• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Kompilasi Skenario 4.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resume Kompilasi Skenario 4.pdf"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

1 RESUME KOMPILASI

BLOK 1 SKENARIO 4

ASPEK SOSIAL BUDAYA DAN ETIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

2 Skenario 4

KLARIFIKASI ISTILAH 1. Malpraktik

- Berasal dari kata Bahasa Yunani, mal yang artinya buruk dan praktik yang berarti menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi)

- Praktikkedokteran yang tidakbenar, tidaksesuaidenganprosedur /standardoperasional(Kamus Dorland).

- Kelalaian profesional karena tindakan ataukealpaan oleh pihak penyedia jasa kesehatan sehingga perawatan yang diberikan tidak sesuai dengan prosedur standard operasional medisyang mengakibatkan kondisi medis yang memburuk, atau kematian seorang pasien.

2. Kritis

Dalam KBBI kritis berarti (1) bersifat tidak lekas percaya; (2) bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; (3) tajam dalam penganalisisan

Dokter Oni melakukan praktek sore di klinik salah satu pondok pesantren di Jember.Pasien yang berkunjung sangat beragam dan kebanyakan dari santri pondok pesantren. Banyak kasus penyakit terjadi berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup yang kurang memenuhi kesehatan. Jika ada satu santri yang sakit, biasanya santri tersebut akan membawa temannya dengan sakit yang sama. Santri yang berobat di klinik tersebut tidak membayar karena sudah merupakan fasilitas dari pondok.Apapun obat yang diberikan dokter Oni, pasien hanya mengangguk mengiyakan tanpa banyak bertanya lebih lanjut.

Selain praktik di Pondok tersebut, Dokter Oni juga berpraktik di klinik swasta di pusat kota. Pasien yang datang biasanya dari kalangan menengah atas dan lebih kritis dibandingkan pasien yang berkunjung di klinik pondok. Suatu saat, seorang pasien datang ke Dokter Oni di klinik tengah kota karena merasa obatnya tidak cocok dengan penyakitnya. Pasien menganggap bahwa Dokter Oni melakukan malpraktek dan melanggar Undang-Undang.Setelah dijelaskan dengan baik oleh Dokter Oni, pasien tersebut hanya menerima penyelasan Dokter Oni dan merasa puas dengan penjelasan tersebut. Dokter Oni menyadari bahwa terdapat perbedaan konsep sehat sakit antara pasien-pasiennya di pondok dan pasien-pasiennya di pusat kota.

(3)

3 3. Undang-undang

Hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan lain yang bersifat mengikat seseorang agar tercipta hidup sejahtera

4. Klinik

 Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2011, klinik adalah bentuk fasilitas pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang mudah diakses, terjangkau, dan bermutu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

 Menurut KBBI, klinik adalah (bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien.

5. Gaya hidup - KBBI

Pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. - Kotler, 2002

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya

- WHO 1998

Life style is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay between an individual’s personal characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental living condition.

6. Konsep sehat sakit a. Sehat

 Konsep sehat : Sehat menurut UU RI No. 23 Tahun 1992: “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis

 WHO (1947)

o Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

o Mengandung tiga karakteristik :

 merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia

(4)

4  sehat diartikan sebai hidup yang kreatif dan produktif

 President’s Communision On Health Need Of Nation Stated (1953)

o Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan suatu proses

o Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

 Pender (1982)

o Sehat adalah aktualisasi (perwujudan) yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas sosial.

o Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi  Payne (1983)

o Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (Self Care Resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (Self Care Action) secara adekuat.

o Self Care Resources mencakup pengetahuan,keterampilan dan sikap

o Self Care Action perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan untuk memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

 UU RI No. 23 /1992

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

 UU RI No. 9/1960

Sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan,rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat, dan kelemahan.

b. Sakit

 UU RI No. 23 Tahun 1992

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, dan perkembangan seseorang berkurang dan terganggu

(5)

5 Sakit adalahgangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya

 Baursams (1965)

Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit: - Adanya gejala: naiknya temperatur, nyeri

- Persepsi tentang bagaimana mereka mersakan baik, buruk, sakit

- Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, bekerja atupun sekolah  Perkins (1937)

Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.

7. Etika

 Menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral

 Menurut Drs. Sidi Gajalba etika adalah Teori tentang tingkah laku, perbuatan manusia, dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

8. PHBS

Menurut Depkes RI Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

9. Perilaku dan Budaya Hidup Tidak Sehat

 Perilaku menjauhkan dirinya sendiri dari keadaan sehat seperti makan tidak tidak teratur, jarang mandi, menumpuk pakaian yang kotor, dan sebagainya.

 Budaya turun temurun yang menurut kita di zaman sekarang merupakan budaya yang tidak sehat. Misalnya, pemahaman orang Kalimantan tentang merokok di zaman dahulu, merokok dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengusir nyamuk.

 Perilaku dan budaya hidup setiap status masyarakat berbeda. Ada 4 status masyarakat:

1. Masyarakat Tradisional

Masih bersifat tradisional, endemis penyakit infeksi, banyak malnutrisi. 2. Masyarakat Transisional Awal

(6)

6 3. Masyarakat Transisional Akhir

Penyakit infeksi berkurang, pencegahan mulai dilakukan, pelayanan merata. 4. Masyarakat Modern

Paling kompleks, pencemaran air dan udara sangat tinggi, muncul penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit-penyakit degeneratif.

