BAB V ANALISIS DATA
V.1. Evaluasi Dampak Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) di Kecamatan Medan Tembung
Evaluasi dampak adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi suatu kebijakan atau program dengan konsekuensi berupa dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh rentetan aktivitas input, proses dan output kebijakan. Program Beras Miskin (RASKIN) adalah suatu program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu yang diharapkan dapat berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin dan secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan,
produktivitas keluarga miskin.Jadi, pengertian evaluasi dampak program beras miskin adalah melihat/mengevaluasi suatu hasil pengembangan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin.Adapun tujuan program raskin ialah untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Di kecamatan medan tembung terdapat sebanyak 4010 RTS masyarakat yang menjadi penerima manfaat raskin yang tersebar di tujuh kelurahan yang menjadi wilayah bagian dalam kecamatan ini dimana dua dintaranya ialah kelurahan sidorejo hilir dan kelurahan indrakasih yang masing-masing memiliki sebanyak 616 RTS dan 732 RTS penerima manfaat raskin.
Program raskin merupakan program yang bersifat membantu masyarakat miskin mengingat masih banyaknya masyarakat miskin khususnya di kecamatan medan tembung yang memang perlu dan layak untuk dibantu. Jika dillihat dari segi pelaksanaannya, pendistribusian beras dari titik distribusi ke masyarakat memang sudah berjalan cukup baik dimana kesadaran dan etos kerja aparatur sebagai abdi masyarakat juga cukup tinggi sehingga pelaksanaan pendistribusian raskin dilakukan dengan transparan dan akuntabel.Namun, yang menjadi sorotan permasalahan ialah bagaimana dampak program ini bagi masyarakat.Karena suatu program belum dapat dikatakan berhasil apabila sukses dalam pelaksanaan namun masih kurang memberikan kontribusi berupa perubahan bagi sasaran.mengacu pada pendapat di atas, berdasarkan hasil temuan penelitian, program raskin di kecamatan medan tembung sudah berjalan baik namun kurang memberikan
perubahan yang berarti bagi masyarakat sasaran program. Raskin memang merupakan sebuah program yang bersifat bantuan peringanan biaya kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin, namun tujuan tersebut masih belum begitu nyata dirasakan masyarakat.
Permasalahan utama yang membuat program ini seakan berjalan di tempat ialah seringnya raskin turun tidak tepat waktu sementara masyarakat tidak memiliki simpanan uang yang cukup jika harus menebus raskin dua atau tiga kali lipat sekali turun. Memang jika dilihat dari segi harga, harga tebus raskin per 15 kilonya hanya sebesar Rp24.000,00 namun kalau raskin yang ditebus sampai 2 atau 3 kali lipat maka biayanya bisa mencapai Rp 72.000,00. Hal inilah yang menjadi keluhan banyak RTS karena mereka tidak selalu memiliki uang lebih untuk menebus raskin yang datangnya tidak teratur.Pendapatan masyarakat yang rendah serta jumlah anggota keluarga yang banyak menyebabkan mereka kesulitan dalam membagi penghasilan guna memenuhi berbagai kebutuhan yang kompleks. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat memang menjawab dengan adanya raskin biaya yang seharusnya digunakan untuk membeli beras dapat dialihkan kepada kebutuhan lain selama beberapa waktu, namun kembali lagi karena jadwal turunnya raskin tidak tepat waktu yang menyebabkan masyarakat tetap harus menyediakan dana yang cukup besar apabila raskin datang dua atau tiga kali lipat.
Masalah kedua ialah kurangnya koordinasi dan komunikasi dalam hal pendataan yang dilakukan oleh pihak BPS kepada pihak kecamatan maupun kelurahan membuat pendataan kurang berjalan efektif. Banyak masyarakat yang namanya menjadi calon penerima manfaat yang telah diajukan kepling namun
tidak menjadi penerima manfaat sementara jika dilihat dari kondisi tempat tinggal masyarakat di kecamatan medan tembung, banyak penduduk yang memiliki rumah bergandengan tiga maupun empat yang kondisi ekonominya tidak jauh berbeda dan hal inilah yang kemudian sering menimbulkan kecemburuan social antar satu dengan yang lain. Pihak kelurahan sendiri tidak pernah menerima pemberitahuan perihal kapan pihak BPS melakukan survey sehingga tidak jarang banyak pendataan di lapangan yang sering mengecewakan masyarakat.Tidak hanya itu, data penerima manfaat yang telah ditetapkan kadang sudah usang.Hal ini dilihat peneliti selama dilapangan ketika yang bersangkutan sebagai penerima manfaat telah meninggal namun namanya masih terdaftar sebagai penerima manfaat. Jika pihak BPS melakukan koordinasi yang baik dengan pihak kelurahan maka tentu pendataan akan lebih efektif dan memuaskan masyarakat.
