• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PERENCANAAN POLA KOMUNIKASI PEMASARAN

6.1. Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Festival dan

6.1.2. Strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling)

Strategi promosi berkaitan dengan Branding, Advertising, dan Selling

(BAS). Strategi branding bukan hanya pada masing-masing produk wisata yang

134

maupun wilayah provinsi atau kabupaten kota. Secara keseluruhan dalam negara,

Indonesia menggunakan branding “Pesona Indonesia” untuk wisatawan nusantara dan dan “Wonderful Indonesia” untuk wisatawan mancanegara. Indonesia sangat terkenal di mata wisatawan internasional dengan memakai brand

ini dan bahkan berhasil memberikan keuntungan yang sangat besar dari

kunjungan wisatawan mancanegara yang setiuap tahunnya mengalami

peningkatan yang signifikan. Sistem advertising dilakukan melalui beberapa

media dan kerjasama dengan pelaku industri pariwisata, sedangkan selling

dilakukan dengan mengadakan pameran, misi penjualan, dan fasilitas penjualan

paket wisata oleh pemerintah dan pelaku industri pariwisata.

Gambar 6.4. : Strategi Promosi dengan Konsep BAS Sumber: Kementerian Pariwisata

6.1.2.1. Strategi Branding

Pemerintah DIY memiliki branding “Jogja Istimewa” untuk semua sektor pemerintahan termasuk Dinas Pariwisata DIY. “Jogja Istimewa” sudah cukup terkenal bagi wisatawan nusantara di Indonesia karena sebagian besar masyarakat

mengetahui bahwa Yogyakarta adalah kota istimewa yang memiliki berbagai

135

kurang efektif bagi pasar wisatawan mancanegara. Wisatawan mancanegara

belum begitu mengenal keistimewaan Yogyakarta serta kata “Istimewa” sulit untuk diterjemahkan atau dijabarkan dalam Bahasa Inggris secara singkat dan

menarik. Ada nama dan daerah di Indonesia yang sangat terkenal di dunia

wisatawan internasional, yaitu Bali dan Jawa atau Java. Branding yang diberikan

Kementerian Pariwisata untuk wisata regional dengan nama JOGJOSEMAR

(Jogja, Solo, Semarang) adalah “Java Cultural Wonders”. Namun brand regional

ini juga masih belum efektif karena terlalu bersifat umum, apalagi menaungi tiga

wilayah.

Gambar 6.5.: Branding Jogja Istimewa Sumber: Dinas Pariwisata DIY

Yogyakarta merupakan bagian dari “JAVA”, sehingga akan lebih terkenal di dunia internasional jika menggunakan nama atau identitas ini digabung dengan

nama Yogyakarta atau Jogja. Sama halnya dengan Solo yang selangkah lebih

maju dengan menggunakan branding Solo: The Spirit of Java”. Pengembangan

brand seperti ini juga yang dapat dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY untuk

lebih terkenal di dunia internasional. Berikut beberapa contoh pilihan brand yang

dapat digunakan oleh Pemerintah DIY bersama pelaku industri dan semua pihak

136

Yogyakarta, yaitu: “Jogja: The Capital of Java” atau “Jogja: The Core of Java”

Dua branding Pariwisata DIY yang diusulkan di atas merupakan contoh

yang dapat dipilih oleh Dinas Pariwisata atau dicari nama lain yang lebih menarik

dengan tetap menggunakan nama “Jogja” sebagai titik pusat yang akan diperkenalkan dan nama “Java” sebagai daerah di Indonesia yang sudah sangat terkenal di dunia. Desain logo dari branding yang dipilih ini, sebaiknya bersinergi

dengan logo “Wonderful Indonesia”, terutama penggunaan warna yang serupa, atau jika tetap menggunakan logo dan warna Joja Istimewa, bisa digabung dengan

kata “By Wonderful Indonesia” karena brand Pariwisata Indonesia ini sudah

sangat terkenal di dunia internasional.

