• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Bab II

Dalam dokumen Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti (Halaman 50-72)

BAB IV SEMBAHYANG KEPADA LELUHUR

Aktivitas 2.10 Evaluasi Bab II

...

...

...

...

...

Langkah

1 Langkah 2 Langkah 3

Aktivitas 2.10 Evaluasi Bab II

Pada aktivitas 1.10 peserta didik melaksanakan tes tertulis sebagai penilaian dalam bentuk ulangan harian untuk

mengukur pencapaian terhadap materi yang sudah dipelajari. Bentuk soal Pilihan Ganda sebanyak Sembilan soal.

Soal dan Kunci Jawaban

1. Sebutkan dengan jelas kapan dan di mana Nabi Kongzi dilahirkan!

Jawaban:

Nabi Kongzi dilahirkan pada tanggal 27 bulan 8 Yinli tahun 551 SM. Di negeri Lu, kota Zou Yi, desa Chang Ping, di lembah Kong Sang \ (sekarang Jazirah Shandong.)

2. Sebutkan tanda-tanda malam menjelang kelahiran Nabi Kongzi!

Jawaban

Tanda-tanda malam menjelang kelahiran Nabi Kongzi:

a) Dua ekor naga datang dan menjaga di kanan kiri bukit, mengitari atap bangunan di lembah Kong Sang.

b) Di angkasa terdengar suara musik yang merdu. c) Dua orang bidadari menampakan diri di udara menuangkan

bau-bauan yang wangi memandikan ibu Yan Zhengzai dan sang bayi yang baru dilahirkan.

d) Langit jernih, bumi terasa damai dan tentram.

101 100 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

f) Terdengar suara (sabda) ”Tian Yang Maha Esa telah berkenan menurunkan seorang putera yang Nabi.”

g) Muncul sumber air yang jernih dan hangat dari lantai goa, dan kering kembali setelah bayi itu dimandikan.

h) Pada tubuh sang bayipun terdapat tanda-tanda yang luar biasa. Pada dadanya terdapat tulisan lima huruf: Zhi Zhuo

Deng Shi Hu, yang mengandung arti: ”Yang akan membawakan

damai dan tertib bagi dunia.”

3. Sebutkan Nabi-Nabi Agama Khonghucu sebelum Nabi Kongzi!

Jawaban :

Nabi-nabi sebelum Nabi Kongzi di anatarnya addalah:

- Huangdi - Xie

- Tang Yao - Yushun

4. Apa arti kata Muduo?

Jawaban:

Muduo : Lonceng dengan pemukul dari kayu 5. Apa perbedaan fungsi antara Jinduo dan Muduo?

Jawaban

Muduo : berfungsi untuk urusan menyampaikan berita terkait urusan sipil, sedangkan Jinduo berfungsi menyampaikan berita terkait urusan militer.

Pedoman Penskoran

• Poin setiap butir soal : 10 • Jumlah soal : 5 • Skor Maksimal : 50

• Nilai : skor maksimal x 2

2. Kegiatan Penutup (10 Menit)

1. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan secara bersama-sama bahwa Laku Bakti berati memuliakan hubungan. Laku bakti tidak hanya sekedar antara anak dengan orangtua, namun juga menyangkut aspek pemeliharaan lingkungan.

2. Guru menutup dengan berdoa bersama-sama bersama-sama yang dipimpin oleh seorang peserta didik dan mengucapkan salam penutup.

1. Remedial dilakukan apabila peserta didik belum mencaapai ketuntasan minimal yang diharapkan maka dilakukan pembelajaran materi ulang dan dilakukan penilaian kembali sebanyak 3 kali dan apabila remedial belum mencapai ketuntasan minimal maka dilakukan pembelajaran kembali dengan teori dan materi yang sama tetapi dengan tingkat kesukaran yang lebih rendah.

2. Pengayaan dilakukan apabila peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan melebihi peserta didik yang lain sehingga dibutuhkan materi tambahan /pengayaan untuk menambah pengetahuan peserta didik tersebut.

