• Tidak ada hasil yang ditemukan

CEMARAN GETAH KUNING BUAH MANGGIS

P = ETP + Δ KAT + S dimana:

P : Curah Hujan (mm) ETP : Evapotranspirasi (mm)

Δ KAT : Perubahan cadangan air

S : Surplus air

Secara lebih terinci perhitungan neraca air dilakukan dengan menggunakan metode Thornthwaite dan Mather (1957).

Tahapan yang dilakukan untuk menghitung neraca air harian adalah sebagai berikut.

1. Menghitung nilai Evapotranspirasi Harian (ETP harian)

Evapotranspirasi harian dihitung menggunakan metode Thornthwaite dan Mather yang sudah dimodifikasi (Pereira dan Pruitt 2004). Nilai ETP harian dihitung berdasarkan persamaan berikut:

b. Persamaan untuk suhu udara rata-rata (T > 26.5 °C)

dimana:

ETP harian : Evapotranspirasi harian (mm) T : Suhu udara harian (0C)

I : Indeks panas

N : Panjang hari (jam) (besarnya panjang hari berdasarkan letak lingtang (Allen et al. (1998).

2. Setelah diperoleh nilai ETP harian, selanjutnya dihitung besarnya perbedaan antara CH harian dan nilai ETP harian. Curah hujan yang digunakan dalam analisis neraca air harian adalah curah hujan terkoreksi (Hidayati et al. 1993). Curah hujan koreksi dilakukan hanya pada curah hujan harian yang memiliki nilai lebih besar dari 10 mm/hari. Curah hujan terkoreksi dihitung menggunakan persamaan berikut:

dimana:

CHday : CH pada hari tersebut (mm)

3. Menghitung nilai APWL (dengan menghitung secara akumulasi hasil negatif antara CH terkoreksi – ETP harian.

4. Menentukan nilai kapasitas lapang (KL) dalam satuan mm. 5. Menentukan nilai kandungan air tanah (KAT), dengan rumus:

dengan:

po : 1.000412351 p1 : -1.073807306

6. Menentukan nilai ∆KAT dengan menghitung perubahan KAT dari hari ke hari, yaitu mengurangi hari ini dengan hari sebelumnya

7. Menghitung nilai ETA. Jika CH > ETP*

8. Menghitung nilai defisit (D) dengan persamaan

maka ETA = ETP harian. Namun bila CH < ETP harian, maka ETA = CH+[∆KAT], karena seluruh CH dan

∆KAT seluruhnya akan dievapotranspirasikan

9. Menghitung nilai surplus (S). Kondisi hari dimana CH > ETP harian, sehingga:

10. Menghitung neraca air mingguan dengan cara menjumlahkan surplus dan defisit air selama seminggu.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan One Way ANOVA, apabila didapatkan perbedaan yang nyata dari nilai parameter antar lokasi dilanjutkan dengan uji

DMRT (Duncan News Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Analisis regresi

dan korelasi untuk mengetahui hubungan parameter sifat kimia, fisika tanah, dan neraca air tanah dengan parameter cemaran getah kuning. Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat kimia, fisika tanah dan kadar hara jaringan daun, kulit buah (endokarp dan mesokarp) dengan parameter cemaran getah kuning ditentukan dengan path analysis (analisis jalur) (Kusnendi 2008). Hubungan antara variabel ketersediaan hara tanah dan variabel cemaran getah kuning disajikan dalam bentuk diagram jalur (path diagram). Persamaan struktural antar variabelnya adalah: Y1= β11 X1 + β12 X2 + …………... β1n Xn + e Y 1 2 = β21 X1+ β22 X2 + …………... β2n Xn + e Y 2 3= β31 X1 + β32 X2 + …………... β3n Xn + e Yn = βn 3 1 X1+ βn2 X2

Model struktural yang diperoleh divalidasi dengan nilai P value, Root Means Square Error of Approximation (RMSEA), Comparative Fit Indeks (CFI). Model struktural valid dan hubungan antar variabel sampel yang digunakan representatif untuk menyatakan hubungan variabel dalam suatu populasi apabila nilai P ≥ 0.05, RMSEA < 0.08, dan CFI > 0,90.