10. Sosial Budaya

Sosial Budaya: Segala hal yang diciptakan oleh manusia dnegan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan masyarakat atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasarkan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat. (W. J. S. Koerwadarminta)

11. Pasien

Konsumen pelayanan kesehatan yang membutuhkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan yang terdiri dari:

a. Pelayanan primer: penginapan rumah sakit, pelayanan keperawatan, dan tindakan pengobatan

b. Pelayanan sekunder: daerah yang nyaman dan menyenangkan (Potter & Perry, 2005)

(7)

7 PEBAHASAN

I. HUBUNGAN HAM DENGAN PROFESI DOKTER A. Pengertian HAM

 Menurut John Locke

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak).  Menurut Koentjoro Poerbapranoto

Hak Asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.

 Menurut UU Nomer 39 Tahun 1999

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kerhormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Macam-macam HAM  Hak Hidup

 Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan  Hak Mengembangkan Diri

 Hak memperoleh keadilan  Hak Kebebasan Pribadi  Hak Memperoleh Rasa Aman  Hak Kesejahteraan

 Hak Berpolitik  Hak Anak

C. Hak Asasi Manusia di Bidang Kesehatan

 Konvensi Hak Sipil dan Politik 1966, “Hak atas Pelayanan Kesehatan”

Dalam hal ini, seorang pasien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kedokteran secara manusiawi dan sesuai dengan standar profesi dokter.Sedangkan dokter mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kedokteran yang sesuai standar profesi dokter kepada pasien.

(8)

8  Profesi dokter bertanggung jawab pada HAM. Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun

1992 pasal 1 menyebutkan:

“Setiap orang berhak mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehtan yang optimal”.Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa kesehatan sebagai HAM harus diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan kesehatan yang baik kepada rakyat oleh dokter.

 Deklarasi PBB 1948, “Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri”

Artinya, seorang pasien berhak menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.Selain itu pasien juga berhak untuk menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.

 Konvensi Helsinki 1964, “Hak untuk Mendapatkan Informasi yang Benar”

Seorang dokter mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien atau keluarganya tentang penyakitnya.Dilain pihak, seorang pasien juga mempunyai hak untuk memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya.

II. HUBUNGAN DOKTER DENGAN PASIEN

Hubungan pasien dan dokter di sini yaitu hubungan terapeutik yaitu tidak hanya mengobati tetapi juga mempunyai empat fungsi yakni preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Hubungan dokter dan pasien ini terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Kontak nyata, misalnya pelayanan obat dan pengobatan 2. Kontak tersirat, misalnya registrasi atau rekam medis 2.1 Teori

Ada dua teori hubungan dokter dengan pasien

1. Ius Delictus : Hubungan ini ada akibat peraturan perundang-undangan. Contohnya rahasia dokter

2. Ius Contractu : Adanya hubungan kontraktual upaya sesuai standard tinggi

2.2 Pola Hubungan dokter dengan pasien

Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif.Dalam hubungan tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis; hanya ada

(9)

9 kegiatan pihak dokter sedangkan pasien tetap pasif.Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh yang satu terhadap lainnya.Oleh karena hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar manusia, lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia. Jadi hubungan dokter yang semula bersifat patemalistik akan bergeser menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling ketergantungan antara kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter dan pasien akan berhubungan lebih sempurna sebagai „partner‟. Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu:

1) Activity – passivity. Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien. Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat.

2) Guidance – Cooperation. Hubungan membimbing-kerjasama, seperti halnya orangtua dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walau pun dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata-rnata menjalankan kekuasaan, namun mengharapkan kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

3) Mutual participation. Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah serta pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

(10)

10 Selain hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran yang bersifat biomedis aktif-pasif ada juga hubungan antara dokter dan pasien yang telah banyak diteliti oleh para ahli yaitu:

1) Paternalistik : Kedudukan dokter lebih tinggi, dokter langsung memberikan tindakan terhadap apa yang seharusnya dilakukan kepada pasien.

2) Kollegal Model : Kedudukan dokter sebagai mitra, jadi dokter melakukan pendekatan secara interpersonal.

3) Engineering Model : Pasien lebih tinggi kedudukannya daripada dokter.

4) Hubungan Medik : Hubungan untuk melakukan tindakan medis.

5) Hubungan Sosial : Dokter harus memberikan informasi tentang bagaimana keadaan pasien.

6) Hubungan Hukum : Dokter harus melakukan informed consent dalam setiap tindakannya, baik dinyatakan dalam bentuk implied consent (tersirat), maupunexpressed consent (lisan atau tulisan).

Secara umum syarat terjalinnya hubungan dokter dan pasien adalah

1. Adanya rasa saling percaya antara dokter dengan pasien. Sehingga kontrak yang terjadi dapat berjalan dengan baik

2. Saling memahami dan menghormati setiap hak dan kewajiban pada masing-masing baik dokter maupun pasien

3. Terbuka antara dokter dan pasien 4. Aktif dalam melakukan komunikasi

2.3 Komunikasi Efektif

Dalam hubungan antara dokter dengan pasien, seorang dokter harus bisa berkomunikasi efektif. Ada The Five Inevitable Laws of Effective Communication (Lima Hukum Komunikasi yang Efektif) terangkum dalam kata REACH yang bermakna merengkuh atau meraih:

1. Respect

Komunikasi yang efektif harus dibangun dari sikap menghargai terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling

(11)

11 menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika komunikasi dibangun diatas rasa dan sikap saling meghargai dan menghormati, akan lahir kerjasama yang sinergis sehingga efektivitas kinerja seorang individu maupun organisasi sebagai sebuah tim dapat ditingkatkan.