BAB III

105 104 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

PETA KONSEP

Dasar Iman Sembahyang kepada leluhur Hari-hari Sembahyang kepada Leluhur Qingming Ershi Shengan

Chuyi dan Shiwu Zhongyuan dan Jing Heping Chuxi Zuji SEMBAHYANG KEPADA LELUHUR

A. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

1.1 Mejelaskan tujuan sembahyang kepada leluhur 1.2 Menyebutkan saat-saat sembahyang kepada leluhur

1.3 Menyebutkan piranti dan perlengkapan persembahyangan dan sajian yang terdapat pada meja abu atau altar leluhur

1.4 Menjelaskan makna dan fungsi meja abu atau altar leluhur

B. Pengalaman Belajar

Pada sub bab ini peserta didik akan mengalami pembelajaran tentang tujuan dan saat-saat sembahyang kepada leluhur, perlengkapan dan sajian sembahyang kepada leluhur, serta pemahaman tentang makna dan fungsi meja abu atau altar leluhur.

C. Sumber Belajar

Sumber-sumber belajar peserta didik antara lain:

1. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dn Budi Pekerti kelas XI Tunadaksa dan Tunanetra.

2. Kitab Sishu

3. Kitab Xiao Jing

4. Guru dan Orangtua 5. Teman sebaya

6. Media elektronik dan/atau media cetak (surat kabar, majalah, dan sejenisnya)

7. Buku Tata Ibadah dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu 8. Sumber lain yang relevan

D. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan (10 Menit)

• Guru mengucapkan salam, menyapa dan mendata kehadiran peserta didik.

• Guru mengajak berdoa secara bersama-sama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.

• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (10 Menit)

Aktivitas 3.1 Ayo Bercerita

Pada aktivitas 3.1 peserta didik diminta untuk menceritakan kembali tentang alasan umat Khonghucu melakukan

sembahyang kepada leluhur.

Aktivitas 3.2 Menulis Hanzi

Pada aktivitas 3.2 peserta didik diminta untuk menuliskan kembali huruf Shenming (神明) dengan guratan yang benar.

Tujuannya, agar peserta didik lebih memahami yang dimaksud.

Aktivitas 3.3 Tugas Mandiri

Pada aktivitas 2.3 peserta didik diminta untuk pengalamannya tentang pelaksanaan sembahyang Qingming, dan mencari cerita tentang tradisi yang mengikuti sembahyang Qingming!

Aktivitas 3.4 Menulis Hanzi

Pada aktivitas 2.1 peserta didik diminta untuk menuliskan kembali huruf Qingming.

神明 ... ... ...

...

...

...

...

...

...

Langkah

1 Langkah 2 Langkah 3

请明 ... ... ...

...

...

...

...

...

...

Langkah

1 Langkah 2 Langkah 3

109 108 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

A. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

1.1 Menyebutkan waktu saat sembahyang Chuyi dan Shiwu 1.2 Mejelaskan tata cara sembahyag Chuyi dan Shiwu

1.3 Menyusun teks doa seembahyang Chuyi dan Shiwu 1.4 Menjelaskan makna dan fungsi meja abu/altar leluhur 1.5 Menyebutkan nama dan bentuk meja abu/altar leluhur 1.6 Menyusun skema altar leluhur

B. Pengalaman Belajar

Pada sub bab ini peserta didik akan mengalami pembelajaran tentang waktu saat sembahyang Chuyi dan Shiwu termasuk tata cara sembahyag

Chuyi dan Shi. Peserta didik juga mendapat bimbingan menyusun teks doa

sembahyang Chuyi dan Shiwu; makna dan fungsi meja abu/altar leluhur; nama dan bentuk meja abu/altar leluhur; dan diperlihatkan skema altar leluhur

C. Sumber Belajar

Sumber-sumber belajar peserta didik antara lain:

1. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dn Budi Pekerti kelas XI Tunanetra dan Tunadaksa.

2. Kitab Sishu

3. Kitab Xiao Jing

4. Buku Tata Ibadah dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu 5. Buku kmpulan doa

6. Guru dan Orangtua

PERTEMUAN KEDUA

7. Teman sebaya

8. Media elektronik dan/atau media cetak (surat kabar, majalah, dan sejenisnya)

9. Sumber lain yang relevan

D. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan (10 Menit)

• Guru mengucapkan salam, menyapa dan mendata kehadiran peserta didik.

• Guru mengajak berdoa secara bersama-sama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.

• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (100 Menit)

Aktivitas 3.5 Menulis Hanzi

Pada aktivitas 2.8 peserta didik diminta untuk menuliskan kembali huruf Chuyi dan Shiwu dengan guratan yang benar.

Aktivitas 3.6 Aktivitas Bersama

Pada aktivitas 3.6 peserta didik diminta membuat kelompok untuk menyusun perlengkapan yang ada pada alatar leluhur dengan piranti peralatan yang lengkap.Sebelum menyusun, perlengkapan sembahyang, peserta didik diminta menulisan perlengkapan yang harus disiapkan, selanjutnya berbagi tugas untuk menyiapakan perlengapan yang dimaksud.