Keragaan Cemaran Getah Kuning

Cemaran getah kuning buah, yang ditunjukkan oleh persentase aril bergetah kuning (PAGK), persentase juring bergetah kuning (PJGK), dan persentase kulit buah bergetah kuning (PKGK) mempelihatkan keragaman antar lokasi (Gambar 3). Begitu pula halnya dengan kualitas buah, baik kualitas fisik maupun sifat kimia buah terlihat adanya variasi dari buah yang berasal pada lokasi yang berbeda (Gambar 4, 5 dan Tabel 5).

Gambar 3. Keragaan persentase aril bergetah kuning (PAGK), persentase juring bergetah kuning (PJGK), dan persentase kulit buah bergetah kuning (PKGK) pada 10 lokasi sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung

Persentase aril bergetah kuning tergolong sangat tinggi dan tinggi ditemukan di Nagari Pakandangan dan Desa Garogek, berturut-turut mencapai 54.04 % dan 40.60 %. Persentase aril bergetah kuning yang tergolong agak tinggi diperoleh dari Desa Sukarame, yaitu sebesar 31.20 %. Desa Karacak dan Barengkok adalah lokasi yang termasuk kategori sedang tingkat persentase cemaran aril buahnya, yaitu berturut-turut sebesar 25.20 % dan 24.10 %. Lokasi yang tergolong sangat rendah hingga rendah persentase cemaran getah kuning arilnya antara lain Nagari Baringin,

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PAGK PJGK PKGK P er sent as e cem ar an g et ah kuni ng ( % )

Padang Laweh, Lalan, Koto Lua dan Desa Pusaka Mulia, hanya berkisar dari 7.61 % sampai 20.20 % (Gambar 3).

Persentase juring bergetah kuning (PJGK) yang menunjukkan tingkat keparahan dari cemaran aril buah pada setiap buah yang tergolong sangat tinggi diperoleh di Desa Garogek, mencapai 51.60 %. Juring bergetah kuning yang tergolong tinggi cemaran getah kuningnya ditemukan di Desa Karacak, Barengkok, Sukarame, dan Nagari Pakandangan berkisar dari 40.50 % sampai 50.10 %. Nagari Koto Lua, Baringin, Padang Laweh dan Lalan adalah lokasi yang tergolong sangat rendah persentase juringnya bergetah kuning, yaitu berkisar dari 4.00 hingga 7.70 %.

Buah yang tercemar kulitnya oleh getah kuning (PKGK) juga beragam antar lokasi, berkisar dari 16.10−80.20 %. Hal ini menunjukkan bahwa dari 100 buah yang diamati dari setiap pohon, rata-rata terdapat 16.10 hingga 80.20 buah tercemar kulitnya oleh getah kuning. Cemaran getah kuning tergolong sangat tinggi pada kulit buahnya ditemukan di Nagari Pakandangan, Desa Karacak, Barengkok, Sukarame, Nagari Koto Lua dan Lalan, bekisar dari 50.90 % sampai 80.20 %. Baringin dan Padang Laweh adalah lokasi yang tergolong agak tinggi dan sedang cemaran getah kuning kulit buahnya, yaitu sebesar 40.10 dan 23.50 %. Cemaran getah kuning pada kulit buah yang tergolong rendah ditemukan di Desa Pusaka Mulia dan Garogek, hanya 16.10 dan 17.70 %. Adanya perbedaan dari tingkat cemaran getah kuning pada kulit buah diduga sebagai akibat dari perbedaan kondisi lingkungan tumbuh dari tanaman manggis tersebut. Tingkat cemaran getah kuning yang tinggi pada kulit buah diduga akibat dari serangan serangga sehingga kulit buah mengalami luka dan mengeluarkan getah kuning. Perbedaan tingkat cemaran getah kuning pada kulit buah yang sangat jelas terlihat antara buah yang berasal dari Desa Pusaka Mulia dan Garogek dengan buah yang berasal lokasi lainnya. Tanaman manggis di Desa Pusaka Mulia dan Garogek pengelolaan gulmanya relatif baik karena di antara tanaman manggis ditanami teh, sedangkan di lokasi lainnya, lingkungan tanamannya belum dilakukan pengendalian gulma secara baik. Lokasi yang relatif baik pengelolaam gulmanya diduga serangga di sekitar tanaman relatif sedikit sehingga gangguannya terhadap buah manggis relatif rendah.

