• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan ”Diskusi Perilaku Yang Boleh/Yang Tidak Boleh Dilakukan Fasilitator”

1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri antara 5-7 orang, kemudian mintalah peserta untuk merefleksikan etika fasilitator melalui diskusi kelompok dengan membahas studi kasus di bawah ini

ƒ Seorang Fasilitator datang ke pertemuan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan/desa dengan memakai atribut partai politik, bagaimana tanggapan Anda ? Apakah implikasinya ? ƒ Dalam sebuah diskusi/musyawarah warga yang pesertanya relatif heterogen, untuk

merangsang agar warga miskin dapat menyampaikan aspirasinya maka Fasilitator hanya memberikan kesempatan bagi warga miskin untuk menyampaikan pendapatnya, sedangkan beberapa orang warga non miskin yang hadir pada musyawarah tersebut sama sekali tidak diberi kesempatan berbicara dengan alasan bahwa sasaran PNPM Mandiri Perkotaan adalah warga miskin. Bagaimana pendapat Anda, Jelaskan

ƒ Setelah pencairan BLM pertama selesai, kemudian anggota BKM/LKM sepakat untuk memberikan tanda terima kasih kepada Fasilitator, Bagaimana sikap anda sebagai Fasilitator, menerima tanda terimakasih tersebut atau menolaknya ? Jelaskan !

ƒ Waktu pencairan dana BLM sudah batas akhir, sementara itu KSM belum terbentuk, untuk mengakali agar dana BLM tersebut dapat dicairkan Fasilitator bersama BKM/LKM sepakat untuk membuat proposal fiktif yang nantinya dana tersebut akan dimanfaatkan sebagaimana mestinya dengan syarat BKM/LKM harus membentuk KSM yang sesuai dengan PJM Pronangkis walaupun menyusul. Bagaimana pendapat Anda ?

ƒ Untuk mempermudah dalam proses musyawarah penyusunan Rencana Tahunan, fasilitator membuatkan seluruh draf Rencana tersebut sampai selesai dan kemudian dimintakan persetujuannya ke Rapat BKM/LKM, Bagaimana pendapat anda?

ƒ Untuk merangsang kehadiran perempuan dalam pertemuan warga maka Fasilitator sepakat dengan Lurah/Kades akan memberikan hadiah bagi perempuan yang datang, dengan cara diundi antara perempuan yang datang saja. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda.

ƒ Untuk meningkatkan peran serta aktif perempuan dalam musyawarah warga maka Fasilitator sepakat kepada warga perempuan yang mengajukan pertanyaan atau komentar lebih dari lima kali akan diberi hadiah. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda Jawaban ditulis di kertas plano yang telah disediakan

Etika Fasilitator Perubahan

Diadaptasi dari : Gordon Bermant dan Donal O. Walrik, “Etika Intervensi Sosial : Kekuasaan, kebebasan dan pertanggungjawaban” dalam Merencanakan perubahan; Warren G. Bennis et al (Eds), Jakarta: Intermedia, 1990.

Tiga Tema Etika Intervensi Sosial :

Kekuasaan, Kebebasan dan Pertanggungjawaban

Tiga pihak yang terpisah tapi saling berinteraksi muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, para pihak tersebut adalah :

ƒ Pemerintah Indonesia, yaitu lembaga yang berinisiatif, bertangungjawab dan membiayai program.