初一 ... ... ...

十五 ... ... ...

Langkah

Aktivitas 3.7 Evaluasi Diri

Pada aktivitas 3.7 peserta didik diminta untuk melakukan penilaian diri melalui skala sikap. Sikap dapat memberi tanda cetang pada kolom di sisi kiri untuk setiap pernyataan yang disajikan menuliskan pada kolom di sisi kanan.Pada setiap pernyataan peserta didik dapat memberikan jawaban setuju, ragu-ragu, atau tidak setuju.

PERTEMUAN KETIGA

NO 1 2 3 4 5 6 7 Intrumen Penilaian

Laku bakti itu pokok dari segala

pengajaran agama, dan sesungguhnya laku bakti itu adalah pokok kebajikan, dari sinilah agama berkembang.

Berbakti kepada orangtua adalah langkah awal untuk patuh dan taqwa kepada Tian. Sembahyang kepada leluhur dimaksudkan agar arwah leluhur yang dimaksud

mencapai ketenangan.

Sembahyang kepada leluhur juga

dimaksudkan meneruskan amal ibadah kepada Tian, menjaga dan memperbaiki maupun meningkatkan amal dan laku bajik agar leluhur bisa kembali keharibaan Tian (Bei Tian)

Mengenang leluhur sekalipun kepada yang telah jauh.

Kepada orangtua saat hidup layanilah sesuai dengan kesusilaan; pada waktu meninggal dunia, makamkanlah sesuai dengan kesusilaan, dan sembahyangilah sesuai dengan kesusilaan.”

Di antara watak-watak makhluk yang terdapat di antara langit dan bumi ini, sesungguhnya, manusialah yang termulia. Di antara perilaku manusia tiada yang

RR ST

113 112 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

8 9 10 11 12 13 14 15 16

Sembahyang kepada leluhur DianXiang (Chuyi dan Shiwu). Memberikan sajian di altar leluhur

pada saat sembahyang Chuyi dan Shiwu. Sajian bukan hal yang utama,tetapi adanya rasa hormat dan kidmat itu yang utama.

Sajian sembahyang sesuai musim dan kemampuan keluarga

Makna meja abu/altar leluhur adalah sebagai sarana persembahyangan

menggenapi laku Bakti dalam kesusilaan Meja abu (altar leluhur) berfungsi

sebagai tempat keluarga disatukan dalam melaksanakan peribadahan. Meja abu (altar leluhur) juga berfungsi Sebagai tempat melakukan Moshi

“melakukan renungan” agar senantiasa hidup di jalan suci sehingga tidak memalukan para leluhur yang telah mendahului.

Orang yang tidak mencintai orangtuanya, tetapi dapat mencintai orang lain, itulalah Kebajikan yang terbalik. Kalau dapat hormat kepada orang lain tetapi tidak hormat

kepada orangtua sendiri, itulah kesusilaan yang terbalik.

Sembahyang membentuk pribadi yang susila dan disiplin.

Sembahyang membentuk pribadi yang susila dan disiplin.

Pedoman Penskoran Poin

Pernyataan positif mengarahkan pada sikap atau respon yang positif, maka penskoran sebagai betikut:

poin 100 jika pilihan : Setuju poin 75 jika pilihan : Ragu-Ragu poin 0 jika pilihan : Tidak Setuju

Nilai

Nilai diperoleh dari: Jumlah skor dibagi jumlah istrumen soal.

• Aktivitas 1.8 Evaluasi Bab III

Pada aktivitas 1.8 peserta didik melaksanakan tes tertulis sebagai penilaian dalam bentuk ulangan harian untuk

mengukur pencapaian terhadap materi yang sudah dipelajari. Bentuk soal uraian sebanyak empat soal.

Soal dan Kunci Jawaban

1. Apa maksud/tujuan sembahyang kepada arwah leluhur yang telah meninggal?

Jawab:

Maksud atau tujuan sembahyang kepada leluhur ialah

2. Jelaskan mengapa sembahyang Qingming memilih hari yang paling cerah!

Jawab:

Alasan sembahyang Qingming memilih hari yang paling cerah adalah, agar pelaksanakan sembahyang di makam/kuburan tidak terhalang oleh cuaca (tidak terganggu hujan).