Keragaan Kualitas Fisik dan Kimia Buah Manggis

Kualitas fisik buah manggis juga terlihat beragam antar lokasi, ditunjukkan oleh variasi bobot buah, diameter buah, dan diameter longitudinal buah (Gambar 4). Bobot buah tertinggi berasal dari Desa Sukarame, diikuti oleh Desa Garogek, Baringin, Nagari Pakandangan, Koto Lua, dan Desa Pusaka Mulia, rata-rata berkisar dari 99.30 g–108.17 g untuk setiap buah. Bobot buah terendah berasal dari Barengkok, diikuti oleh Karacak, Padang Laweh dan Pusaka Mulia, berkisar dari 64.00 g hingga 72.04 g untuk setiap buahnya. Rata-rata bobot buah manggis yang berasal dari 10 sentra produksi ini relatif lebih tinggi dari bobot buah yang telah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya (Gunawan 2007; Dorly 2009).

Gambar 4. Rata-rata bobot buah (BB), diameter horizontal buah (DHB), diameter longitudinal buah (DLB) manggis dari 10 sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat dan Lampung

Diameter horizontal buah tertinggi diperoleh dari buah manggis yang berasal dari Desa Sukarame, dan diikuti oleh buah dari Baringin, Garogek, Koto Lua, dan Pusaka Mulia, berkisar dari 61.47 mm hingga 59.49 mm. Sedangkan diameter horizontal buah yang terendah ditemukan di Desa Karacak, dan diikuti oleh Barengkok, Nagari Lalan, Padang Laweh, Pakandangan dan Desa Pusaka Mulia, berkisar dari 50.49 mm hingga 51.62 mm.

Diameter longitudinal buah yang tertinggi juga diperoleh dari buah yang berasal dari Desa Sukarame, berbeda tidak nyata dengan buah dari Desa Garogek,

0 20 40 60 80 100 120 BB (g) DHB (mm) DLB(mm) K ua lita s fis ik bua h

Pusaka Mulia, Nagari Baringin dan Koto Lua, berkisar dari 51.87 hingga 50.54 mm. Diameter longitudinal buah yang terendah berasal dari Desa Barengkok, berbeda tidak nyata dengan buah dari Desa Karacak, Lalan dan Nagari Pakandangan, berkisar dari 42.38 mm hingga 44.53 mm.

Buah yang mempunyai tebal kulit tertinggi berasal Desa Sukarame, berbeda tidak nyata dengan buah yang diperoleh dari Nagari Pakandangan. Buah yang mempunyai ketebalan kulit yang tipis diperoleh dari Desa Karacak, berbeda tidak nyata dengan buah yang berasal dari Nagari Lalan (Gambar 5). Rata-rata diameter horizontal, diameter longitudinal, dan tebal kulit buah tertinggi sejalan dengan rata- rata bobot buah. Dorly (2009) juga menemukan bahwa diameter horizontal, longitudinal, dan tebal kulit buah tertinggi juga diperoleh pada bobot buah yang tertinggi.

Gambar 5. Rata-rata bobot basah kulit buah (BKB), bobot basah aril (BA), dan tebal kulit buah (TK) manggis dari 10 sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat dan Lampung

Bobot basah aril buah yang berasal dari lokasi berbeda tidak terlalu signifikan variasinya, yaitu berkisar antara 21.30 g hingga 34.66 g. Namun bobot basah kulit, ketebalan kulit buah, dan bobot basah biji untuk setiap buah menunjukkan keragaman yang signifikan antar buah yang berasal dari lokasi yang

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 BKB (g) B.A (g) TK (mm)

berbeda. Buah manggis yang berasal dari Desa Sukarame mempunyai bobot basah kulit dan ketebalan kulit buah tertinggi, yaitu mencapai 79.78 g dan 9.42 mm, diikuti oleh buah yang berasal dari Garogek dan Pakandangan, berturut-turut bobot basah dan ketebalan kulitnya berturut-turut adalah 75.72 g, 75.64 g dan 8.54 mm, 9.06 mm.

