• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V EVALUASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

5.3. Evaluasi Penggunaan dan Keterpaduan Antar Media Komunikasi

5.3.1. Evaluasi berdasarkan Media Komunikasi yang Digunakan

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pemasaran

pariwisata suatu daerah atau negara adalah penggunaan media dalam

97

pemerintah, pelaku industri pariwisata, maupun komunitas harus menggunakan

media untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan pariwisata yang dimiliki

agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke DIY. Media yang dapat

digunakan bisa berupa media elektronik, cetak, atau online. Belakangan ini, media

yang paling banyak digunakan di dunia adalah media online. Media internet

berupa website atau situs, media sosial, maupun aplikasi mobile khusus.

Fenomena masyarakat dunia menggunakan smartphone menjadi dasar

meningkatnya penggunaan media berbasis online secara signifikan dari tahun ke

tahun. Mempromosikan suatu produk menggunakan media online dinilai lebih

efektif dan efisien karena tidak membutuhkan biaya yang begitu mahal, hanya

saja pemasaran berbasis online memang membutuhkan strategi khusus terutama

promosi yang gencar harus dilakukan.

Media elektronik seperti televisi dan radio juga merupakan media yang

dapat digunakan untuk melakukan iklan pariwisata secara luas, namun

membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan perlu disesuaikan dengan target pasar

yang akan dipilih. Jika wisatawan mancanegara menjadi target utama maka iklan

menggunakan media elektronik seharusnya dilakukan di negara yang menjadi

target pasar. Sehingga memperhitungkan semua biaya dan manfaat dari

penggunaan media, Dinas Pariwisata lebih banyak menggunakan media online

berbasis situs atau website, media sosial, dan aplikasi baik yang dimiliki

pemerintah daerah maupun pihak swasta. Selain media online, media cetak berupa

majalah juga menjadi pilihan untuk dijadikan media promosi Pariwisata DIY

dengan target utama adalah wisatawan mancanegara. Meski demikian, baik

98

maupun pelaku industri pariwisata yang diwakili ASITA, serta beberapa

komunitas dan pengelola events menyadari bahwa belum melakukan promosi

secara besar-besaran karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi

kendala. Salah satu faktor yang menjadi kendala adalah belum adanya sinergi atau

keterpaduan antara semua pihak yang terkait untuk mengembangkan produk yang

sama dan memasarkan produk yang sama dengan menggunkan media yang sama

secara terpadu.

Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi terhadap pola promosi kegiatan

festival dan acara budaya dan kesenian (events) yang dilakukan Dinas Pariwisata

DIY berdasarkan media yang digunakan yaitu media cetak, elektronik, dan online.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat evektivitas pola

promosi yang sudah dilakukan, serta hal apa yang sekiranya perlu dibenahi jika

terdapat kekurangan didalamnya.

5.3.1.1. Evaluasi Penggunaan Website Resmi Dinas Pariwisata DIY

Gambar 5.1.: Hasil Analisis Kinerja Web Dinas Pariwisata DIY Sumber: Similar Web (diakses 22 Februari 2017)

Hasil analisis menggunakan sistem analisis website “Similar Web” ditemukan tingkat kinerja dari website resmi Dinas Pariwisata berdasarkan

99

peringkat dunia dan negara. Secara peringkat dunia, situs Dinas Pariwisata DIY

berada pada rangking 2.077.443 dunia. Sedangkan peringkat secara nasional, situs

visitingjogja.com berada pada rangking 51.747 se Indonesia. Hasil analisis

peringkat ini didasarkan pada keaktifan website atau pengguna dalam

menampilkan informasi atau konten dan berdasarkan jumlah pengunjung pada

waktu tertentu dan asal negara yang mengunjungi website. Semakin mendekati

peringkat rangking 1 (satu) maka situs itu semakin lebih baik dibanding rangking

yang angkanya lebih tinggi. Berada pada rangking 2.077.443 dunia menunjukkan

bahwa situs resmi Dinas Pariwisata belum begitu efektif penggunaannya, baik

disebabkan konten yang dimuat maupun jumlah pengunjung yang belum begitu

banyak. Rangking 51.747 secara nasional pun merupakan peringkat yang cukup

besar mengingat Pariwisata Yogyakarta sudah cukup terkenal di Indonesia.