3. Apa fungsi meja abu/altar leluhur bagi keluarga Khonghucu!

Jawab:

4. Apa makna meja abu/altar leluhur!

Jawab:

Fungsi meja abu/altar leluhur adalah,

Pedoman Penskoran

• Poin setiap butir soal : 10 • Jumlah soal : 4 • Skor Maksimal : 40

• Nilai : skor maksimal x 100 : 4

3. Kegiatan Penutup (10 Menit)

1. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan secara bersama-sama bahwa Laku Bakti berati memuliakan hubungan. Laku bakti tidak hanya sekedar antara anak dengan orangtua, namun juga menyangkut aspek pemeliharaan lingkungan.

2. Guru menutup dengan berdoa bersama-sama bersama-sama yang dipimpin oleh seorang peserta didik dan mengucapkan salam penutup.

A. Remedial

Remedial dilakukan apabila peserta didik belum mencaapai ketuntasan minimal yang diharapkan maka dilakukan pembelajaran materi ulang dan dilakukan penilaian kembali sebanyak 3 kali dan apabila remedial belum mencapai ketuntasan minimal maka dilakukan pembelajaran kembali dengan teori dan materi yang sama tetapi dengan tingkat kesukaran yang lebih rendah.

B. Pengayaan

Pengayaan dilakukan apabila peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan melebihi peserta didik yang lain sehingga dibutuhkan materi tambahan/pengayaan untuk menambah pengetahuan peserta didik tersebut.

117 116 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

Lembar Komunikasi Orangtua

Nama Orangtua : ………...…. Nama siswa / Kela : ………. / ………….. Sub Bab : Laku Bakti Inti Ajaran Khonghucu

Interaksi dengan orangtua perlu dilakukan agar terjalin kerjasama yang erat antara orangtua, peserta didik, dan guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan praktik di rumah, di bawah bimbingan orangtua tentang materi yang dipelajari di sekolah.

Kegiatan interaksi bersama orangtua dilakukan peserta didik untuk menuliskan perilaku berbakti yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberi penguatan kepada peserta didik. Hal ini juga sebagai upaya pembetukan karakter peserta didik secara intergratif dan holistik. Integratif karena saat ini setiap mata pelajaran juga mengusung pembentukan karakter moral. Holistik artinya menyeluruh dalam kehidupan peserta didik, tidak hanya di sekolah tetapi juga dalam pergaulan di luar sekolah dan di rumah. Mengingat peran serta orangtua, maka perlu dibuatkan lembar komunikasi orangtua untuk memudahkan komunikasi.

INTERAKSI DENGAN ORANGTUA

Catatan Orangtua

Hasil wawancara dengan orangtua tentang sembahyang kepada leluhur

paraf

keterangan tambahan

NO 1

BAB IV

121 120 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

PETA KONSEP

Terminologi karakter huruf Makna Cintakasih Cintakasih Korat Kemanusiaan Pengamalan Cintakasih CINTA KASIH

A. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

1.1 Menjelaskanarti cinta kasih berdasarkankarakter huruf Hannzi 1.2 Menuliskanhuruf cinta kasi (ren)

1.3 Menguraikan arti dan makna cintakasih sebagai kodrat kemanusiaan

1.4 Memilih ayat-ayat yang terkait dengan cintakasih

B. Pengalaman Belajar

Pada sub bab ini peserta didik akan mengalami pembelajaran tentang keluarga dan nenek koyang Nabi Kongzi, waktu dan tempat Nabi Kongzi dilahirkan.

C. Sumber Belajar

Sumber-sumber belajar peserta didik antara lain:

1. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dn Budi Pekerti kelas XI Tunanetra dan Tunadaksa.

2. Kitab Sishu

3. Guru dan Orangtua 4. Teman sebaya

5. Media elektronik dan/atau media cetak (surat kabar, majalah, dan sejenisnya)

6. Sumber lain yang relevan

D. Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan (10 Menit)

• Guru mengucapkan salam, menyapa dan mendata kehadiran peserta didik.

• Guru mengajak berdoa secara bersama-sama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.

• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (10 Menit)

Aktivitas 4.1 Menulis Hanzi

Pada aktivitas 4.1 peserta didik diminta untuk menuliskan kembali huruf Shenming (神明) dengan guratan yang benar.