Bobot basah kulit buah dan ketebalan kulit buah dari loksi lainnya relatif sama dan rendah, yaitu berkisar dari 41.11 g hingga 44.88 g dan 5.74 mm hingga 7.31 mm. Bobot basah biji rata-rata setiap buah berbanding terbalik dengan bobot basah kulit buah, terendah diperoleh dari Nagari Pakandangan, dan diikuti oleh Sukarame dan Garogek, berturut-turut hanya 0.68; 0.79; dan 1.05 g. Buah yang berasal dari desa lainnya mempunyai bobot basah biji yang relatif besar, yaitu antara 1.30 hingga 1.73 g untuk setiap buahnya (Gambar 6).

Gambar 6. Bobot basah biji manggis dari 10 sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung

Ketebalan kulit buah, bobot basah kulit buah, rasio bobot basah buah terhadap aril, rasio bobot basah kulit buah terhadap (bobot basah aril + bobot basah biji) dengan persentase aril bergetah kuning berkorelasi positif (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa ketebalan kulit buah yang meningkat menyebabkan peningkatan dari persentase aril bergetah kuning. Diduga kulit buah yang tebal menyebabkan desakan mekanik pada aril dan pecahnya dinding sel saluran getah kuning pada buah.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 B obot ba sa h bi ji ( g )

Tabel 4. Koefisien determinasi dan korelasi dari hubungan sifat fisik buah dengan persentase aril bergetah kuning (PAGK)

Sifat fisik buah Persamaan regresi Koefisien determinasi

Koefisien Korelasi Tebal kulit buah y = 6.40 x – 21.25 R2 = 0.304** r = 0.551** Bobot basah kulit buah y = 0.459 x – 2.850 R2 = 0.247* r = 0.49 * Rasio BKB/BA y = 16.68 x – 10.89 R2 = 0.314** r = 0.56 ** Rasio BKB/(BA+BJ) y = 20.09 x – 17.22 R2 = 0.513** r = 0.716 ** Keterangan : BKB = bobot basah kulit buah, BA = bobot basah aril,

BJ = Bobot basah biji.

*= Berbeda nyata pada taraf 1 % ** = Berbeda nyata pada tarap 5 %

Dorly (2009) telah mengidentifikasi bahwa akibat perbedaan laju tumbuh antara aril dan biji dengan perikarp selama pembesaran buah telah menyebabkan desakan mekanik dari biji ke perikarp. Sel epitel saluran getah kuning yang lemah (akibat kekurangan Ca) dalam endokarp akan pecah, sehingga getah kuning keluar mengotori daging buah (Poerwanto et al. 2010). Secara visual juga terlihat bahwa buah yang arilnya tercemar getah kuning mempunyai kulit yang tebal dibandingkan buah yang bebas dari cemaran getah kuning (Gambar 7).

Kualitas kimia buah manggis, terutama yang ditunjukkan oleh parameter padatan total terlarut, vitamin C, dan total asam teritrasi juga memperlihatkan perbedaan yang nyata dari beberapa lokasi (Tabel 5). Padatan total terlarut buah yang diperoleh berkisar antara 17.75 hingga 20.74 % Brik. Nilai padatan total terlarut dari beberapa lokasi ini relatif sama dengan yang diperoleh oleh Kader (2004), yaitu menyatakan bahwa padatan total terlarut buah manggis berkisar antara 17 sampai 20 % Brix. Nilai padatan total terlarut tertinggi pada penelitian ini ditemukan dari buah manggis yang berasal dari Lalan, diikuti oleh Karacak, Pusaka Mulia, Padang Laweh, Garogek, Baringin, Koto Lua, dan Barengkok. Lokasi yang terendah nilai padatan total terlarut buahnya diperoleh dari Pakandangan dan Sukarame. Kandungan vitamin C buah tertinggi pada penelitian ini diperoleh dari Padang Laweh, diikuti oleh buah dari Koto Lua, Lalan, dan Baringin. Kandungan vitamin C terendah diperoleh dari buah yang berasal dari Sukarame, diikuti oleh buah dari Pusaka Mulia, Garogek, Barengkok, dan Karacak.

