setiap harinya, dimana pun dan kapanpun kita bisa menulis, seperti di email, social media, menulis pesan dll. Tak jarang dari hal menulis tersebut dapat membuat dampak positif dan negative yang dapat menyebabkan penulisan dalam penelitian terhalang.
Dalam bab ini akan dibahas semua agar pembaca dapat mengerti penulisan yang baik dan benar itu seperti apa dan bagaimananya dan dapat membedakan laporan penulisan untuk kualitatif dan penulisan untuk kuantitatif.
The Basics of Writing
Pada dasarnya menulis adalah proses kegiatan yang kita lakukan melalui kreatifitas dan keunikan yang muncul dari diri kita masing-masing bahkan bisa melalui proses penggabungan dari beberapa orang, meskipun menulis dapat dilakukan dengan pikiran masing-masing tetapi dalam prosesnya menulis sendiri harus memiliki tekhnik yang bagus. Seperti contoh: menulis puisi, menulis ulang berita, apabila kita tidak memiliki tekhnik kita tidak bisa mengerjakannya secara maksimal dan benar, karena tujuan utama menulis agar pembaca dapat mengerti apa yang mereka tulis.
Tanpa skill/keahlian dalam menulis orang akan cenderung tidak dapat mengembangan potensi kreatifnya.
Audience
Bagaimana caranya dari tulisan yang kita buat, audience atau target dapat mengerti dan jelas tentang tulisan yang kita buat. Untuk memenuhi target akhir supaya laporan akhir dapat di baca oelh target dengan jelas. Saat proses penulisan sebaiknya menvisualisasikan audience agar pembaca nantinya akan mengerti dengan apa yang dimaksutkan. Karena pemikiran orang satu dengan yang liannya tidak sama.
Momentum
Ketika kita melakukan penulisan, kita mempunyai momentum pergerakan pada diri kita sendiri, seperti proses penulisan dan pengertian dari yang tadi nya samar-samar akan suatu kejadian yang akan dituliskan menjadi jelas.
The Quantitative Approach
Unsur unsur numeric yang sangat melekat dengan penelitian kuantitatif juga turut berperan dalam membentuk sebuah metode dan standar pendekatan yang digunakan dalam penulisan dan analisis data. Analisis ini pun berdasar dengan teknik teknik statistic dan data yang tercantum dalam sebuah table sehingga tulisan dapat terangkum dan lebih mudah ditangkap dan dimengerti pembaca dengan adanya highlights isi penting dari table tersebut. Sebagai contoh, peneliti dapat memaparkan table distribusi responden dan presentase data yang ia peroleh dari narasumber agar lebih sistematis dan mudah diinterpretasikan.
Dengan demikian, pendekatan kuantitatif ini dapat diorganisasikan sebagai berikut: 1. Penjabaran masalah dan hipotesis penelitian
2. Deskripsi metode penelitian dan metode pengumpulan dan analisis data 3. Presentasi data berupa numeric yang didistribusikan dalam sebuah table
4. Menyimpulkan dan membuat rangkuman serta poin penting dari kemungkinan yang akan terjadi dan berkaitan dengan topic yang dibahas.
The Qualitative Approach
Pendekatan kualitatif dalam penulisan ini cenderung menjawab pertanyaan sebuah penelitian menggunakan pendekatan empiris dan mengandalkan informasi dan penelitiannya dengan penggunaan data data yang deskriptif sehingga penulisannya cenderung bersifat penjabaran sebuah topic yang dihasilkan peneliti melalu berbagai metode seperti wawancara atau participant observation. Sebagai contoh sebuah teks kualitatif analisis teksnya cenderung dimulai dengan deskripsi latar belakang yang sekaligus menampilkan tahapan dari latar belakang pengumpulan data oleh peneliti tersebut. Hal yang terpenting dalam pendekatan ini dalam penulisan ialah bagaimana pendekatan ini lebih menjelaskan sebuah data dengan deskripsi yang detail dan elaborasi
tpoik dan permasalahan yang ada di lapangan dan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang sedang dibuat.
Styles Of Presenting Qualitative Research Papers
Banyak sekali tipe dan gaya dalam penulisan dalam sebuah penelitian kualitatif. Peneliti cenderung memiliki gaya penelitian dan penulisannya sendiri yang masing masing merepresentasikan konsep yang berbeda beda terutama para etnografer yang menulis hasil penelitian dan wawancaranya dengan set karakter,plot, dan latar yang spesifik sehingga hasil penelitian dapat terlihat lebih maksimal dan mendalam. Wawancara mendalam juga menghasilkan hasil penulisan yang harus dianalisis lebih sempurna agar tetap menjadi sebuah hasil yang memiliki reliabilitas yang lebih tinggi dan menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirancang sebelumnya.
MORALITY PRODUCTION AND THE APPARATUS OF RULING
(disini dimana peneliti memberikan ringkasan dan kesimpulan yang mereka dapatkan) Menulis papaer dengan cara ini bukan berarti anda bisa melewatkan bagian- bagian penting yang menjadi standart penelitian ex: Latar belakang, metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Tema dari paper yang terorganisasi dengan baik memberikan beberapa keuntungan yatu memberikan kamu kesempatan untuk memprioritaskan konsep yang kamu pilih. Heading yang disediakan akanmenyediakan informasi substansial dalam sebuah penelitian, bisa membantu mengarahkan pembaca untuk mengehtahui apa isu spesifik yang diteliti, mengarahkan pembaca untuk mengehtahui apa yang akan didiskusikan selanjutnya.
Story-Driven Models
Beberapa sosiolog kualitatif menganggap bahwa menulis merupakan sebuah story telling, mempresentasikan penelitian mereka, menonjolkan deskripsi karakter mereka, menampilkan “scene” dalam data yang mereka kumpulkan dll. Dalam model ini, penyaji menjadi pusat dari narrative/cerita penelitian. Sebagai contoh sebagai berikut : Telling and peforming personal stories : The constraints of choice in abotrion
(judul berdasarkan latar belakang dari topik penelitian dan prosedur yang diambil) The story
Scene 1 : The pregnancy Test and the Test of Pregnancy Scene 2 : Making the Decicion
Scene 3 ; Dealing with the Decision Scene 4 : The preabortion Procedure Scene 5 : The Abortion
Epilogue
Seperti yang dilihat pada contoh, model ini tidak mengikuri standart penulisan peneliatian. Ini menyebabkan beberapa kontroversi tentang bagaimana cara merepresentasikan pengalaman sosial yang dirasakan . Namun bebrapa etnograver tetap menggunakan model ini untuk melaporkan pengalaman mereka.
3 poin penting tentang menulis penelitian
1. Tanyakan pertanyaan yang berguna dalam penelitian
2. Jangan menuliskan hasil penelitian dan data yang dikumpulkan secara terpisah dalam paper peneitian
3. Pelajari bagaimana cara menyeimbangkan waktu antara menulis hasil penelitian dengan mengumpulkan data.