Tujuannya, agar peserta didik lebih memahami yang dimaksud

Aktivitas 4.2 Membaca Ayat

Pada aktivitas 2.2 peserta didik diminta untuk membaca ayat suci sepeti yang disajikan pada buku peserta didik, sebagai berikut:

Mengzi berkata, ”Usaha seseorang itu dapat diumpamakan

seperti orang menggali sumur. Meski sumur itu sudah digali sampai 9 depa, kalau belum juga sampai sumbernya, pekerjaan

itu sia-sia dan tak bisa dikatakan berhasil.” (Mengzi. VII A: 29)

Aktivitas 4.3 Membaca Cerita

Pada aktivitas 4.3 peserta didik diminta untuk membaca cerita seperti yang disajikan pada buku peserta didik.

... ... ...

...

...

...

...

...

...

Langkah

1 Langkah 2 Langkah 3

125 124 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

Kisah Kepala Ikan

Alkisah ada seorang raja yang sangat terkenal pericintakasihnya. Raja tersebut mempunyai seorang permaisuri yang sangat disayanginya. Mereka telah hidup rukun selama belasan tahun lamanya, sampai suatu hari timbul masalah. Sang Permaisuri protes kepada suaminya,“Suamiku, saya tahu Kakanda seorang yang baik hati dan dicintai rakyat.

Namun izinkan saya kali ini mengeluarkan uneg-uneg yang sudah lama saya simpan sejak pertama kita menikah.”

Sang Raja terkejut dan berkata dengan penuh kelembutan, “Ada apa, Adinda, yang membuat engkau mempunyai uneg-uneg? Bukankah semua kebutuhanmu, aku selalu berusaha memenuhinya?” “Benar, tapi ada satu hal yang membuat saya tidak tahan,” jawab sang istri. “Apakah gerangan, Adinda tercinta?” tanya sang raja. “Setiap kali kita makan ikan berdua, selalu Kakanda memberi saya bagian kepala ikan. Tahukah Kakanda kalau saya tidak menyukai kepala ikan? Demi menjaga perasaan Kakanda, saya tidak menolaknya, namun akhirnya saya tidak tahan lagi,” terang sang istri. Mendengar penjelasan sang istri, sang Raja tersenyum dan berkata, “Wahai, Adindaku tercinta. Sesungguhnya saya amat menyukai kepala ikan. Namun, demi Adinda, saya rela memberikan bagian yang saya sukai kepada Adinda tercinta.”

“Demikian halnya dengan saya. Saya berusaha ingin menjadi istri yang baik dan penuh pengertian. “Sang istri tersadar bahwa ternyata mereka telah berusaha melakukan yang terbaik untuk pasangannya hanya saja kurang dalam berkomunikasi. Mereka tersenyum bahagia dan menyadari betapa mereka saling mencinta, walaupun apa yang dianggap terbaik bagi pasangannya belum tentu terbaik baginya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan Cintakasih kita senantiasa menuntut diri sendiri agar dapat lebih baik dan terus belajar membina diri. Nabi Kongzi memberikan bimbingan bagi umatnya untuk berhati-hati dengan bahaya ‘menyebelah’ seperti yang terdapat dalam Daxue VIII yakni:

“Adapun yang dikatakan ‘untuk membereskan rumah tangga harus lebih dahulu membina diri’ itu ialah: di dalam mengasihi dan mencintai biasanya orang menyebelah; di dalam menghina dan membenci biasanya orang menyebelah; di dalam menjunjung dan menghormati biasanya orang menyebelah; di dalam menyedihi dan mengasihi biasanya orang menyebelah; dan di dalam merasa bangga dan agungpun biasanya orang menyebelah. Sesungguhnya orang yang dapat mengetahui keburukan dari apa yang disukai dan dapat mengetahui kebaikan dari apa yang dibencinya, amat jaranglah kita jumpai di dalam dunia ini.”

Menyebelah artinya tidak tengah atau condong ke arah tertentu. Misalnya, dalam mengasihi anak, mungkin lebih menyayangi si bungsu ibandingkan si kakak. Atau terhadap orang yang pernah mengecewakan perasaan kita, sangat mudah kita terjebak untuk memandang negatif apapun yang diperbuat oleh orang tersebut. Atau sebaliknya, kita terlalu mencintai seseorang, apapun yang dilakukan orang tersebut seolah-olah semuanya baik dan cenderung kita membelanya jika ada kesalahan. Inilah tantangan utama dalam berpericintakasih kepada sesama. Meskipun secara alamiah dan sewajarnya dalam mencintai seseorang memang ada tingkatan perbedaan. Sebagai contoh mencintai orangtua sendiri dengan orangtua orang lain tentu lah tidak sama. Tentu saja, sayang kepada anak sendiri dengan kepada anak orang lain pasti berbeda. Nabi Kongzi mengajarkan adanya pertingkatan, jika dapat mencintai orangtua sendiri sebaik-baiknya, barulah boleh berharap dapat mengembangkan diri mencintai orangtua orang lain seperti mencintai orangtua sendiri. Kalau tidak, malah kita terjebak dalam kebajikan yang terbalik dan menyalahi kodrat kemanusiaan kita.

