• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Puslitbang

Dalam dokumen Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan (Halaman 39-138)

III. Akuntabilitas Kinerja

3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Puslitbang

Evaluasi dan analisis capaian kinerja Pulitbang Tanaman Pangan tahun 2016 disajikan sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1 : Terciptanya Varietas Unggul Baru

Tanaman Pangan

Kegiatan ini dapat dicapai melalui penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan. Adapun target IKU tahun 2016 yaitu dilepasnya 17 varietas unggul baru tanaman pangan, sedangkan capaian realisasi perakitan VUB tanaman pangan sebanyak 21 VUB atau 123,53%, yaitu telah dilepas 6 varietas unggul baru padi, 8 VUB aneka kacang dan umbi, dan 7 VUB serealia (Tabel 6).

Tabel 6. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2016. Indikator Kinerja Target Realisasi % Varietas unggul baru padi 6 6 100,00 Varietas unggul baru aneka

kacang dan umbi

6 8 133,33

Varietas unggul baru serealia 5 7 140,00 Secara umum, kinerja Puslitbang Tanaman Pangan dalam perakitan varietas unggul baru dapat tercapai sesuai target berdasarkan Renstra yang telah ditetapkan (Tabel 7).

Tabel 7. Perbandingan capaian kinerja tahun 2015 – 2016.

Indikator Kinerja Target/Realisasi 2015 2016 Varietas unggul baru

padi

Target 5 6

Realisasi 5 (100%) 6 (100%) Varietas unggul baru

aneka kacang dan umbi

Target 4 6

Realisasi 4 (100%) 8 (133,33%) Varietas unggul baru

serealia

Target 7 5

Perkembangan kinerja perakitan varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan selama tahun 2010-2016 lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan. Meskipun jika dilihat dari perkembangan anggaran penelitian menurun diperbandingkan dengan tahun 2011-2013. Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis yang disusun untuk 2015 – 2019.

Perkembangan realisasi kinerja dan anggaran penelitian perakitan VUB dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan kinerja perakitan varietas unggul baru tanaman pangan serta anggaran penelitian 2010-2016

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari VUB yang dilepas 2016 diuraikan sebagai berikut:

Padi

Tahun 2016 telah dilepas sebanyak 6 varietas unggul baru padi untuk padi sawah dan padi gogo. Varietas unggul baru yang dihasilkan oleh BB Padi pada 2016 adalah 3 (tiga) VUB padi sawah dan 3 (tiga) VUB padi gogo antara lain: 1) Inpari 42 Agritan GSR, 2) Inpari 43 Agritan GSR, 3) Inpari 44 Agritan, 4) Inpago 12 Agritan, 5) Inpago IPB 9G, dan 6) Unsoed Parimas.

Varietas padi Inpari 42 Agritan GSR merupakan asal persilangan Huangxinyhan dengan Fenghuazhan. Potensi hasil 10,58 t/ha dengan rata-rata hasil mencapai 7,11 t/ha. Sifat keunggulannya yaitu memiliki ketahanan

terhadap hama pada fase generatif dan agak tahan terhadap HDB patotipe III, rentan strain IV, dan agak tahan strain VIII, tahan penyakit blas daun ras 033 dan rentan ras 133 dan 173, agak tahan WBC biotipe 1 dan agak rentan WBC biotipe 2 dan 3, rentan virus tungro varian 033 dan 073. Anjuran tanam di lahan sawah dengan ketinggian 600 dpl.

Gambar 2. Keragaan padi varietas Inpari 42 Agritan GSR.

Varietas Inpari 43 Agritan GSR merupakan asal persilangan WuFengZhan, IRBB5 dan WuFengZhan. Potensi hasil 9,02 t/ha dengan rata-rata hasil 6,96 t/ha dengan sifat keunggulan Pada fase generatif tahan terhadap HDB patotipe III, agak tahan HDB patotipe IV dan VIII, tahan terhadap penyakit blas daun ras 073 dan 133, agak tahan ras 033, dan rentan ras 173. dan rentan terhadap ras 133 dan 173, agak rentan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3. Anjuran tanam pada lahan sawah subur dan kurang subur dengan ketinggian 600 m dpl, termasuk sawah endemik HDB dan blas.