Artinya secara nasional juga menunjukkan situs resmi Dinas Pariwisata DIY

ini tidak begitu sering dikunjungi oleh pencari informasi. Banyak atau sedikitnya

pengunjung suatu website dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pemberian

judul suatu konten yang dipublikasikan, pemberian tag atau kata kunci yang tepat

untuk memudahkan pencarian informasi, tampilan website, dan sebagainya.

Gambar 5.2. : Hasil Analisis Kinerja Web Berdasarkan Jumlah Pengunjung Sumber: Similar Web (diakses 22 Februari 2017)

100

Jumlah pengunjung swebsite Dinas Pariwisata DIY untuk bulan 22 Februari

2017 mencapai kurang lebih 6.700 pengunjung. Jumlah 6.700 pengunjung

merupakan suatu jumlah yang masih relatif sedikit untuk perhitungan total

pengunjung website selama satu bulan atau hanya kurang lebih 240 pengunjung

dalam satu hari. Pengunjung situs ini juga masih didominasi dari dalam negeri

dengan persentase 96,88%, selebihnya dari dua negara tetangga yaitu Singapura

2,07% dan Malaysia 1,05%. Persentase total dan lalulintas pengunjung situs di

atas tentu belum begitu efektif untuk mencapai cita-cita menjadi tujuan wisata

terkemuka di Asia Tenggara, terutama karena masih terlalu tinggi jumlah

pengunjung dari dalam negeri dibandingkan dari luar negeri yang hanya mencapai

3,12%.

Salah satu faktor utama yang paling mempengaruhi sedikitnya pengunjung

website dari luar negeri adalah penggunaan bahasa di website Dinas Pariwisata

DIY yang masih didominasi penggunaan Bahasa Indonesia. Hal ini menyulitkan

pengunjung atau calon wisatawan mancanegara untuk mengakses informasi

seputar Yogyakarta baik dalam bentuk pariwisata destinasi, alam, ataupun event

yang akan dilaksanakan. Hal ini juga disadari oleh pihak pengelola, sehingga

menurut wawancara dengan Bapak Imam Pratanadi, Dinas Pariwisata DIY sedang

melakukan kursus Bahasa Inggris kepada semua pegawai atau staf guna lebih

menguasai bahasa internasional ini baik dalam pelayanan sehari-hari maupun pada

keikutsertaan dalam kegitan-kegiatan internasional di luar atau dalam negeri.

Untuk situs resmi pariwisata setingkat Yogyakarta, sudah seharusnya

menggunakan bahasa internasional yaitu minimal Bahasa Inggris, atau sebaiknya

101

wisatawan nusantara), Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Spanyol, Bahasa

Arab, dan Bahasa Jerman, Bahasa Francis, dan sebagainya. Dengan menggunakan

bahasa internasional seperti Bahasa Inggris, maka akan semakin memudahkan

calon wisatawan mancanegara membuka dan melihat produk-produk wisata dan

informasi yang dimuat dalam situs resmi Dinas Pariwisata DIY.

5.3.1.2. Evaluasi melalui pencarian Google, TripAdvisor dan Youtube untuk Events DIY

Gambar 5.3. : Jumlah Pencarian “Events” melalui Google Sumber: Google (Diakses 22 Februari 2016)