Jika diterapkan dalam dunia kedokteran, dokter harus memperlakukan pasien sebagai subjek belajar sehingga lahir sinergi antara dokter dan pasien dalam meraih tujuan bersama melalui mencapai kesembuhan.

2. Empathy

Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memungkinkan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya. Jika diterapkan dalam dunia kedokteran, hukum empati ini menegaskan bahwa sebelum mengirimkan pesan kepada pasien, dokter harus mengerti dan memahami dengan empati terhadap calon penerima pesan (pasien) sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.

3. Audible

Makna Audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Mengacu pada kemampuan menggunakan berbagai media maupun perlengkapan bantu audio visual yang akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Dalam dunia kedokteran, memberi gambaran mudah mengenai penyakit yang diderita pasien beserta bentuk organ yang digambarkan dengan simpel merupakan suatu kelebihan tersendiri, sehingga pasien mudah mengerti apa maksud dokter. 4. Clarity

Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, kejelasan pesan juga harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi.

Dalam anamnesa, keterbukaan pasien terhadap dokter merupakan bentuk sikap yang positif. Keterbukaan dokter menjadikan pasien lapang dada menerima hasildiagnosis dari pasien demi perbaikan proses pembelajaran.

(12)

12 5. Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah rendah hati.Rendah hati pada intinya, sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

2.4 Hak & Kewajiban dokter dan pasien

Dengan adanya hubungan antara dokter dan pasien maka timbullah hak dan kewajiban dokter dan pasien.Berikut adalah kewajiban dan hak dokter berdasarkan UU Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004:

- Hak dokter pada Pasal 50

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya

d. menerima imbalan jasa. - Kewajiban dokter pada Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

(13)

13 e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi. - Hak Pasien pada Pasal 52 :

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3); b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. menolak tindakan medis; dan

e. mendapatkan isi rekam medis. - Kewajiban pasien pada Pasal 53

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyaikewajiban :

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Terdapat beberapa perubahan kedudukan dokter atau polah hubungan dokter pada zaman dahulu dengan sekarang.Pada tabel di bawah ini merupakan perbedaan pola hubungan zaman dahulu dengan sekarang

Dulu Sekarang

Menganggap dokter sebagai dewa penyelamat atau hubungan paternalistik (kedudukan dokter lebih tinggi daripada pasien)

Menganggap dokter setara dengan kita atau pasien atau hubungan mutualistik

Hubungan resultaat arbites (berkelanjutan)

Hubungan pendek

Kritikan dari pasien masih rendah karena menggap dokter sebagai dewa penyelamat

Kritikan terhadap pelayanan sudah semakin meningkat karena juga berkembangnya iptek

(14)

14 3.1 Paradigma Sehat

Pengertian paradigma sehat menurut Stepen R. Covey dalam bukunya : “The Seven Habits of Highly Effective People” adalahThe word Paradigm comes from the Greek. It was originally a scientific term. And is more commonly used today to mean a model, theory, concept, perception orientation, assumption or frame of reference. In the general sense, is the way “see” the world, not interm of our visual sense of sight, but in term of perceiving, understanding and interpreting.

Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :

a. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif

b. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis.

c. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degeneratif d. Adanya transisi demografi, meningkatnya lansia yang memerlukan penangan

khusus

e. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk.

Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah “Health Program for Survival”, sedangkan yang menekankan pada upaya promotif dan preventif merupakan “Health Program for Human Development”. Paradigma sehat dicanangkan Depkes pada tanggal 15 September 1998.

3.2 Indikator Sehat 1. Menutur WHO

 Tidak ada patofisiologi  Kemampuan fisik  Penilaian kesehatan  Index masa tubuh

 Tidak terdapat gangguan secara mental  Tidak terdapat gangguan secara spiritual

2. Hendrik L. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:

(15)

15  Life spam(Usia harapan hidup): yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.

Disease or infirmity (Cacat fisiologi): yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.

Discomfort or ilness (Keluhan sakit): yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.

Disability or incapacity (Ketidakmampuan untuk bekerja): yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.

Participation in health care (Ketidakmampuan untuk tetap sehat): yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.

Health behaviour (Perilaku nyata tentang masalah kesehatan): yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.

Ecologic behaviour (Perilaku masyarakat tentang lingkungan): yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

Social behaviour (Perilaku masyarakat terhadap sesama): yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.  Interpersonal relationship (Komunikasi dengan sesama): yaitu kualitas

komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.

Reserve or positive health (Daya tahan terhadap penyakit): yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.

External satisfaction (Rasa puas terhadap lingkungan sosial): yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.

Internal satisfaction (Rasa puas terhadap seluruh aspek hidupnya): yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

(16)

16 Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu adalah bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit.

Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)

1. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan.

2. Sehat merupakan gaya hidup, desain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi untuk sehat.

3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”

4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.

5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.

6. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

3.4 Faktor yang Memengaruhi Diri Seseorang Tentang Sehat 1. Status perkembangan

- Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.

- Contoh: Bayi dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatsainya.

- Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi perilaku-perilaku selanjutnya

2. Pengaruh sosiokultural

- Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari orang tua pada anaknya.

