• Tidak ada hasil yang ditemukan

Euthanasia A. Pengertian

Dalam dokumen Resume Kompilasi Skenario 4.pdf (Halaman 68-74)

SANKSI ADMINISTRATIF UU RI No. 29 Tahun 2004

XV. Euthanasia A. Pengertian

69 Euthhanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos.Eu = baik, tanpa penderitaan sedangkan thanathos = mati.

Belanda, salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan eutanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Eutanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda) :

“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu unutk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.”

B. Konsep Tentang Kematian

Bebrapa konsep tentang mati yang dikenal adalah : 1. Mati sebagai berhentinya darah mengalir 2. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh 3. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen

4. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan interaksi sosial.

C. Jenis Euthanasia

Dilihat dari cara dilaksanakan, eutanasia dibedakan menjadi : 1. Euthanasia pasif

Perbuatan yang menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

2. Euthanasia aktif

Perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.

Eutanasia aktif langsung (direct)

Dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperoleh hidup pasien. Dikenal juga sebagai mercy killing.

70 Saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Dilihat dari permintaan, euthanasia dibedakan menjadi :

1. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas permintaan pasien) Dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan berulang-ulang 2. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien)

Dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien yang meminta

Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain danmembaginya atas 4 kategori yaitu :

1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.

2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.

3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.

4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.

D. Eutanasia dan Hukum  Pasal 344 KUHP

Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.

 Pasal 338 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.

 Pasal 340 KUHP

Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanyaseumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

71  Pasal 359 KUHP

Barang siapa karena salahnyamenyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

 Pasal 345 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

Pasal-pasal tersebut mengingatkan dokter untuk tidak melakukan eutanasia.Jangankan melakukan eutanasia, menolong atau memberi harapan ke arah perbuatan itu saja pun sudah mendapat ancaman.

Namun, pada negara tertentu seperti Perancis memperbolehkan tindakan euthanasia ini.Hal ini mengandung arti bahwa untuk melakukan euthanasia ini tergantung aspek sosial dan budaya setiap negara dan undang-undang yang mengatur.

XVI. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan adalah

 Pengaruh tradisi

Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.

 Sikap fatalistis

Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh: Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.

 Sikap ethnosentris

Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.

Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Contoh: Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beraggapan daun singkong hanya

72 pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.

 Pengaruh norma

Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.

 Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

 Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.  Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apayang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat atau berpengaruh pada

perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

 Kebudayaan Menentukan Makanan

Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru dihindari.

Contoh : Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan sakit mata. Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu)

73 karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi .

74 XVII. KESIMPULAN

Berdasarkan skenario, Dokter Oni merupakan dokter yang mengetahui tentang etika kedokteran, malpraktik dan undang-undang kedokteran. Itu terbukti saat Dokter Oni dituduh melakukan malpraktik dan melanggar Undang-Undang, Dokter Oni dapat menjelaskan ke pasiennya dengan baik, sehingga pasiennya dapat menerima penjelasan Dokter Oni dan merasa puas dengan penjelasn tersebut.

Sebagai seorang dokter kita juga harus mengetahui kode etik dan hukum kedokteran serta mengamalkan sumpah dokter untuk menjadi dokter yang professional.Dan kita juga harus mampu menempatkan diri di masyarakat sebagai seorang problem solving sesuai dengan lingkungan alam dan warga disuatu daerah kita ditempatkan nanti.Kita juga harus mengutamakan keselamatan pasien namun dengan persetujuan pasien itu sendiri, tanpa persetujuan itu seorang dokter tidak boleh memaksakan kehendaknya terhadap pasien.

Dalam dokumen Resume Kompilasi Skenario 4.pdf (Halaman 68-74)

Dokumen terkait