Mesin pencari terbesar berbasis online yang paling banyak digunakan di

seluruh dunia adalah Google. Meskipun di beberapa negara tertentu tidak

menggunakan Google sebagai media favorit, namun rata-rata negara yang masuk

daftar 10 besar target pasar Pariwisata DIY menggunakan Google sebagai situs

paling terkenal. Calon wisatawan mencanegara yang melakukan pencarian

menggunakan Google dengan kata kunci “Events in Yogyakarata” akan menemukan data sekitar 884.000 yang ada kaitannya dengan kegiatan berbentuk

event di Yogyakarta. Jumlah yang sangat banyak ini merupakan hal yang baik

untuk memudahkan wisatawan menemukan informasi berkaitan dengan

102

Namun disisi lain, jumlah yang banyak juga belum tentu efektif karena

dipengaruhi oleh isi atau konten dari artikel atau informasi yang dapat ditemukan

melalui penggunaan mesin pencari seperti Google. Seperti halnya pencarian

menggunakan kata kunci “Events in Yogyakarta” ini berhasil menemukan jumlah yang sangat banyak namun kegiatan festival atau acara budaya yang menjadi

andalan Dinas Pariwisata sulit ditemukan pada halaman-halaman awal karena di

halaman depan lebih banyak didominasi oleh website atau blog-blog swasta yang

retingnya lebih tinggi dan kontennya berupa promosi atau paket wisata dalam

bentuk tour dan sebagainya. Hal ini tentu tidak lepas dari keaktifan website resmi

yang digunakan oleh Dinas Pariwisata dan para pelaku events di DIY untuk

membuat strategi yang bisa menempatkan events unggulan DIY berada pada

halaman awal pencarian melalui Google.

Gambar 5.4. : Jumlah Pencarian “Events” melalui TripAdvisor Sumber: TripAdvisor (Diakses 22 Februari 2017)

TripAdvisor adalah salah satu situs berbentuk website dan aplikasi mobile

terbesar di dunia yang khusus memuat berbagai informasi tentang pariwisata atau

kegiatan wisata. Situs TripAdvisor memuat informasi mengenai produk-produk

wisata dari berbagai negara dan dilengkapi dengan pendukung pariwisata seperti

103

pemerintah dan pelaku industri pariwisata di beberapa negara bekerjasama dengan

TripAdvisor untuk memasarkan dan mempromosikan produk wisata dan paket

wisata yang dimilikinya. TripAdvisor juga cukup terkenal di Indonesia terutama

di kalangan masyarakat yang suka berwisata. Produk-produk wisata dan paket

wisata di DIY juga banyak dimuat dalam situs ini.

Jika menggunakan kata kunci pencarian “events” pada wilayah Yogyakarta, Indonesia maka ditemukan kurang lebih 160 informasi hasil pencarian. Secara

jumlah, hasil pencarian ini masih sangat kurang dan konten informasi mengenai

events yang dimuat di situs ini belum begitu bagus dan krang informatif. Selain

itu, tidak banyak ditemukan produk festival dan acara budaya dan kesenian atau

events unggulan bertaraf internasional yang dimiliki DIY.

Gambar 5.5. : Jumlah Pencarian “Events” melalui Youtube Sumber: Media Youtube (Diakses 22 Februari 2017)

Youtube merupakan media informasi berbasis video yang banyak digunakan

untuk mempromosikan berbagai produk di seluruh dunia, termasuk Pariwisata

DIY. Pencarian events di Yogyakarta menggunakan situs dan aplikasi ini

104

begitu banyak. Ada juga beberapa video yang jumlah penontonnya sudah cukup

banyak namun tidak dapat diidentifikasi asal negara viewer untuk

mengklasifikasikan apakah lebih banyak didominasi penonton dari luar negeri

atau dalam negeri. Hanya beberapa video yang kontennya sudah dibuat secara

profesional, namun selebihnya masih lebih banyak didominasi video berbentuk

dokumenter dari pelaksanaan suatu acara baik berbentuk festival, pameran atau

acara-acara yang masih amatiran.