- Contoh: Orang Cina, sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang Orang dengan ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa sehat 3. Pengalaman masa lalu

- Seseorang dapat merasakan nyeri/sakit atau disfungsi ( tidak berfungsi ) keadaan normal karena pengalaman sebelumnya

(17)

17 4. Harapan seseorang tentang dirinya

- Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat

3.5 Penyakit

 Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas

 Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit

Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit a. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan

b. Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan

c. Gangguan kesehatan: ketidakseimbangan antara faktor host - agent - environment.

Tahapan Sakit 1. Tahap gejala

Tahap Transisi :

Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak sehat, merasa timbulnya berbagai gejala, merasa ada bahaya.

 Mempunyai tiga asapek :

Secara Fisik : Nyeri, panas tinggi, Kognitif : Interpretasi terhadap gejala Respon emosi : Cemas

 Konsultasi dengan orang terdekat : gejala dan perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan di rumah.

2. Tahap asumsi terhadap peran sakit ( Sick Role ) a. Penerimaan terhadap sakit

b. Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit

(18)

18 c. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri,

mengikuti nasehat teman/keluarga.

d. Akhir dari tahap ini ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik.

Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya.

Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

- Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri

- Tiga type informasi : Validasi keadaan sakit. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti. Keyakinan bahwa mereka akan sembuh/lebih baik

- Jika tidak ada gejala : Individu mempresepsikan dirinya telah sembuh, jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan

4. Tahap ketergantungan

- Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang sakit, orang akan menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan

- Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan

- Perawat mempunyai tugas :

a. Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap perkembangan

b. Support terhadap perilaku yang mengarah pada kemandirian 5. Tahap penyembuhan

- Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sehat dan fungsi sebelum sakit

- Kesiapan untuk fungsi sosial - Perawat mempunyai tugas :

i. Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian

(19)

19 3.6 Model Sehat Sakit

1. Model segitiga (The Epidemoilogic Triangle)

John Goron membagi kriteria sehat dan sakit berdasarkan host, agent, dan environment (H,A,E)

Sehat apabila terjadi keseimbangan antara H,A,E Sakit apabila adanya peningkatan agent infeksius.

Sakit apabila terjadinya peningkatan susceptibles pada populasi.

 Sakit apabila adanya perubahan lingkungan yang mempermudah/ menguntungkan penyebaran agent.

 Sakit apabila terjadinya perubahan lingkungan yang merugikan atau menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh.

2. Model roda (The Wheel)

Penyakit timbul karena hubungan manusia dengan lingkungannya.digambarkan dengan sebuah roda yang terdiri dari manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya, dan komponen biologi, sosial, dan fisik mengelilingi host.

3. Model jaring-jaring sebab akibat (The Web of Causation): Terjadinya sakit disebabkan oleh banyak faktor.

4. Model Blum Genetik

Lingkungan → Status Kesehatan ← Perilaku ↑

Pelayanan Kesehatan i. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

(20)

20 Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

iii. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak.Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

iv. Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronchial.

5. Kriteria Kausasi  temporal

 kekuatan asosiasi  efek dosis respon  reversibilitas  konsistensi  spesifitas  analogi

 masuk akal secara biologis 3.7 Determinan Kesehatan

1. Determinan kesehatan (La Bonte and Feather, 1996):

(21)

21  Determinan biologi: mikrooorganisme (virus dan bakteri), parasit, dan

sebagainya

 Determinan sosial: kemiskinan, pengangguran, kelestarian lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan.

2. Lima Determinan Kesehatan a) Individual

Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tepatnya perilaku sehari-hari, diri individu, dan sugesti dirinya.

1) Perilaku (kegiatan)

Kebiasaan individu sehari-harinya dapat mempengaruhi kesehatannya, seperti kebiasaan berolahraga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman keras atau alkohol, jenis pekerjaan atau mata pencaharian yang dilakukan, dll. Misalnya orang yang jarang berolahraga berisiko menderita obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus

2) Diri Individu

Diri individu yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,pendidikan,dan genetika. Contoh pengaruh umur adalah seseorang yang suka mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi pada waktu kecil tidak merasakan perubahan apa-apa, tapi begitu dewasa atau berusia 30 tahunan bisa menderita hipertensi berat, lalu jenis kelamin, misalnya pria dan wanita sama-sama memiliki risiko kanker payudara, tetapi resiko terkena pada wanita lebih berisiko dari pria, kemudian untuk berat dan tinggi contoh kasusnya adalah jika ada seseorang dengan perawakan kecil, sedangkan beratnya sangat besar, orang itu berarti obesitas yang bisa berisiko pada stroke. Tingkat pendidikan pun berpengaruh, misalnya orang dengan pendidikan tinggi merasakan perubahan kondisi tubuh yang mengganggu akan langsung memeriksakannya dan berobat sejak dini. Genetika juga mempengaruhi misalnya anak dengan orang tua pembawa hemofilia berkemungkinan memiliki gen tersebut yang bisa membunuhnya karena adanya luka atau orang dengan orang tua penderita diabetes mellitus. 3) Sugesti Diri

(22)

22 Psikologi sesorang yang memikiran keadaan diri yang berlebihan maupun stres berat dapat memepengaruhi kesehatannya, misalnya jika seseorang itu normal atau sehat lalu mendengar cerita diagnosis temannya yang terkena penyakit jantung akan merasa-rasakan dirinya bahwa dia cocok dengan diagnosis tersebut, jika hal ini berlangsung terus menerus pikirannya akan semakin sakit dan stres memikirkan kemungkinan dia mati, dan ini juga mempengaruhi kondisinya sehingga dia sendiri akhirnya bisa sakit keras juga.