Gambar 7. Buah yang arilnya tercemar getah kuning (A) dan buah yang arilnya bebas dari cemaran getah kuning (B)

Nilai total asam tertitrasi secara umum relatif rendah dan homogen, berkisar dari 0.36 % hingga 0.43 %. Derajad kemasaman (pH) buah berkisar dari 3.62 hingga 3.9. Buah yang diperoleh dari Desa Garogek adalah yang tertinggi pH buahnya, diikuti oleh buah dari Pakandangan, Pusaka Mulia, Sukarame, Baringin, dan Koto Lua. Lokasi yang terendah pH buahnya adalah Barengkok, diikuti oleh Lalan, Padang Laweh, dan Karacak.

Keragaan Kadar Hara di Jaringan Endokarp, Mesokarp, dan Daun Manggis Kadar hara makro dan mikro di jaringan endokarp kulit buah manggis menunjukkan variasi antar lokasi (Tabel 6 dan Tabel 7). Variabilitas kadar hara endokarp ini diduga merupakan implikasi dari variasi kadar hara tersedia tanah pada lokasi yang berbeda dan proses penyerapan serta translokasinya oleh tanaman.

A

Tabel 5. Rata-rata padatan total terlarut, vitamin C, total asama tertitrasi, dan pH aril buah manggis dari sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat dan Lampung

Lokasi Padatan total terlarut (% Brix) Vitamin C (mg/100 g) Total asam tertitrasi (%) pH Aril Karacak 19.63 d 10.75 c 0.39 a 3.77 ab Barengok 18.38 bc 9.03 b 0.40 ab 3.62 a Garogek 18.79 bcd 8.66 b 0.41 ab 3.98 e Pusaka Mulia 18.92 cd 7.83 b 0.40 ab 3.87 de Pakandangan 16.52 a 11.35 c 0.36 a 3.89 de Koto Lua 18.39 bc 13.45 d 0.41 ab 3.81 cd Baringin 18.71 bcd 12.94 d 0.39 a 3.82 cd P. Laweh 19.81 de 13.87 d 0.43 b 3.71 ab Lalan 20.74 e 13.25 d 0.42 b 3.67 a Sukarame 17.75 a 6.04 a 0.41 ab 3.84 cd Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Nitrogen di endokarp merupakan unsur hara kedua tertinggi akumulasinya di jaringan endokarp, berkisar dari 0.19 % hingga 0.74 %. Kadar N tertinggi ditemukan di Desa Pusaka Mulia, diikuti oleh Garogek, Karacak, Nagari Padang Laweh, Brengkok, Koto Lua dan Lalan. Lokasi yang terendah N endokarp buahnya adalah Pakandangan, diikuti oleh Baringin, dan Sukarame. Kadar P berkisar dari P dari 0.04 % hingga 0.25 %, tertinggi ditemukan di Nagari Padang Laweh dan diikuti oleh Pakandangan dan Baringin. Fosfor yang terendah adalah di Karacak, Garogek, Pusaka Mulia, diikuti oleh Barengkok, Lalan, Sukarame dan Koto Lua. Kalium adalah unsur hara yang paling tinggi kandungannya di endokarp di antara hara lainnya, berkisar dari 0.34 % hingga 1.59 %. Lokasi yang tertinggi kadar K endokarp buahnya berasalah dari Pakandangan, dikuti oleh Padang Laweh dan Baringin, serta Lalan. Kadar K terendah ditemukan di Sukarame, diikuti oleh Garogek, Barengkok, Pusaka Mulia, dan Koto Lua. Kalsium merupakan unsur hara ke tiga tertinggi setelah N, berkisar dari 0.08 % hingga 0.25 %. Kadar Ca endokarp tertinggi diperoleh di Padang Laweh, diikuti oleh Karacak, Barengkok, dan Lalan. Kalsium di endokarp yang terendah ditemukan di Desa Garogek, Pakandangan, diikuti oleh Pusaka Mulia dan Sukarame. Magnesium di jaringan endokarp hanya berkisar dari 0.07 % hingga 0.11 %, tertinggi ditemukan di Nagari Baringin, diikuti oleh Padang Laweh. Lokasi lainnya relatif sama dan rendah kadar Mg endokarpnya, berkisar dari 0.06 % hingga 0.09 %. Unsur hara S di endokarp berkisar dari 0.05 %