ƒ Fasilitator yaitu individu yang menjalankan PNPM Mandiri Perkotaan di komunitas ƒ Komunitas yaitu kelompok sasaran dimana program PNPM Mandiri Perkotaan dijalankan. Pola hubungan antara Pemerintah, Fasilitator dan Komunitas menjadi sangat penting untuk disadari. Perpaduan antara pemerintah yang memiliki posisi kekuasaan lebih dalam pengambilan keputusan dan Fasilitator yang handal biasanya akan lebih berpengaruh ketimbang komunitas yang merupakan sasaran intervensi. Perbedaan kekuasaan ini berlanjut pada masalah ‘kebebasan’ komunitas dan ‘pertanggungjawaban’ Fasilitator. Komunitas mempunyai kebebasan untuk memilih tingkat partisipasi mereka dalam program. Pada sisi lain, pemerintah dan Fasilitator harus mampu mempertanggungjawabkan intervensi yang mereka lakukan di komunitas. Itulah sebabnya masalah ‘kekuaasaan, kebebasan dan pertanggungjawaban’ melahirkan sejumlah masalah etis dalam segitiga hubungan tersebut.

Kekuasaan

Persoalan etis utama dari Fasilitator adalah menyangkut dirinya sebagai pengemban kekuasaan. Fasilitator memegang kekuasaan yang berasal dari pengetahuan, keterampilan, dan hubungan kerjanya dengan pemerintah melalui penugasan kepada KMW. Penyalahgunaan kekuasaan oleh Fasilitator dapat menimbulkan kerugian, baik terhadap komunitas maupun terhadap program intervensi itu sendiri.

Persoalan etika kekuasaan Fasilitator yang penting lainnya adalah (keterlibatan Fasilitator) mendefinisikan masalah komunitas. Ada sebagian Fasilitator yang menggunakan cara pandang dokter – pasien. Dianggapnya komunitas adalah pasien dan Fasilitator adalah sang dokter. Bila Fasilitator secara sepihak menentukan masalah komunitas tanpa ada partisipasi atau konsultasi dengan komunitas, apalagi disertai dengan tindakan perumusan rencana proyek yang tidak diketahui komunitas, maka terjadilah pelanggaran etis.

Tipologi Pengaruh

Mengingat kekuasaan berasal dari gambaran keahlian Fasilitator, apakah pengaruh politis yang utama dari intervensi sosial ? Istilah ‘politik’ digunakan untuk mencakup setiap perubahan dalam pembagian kekuasaan, pengaruh dan wewenang dalam setiap unit yang mencakup individu,

Intervensi sosial dapat membantu dan memelihara atau memperkuat sistem dengan cara – cara berikut :

Legitimasi moral

Kehadiran Fasilitator yang nyata dan dipercaya sering memperkuat perasaan anggota komunitas yang tidak puas atau justru sangat puas dengan sistem sosial yang ada. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan komunitas bahwa Fasilitator adalah jujur, bertanggungjawab dan berhak atas kekuasaan serta kedudukannya.

Pengorbanan

Dalam rangka mencapai kohesi interen yang lebih besar, hampir setiap masyarakat memilih seorang “korban” yang kepadanya dapat diproyeksikan rasa bersalah, frustasi atau ketidakpuasan. Pengkambinghitaman seperti itu membantu untuk mempertahankan sistem dengan menyalurkan agresi melawan pihak yang lemah dari pihak yang kuat.

• Penyesuaian Diri

Intervensi dapat mendorong indivisu dan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan suatu sistem melalui pikiran, perasaan dan tindakan dalam batas – batas yang telah ditentukan. Fasilitator pada umumnya dapat meningkatkan penyesuaian diri dengan menanamkan suatu etika pragmatis. Dalam etika ini, tindakan politik, tindakan organisasi atau tindakan lainnya hanya dapat diterima dalam jajaran pilihan yang disetujui pihak yang berwenang. Tekanan terhadap apa yang mungkin, apa yang praktis dan apa yang bisa membuat sistem terpelihara. • Pengumpulan informasi

Fasilitator tanpa disadari dapat saja memperkuat posisi pihak yang berwenang dengan mengumpulkan informasi mengenai ketidaksepakatan atau ketidakpuasan.