b) Keluarga

Keluarga (orang tua) selain memberikan pengaruh pada kesehatan berupa penurunan gen yang berisiko sakit seperti yang telah dibahas sebelumnya, juga mempengaruhi psikologi dan fisik seseorang, seperti status nikah. Orang yang sudah berumahtangga dan mempunyai keturunan membuat beban hidup yang ditanggungnya semakin besar sehingga kebutuhan keluarganya baik sandang, pangan, dan papan tidak bisa terpenuhi sehingga bisa menimbulkan banyak keadaan kurang layak misalnya rumah di tepi sungai, maka dia akan mudah terkenan diare, penyakit kulit, dll akibat kurang ketersediaan air bersih dan lalat yang berterbangan menebar bakteri di makanan.. Selain itu penularan penyakit seperti HIV/AIDS yang didapat dari pasangan yang “jajan” secara bebas dapat menularkan pada pasangannya di rumah melalui hubungan seks dan juga anak yang dikandungnya juga ditulari dan bisa lahir cacat karenanya.

c) Institusional

Institusi tempatnya berada sehari-hari seperti sekolah dan tempat kerja juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Di sekolah biasanya diajarkan cara hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dan sikat gigi, serta imunisasi gratis yang bisa meningkatkan derajat kesehatan anak-anak, tetapi tidak jarang juga sekolah bisa menimbulkan penyakit karena sanitasi yang kurang baik dan jajan sembarangan yang banyak dihinggapi lalat yang bisa menyebabkan terjadinya diare.Sedangkan di tempat kerja, misalnya pabrik,jika K3 tidak diterapkan bisa menyebabkan banyak masalah mulai dari keracunan zat yang dipakai dalam produksi, terluka fisiknya bahkan kecacatan karena salah penggunaan alat.Lalu jika bekerja di kantoran atau sekolah biasanya lingkungannya terbiasa melakukan PHBS sehingga kesehatan juga terjaga.

(23)

23 d) Budaya

Adat istiadat penduduk di sekitar maupun keluarga juga berpengaruh pada kesehatan.Contohnya ada masyarakat yang tidak mau warganya melahirkan di bidan karena sudah turun temurun di dukun desa, padahal hal itu berbahaya karena jika dukunnya kurang bersih atau tidak baik penangannya bisa menyebabkan infeksi dan kematian baik ibunya maupun anaknya.Tetapi ada juga budaya yang baik, contohnya di lingkungan keluarga yang peduli dengan PHBS akan merapkan dan mengajarkan pada anaknya sejak dini, sehingga kesehatan keluarga mereka terjaga, atau menyekolahkan anaknya agar derajat hidupnya semakin tinggi dan dia mengerti banyak hal yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

e) Sosial

Determinan sosial menurut Simon-Morton meliputi ekonomi, agama, gender, budaya, demografi, populasi penduduk.Status ekonomi seringkali mempengaruhi status kesehatan individu.Akses terhadap pelayanan kesehatan yang terhambat akibat kemiskinan menjadi faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang.Agama menjadi determinan social karena agama merupakan panutan bagaimana seseorang individu berperilaku baik.Gender menjadi determinan social karena di beberapa negara, isu gender masih sangat kental.Kaum laki laki lebih dominan daripada perempuan, termasuk dalam hal kesehatan.Budaya patriakal merupakan salah satu contoh determinan social dalam hal budaya.Menempatkan laki laki (suami) sebagai pelindung, dan pengambil keputusan untuk semuanya kadangkala sangat menentukan terhadap status kesehatan masing masing individu.

IV. ASPEK SOSIAL BUDAYA

a) Aspek Sosial Budaya yang Memengaruhi Kesehatan

Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan. Konsep kesehatan tidak berorientasi pada aspek klinis saja, tetapi lebih berorientasi pada ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan kesehatan dan kemasyarakatan, antara lain Ilmu Sosiologi, Psikologi, Perilaku, dan lain-lainyang kegunaannya sebagai penunjang sekaligus faktor yang memengaruhi derajat kesehatan.

(24)

24 Salah satu cabang sosiologi yang membahas kebudayaan termasuk di dalamnya adalahpengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat.

Di negara maju terdapat unsur kebudayaan yang dapat menunjang peningkatan status kesehatan antara lain:

1. Tingkat pendidikan yang optimal 2. Sosial ekonomi yang tinggi 3. Lingkungan hidup yang baik

Negara berkembang terjadi sebaliknya.Keadaan tersebut menuntut petugas kesehatan harus mempelajari masalah dengan sebaik-baiknya.

b) Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan Masyarakat Indonesia Masalah yang kita hadapi adalah:

a. Jumlah penduduk yang besar dengan b. Pertumbuhan yang cukup tinggi c. Penyebaran yang tidak merata

d. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah terutama pada golongan wanita

e. Kebiasaan yang negatif yang berlaku di masyarakat

f. Adat istiadat & kepercayaan yang kurangnya peran terhadap pembangunan kesehatan masyarakat.