5.3.1.3. Evaluasi Penggunaan Akun Media Sosial Dinas Pariwisata DIY

Evaluasi efektivitas penggunaan sosial media yang dipakai Dinas Pariwisata

DIY untuk mempromosikan produk wisata sampai pada periode 20 Februari 2017,

yaitu Instagram, Twitter, dan Facebook dengan nama “Visisting Jogja”. Ketiga akun resmi ini memiliki sistem berhubungan langsung dengan website resmi

Dinas Pariwisata DIY. Penggunaan sosial media merupakan suatu strategi yang

baik untuk pasar wisatawan mancanegara karena mereka rata-rata menggunakan

smartphone yang memungkinkan untuk mengakses informasi melalui sosial

105

Gambar 5.6. : Akun Media Sosial Instagram, Twitter, dan Facebook Dispar DIY Sumber: Akun Media Sosial Dinas Pariwisata (Diakses 20 Februari 2017)

Meski demikian, penggunaan sosial media Dinas Pariwisata DIY yang

masih didominasi oleh Bahasa Indonesia tentu tidak efektif untuk target

wisatawan mancanegara. Selain harus menggunakan bahasa internasional atau

Bahasa Inggris, kiriman berupa gambar yang diunggah di sosial media juga

106

jika pemerintah daerah sedang memprioritaskan pengembangan wisata berbentuk

events di DIY. Guna mewujudkan promosi atau komunikasi pemasaran yang

terpadu maka harus ada sinergi atau kesamaan konten antara semua media yang

digunakan termasuk beberapa akun sosial media ini. Hal yang sama juga berlaku

terhadap pelaku industri pariwisata dan komunitas penyelenggara events harus

memiliki konten yang sama atau bersinergi dengan yang akan ditampilkan di

media pemerintah sehingga ada keterpaduan antara semua unsur yang

bersangkutan agar promosi atau pemasaran lebih efektif.

Evaluasi media instagram di atas terlihat belum begitu efektif meski

pengikutnya mencapai 2.514 untuk periode 20 Februari 2017. Hal ini dikarenakan

kiriman di media ini tidak begitu intens atau terkini dengan hanya berjumlah 42

kiriman. Selain itu akun instagram visitingjogja hanya mengikuti 30 akun lainnya,

yang seharunya lebih dari itu mengingat ada ribuan akun instagram di dunia yang

berbasis wisata. Tren penggunaan instagram harus disertai dengan pemilihan tags

atau kata kunci yang tepat untuk setiap kiriman agar dapat menjangkau lebih

banyak pengguna yang lain, namun hal ini belum dilakukan di Instagram milik

Dinas Pariwisata DIY ini. Maka penggunaan media sosial harus lebih aktif lagi,

bahkan sebaiknya ada staf di bagian komunikasi atau promosi yang khusus

berkecimpung di internet marketing mengoperasikan website dan media online

secara terus menerus.

Sama halnya dengan penggunaan instagram, jumlah pengikut di Twitter

“Visiting Jogja” juga cukup banyak dengan jumlah 3.322 pengikut pada periode 20 Februari 2017, namun tentu jumlah ini belum begitu banyak dibandingkan

107

pengikut. Akun Twitter ini juga hanya mengikuti 14 akun lainnya sehingga bisa

dikatakan belum begitu efektif untuk menjadi media promosi berbasis sosial

media atau online dengan sasaran pasar mencanegara.

Dari ketiga akun resmi yang digunakan ini, Facebook sebagai media sosial

terbesar nomor satu di dunia, justru yang paling tidak efektif penggunaannya oleh

Dinas Pariwisata DIY. Akun Facebok ini berbentuk komunitas dengan jumlah

pengikut hanya 260 orang pada periode 20 Februari 2017 saat dilakukan evaluasi

ini. Konten kiriman dalam akun ini belum begitu menarik dan tidak informatif.