Varietas Inpari 44 Agritan merupakan hasil persilangan Kebo x Ciherang dengan potensi hasil 9,25 t/ha dengan rata-rata hasil mencapai 6,53 t/ha. Keunggulan dari VUB ini adalah Tahan terhadap HDB pada fase generatif untuk strain III, agak rentan terhadap strain IV dan agak tahan terhadap strain VIII, rentan terhadap penyakit blas daun ras 073 dan 133, agak tahan ras 033, 133, 073 dan 173, agak rentan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3. Anjuran tanam pada lahan sawah irigasi dengan ketinggian 600 m dpl.

Gambar 4. Keragaan VUB Inpari 44 Agritan

Varietas Inpago 12 Agritan merupakan hasil persilangan dari Selegreng/Ciherang//Kencana Bali dengan potensi hasil 10,2 t/ha dengan rata-rata hasil 6,7 t/ha. Keunggulan varietas ini di antaranya tahan rebah dengan kerontokan sedang, berespon moderat terhadap keracunan Al dan kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan 073, agak tahan terhadap ras 133, 001, 013, 023, 051 dan 101, rentan blas ras 173 dan 041. Anjuran tanam lahan kering subur dan lahan kering masam dataran rendah sampai 700 m dpl.

Varietas Inpago IPB 9G merupakan asal persilangan IPB98-F-5-1-1/IR 64,

potensi hasil 9,09 t/ha dan rata-rata hasil 6,05 t/ha. Keunggulan VUB ini di antaranya berespon moderat terhadap keracunan Al 40 ppm dan agak peka terhadap kekeringan, agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan wereng batang coklat biotipe 2 dan 3. Tahan terhadap penyakit blas ras 073, dan agak tahan terhadap blas ras 033, 001 dan 051, rentan blas ras 133, 173, 013, 041 dan 023. Anjuran tanam lahan kering subur dan lahan kering masam sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.

Gambar 6. Keragaan VUB Inpago IPB 9 G

Varietas Unsoed Parimas merupakan asal persilangan antara Cimelati dan galur G10, potensi hasil 9,40 t/ha dengan rata-rata hasil 6,19 t/ha. Sifat keunggulan dari VUB ini berespon moderat terhadap keracunan Al 40 ppm dan kekeringan, agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan 3. Namun, Rentan penyakit blas ras 033, tahan blas ras 073, agak tahan blas ras 133, rentan blas ras 173. Anjuran tanam lahan kering subur dan lahan kering masam sampai ketinggian 700 m dpl.

Kedelai

Tahun 2016 telah dilepas sebanyak 4 varietas unggul baru kedelai, antara lain 1) varietas Deja 1, 2) Varietas Deja 2, 3) Detap 1, dan 4) Devon 2. Adapun rincian dan keunggulan masing-masing varietas kedelai disajikan sebagai berikut: Kedelai varietas Deja 1 merupakan hasil seleksi persilangan varietas Kawi dengan galur IAC 100. Umur 78 hari (genjah) dengan potensi hasil 2,6 t/ha dan rata-rata hasil 2,18 t/ha. Sifat keunggulan toleran terhadap jenuh air, ukuran biji besar 16,0 g/100 butir, agak tahan terhadap penyakit karat daun, agak tahan hama penghisap polong dan peka hama ulat grayak.

Gambar 8. Keragaan kedelai Deja 1.

Varietas Deja 2 ini berumur genjah (79 hari) dengan potensi hasil 2,87 t/ha dan rata-rata hasil mencapai 2,39 t/ha. Sifat keunggulan yaitu toleran jenuh air, berumur genjah, biji sedang 12,9 g/100 butir, agak tahan terhadap penyakit karat daun, agak tahan hama penghisap polong dan hama ulat grayak.

Varietas Detap 1 berumur genjah (79 hari), potensi hasil 3,39 t/ha, dengan rata-rata hasil 2,74 t/ha, dan berbiji besar. Keunggulan lain tahan pecah polong, agak tahan pengisap polong, penggerek polong dan pemakan daun.

Gambar 10. Keragaan tanaman dan biji VUB kedelai Detap 1.

Varietas Devon 2 berumur genjah 78 hari dan berbiji besar 17,03 g/100 butir. Potensi hasil 2,90 t/ha, rata-rata hasil 2,67 t/ha, mengandung isoflavon tinggi 1.097,9 μg sangat sesuai untuk bahan pembuatan tempe, agak tahan pengisap polong dan penggerek polong, rentan terhadap penyakit pemakan daun.