Masalah ketiga yaitu mengenai kualitas raskin yang sampai sekarang masih kurang bagus.Berdasarkan pendapat informan, beras raskin memiliki tekstur yang sedikit keras sehingga sulit ditelan dan terkadang bewarna sedikit kekuningan.Hal ini merupakan permasalahan yang penting untuk disoroti karena berdasarkan tujuannya program raskin diharapkan dapat berdampak tidak langsung terhadap peningkatan gizi dan peningkatan kesehatan keluarga miskin. Namun kenyataannya beras raskin masih sama kualitasnya dari tahun-tahun sebelumnya sehingga tidak bisa dikatakan mampu meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat sasaran. Hanya mengenai kuantitas turunnya raskin yang mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, dan hal itupun belum merata karena masing-masing kelurahan memiliki kuantitas turun raskin yang
berbeda-beda seperti kelurahan indrakasih yang mendapat jatah turun raskin sebanyak 15 kali sedangkan sidorejo sebanyak 14 kali untuk tahun yang lewat.
Masalah selanjutnya yaitu kesadaran dan inisiatif baik aparatur pelaksana sebagai pelayan public ternyata ikut membawa besarnya dampak raskin bagi masyarakat. Berdasarkan penelitian di kelurahan indrakasih dan di kelurahan sidorejo hilir terdapat perbandingan kinerja aparatur pelayan publik yaitu pada kelurahan indrakasih terdapat pungutan tambahan yang dibebankan kepada masyarakat ketika menebus raskin dengan alasan biaya operasional dan biaya karung goni padahal fakta yang ditemukan dilapangan kondisi beras yang dijumpai sudah berbentuk karung yang berat bersihnya sebesar 15kg, kemudian mengenai setoran biaya raskin ke rekening bulog, aparatur kelurahan menunggu raskin terjual seluruhnya lalu melakukan penyetoran sehingga waktu penyetoran sangat tergantung pada kemampuan menebus raskin oleh masyarakat sasaran, aparatur kelurahan juga memiliki kinerja yang kaku dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga mereka tidak mengizinkan pembelian raskin oleh masyarakat bukan penerima manfaat sekalipun ada raskin yang tidak ditebus. Sementara di kelurahan Sidorejo Hilir masyarakat tidak dikenai biaya tambahan karena aparaturnya mampu bekerja tim dalam pendistribusian raskin. Selain itu, adanya kerelaan aparatur untuk menduluankan dana raskin agar tidak terlambat disetor ke rekening bulog sebagai bentuk pertanggungjawaban raskin yang diambil dari dana pribadinya karena peka dengan kondisi masyarakat. kepekaan aparatur raskin terhadap masyarakat miskin lainnya membuat program raskin di kelurahan Sidorejo hilir cukup disiplin karena masyarakat yang menjadi penerima diberi ketegasan apabila tidak menebus raskin dalam waktu yang cukup lama
maka raskin yang menjadi miliknya akan didistribusikan kepada masyarakat miskin lain yang bukan penerima sasaran dengan harga yang sama. Melihat perbandingan di atas, seharusnya kesadaran aparatur kelurahan sidorejo hilir mampu menjadi contoh bagi pelayan public lainnya agar program yang berjalan lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kemudian tidak adanya rapat rutin yang melibatkan aspirasi masyarakat juga menjadi kelemahan program raskin ini karena selama tahun-tahun berjalannya raskin, permasalahan yang dijumpai dilapangan selalu sama. Seharusnya pemerintah mampu mengambil solusi berdasarkan aspirasi masyarakat karena raskin sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun dan agar mampu menjadi program pemerintah yang berhasil menyokong ketahanan pangan masyarakat miskin.
V.2. Analisis Indikator atau Faktor yang Mempengaruhi Dampak Program