Jika Dinas Pariwisata DIY tidak mengganti atau tetap akan menggunakan

logo “Jogja Istimewa” untuk setiap promosi events pada target wisatawan

mancanegara, maka sebaiknya logo “Jogja Istimewa” ini ditambah dengan slogan “The Capital of Java” dengan desain menarik. Brand atau Slogan “The Capital of Java” memiliki arti yang sangat mendalam yaitu sebagai kota atau pusat utama dari Jawa. Sehingga dengan menggunakan brand ini, maka wisatawan

mancanegara diharapkan dapat mempersepsikan bahwa pusat dari Jawa (Java) itu

letaknya di Jogja, sehingga akan memiliki ketertarikan untuk mengunjungi DIY.

Setelah Dinas Pariwisata memiliki brand yang tetap untuk wisatawan

mancanegara, maka untuk pemasaran berbagai kegiatan festival dan acara budaya

dan kesenian yang akan diselenggarakan di DIY sebaiknya menggunakan brand

yang sama di setiap tampilan promosinya, selain nama dari event itu sendiri.

137

Pemerintah, pelaku industri wisata, komunitas atau penyelenggara kegiatan, dan

seluruh masyarakat ikut ambil bagian dalam mempromosikan produk wisata

berbentuk events dengan menggunakan brand yang sama.

Beberapa events besar yang dipilih pemerintah bekerjasama dengan

komunitas atau pihak penyelenggara dapat dijadikan sebagai “Master Event” atau

Master Brands. Master Event ini yang akan memayungi beberapa events lain yang

berskala kecil yang memiliki kesamaan tema atau bentuk kegiatan misalnya

kategori sport, event bernuansa pantai, pertunjukan budaya, dan sebagainya.

Selain itu, “Master Event” juga bisa memayungi events kecil yang memiliki

kedekatan tanggal penyelenggaraan atau kedekatan jarak geografis

penyelenggaraannya dijadikan satu dengan menggunakan nama besar sebagai

master event atau master brand tersebut. Master event yang memayungi banyak

event-event kecil, juga dapat diselenggarakan pada tempat yang berbeda pada

wilayah Kabupaten/Kota di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya tahun

ini diselenggarakan di Kota DIY, tahun berikutnya di Kabupaten Sleman, dan

seterusnya. Namun tentu tidak semua master event dapat dipindahkan, tetapi ada

sebagian yang bisa dilakukan demikian.

Sama halnya dalam hal pendanaan untuk kegiatan acara dan promosi yang

dilakukan Dinas Pariwisata atau Pemerintah DIY, tidak lagi memberikan dana

kepada banya events kecil-kecil dengan pembagian yang sangat sedikit, namun

dana langsung diprioritaskan kepada beberapa master events untuk melakukan

pengelolaan yang baik dan melibatkan events kecil yang dipayunginya. Sama

halnya dengan promosi yang dilakukan penerintah dan pelaku industri pariwisata,

138

Berdasarkan hasil penelitian Ike Janita Dewi (dokumen pemerintah/belum

dipublikasikan) yang sudah dipresentasikan dalam forum Instansi Pemerintah

Provinsi DIY, Dinas Pariwisata DIY, Pelaku Industri Pariwisata, dan

Penyelenggara Events DIY dengan judul “Peningkatan Daya Saing Kepariwisataan DIY melalui Festival dan Event Tradisi dan Seni Budaya” pada 13 Desember 2016 di Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, ada beberapa event

berskala besar di DIY yang dapat dijadikan calon master event dengan beberapa

pertimbangan tema, jenis, karakteristik, dan letak geografis penyelenggaraan.

Berikut beberapa calon master events di DIY menurut Ike Janita Dewi

(sumber: Dinas Pariwisata DIY), yaitu:

1. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International Street Performance

Gambar 6.6. : Jogja International Street Performance 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

139 2. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja Fashion Week

Gambar 6.7. : Jogja Jogja Fashion Week 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

3. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: ArtJog

Gambar 6.8.: ArtJog 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

140 4. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja Air Show

Gambar 6.9. : Jogja Air Show 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

5. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International Heritage Walk

Gambar 6.10.: Jogja International Heritage Walk 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

141 6. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International Batik

Biennale

Gambar 6.11.: Jogja International Batik Biennale 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

7. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Maliboro Night Festival

Gambar 6.12.: Maliboro Night Festival 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

142

8. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Asia Tri Jogja

Gambar 6.13.: Asia Tri Jogja 2016 Sumber: Dinas Pariwisata DIY

9. Master Events lainnya, dapat ditambahkan atau dipilih oleh Dinas

Pariwisata DIY.