V. SURAT KETERANGAN DOKTER

1. Cuti Sakit

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit seorang karyawan. Adakalanya cuti sakit disalah gunakan untuk tujuan lain misalnya : untuk mengunjungi keluarga diluar kota. Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP

2. Surat Keterangan cacat

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi atau agravasi pada waktu memberikan keterangan mengenai tingkat cacat seorang pekerja akibat kecelakaan di tempat kerjanya. Berapapun besar tunjangan atau pensiun yang akan diberikan kepadanya tergantung kepada keterangan dokter tentang sifat cacatnya. 3. Surat Kelahiaran dan kematian

(25)

25 Kewajiban mengeluarkan surat keterangan mengenai kelahiran hendaklah diisi dengan keadaan yang sebenarnya. Kadangkala ada pasien yang meminta surat keterangan kelahiran dari anak yang dipungut (adopsinya) sebagai anak kandungnya sendiri. Mengenai surat kematian haruslah diisi sebab kematian sesuai dengan pengetahuan dokter. Lamanya kira-kira menderita sakit hingga meninggal dunia juga harus dicantumkan. Jika jenazah akan diangkut ke luar daerah atau luar negeri maka adanya kematian kerena penyakit menular harus diperhatikan.

4. Laporan penyakit menular

Kewajiban melaporkan penyakit menular di Indonesia di atur dlm UU no.6 th 1962 tentang wabah. Dalam hal ini sudah dipahami bahwa kepentingan umumlah yang harus diutamakan.

5. Keterangan kesehatan untuk asuransi jiwa

Dalam menulis laporan pengujian kesehatan buat keperluan asuransi jiwa, perlu diperhatikan supaya

a. Laporan dokter harus objektif, jangan dipengaruhi oleh keinginan calon nasabah atau agen perusahaan asuransi jiwa yg bersangkutan.

b. Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah menjadi pasien sendiri untuk menghindarkan timbulnya kesukaran dalam mempertahankan wajib menyimpan rahasia jabatan.

6. Jangan diberitahukan kepada calon tentang kesimpulan dan hasil pemeriksaan medik. Serahkan hal itu kepda perusahaan asuransi itu sendiri.

7. Keterangan Kesehatan untuk Memperoleh SIM

Pengujian kesehatan untuk memperoleh SIM adalah penting terutama untuk mengetahui apakah ada yang menderita penyakit membahayakan seperti epilepsi dll. 8. Surat Keterangan Kesehatan untuk Nikah

9. Surat Keterangan ahli (Visum et Repertum) tentang Kasus Perkosaan

Keterangan ini biasanya diberikan oleh dokter ahli kebidanan atau penyakit kandungan, dan jika ahli ini tidak ada maka diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman atau dokter umum.Misalnya : luka pada tubuh dan genetalia eksterna telah sembuh, sel mani dalam liang senggama (-) dll.

VI. Perilaku

(26)

26 PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. PHBS berupaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberi informasi dan melakukan edukasi, guna menigkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan menigkatkan kesehatan masyarakat. (Depkes RI, 2002)

 Tujuan Pelaksanaan PHBS

1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

2. Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya

3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya.

 Manfaat Pelaksanaan PHBS

1. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya agar tidak mudah sakit. 2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.

4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga Sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan:

1. Tatanan rumah tangga 2. Institusi pendidikan 3. Tempat kerja 4. Tempat umum 5. Sarana kesehatan

 Indikator PHBS tatanan rumah tangga 1. Persalinan ditolong oleh

tenaga medis

2. Imunisasi dan timbangan bayi

3. Jamban sehat

4. Memiliki akses air bersih 5. Penanganan sampah

(27)

27 6. Kebersihan kuku

7. Gizi keluarga

8. Tidak merokok & menyalahkan NAPZA 9. Mengetahui informasi PMS/AIDS 10. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan 11. Menggosok gigi 12. Olah raga teratur

13. Memiliki pembuangan air limbah

14. Ventilasi udara baik

15. Kepadatan (kesesuaian luas dengan jumlah penghuni) 16. Lantai bukan tanah

 Indikator PHBS tatanan pondok pesantren : 1. Kebersihan perorangan

2. Menggunakan air bersih 3. Kebersihan tempat wudhu 4. Menggunakan jamban 5. Kebersihan asrama dan

halaman

6. Kebersihan ruang belajar 7. Ada kader poskestren 8. Kegiatan poskestren 9. Bak air bebas jentik

10. Menggunakan garam beryodium

11. Makanan bergizi seimbang / 4 sehat lima sempurna

12. Memanfaatkan sarana yankes 13. Tidak merokok

14. Sadar aids

VII. Etika dan Hukum Kedokteran

Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik dan yang layak.Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah :

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.

2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Metoda pendekatan pembahasan masalah etika Dari Ladd J (1978), dikutip oleh Freld(1990) menyatakan ada empat metoda utama membahas masalah etika:

(28)

28 1. Otoritas

Menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan adalah otoritas.Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok manusia, atau suatu institusi seperti majelis ulama, dewan gereja atau pemerintah.

2. Consensum hominum

Menggunakan pendekatan berdasarkan persetujuan masyarakat luas atau sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu masalah.Segala sesuatu yang diyakini bijak dan secara etika dapat diterima, dimasukkan dalam keyakinan

3. Pendekatan intuisi atau self evidence

Metode ini dinyatakan oleh para ahli filsafat berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknik intuisi.Metode ini terbatas hanya pada orang- orang yang mempunyai intuisi tajam

4. Metode argumentasi

Menggunakan pendekatan dengan mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban dengan alasan yang tepat.Metode ini digunakan untuk memahami fenomena etika Menurut Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi.

Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut : 1. Berlaku untuk lingkungan profesi 2. Disusun oleh organisasi bersangkutan 3. Mengandung kewajiban dan larangan 4. Menggugah sikap manusiawi

Jadi etika kedokteran adalah pengetahuan tentang prilaku profesional para dokter dan dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik masing-masing yang telah disusun oleh organisasi profesinya bersama-sama pemerintah.

7.1 Prinsip Etika Kedokteran a. Beneficence

Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan.Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.Beneficience membawa arti menyediakan

(29)

29 kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.

b. Non-malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri.

c. Justice

Keadilan (justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan adil terhadap utuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.

d. Autonomy

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia.Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berpikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membela, membenarkan, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.

7.2 Landasan Etik Kedokteran 1. Pancasila sebagai landasan idiil 2. UUD 1945 sebagai landasan strukturil 3. Etika dan norma – norma hubungan sosial

4. Sumpah – sumpah (Sumpah Hippocrates, 460-377 SM)

5. Pernyataan-pernyataan (deklarasi) ikatan dokter sedunia (World Medical Association), yaitu antara lain:

a. Deklarasi Geneva (1948) tentang lafal Sumpah Dokter b. Deklarasi Helsinski (1964) tentang riset klinik

c. Deklarasi Sidney (1968) tentang saat kematian

d. Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik e. Deklarasi Tokyo (1975) tentang penyiksaan

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan /pelayanan kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban baik bagi

(30)

30 perseorangan maupun segenap lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun sebagai pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lain. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan yaitu yang menyangkut pelyanan kedokteran.

7.3 Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI

Etik kedokteran diatur dalam kode etik kedokteran. Berikut pasal-pasalnya: Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

(31)

31 Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

7.4 Kewajiban Dokter terhadap Pasien Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

(32)

32 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

7.5 Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik. Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan

7.6 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ETIK DAN HUKUM Persamaan etik dan hukum:

1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat. 2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia

3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan

4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi

5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior

Perbedaan etik dan hukum:

1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk umum

2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan pemerintah

3. Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita negara

4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, sanksi terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan

(33)

33 5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang dibentuk oleh Konsil Kedokteran Indonesia dan atau oleh majelis Kehormatan etika Kedokteran (MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pelanggaran hukum diselesaikan oleh Pengadilan 6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesaian

pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik 7.7 Sanksi Pelanggaran

Pelanggaran etik murni

1. Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi.

2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya. 3. Memuji diri sendiri di depan pasien.

4. Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan. 5. Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.

Pelanggaran etikolegal

1. Pelayanan dokter di bawah standar.

Merupakan suatu tindakan malpraktik dan dapat dikenakan Pasal 350 KUHP, yang berbunyi “Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat atau luka sedemikian sehingga berakibat penyakit atau halangan sementara untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun.

2. Menerbitkan surat keterangan palsu.

Berarti dokter melanggar etik dan juga KUHP pasal 267 yang berbunyi “Dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang adanya atau tidak adanya penyakit, kelemahan atau cacat, dihukum dengan hukuman penjara selama 4 tahun.

3. Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter.

Dokter yang dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 600 (harus disesuaikan dengan keadaan moneter saat ini) (KUHP pasal 322). 4. Abortus provokatus, dapat dikenakan :

(34)

34 b. KUHP pasal 347, hukuman maksimum 12 tahun dan bila wanita meninggal,

hukuman maksimal 15 tahun.

c. KUHP pasal 348, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita meninggal, maksimum 7 tahun.

d. KUHP pasal 349, hukuman ditambah sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaan.

5. Pelecehan seksual, dapat dikenakan :

a. KUHP pasal 285, hukuman maksimum 12 tahun b. KUHP pasal 286, hukuman maksimum 9 tahun c. KUHP pasal 287, hukuman maksimum 9 tahun d. KUHP pasal 294, hukuman maksimum 7 tahun

7.8 Pedoman Penilaian Kasus-kasus Pelanggaran Etika Kedokteran

Dalam menilai kasus pelanggaran etika kedokteran, MKEK berpedoman pada : 1. Pancasila

2. Prinsip-prinsip dasar moral umumnya 3. Ciri dan hakikat pekerjaan profesi 4. Tradisi luhur kedokteran

5. KODEKI

6. Hukum kesehatan terkait 7. Hak dan kewajiban dokter 8. Hak dan kewajiban pasien

9. Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran

10. Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran yang senior

Selanjutnya MKEK menggunakan pula beberapa pertimbangan berikut : 1. Tujuan spesidik yang ingin dicapai

2. Manfaatnya bagi kesembuhan pasien 3. Manfaatnya bagi kesejahteraan umum 4. Penerimaan pasien terhadap tindakan itu 5. Preseden tentang tindakan semacam itu 6. Standar pelayanan medik yang berlaku

Jika semua pertimbangan menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran etik, pelanggrana itu dikategorikan kelas ringan, sedang, atau berat berdasarkan pada : 1. Akibat terhadap kesehatan pasien

(35)

35 3. Akibat bagi kehormatan profesi

4. Peran pasien yang mungkin ikut mendorong terjadinya pelanggaran 5. Alasan-alasan lain yang diajukan tersangka

7.9 Bentuk Sanksi Pelanggaran Etik

1. Teguran atau tuntunan secara lisan atau tulisan. 2. Penundaan kenaikan gaji atau pangkat.

3. Penurunan gaji atau pangkat setingkat lebih rendah.

4. Dicabut izin praktik dokter untuk sementara atau selama-lamanya

5. Pada kasus-kasus pelanggran etikolegal diberikan hukuman sesuai peraturan kepegawaian yang berlaku dan diproses ke pengadilan.