Tabel 6. Kadar hara makro jaringan endokarp kulit buah manggis dari beberapa sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung Lokasi

Kadar hara makro jaringan endokarp kulit buah manggis

N P K Ca Mg S ………(%) ……… Karacak 0.54 c 0.04 a 0.91 bc 0.22 d 0.07 ab 0.08 ab Barengkok 0.51 c 0.05 a 0.97 c 0.20 d 0.08 ab 0.10 ab Garogek 0.63 d 0.04 a 0.73 b 0.08 a 0.07 ab 0.06 a Pusaka Mulia 0.74 e 0.04 a 0.76 b 0.10 a 0.07 ab 0.07 ab Pakandangan 0.19 a 0.14 b 1.59 e 0.08 a 0.09 de 0.25 d Koto Lua 0.51 c 0.07 a 0.79 bc 0.16 c 0.06 a 0.09 ab Baringin 0.21 a 0.14 b 1.59 e 0.16 c 0.11 f 0.18 c P. Laweh 0.53 c 0.25 c 1.57 e 0.25 e 0.10 e 0.10 b Lalan 0.49 c 0.05 a 1.38 d 0.19 d 0.08 bc 0.10 b Sukarame 0.31 b 0.05 a 0.34 a 0.12 b 0.08 bc 0.05 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. hingga 0.25 %, yaitu tertinggi ditemukan di Pakandangan dan diikuti oleh Baringin, Barengkok, Padang Laweh, dan Lalan. Kadar S endokarp buah di lokasi lain (Desa Karacak, Garogek, Pusaka Mulia, Sukarame, dan Nagari Koto Lua), hanya berkisar dari 0.05 % hingga 0.09 %.

Akumulasi hara mikro di endokarp kulit buah juga beragam dari lokasi sentra produksi manggis yang berbeda. Kadar Fe berkisar dari 25.33 ppm hingga 280.20 ppm. Kadar Fe endokarp buah tertinggi ditemukan dari Sukarame dan buah yang berasal dari lokasi lainnya relatif sama dan jauh lebih rendah, berkisar dari 25.33 hingga 47.99 ppm. Mangan endokarp berkisar dari 13.79 hingga 82.21 ppm dan tertinggi ditemukan di Lalan, diikuti oleh Karacak, Barengkok, dan Padang Laweh. Kadar Mn endokarp buah dari lokasi lainnya hanya berkisar 4.39 ppm hingga 22.81 ppm. Kandungan Cu dan Zn endokarp menunjukkan pola yang relatif sama, yaitu berkisar dari 2.59 hingga 65.57 ppm untuk Cu dan dari 6.76 hingga 61.90 ppm untuk Zn. Nagari Pakandangan adalah lokasi yang tertinggi kandungan Cu dan Zn endokarp buahnya, diikuti oleh Baringin, Koto Lua. Boron adalah hara mikro yang paling tinggi akumulasinya di jaringan endokarp buah, berkisar dari 53.93 hingga 256.06 ppm. Lokasi sentra produksi yang paling tinggi kadar B endokarp buahnya adalah Pakandangan, diikuti oleh Baringin, dan Sukarame.