Kacang hijau

Tahun 2016 telah dilepas 2 varietas unggul kacang hijau, yaitu Varietas Vima 4 dan Vima 5. Kedua varietas tersebut berumur genjah 56 hari. Varietas Vima 4 memiliki keunggulan yaitu kandungan protein 22,11% basis kering dan lemak 0,72% basis kering, polong tidak mudah pecah, agak tahan embun tepung dan hama thrips, serta potensi produksi 2,32 ton/ha. Sedangkan varietas Vima 5 memiliki keunggulan yaitu kandungan protein 23,36% basis kering dan lemak 0,68% basis kering, polong tidak mudah pecah, agak tahan embun tepung dan hama thrips, serta potensi produksi 2,34 ton/ha.

Gambar 12. Keragaan kacang hijau varietas Vima 4 (kiri) dan Vima 5 (kanan)

Ubi Jalar

Telah dilepas 2 (dua) varietas unggul ubijalar dengan nama Patting 1 dan Patting 2, yang memiliki rasa enak. Varietas Patting 1 memiliki keunggulan potensi hasil 29,9 ton/ha, umur tanaman 4 – 4,5 bulan, warna daging umbi putih, agak tahan penyakit kudis dan hama boleng, kadar pati dan bahan kering tinggi 24,83%, serta sesuai ditanam di lahan tegalan dan lahan sawah sesudah tanam padi. Sedangkan varietas Patting 2 memiliki keunggulan potensi hasil 31,8 ton/ha, umur tanaman 4 – 4,5 bulan, warna daging umbi kuning, agak tahan penyakit kudis dan hama boleng, kadar pati dan bahan kering tinggi 23,33%, serta sesuai ditanam di lahan tegalan dan lahan sawah sesudah tanam padi.

Gambar 13. Keragaan ubijalar varietas Patting 1 (kiri) dan Patting 2 (kanan)

Jagung

Tahun 2016 telah dilepas 5 (lima) varietas unggul baru jagung, yaitu jagung hibrida varietas HJ 28 Agritan, JH 35, JH 37, dan JH 47, serta jagung komposit Srikandi Kuning 2. Rincian dan keunggulan masing-masing varietas disajikan berikut ini.

Jagung hibrida varietas HJ 28 Agritan berumur genjah (80 hari), potensi hasil 12,9 t/ha dengan provitas rata-rata 11,8 t/ha, tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora philipinensis L.), hawar dan karat daun dataran rendah, stay green, umur genjah, adaptif pada lahan ketinggian 5 – 650 m dpl.

Jagung hibrida JH 35 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,9 ton/ha, agak tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis), tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis), agak toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran rendah.

Gambar 15. Keragaan jagung hibrida varietas JH 35

Jagung hibrida JH 37 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5 t/ha. Agak tahan terhadap penyakit bulai jenis Peronosclerospora maydis dan sangat tahan terhadap Peronosclerospora philippinensis), serta tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis). Potensi hasil tinggi, tahan rebah akar dan batang, agak toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran rendah.

Jagung hibrida JH 47 berumur sedang (99 hari) dengan potensi hasil 12,5 ton/ha. Tahan terhadap penyakit bulai jenis Peronosclerospora maydis dan

Peronosclerospora philippinensis, serta tahan penyakit karat daun (Puccinia sorghi) dan hawar daun dataran rendah (Helminthosporium maydis). Potensi hasil tinggi, tahan rebah akar dan batang, toleran kekeringan dan nitrogen rendah serta beradaptasi luas di dataran rendah.

Gambar 17. Keragaan jagung hibrida varietas JH 47

Jagung komposit Sikandi Kuning 2 berumur sedang (98 hst), potensi hasil 8,9 t/ha dengan produktivitas rata-rata 7,5 t/ha, batang kokoh sehingga tahan rebah, tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora philipinensis L.), hawar dan karat daun dataran rendah, adaptif pada lingkungan optimal dataran rendah (≤ 400 dpl), baik pada musim hujan maupun musim kering.

Gandum GURI 6

Gandum varietas GURI 6 berumur 100 hari dengan potensi hasil 3,5 t/ha dan produktivitas hasil rata-rata 2,3 t/ha. Gandum ini memiliki umur berbunga, umur panen lebih genjah, tinggi tanaman lebih pendek dibanding varietas existing, memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit hawar daun (Helminthosporium sativum) yang tergolong agak resisten. Hasil yang adaptif pada lingkungan optimal.