• Meredam oposisi

Keuntungan politis yang diperoleh dari informasi ialah bahwa informasi itu dapat digunakan oleh pihak yang berwenang untuk menghadapi oposisi. Fasilitator dapat dengan sengaja atau tidak sengaja bekerja untuk meredam kekuatan yang tidak setuju. Ia dapat saja menutup ruang yang cukup bagi oposan untuk berkembang melalui cara – cara menumpas atau setidaknya mengurangi pengaruh para oposan.

Intervensi sosial adalah tindakan yang menghasilkan atau dirancang untuk menghasilkan perubahan. Memang banyak bentuk intervensi sosial ialah peningkatan kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kehidupan seseorang dan keyakinan bahwa situasi itu dapat diperbaiki. Intervensi juga dapat membantu individu untuk mengatasi keharusan struktural yang mengitari mereka dan memahaminya, meskipun samar-samar, kekuatan – kekuatan yang mempengaruhi dan membentuk hidup mereka.

• Delegitimasi

Intervensi sosial juga membantu terjadinya perubahan dengan menantang legitimasi suatu sistem tertentu. Hal ini dilakukan melalui pembongkaran landasan keyakinan orang-orang yang dikuasai. Intervensi juga dapat diarahkan langsung untuk melemahkan dasar kekuasaan dari pemimpin yang mapan.

• Kemampuan

Intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan perubahan karena memasok lawan, kelompok minoritas, atau kelompok yang menentang lainnya dengan kemampuan, peluang, sarana dan insentif untuk bertindak. Intervensi dapat meyakinkan orang-orang bahwa mereka dapat menjadi sumber tindakan sosial. Intervensi dapat mengajarkan individu dan kelompok untuk

melihat diri mereka sendiri sebagai pemula tindakan, mampu berprakarsa, mampu meramalkan dan mampu mengendalikan diri sendiri dan orang lain.

Kebebasan

Menurut definisi, kebebasan membutuhkan - di atas segala – galanya - kemampuan dan peluang, untuk memilih. Jika individu yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dan tidak memperoleh informasi untuk memahami dan mempertimbangkan akibat-akibat dari partisipasi mereka, atau jika mereka dipaksa, didesak atau dimanipulasi oleh tekanan lingkungan untuk berpartisipasi, maka kebebasan akan berkurang. Kemampuan memahami suatu intervensi seringkali berkembang oleh peluang partisipasi dari dekat.

Hambatan utama bagi kebebasan terletak dalam ketidak-mampuan orang untuk memahami hakikat dan akibat dari partisipasi mereka dalam intervensi. Dalam kasus lain, hambatan itu berupa informasi yang tidak memadai mengenai intervensi itu dan akibat-akibatnya.

Sebuah persoalan yang muncul ialah mengenai batas-batas pengungkapan informasi. Pengungkapan informasi biasanya ditegaskan keharusannya secara etis dalam intervensi sosial. Namun masalahnya mengenai seberapa jauh pengungkapan harus dilakukan. Misalnya, apakah Fasilitator harus membeberkan seluruh ‘kartu’nya di atas meja, termasuk menyingkap seluruh perlengkapan teknik yang dipakainya ?

Kebebasan individu juga dikendalikan oleh paksaan dan tekanan yang ditemukan dalam lingkungan. Dalam kasus lain, kendala untuk kebebasan bukan berasal dari paksaan langsung melainkan dari tekanan kelompok atau ancaman kuat dan perangsang. Dalam kegiatan-kegiatan pengembangan komunitas, pimpinan komunitas dapat menegaskan dengan jelas bahwa setiap anggota komunitas bebas untuk berpartisipasi atau tidak, sesuai dengan pertimbangannya. Namun kebebasan ini ternyata dapat palsu jika kebanyakan anggota suatu komunitas memutuskan untuk berpartisipasi, dan para penolak merasa ditekan untuk maju bersama.

Akhirnya dan ironisnya, kebebasan individu kadang – kadang dapat dimusyawarahkan secara serius dengan menawarkan imbalan dan perangsang positif. Meskipun demikian, kita harus tetap bertanya apakah secara etis dapat dibenarkan jika menggunakan imbalan materi untuk mempercepat perubahan pelaku dalam intervensi sosial.