Tabel 7. Kadar hara mikro jaringan endokarp kulit buah manggis dari beberapa sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung Lokasi

Penelitian

Kadar hara mikro jaringan endokarp

Fe Mn Cu Zn B ……… (ppm) ………..……… Karacak 34.38 a 62.17 e 7.35 a 6.84 a 63.30 a Barengkok 35.20 a 56.70 e 7.19 a 8.49 a 71.65 a Garogek 32.84 a 19.12 c 2.59 a 11.76 a 103.10 b Pusaka Mulia 47.27 a 22.81 c 2.84 a 11.46 a 101.70 b Pakandangan 28.49 a 21.52 c 68.87 d 61.90 e 256.06 d Koto Lua 29.40 a 13.79 bc 37.52 c 30.09 c 62.38 a Baringin 25.33 a 7.40 ab 65.57 d 56.38 d 225.19 c P. Laweh 47.90 a 35.06 d 26.09 b 24.11 b 73.55 a Lalan 42.33 a 82.21 f 24.55 b 22.69 b 53.93 a Sukarame 280.20 b 4.39 a 8.77 a 6.76 a 212.88 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Akumulasi unsur hara makro dan mikro di jaringan mesokarp juga menunjukkan keragaman dari buah yang berasal dari lokasi yang berbeda. Konsentrasi dari masing-masing hara di mesokarp relatif sama dengan konsentrasi hara di jaringan endokarp (Tabel 8 dan 9). Kadar N di mesokarp buah berkisar dari 0.09 % hingga 0.60 %, tertinggi diperoleh dari Pusaka Mulia dan Lalan, diikuti oleh Koto Lua, Padang Laweh, Baringin, Karacak, dan Barengkok. Lokasi yang terendah N mesokarp buahnya yaitu Pakandangan dan Sukarame. Kadar P di mesokarp berkisar dari 0.04 % hingga 0.29 %, yaitu tertinggi diperoleh dari Pakandangan, diikuti oleh Baringin dan Sukarame. Lokasi lain relatif rendah kandungan P mesokarpnya, hanya berkisar dari 0.04 % hingga 0.08 %. Kadar K di mesokarp buah berkisar dari 0.05 % hingga 2.67 %, tertinggi diperoleh dari Baringin, diikuti oleh Lalan, Pakandangan, Karacak, Desa Padang Laweh, Barengkok. Lokasi yang terendah kandungan K di mesokarp buahnya adalah Sukarame, diikuti oleh Garogek, Pusaka Mulia, dan Koto Lua. Unsur hara Ca di mesokarp berkisar dari 0.07 % hingga 0.23 %, yaitu tertinggi diperoleh dari Padang Laweh, diikuti oleh Karacak, Lalan, Brengkok, Baringin, Garogek, Sukarame, dan Koto Lua. Pakandangan dan Pusaka Mulia adalah lokasi yang terendah kadar Ca mesokarp buahnya dibandingkan sentra produksi lain.

Unsur hara Mg di mesokarp buah berkisar dari 0.05 % hingga 0.14 %, yaitu tertinggi diperoleh dari Baringin, diikuti oleh Padang Laweh, Sukarame, dan

Tabel 8. Kadar hara makro jaringan mesokarp kulit buah manggis dari beberapa sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung Lokasi