Gambar 19. Keragaan gandum varietas GURI 6

Sorgum SOPER 6 Agritan

Sorgum varietas SOPER 6 Agritan berumur 110 hari dengan potensi hasil 6,19 t/ha. Tahan terhadap hama aphis, agak tahan terhadap penyakit bercak daun dan rentan terhadap bercak daun. Beradaptasi baik pada lingkungan optimal, berpotensi untuk pangan dan bahan baku energi.

Outcome dari varietas unggul baru tanaman pangan yang dilepas dapat dilaporkan sebagai berikut:

Padi Green Super Rice

Varietas unggul padi Inpari 42, 43, dan 44 Agritan GSR merupakan produk program Green Super Rice (GSR). Paradigma teraktual perakitan varietas padi melalui teknologi Green Super Rice, yaitu memadukan keragaman genetik tanaman padi dari berbagai penjuru dunia, sehingga dapat muncul karakter-karakter daya hasil yang tinggi dengan asupan bahan kimia buatan relatif rendah. Varietas yang dihasilkan dirancang untuk toleran terhadap cekaman abiotik, sehingga durable di lapang dan mampu berproduksi tinggi pada kondisi pemupukan yang tidak berlebih dan tetap relatif tinggi hasilnya jika menghadapi kondisi pemupukan yang terbatas pada taraf tertentu. Upaya perakitan material genetik GSR diawali di IRRI tahun 1990-an dan dilanjutkan di China tahun 2000-an. Bill and Melinda Gates Foundation telah mendorong pengujian material GSR di Asia dan Afrika tahun 2010-an. Beberapa galur telah dilepas di Afrika dan Asia. Sedangkan Indonesia melepas Inpari 42 Agritan GSR, Inpari 43 Agritan GSR, dan Inpari 44 Agritan GSR. Varietas ini memiliki potensi hasil 10 ton/ha dan tahan terhadap blas dan HDB. Varietas tersebut diminati petani di beberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah. Keunggulan varietas ini antara lain produksi tetap tinggi dengan penurunan takaran pupuk hingga 25% dibandingkan varietas unggul lain.

Kedelai

Kedelai varietas Deja 1 dan Deja 2 toleran terhadap genangan atau jenuh air sehingga dapat ditanam di lahan-lahan yag memiliki curah hujan tinggi dan sarana saluran irigasi kurang baik. Devon 2 yaitu kedelai yang memiliki kandungan isoflavon tinggi sebagai functional food antara lain penghambat radikal bebas, menghambat fase regeneratif dan menekan terjadinya penyakit kanker. Kacang hijau varietas Vima 4 dan Vima 5 memiliki karakter biji kecil sangat diminati industri kecambah dan industri olahan lain.

Gandum

Hasil tanam gandum varietas Guri 6 Agritan di Malino (Sulsel), Salatiga (Jateng), Malang (Jatim), dan Bogor (Jabar), tertinggi mencapai 3,3 t/ha atau rata-rata hasil 2,4 t/ha, lebih unggul dibandingkan varietas GURI 3, GURI 5, dan Dewata. Di samping itu, memiliki umur berbunga dan umur panen lebih genjah, yang direncanakan untuk dikembangkan di Tosari, Jawa Timur.

Jagung

Jagung hibrida JH 37 dan JH 47 telah ditanam di Babel, Probolinggo (Jatim), Konawe (Sultra), dan Lombok Barat mampu menghasilkan 10,71 dan 10,77 t/ha lebih tinggi daripada pembanding varietas Bima 16 dan Pertiwi 3. Ke depan varietas ini menjadi alternatif pilihan petani guna mendukung swasembada jagung nasional.

Produksi Jagung Indonesia 2016 Terbesar se ASEAN

Kementerian Pertanian memperkirakan produksi jagung Indonesia pada 2016 yang diperkirakan akan mencapai 20,22 juta ton pipilan kering. Jumlah tersebut akan melampaui enam negara anggota ASEAN, seperti dilansir oleh Asean Food Security Information System (AFSIS) pada Sabtu (9/1).

AFSIS melansir bahwa produksi jagung Indonesia tahun ini diproyeksikan mencapai 20,22 juta ton melampaui Filipina yang diperkirakan hanya 8,04 juta ton, Vietnam 5,23 juta ton, Thailand 4,77 juta ton, Myanmar 1,86 juta ton, Laos 1,11 juta ton, dan Kamboja 0,56 juta ton. Brunei, Malaysia, dan Singapura tidak menghasilkan jagung.