6.1.2.2. Strategi Advertising

Iklan yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY harus mengutamakan produk

wisata berbentuk events, namun juga bisa ditambah dengan produk-produk wisata

lainnya sebagai pelengkap dan penambah daya tarik berkunjung ke Yogyakarta.

Dalam mengiklankan produk wisata DIY, semua pihak harus mengutamakan

penggunaan brand yang sama antara iklan yang dilakukan pemerintah, pelaku

industri pariwista, dan juga komunitas atau pelaku events, serta mengajak

masyarakat umum di DIY dan wisatawan yang pernah berkunjung ke Yogyakarta

untuk ikut ambil bagian mempromosikan events yang akan dilaksanakan.

Pemasangan iklan di media cetak khususnya majalah, harus disesuaikan

143

melakukan langkah yang tepat dengan memasang iklan di majalah penerbangan

maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air pada bulan-bulan tertentu, namun hal itu

juga harus disesuaikan dengan rute penerbangan yang sesuai dengan negara target

pasar yang akan disasar serta berisi konten events yang menarik dan informatif.

Dinas Pariwisata juga dapat memilih media cetak atau media televisi di Belanda,

Jepang, Malaysia, Perancis, dan Singapura yang sesuai untuk mengiklankan

produk-produk wisata. Dinas Pariwisata DIY sebagai representatif pemerintah

harus memberi ruang dan menjembatani para pelaku industri pariwisata

berhubungan dengan pelaku industri pariwisata dan antar komunitas events

internasional di target pasar agar tercipta kerjasama yang lebih mendalam pada

tiga unsur yaitu goventment to Goventment (G2G), Business to Business (G2G),

dan Community to Community (C2C).

6.1.2.3. Strategi Selling

Strategi ini sangat cocok dilakukan oleh semua pihak dalam perannya

masing-masing. Dinas Pariwisata setiap tahunnya selalu mengikuti pameran di

beberapa negara termasuk negara target pasar, sehingga pihak pemerintah dapat

mengajak pelaku industri pariwisata dan pelaku event internasional untuk menjual

144

Gambar 6.14.: Peran Pemangku Kepentingan secara Sinergi. Sumber: Kementerian Pariwisata

Secara umum, penjualan produk wisata berbentuk events dilakukan melalui

penjualan tiket masuk acara. Hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai

kerjasama dengan pelaku atau penyelenggara event, dapat juga dilakukan oleh

pelaku industri pariwisata terutama biro perjalanan dalam membuat paket wisata

yang memperioritaskan kunjungan terhadap events internasional di DIY ditambah

bonus produk destinasi lainnya, agen-agen penjualan tiket dan acara internasional,

dan dilakukan sendiri oleh pihak penyelenggara baik secara langsung melalui

pameran atau misi penjualan, maupun penjualan berbasis internet.

Hal yang paling penting sebelum melakukan penjualan, adalah adanya

Master Event yang akan di jual, yang didalamnya sudah jelas tempat tempat dan

waktu pelaksanaannya, serta konten yang informatif dan menarik minat calon

wisatawan mancanegara yang akan membeli tiket atau paket event tersebut. Akan

lebih efektif jika informasi mengenai tempat, waktu, dan isi dari ‘Master Event’ sudah ada satu tahun atau minimal enam bulan sebelum waktu pelaksanaan agar

calon wisatawan mancanegara dapat menyesuaikan jadwal liburan mereka dengan

145

Dengan adanya sistem manajemen dari ‘Master Event’ yang ada dan kerjasama yang sinergis antara semua pihak dalam mengiklankan dan menjual

produk wisata ini, maka diharapkan penjualan tiket atau paket perjalanan wisata

events sudah laku terjual jauh hari sebelum waktu pelaksanaan. Namun yang tidak

kalah pentingnya adalah pemerintah dan manajemen penyelenggara harus

memperhatikan semua kondisi yang turut mendukung, baik dari segi tempat yang

mendukung, akomodasi perjalanan dan penginapan, pelayanan, kreatifitas dan

kualitas dari acara, dan berbagai fasilitas yang dibutuhkan agar wisata berupa

festival dan acara budaya dan kesenian (events) dapat memuaskan, dan memberi

makna positif bagi wisatawan agar dapat berkelanjutan.