Kadar hara makro jaringan mesokarp kulit manggis

N P K Ca Mg S ………(%) ………. Karacak 0.44 cd 0.05 a 1.56 d 0.20 de 0.07 bc 0.06 ab Barengkok 0.43 cd 0.05 a 1.18 c 0.18 d 0.07 bc 0.09 b Garogek 0.41 c 0.04 a 0.88 b 0.13 c 0.07 bc 0.06 a Pusaka Mulia 0.60 e 0.05 a 0.97 b 0.09 ab 0.06 ab 0.05 a Pakandangan 0.09 a 0.40 c 2.09 e 0.07 a 0.09 e 0.17 d Koto Lua 0.53 de 0.07 a 0.99 b 0.11 bc 0.05 a 0.09 b Baringin 0.45 cd 0.29 b 2.67 f 0.18 d 0.14 f 0.31 e P. Laweh 0.48 cd 0.07 a 1.56 d 0.23 e 0.09 e 0.13 c Lalan 0.60 e 0.08 a 1.64 d 0.19 d 0.08 cde 0.12 c Sukarame 0.20 b 0.24 b 0.05 a 0.13 c 0.09 e 0.05 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Lalan. Lokasi lain relatif sama kadar Mg mesokarp buahnya, yaitu berkisar dari 0.05 % hingga 0.07 %. Kadar unsur hara S di mesokarp berkisar dari 0.05 % hingga 0.31 %, yaitu tertinggi diperoleh dari Nagari Baringin, diikuti oleh Pakandangan, Padang Laweh dan Lalan. Kadar S mesokarp di lokasi lainnya berkisar hanya 0.05%

Unsur hara mikro di mesokarp buah juga menunjukkan variasi dari lokasi yang berbeda. Kadar Fe berkisar dari 9.86 ppm hingga 278.10 ppm, yaitu tertinggi ditemukan di Desa Sukarame, dan pada desa lainnya berkisar dari 9.86 ppm hingga 45.97 ppm. Unsur hara Mn di mesokarp berkisar dari 5.74 ppm hingga 121.06 ppm, yaitu tertinggi ditemukan di Lalan, diikuti oleh Karacak dan Barengkok. Kadar Mn terendah ditemukan di Baringin, diikuti oleh Sukarame, Koto Lua, Garogek, Pusaka Mulia, dan Pakandangan. Kadar unsur hara Cu dan Zn di mesokarp, berturut-turut berkisar dari 2.93 ppm hingga 137.46 ppm, dan 3.89 ppm hingga 115.89 ppm. Lokasi yang tertinggi kadar Cu dan Zn di mesokarp buahnya adalah di Nagari Baringin, diikuti oleh Pakandangan, Padang Laweh, Lalan. Kadar Cu mesokarp terendah ditemukan di Desa Pusaka Mulia, diikuti oleh Karacak, Garogek. Barengkok, dan Sukarame. Unsur hara S di mesokarp buah yang terendah diperoleh dari Desa Garogek, diikuti oleh Sukarame, Barengkok, Pusaka Mulia, dan Karacak. Unsur hara B di mesokarp berkisar dari 35.95 ppm hingga 255.79 ppm, yaitu tertinggi ditemukan di Sukakarame, diikuti oleh

Tabel 9. Kadar hara mikro jaringan mesokarp kulit buah manggis dari beberapa sentra produksi manggis di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Lampung Lokasi

Penelitian

Kadar hara mikro jaringan mesokarp

Fe Mn Cu Zn B ………( ppm) ………..…………. Karacak 50.10 a 82.04 e 5.25 a 8.13 a 68.78 b Barengkok 25.42 a 58.51 d 8.50 a 6.85 a 77.18 bc Garogek 20.10 a 26.64 bc 5.62 a 3.89 a 35.95 a Pusaka Mulia 28.42 a 24.51 bc 2.93 a 8.04 a 104.60 c Pakandangan 9.86 a 32.57 c 74.45 d 71.92 d 164.75 d Koto Lua 16.67 a 11.63 ab 37.66 c 36.71 c 56.04 ab Baringin 16.23 a 5.74 a 137.46 e 115.89 e 160.94 d P. Laweh 36.81 a 37.89 c 27.37 bc 20.11 b 75.33 bc Lalan 45.97 a 121.06 f 26.24 bc 20.53 b 53.28 ab Sukarame 278.10 b 7.31 a 17.52 bc 3.93 b 255.79 e Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %. Pakandangan dan Baringin. Lokasi yang terendah kadar B di mesokarpnya adalah Desa Garogek, diikuti oleh Lalan, Koto Lua, Padang Laweh, Karacak, dan Barengkok.

Kadar unsur hara makro di daun manggis juga menunjukkan keragaman dari

Dokumen terkait