Untuk pertambahan luas tanam dan luas panen, luas panen di kawasan Asia Tenggara tahun 2016 diperkirakan mencapai 9,75 juta ha meningkat 1% dari tahun lalu seluas 9,65 juta ha. Luas panen jagung Indonesia tahun ini diprediksi hanya 3,99 juta ha atau hampir sama dengan 2015. Pada 2014, luas panen jagung Indonesia mencapai 7,67 juta ha. Pada 2016, luas panen Filipina 2,64 juta ha, Vietnam 1,17 juta ha, Thailand 1,12 juta ha, Myanmar 0,48 juta ha, Laos 0,21 juta ha, dan Kamboja 0,14 juta ha.

Produksi jagung Indonesia pada 2015 mencapai 20,67 juta ton pipilan kering, Filipina 7,64 juta ton, Vietnam 5,19 juta ton, Thailand 4,70 juta ton, Myanmar 1,72 juta ton, Laos 1,11 juta ton, dan Kamboja 0,55 juta ton.Total produksi jagung di kawasan Asean pada 2015 mencapai 41,59 juta ton. Sedangkan pada 2014, produksi jagung Indonesia masih mencapai 23,52 juta ton pipilan kering, Filipina 7,77 juta ton, Vietnam 5,19 juta ton, Thailand 4,81 juta ton, Myanmar 1,63 juta ton, Laos 1,14 juta ton, dan Kamboja 0,93 juta ton. Total produksi jagung Asean pada 2014 sebanyak 44,98 juta ton.

Produktivitas tanaman jagung di Indonesia sudah cukup baik sekitar 5,07 ton/ha pada tahun ini dari rata-rata di kawasan Asean hanya 4,29 ton/ha. Produktivitas di Laos mencapai 5,30 ton/ha, di Kamboja 4,08 ton/ha, dan di Myanmar 3,86 ton/ha.

Sasaran Strategis 2 : Tersedianya Teknologi Budi Daya, Panen,

dan Pascapanen Primer Tanaman Pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PK 2016, yaitu dihasilkannya 17 paket teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2016 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%. Perakitan teknologi budi daya panen tanaman pangan pada tahun 2016 telah dirakit sebanyak 20 paket teknologi (Tabel 8).

Tabel 8. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2016

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Teknologi budi daya padi 7 7 100

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi

6 6 100

Teknologi budi daya tanaman serealia

7 7 100

Secara umum paket teknologi yang dihasilkan pada tahun kedua renstra 2015-2019 dapat terpenuhi sesuai dengan target. Jumlah teknologi yang dihasilkan bergantung pada sifat teknologi dan lama/waktu penelitian yang diperlukan (Tabel 9).

Tabel 9. Perbandingan capaian kinerja tahun 2015 - 2016.

Indikator Kinerja Target/Realisasi 2015 2016

Teknologi budi daya padi

Target 9 7

Realisasi 9

(100%)

7 (100%) Teknologi budi daya

aneka kacang dan ubi

Target 8 6

Realisasi 8

(100%)

6 (100%) Teknologi budi daya

tanaman serealia Target 4 7 Realisasi 4 (100%) 7 (100%)

Gambar 21. Perkembangan realisasi kinerja dan anggaran penelitian perakitan teknologi tanaman pangan 2010-2016.

Perkembangan kinerja paket teknologi tanaman pangan selama tahun 2010-2016 lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan. Pagu anggaran penelitian relatif tetap, tertinggi tahun 2012, sedangkan realisasi anggaran setiap tahun cukup baik mendekati pagu anggaran (Gambar 21).

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman pangan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi Jajar Legowo Super

Teknologi padi jajar legowo (jarwo) super merupakan teknologi budi daya padi secara terpadu berbasis cara tanam jajar legowo 2:1, suatu sistem tanam pindah antara dua barisan tanaman terdapat lorong kosong memanjang sejajar dengan barisan tanaman dan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar-baris. Sistem tanam ini bertujuan meningkatkan populasi tanaman per satuan luas, perluasan pengaruh tanaman pinggir, dan mempermudah pemeliharaan tanaman.

Teknologi yang dirakit dalam sistem Jajar Legowo Super yaitu: 1) Varietas unggul baru padi potensi hasil tinggi, 2) Aplikasi biodekomposer, 3) Penggunaan Pupuk hayati, 4) Penggunaan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali, dan 5) Alat dan mesin pertanian untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine harvester).