Mengingat banyak keterbatasan kemampuan dan peluang, langkah-langkah apakah yang dapat diambil untuk melindungi kebebasan manusia dalam intervensi . tipologi usaha – usaha perlindungan yang disajikan berikut ini disusun berdasarkan perbedaan-perbedaan asumsi kemampuan untuk menangkap hakikat dan akibat-akibat dari intervensi sosial.

Informasi yang meningkat hasilnya

Jika dapat diandaikan bahwa peserta berada pada posisi untuk memahami intervensi dan melindungi kepentingan mereka sendiri manakala diberi informasi yang memadai, maka tantangannya ialah memberikan informasi ini dengan cara yang paling mungkin dapat dimengerti. Oleh karena itu, tugas utama Fasilitator ialah memasok orang yang bersangkutan dengan pemberitahuan yang jelas dan lengkap mengenai kemungkinan resiko dan manfaat dari partisipasi dalam kelompok.

Partisipasi

Partisipasi dan perundingan bersama adalah sarana efektif untuk membantu tercapainya kesepakatan. Asumsi di balik usul-usul tersebut ialah bahwa orang mempunyai kemampuan dasar

mengambil bagian dalam keputusan tentang apakah memang harus ada intervensi, kapan dan dimana intervensi itu harus berlangsung, dan bagaimana intervensi dilaksanakan.

Penguasaan

Jika dibiarkan berbuat menurut kemauan mereka sendiri, maka orang – orang yang kurang beruntung sering tidak berada dalam posisi siap untuk berpartisipasi sebagai orang-orang yang sederajat dalam perundingan mengenai penyelesaian konflik. Pemecahan paling etis ialah tidak mengandalkan pihak yang paling siap dan juga tidak mempercayakan penyelesaiannya kepada pihak luar, melainkan memperbesar kemampuan kaum lemah untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri. Fasilitator harus meningkatkan kemampuan pihak-pihak yang lebih lemah untuk mengambil keputusan yang paling baik dengan membantu mereka memberikan informasi yang diperlukan dan keterampilan untuk menjalankannya.

Pertanggungjawaban

Apakah Fasilitator harus bertanggungjawab untuk kegiatan mereka? jika mereka bertanggungjawab kepada siapa, dan bagaimana ?

Tiga jenispertanggungjawaban Fasilitator dapat dibedakan ke dalam pertanggungjawaban pribadi, hukum dan profesi.

Pertama adalah tanggung jawab ‘pribadi’ yang diambil oleh seseorang untuk tindakannya.

Ada anggapan yang luas, yang diakui dalam pernyataan Deklarasi Universal tentang Hak Hak Asasi Manusia, bahwa individu, tanpa memperhatikan status dan profesinya, beranggungjawab secara moral atas perilakunya. Jadi Fasilitator tidak berhak untuk membunuh, menipu, membohongi, mencuri atau melanggar kode-kode moral yang diakui dalam melaksanakan suatu intervensi.

Bentuk pertanggungjawaban kedua dan ketiga ialah tanggung jawab hukum dan profesi. Fasilitator bertanggungjawab terhadap komunitas atas kerugian yang terjadi. Komunitas

mempunyai hak untuk mengajukan para professional ini ke pengadilan jika mereka yakin bahwa : • Secara professional mereka telah lalai atau tidak etis dalam menjalankan tugasnya

• Oleh karena itu mereka dirugikan, dan

• Pendekatan alternative untuk mengganti kerugian komunitas tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Pertanggungjawaban profesi harus melalui organisasi Fasilitator. Organisasi profesi harus meminta pertanggungjawaban dan mengambil langkah-langkah yang perlu. Sampai sekarang, konsep mengenai pertanggungjawaban hukum dan profesi untuk Fasilitator lebih bersifat teoritis ketimbang aktual .

Dokumen terkait