Akun yang berbentuk komunitas yang dimiliki Facebook merupakan suatu sistem

yang sangat baik karena pengikutnya bisa diundang secara manual untuk melihat

dan mengikuti akaun ini atau menggunakan promosi berbayar yang

memungkinkan dapat menjangkau lebih banyak pengguna Facebook lain. Akun

Facebook berbentuk komunitas ini juga banyak digunakan untuk mempromosikan

pariwisata, misalnya akun facebook “YourSingapore”, “Wonderful Indonesia” dan sebagainya, yang pengikutnya bisa mencapai ribuan atau jutaan orang. Intinya

bahwa semakin aktif pengoperasian akun media sosial dan semakin baik isi yang

108 5.3.1.4. Evaluasi Penggunaan Aplikas Mobile untuk Pariwisata di DIY

Gambar 6.7. : Jumlah pengunduh dan reting aplikasi mobile informasi pariwisata Sumber: Akun Media Sosial Instagram (Diakses 20 Februari2017)

Pada era digital saat ini, hampir semua orang menggunakan “smartphone” terutama di negara-negara maju, sehingga penggunaan aplikasi mobile sangat

efisien untuk memasarkan produk wisata. Penggunaan aplikasi lebih praktis dan

memudahkan wisatawan untuk menemukan informasi produk dan lokasinya.

Kegiatan events yang selalu berubah-ubah waktu dan tempat pelaksanaannya

dapat diakses secara terkini oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan

109

dengan fitur-fitur yang sesuai dan bahasa internasional terutama bahasa Inggris

yang paling banyak dipakai di dunia.

Pada tiga gambar aplikasi di atas yang diakses pada 20 Februari 2017,

semuanya sudah memiliki fitur yang baik namun jumlah yang mengunduh atau

menggunakan belum begitu banyak. Aplikasi mobile yang resmi dimiliki khusus

Dinas Pariwisata DIY “Visiting Jogja” memiliki reting yang masih rendah dan

pengunduh aplikasi ini belum banyak. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kinerja dari

aplikasi ini, baik dari segi konten yang disajikan maupun aktivitas untuk

memperkenalkan salah satu media yang dimiliki Dinas Pariwisata ini, agar

wisatawan mengunduh atau menggunakannya. Media aplikasi mobile yang

dimiliki oleh Pemda DIY sudah lebih baik dengan reting atau penilaian kinerja

dari pengguna sudah mencapai bintang 4,4 dari skala 5 bintang. Artinya, baik fitur

maupun konten yang disajikan dalam aplikasi ini sudah lebih baik dan mendapat

penilaian bagus dari para pengguna karena dapat membantu atau melayani

kebutuhan mereka. Jumlah yang mengunduh aplikasi miliki Pemerintah Daerah

DIY sudah mencapai 10 ribu orang.

Adapun konten atau isi yang disajikan seputar informasi destinasi wisata,

events, peta lokasi, dan informasi lainnya yang tidak pada lingkup dinas

pariwisata tapi informasi dari semua sektor pemerintahan DIY yang sesuai untuk

diterbitkan di aplikasi mobile ini. Sedangkan aplikasi mobile milik swasta dengan

nama “Event Jogja”, yang dibuat hanya untuk mempromosikan events saja,

memiliki reting yang sudah cukup bagus namun belum terlalu efisien karena yang

mengunduh masih sekitar 500 orang pengguna. Konten yang disajikan dalam

110

yang dimiliki DIY, sehingga hal ini ini belum begitu efektif. Sehingga

kedepannya, pengelola aplikasi mobile “Event Jogja” ini sebaiknya menjalin kerjasama yang baik dengan Dinas Pariwisata, pelaku industri pariwisata dan

Komunitas-komunitas pengelola event agar iklan atau informasi yang diberikan

bisa lebih terkini dan informatif.

Penggunaan aplikasi mobile baik yang dikelola swasta maupun pemerintah

sebagai media pemasaran pariwisata, harus didukung dan bersinergi dari semua

pihak yaitu Dinas Pariwisata DIY sebagai wakil pemerintah, kemuadian pelaku

industri pariwisata seperti pengusaha perhotelan dan biro perjalanan, dan

komunitas atau pengelola events baik yang sifatnya tradisional maupun

kontemporer, semua pihak bersinergi dan membangun kerjasama yang baik maka

promosi atau komunikasi pemasaran yang dilakukan dapat terpadu, yang hasilnya

menguntungkan semua pihak.