Varietas unggul merupakan salah satu komponen utama teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Varietas unggul yang digunakan dan memiliki potensi hasil tinggi, seperti: Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB, Inpari 33, dan Inpari 43 Agritan GSR. Biodekomposer M-Dec merupakan perombak bahan organik yang diaplikasikan sebelum pengolahan tanah dengan dosis 2 kg/ha. Biodekomposer M-Dec mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3-4 minggu. Pengomposan jerami dengan aplikasi biodekomposer mempercepat residu organik menjadi bahan organik tanah dan meningkatkan ketersediaan hara NPK di tanah, sehingga pemupukan lebih efisien dan menekan perkembangan penyakit tular tanah.

Pupuk hayati adalah pupuk berbasis mikroba non-patogenik yang dapat menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman), penambat nitrogen dan pelarut fosfat yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Pupuk hayati Agrimeth memiliki aktivitas enzimatik dan fitohormon yang berpengaruh positif terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, pematahan dormansi, meningkatkan vigor dan viabilitas benih, efisiensi penggunaan pupuk NPK anorganik dan produktivitas tanaman. Pupuk hayati hanya diaplikasikan sekali pada saat benih akan disemai dengan cara perlakuan benih. Sisa pupuk hayati disebarkan di lahan persemaian. Penetapan status hara tanah hara P dan K diukur dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan budi daya jajar legowo super yang memiliki status hara P (fosfat) dan K (kalium) sedang sampai tinggi di sentra produksi padi. Pemupukan dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7-10 HST, 1/3 bagian pada umur 25-30 HST, dan 1/3 bagian pada umur 40-45 HST. Kecukupan N dikawal dengan bagan warna daun (BWD) setiap 10 hari hingga menjelang berbunga. Untuk meningkatkan kesuburan lahan, selain dengan pupuk kimia juga dapat diaplikasikan pupuk kandang 2 t/ha yang telah matang sempurna.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali. Hama utama tanaman padi adalah wereng batang cokelat, penggerek batang, dan tikus. Sedangkan penyakit penting adalah blas, hawar daun bakteri, dan tungro.

Pengendalian hama dan penyakit diutamakan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, dan mempertahankan populasi musuh alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen pengendalian lain tidak mampu mengendalikan hama penyakit.

Alat dan mesin pertanian untuk tanam (jarwo transplanter) dan panen (combine harvester). Penanaman dapat menggunakan mesin tanam Indojarwo transplanter. Panen menggunakan combine harvester. Combine harvester

merupakan alat pemanen produk Balitbangtan yang didesain khusus untuk kondisi sawah di Indonesia. Kapasitas kerja mesin ini 5 jam per hektar dan ground pressure 0,13 kg/cm2, dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 asisten operator, sehingga mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ha. Alsin ini menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian yang terkontrol. Penggunaan combine harvester menekan kehilangan hasil gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan hasil jika dipanen secara manual 10%.

Teknologi Jajar Legowo Super telah diuji keunggulannya melalui Demarea seluas 50 ha pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, musim tanam 2016. Hasil pengujian varietas Inpari-30 Ciherang Sub-1 ternyata mempunyai potensi produksi 13,9 ton GKP/ha, varietas Inpari-32 HDB 14,4 ton GKP/ha, varietas Inpari-33 12,4 ton GKP/ha dan varietas Inpari 43 Agritan GSR 13,31 ton GKP/ha, sedangkan produktivitas varietas Ciherang yang diusahakan petani di luar Demarea hanya 7,0 ton GKP/ha (Tabel 10).

Tabel 10. Hasil Panen Jajar Legowo Super, Indramayu, 2016. Varietas

Kadar Air (%) GKP (ton/ha) GKG (ton/ha) I II III Ratarata I II III Ratarata I II III Rata-rata

Inpari 30 Ciherang Sub-1 25,5 22,7 26,3 24,83 13,50 14,40 13,82 13,90 11,69 12,94 11,84 12,16 Inpari 32 HDB 24,6 26,0 22,8 24,47 14,32 14,03 14,74 14,36 12,55 12,07 13,23 12,62 Inpari 33 21,0 21,9 23,0 21,97 12,32 12,96 12,89 12,39 11,32 11,77 11,54 11,54 Inpari 43 Agritan GSR 21,7 22,1 23,0 22,3 15,12 14,22 13,31 14,22 13,77 12,88 12,33 12,96

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani padi teknologi Jajar Legowo Super mencapai Rp 42.487.222/ha dan nilai B/C ratio 2,66 lebih tinggi dibanding cara petani dengan B/C ratio 1,48. Penerapan

Dalam dokumen Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan (Halaman 39-138)

Dokumen terkait