Dengan mencintai orang terdekat kita, bukan berarti kita egois, melainkan ini adalah kodrat kemanusiaan kita sebagai manusia. Kita telah menerima budi kasih yang tidak mungkin terbalaskan dari orangtua kita. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita sebagai anak wajib berbakti dan mengasihi orangtua kita lebih dibandingkan dengan orang lain.

Alkisah ada seorang raja yang sangat terkenal pericintakasihnya. Dapatkah kamu bayangkan jika ada seseorang yang dapat menghormati dan mencintai orang lain melebihi hormat dan cintanya kepada orangtuanya sendiri? Seperti apakah kira-kira karakter orang tersebut?

Demikian pula halnya terhadap adik atau kakak sendiri; terhadap anak atau istri sendiri, tentulah kita lebih menghormati dan lebih menyayanginya dibandingkan dengan orang lain. Inilah sifat alamiah dari Cintakasih kita sebagai manusia. Inilah kenyataan atau dapat juga dikatakan ”kebenaran” hubungan antara dua manusia. Sekarang coba kamu renungkan, adakah perbedaan antara menyebelah dengan tingkatan dalam mencintai? Menyebelah mengandung arti ”berlebihan”, sedangkan tingkatan dalam mencintai mengandung arti ”adanya perbedaan karena berbeda tingkat”. Menyebelah menyalahi kodrat kemanusiaan kita, sedangkan perbedaan tingkatan dalam mencintai menepati kodrat kemanusiaan kita. Pembinaan diri dimulai dari yang dekat, akhirnya menjangkau yang jauh. Pembinaan diri dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai akhirnya kepada masyarakat, negara dan dunia. Demikian halnya dengan mencintai, dimulai dari yang dekat, lalu dikembangkan hingga menjangkau semua umat manusia. Jika belum dapat membina diri, bagaimana membina keluarga dan membereskan masalah negara? Jika belum dapat mencintai orang yang ada di dekat kita (keluarga) sebaik-baiknya, bagaimana dapat mencintai masyarakat dan negara?

Aktivitas 4.4 Aktivitas Bersama

Pada aktivitas 4.4 peserta didik diminta untuk membuat kelompok, dan berdiskusi tentang:

- ciri-ciri orang yang berpericintakasih seperti yang diteladani Nabi Kongzi.

- Menjelaskan hubungan ciri-ciri orang yang berpericintakasih dengan perasaan tidak tega

- Mengapa suka belajar dan penuh semangat menjadi ciri orang yang berpercintakasih?

- Peserta didik juga diminta untuk mencari ayat tentang cinta kasih.

PERTEMUAN KEDUA

Aktivitas 4.5 Evaluasi Diri

Pada aktivitas 4.5 peserta didik diminta untuk melakukan penilaian diri melalui skala sikap. Sikap dapat memberi tanda cetang pada kolom di sisi kiri untuk setiap pernyataan yang disajikan menuliskan pada kolom di sisi kanan. Pada setiap pernyataan peserta didik dapat memberikan jawaban setuju, ragu-ragu, atau tidak setuju.

129 128 Untuk SMALB Tunadaksa dan Tunanetra Kelas XI Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NO 10 Intrumen Penilaian

Perasaan berbelas kasihan dan tidak tega dimiliki oleh setiap manusia.

Laku bakti dan rendah hati itulah pokok pericintakasih

Cinta kasih itulah kemanusia, dan

mengasihi orangtua itulah yang terbesar. Cinta kasih itu dimulai dari yang dekat, akhirnya sampai juga kepada yang jauh. Cinta kasih itu sepeti laku rang memanah, bila panahnya meleset dari sasaran,

sipemanah memeriksa sebab-sebab kegagalan dari dalam diri sendiri.

Seorang yang pandai memutar kata-kata dan bermanis muka, sesungguhnya jarang berpericinta kasih.”

“Seorang yang tidak berpericinta kasih, tidak tahan lama di dalam penderitaan dan tidak tahan lama di dalam kesenangan. Bila cipta selalu ditujukan kepada cinta kasih, tiada sarang bagi kejahatan.

Dalam dokumen Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti (Halaman 50-72)

Dokumen terkait