VIII. Rahasia Kedokteran

Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan/ketetapan yaitu:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1960 tentang Lafal Sumpah Dokter juga disebutkan dalam lafal sumpahnya bahwa “dokter harus merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui karena pekerjaaan dan karena keilmuannya sebagai dokter”.

2. Pasal 22 ayat (1) b Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.

3. Kode Etik Kedokteran dalam pasal 12 menetapkan: “setiap dokter wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia”.

Sesuai dengan ketentuan pasal 48 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ditetapkan sebagai berikut:

a. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.

b. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

4. Pasal 51 huruf c Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah

(36)

36 pasien itu meninggal dunia. Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III /2008 Tentang Rekam Medis sebagai berikut: Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. untuk kepentingan kesehatan pasien;

b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;

c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak

menyebutkan identitas pasien.

Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi persetujuan tindakan kedokteran, rekam medisdan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien (consent) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.

IX. Sumpah Dokter Dan Undang-Undang Praktik Kedokteran (UUPK) 9.1 Undang – Undang Praktik Kedokteran

Pada tahun 2004 pemerintah mengundangkan sebuah undang-undang di bidang kesehatan yaitu undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yang merupakan kelanjutan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam rangka pembangunan kesehatan. Isi undang-undang ini menyangkut dengan pengaturan praktik kedokteran yang ada selama ini. Yang sebelumnya terdapat UU kesehatan yaitu Undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pada tanggal 7 September 2004 rancangan Undang- undang ini diajukan ke pemerintah dan disetujui oleh DPR RI. Pada akhirnya tanggal 6 Oktober 2004 presiden Megawati mengundangkan undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.

Tujuan UUPK terdapat pada pasal 3 yaitu : a. Memberi perlindungan kepada pasien

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

(37)

37 Jadi UUPK ini merupakan pedoman kepada dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik, peningkatan mutu pelayanan medis, pemberdayaan organisasi profesi dan institusi pendidikan.

Ada 12 bab yang tercantum dalam UU Praktik Kedokteran yaitu: Bab 1 : Ketentuan Umum

Bab 2 : Asas dan Tujuan

Bab 3 : Konsil Kedokteran Indonesia

Bab 4 : Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi Bab 5 : Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Bab 6 : Registrasi Dokter dan Dokter Gigi

Bab 7 : Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Bab 8 : Disiplin Dokter dan Dokter Gigi Bab 9 : Pembinaan dan Pengawasan Bab10 : Ketentuan Pidana

Bab 11 : Ketentuan Peralihan Bab 12 : Ketentuan Penutup

Pasal – pasal yang mengatur profesi atau etik kedokteran Pasal 1 no 11

Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dank ode etik yang bersifat melayani masyarakat.

Pasal 8

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai wewenang :

a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi; b. menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi; c. mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi;

d. melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi; e. mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi; f. melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai g. pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan

h. melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi i. oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi

(38)

38 Pasal 68

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi.

9.2 Pasal – pasal yang mengatur disiplin keilmuan

Pasal 44 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “standar pelayanan” adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “strata sarana pelayanan” adalah tingkatan pelayanan yang standar tenaga dan peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 45 Ayat (1)

Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan.Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung.

Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan.

Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.Apabila tidak ada yang mengantar dan tidak ada keluarganya sedangkan tindakan medis harus dilakukan maka penjelasan diberikan kepada anak yang bersangkutan atau pada kesempatan pertama pasien sudah sadar.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

(39)

39 Penjelasan hendaknya diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti karena penjelasan merupakan landasan untuk memberikan persetujuan. Aspek lain yang juga sebaiknya diberikan penjelasan yaitu yang berkaitan dengan pembiayaan.

Ayat (4)

Persetujuan lisan dalam ayat ini adalah persetujuan yang diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang diartikan sebagai ucapan setuju. Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “tindakan medis berisiko tinggi” adalah seperti tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya.

Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 55

(1) Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia.

(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia.

(3) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam menjalankan tugasnya bersifat independen.

Pasal 56

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertanggung jawab kepada Konsil Kedokteran Indonesia.

Pasal 57

(1) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia.

(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di tingkat provinsi dapat dibentuk oleh Konsil Kedokteran Indonesia atas usul Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Pasal 58

Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris.

Pasal 59

Referensi

Dokumen terkait

semakin banyak campuran dari komposisi suatu biobriket dengan penambahan starch berupa Lumpur Lapindo di dalamnya dapat meningkatkan nilai kalor dari tiap-tiap bahan baku

Sistem pakar yang dirancang dengan metode JST Backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon dari rekayasa nutrisi pada pakan buatan yang diperkaya dengan probiotik herbal terhadap pertumbuhan berat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ion kalsium pada saliva sebelum, sesudah mengunyah 3 menit, dan setelah 5 menit perlakuan pada kelompok

Analisa sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat, suhu aktivasi dan interaksinya berpengaruh terhadap kadar karbon terikat arang aktif

Adanya hubungan hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar keterampilan dasar praktik klinik mahasiswa semester I prodi D IV bidan pendidik STIKES

Rerata nilai fungsi ventilasi paru responden pada kelompok intervensi sebelum breathing retraining sebesar 34,53% dan sesudah breathing retraining selama enam hari

Hipotesa Monro-Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen ini menyebabkan perubahan