• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis

Dalam dokumen LKj IP 2016 Final lkj ip 2016 final (Halaman 31-48)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

III.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis

Dalam sub bab ini disajikan pencapaian sasaran strategis Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset DIY yang dicerminkan dalam capaian Indikator Kinerja. Adapun evaluasi dan analisis secara rinci indikator kinerja menurut sasaran stategis diuraikan sebagai berikut:

III.2.1 Sasaran Meningkatnya pendapatan daerah dari pajak, retribusi dan lain -lain pendapatan .

Sasaran meningkatnya pendapatan daerah dari pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan menjadi salah satu sasaran strategis Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dikarenakan alasan teknis dan alasan kebijakan. Alasan teknis terkait perluasan layanan pembayaran pajak, pemetaan potensi pendapatan daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berpendapatan, koordinasi dengan pemerintah pusat untuk menyampaikan masukan terhadap kondisi keuangan daerah agar meningkatkan pendapatan transfer pusat ke daerah sedang alasan kebijakan dimana kemampuan keuangan daerah di DIY dibawah 50% sehingga tingkat ketergantungan pembiayaan pembangunan daerah atas pemerintah pusat masih tinggi.

Tolok ukur capaian sasaran meningkatnya pendapatan daerah dari pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan terdiri dari satu indikator yaitu indikator:persentase kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah dengan formulasi perhitungan: jumlah realisasi PAD berupa pajak, retribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah dibagi jumlah total realisasi pendapatan APBD tahun anggaran 2016 dikalikan seratus persen.

P : Total Realisasi pendapatan APBD Realisasi PAD X 100%

Gambaran tentang pendapatan dari pajak daerah yang dipungut antara lain bersumber dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok. Untuk pajak bahan bakar kendaraan bermotor terjadi perluasan obyek pajaknya selain premium, pertamax, solar, pertamina dex, bio solar, pertalite juga dexlite dan pertamax turbo meskipun wilayah obyeknya masih terbatas. Perluasan obyek pajak juga diikuti dengan perluasan wilayah obyek dimana sebelumnya untuk pertalite hanya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo bertambah wilayah Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul.

Hasil retribusi daerah yang dipungut yaitu retribusi jasa usaha terdiri dari retribusi pemakaian kekayaan daerah bersumber dari retribusi rumah dinas, lahan parkir Malioboro Mall, tanah dan bangunan, Bangun Guna Serah (BGS), retribusi

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dpisahkan bersumber dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta dan bagian laba atas penyertaan modal pada lembaga keuangan non bank.

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah bersumber dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan deposito bank, tuntutan ganti rugi daerah, pendapatan denda pajak, pendapatan pengelolaan Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), tindak lanjut hasil temuan dan lain-lain pendapatan yang telah ditargetkan.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan dalam APBD pada tahun 2016 adalah sebagaimana tabel dibawah.

Tabel III.2.1.1 Realisasi PAD dan Pendapatan Daerah tahun 2016

No Uraian Realisasi*)

1 PAD Rp1.673.209.115.514,09

1.1 Pajak Daerah Rp1.440.571.518.513,00

1.2 Hasil Retribusi Daerah Rp 36.585.883.321,00 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Rp 57.336.115.845'38 1.4 Lain-lain PAD yang sah Rp 138.715.597.834,71

2 Total Pendapatan Daerah Rp3.898.652.904.306,09

2.1 Pendapatan Daerah (non Danais, DAK non BOS) Rp3.334.885.384.349,09

2.2 Danais Rp 477.494.515.166,00

2.3 DAK Non BOS Rp 86.273.004.791,00

*) Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pemda DIY tahun 2016 Un audited,diolah

Dari data dalam tabel diatas diperoleh hitungan persentase kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah sebagai berikut:

P = Rp1.673.209.115.514,09 X 100% Rp3.334.885.384.349,09

Tabel III.2.1.2 Target dan realisasi kinerja sasaran meningkatnya pendapatan daerah dari pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan.

No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir Renstra (2017) Capaian s/d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi* 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Persentase kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah 53,11% 49,18% 50,18% 102,03% 46,25% 105,79%

Capaian kinerja indikator persentase kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah ditahun 2016 adalah 50,18% dari target sebesar 49,18%, jadi persentase realisasinya 102,03% .

Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 53,11%, realisasi tahun 2016 sebesar 50,18% turun 2,93%, terhadap realisasi tahun 2014 sebesar 52,62% realisasi tahun 2016 turun 2,44% sedang terhadap realisasi tahun 2013 sebesar 47,08%, realisasi tahun 2016 naik 3,1%. Realisasi capaian tahun 2016 sebesar 50,18% terhadap target akhir Renstra Revisi sebesar 46,25%, artinya target akhir Renstra Revisi telah dicapai.

Faktor pendorong tercapainya sasaran meningkatnya pendapatan daerah dari pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan adalah adanya penyesuaian regulasi, peningkatan sumberdaya penagihan, penambahan sarana prasanana pendukung kinerja pelayanan khususnya dalam pelaksanaan pembayaran pajak kendaraan bermotor sebagai sumber penghasil terbesar dalam penerimaan PAD.

Gambar III.2.1.1 Launching e-samsat oleh Gubernur DIY

Pajak (WP) membayar melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan perbaikan sarana prasarana penunjang dengan melakukan perluasan gedung KPPD Bantul dan KPPD Sleman.

Obyek pajak daerah memang bersifat close list berdasarkan UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak

Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target kinerja sasaran adalah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak dan Retribusi Daerah. Pada tahun 2016 ini, intensifikasi pajak daerah dilakukan melalui pendataan dan penagihan wajib pajak secara door to door, pengembangan aplikasi kesamsatan yang memungkinkan wajib

Gambar III.2.1.1.Pembangunan Gedung baru KPPD Sleman

daerah dan Retribusi Daerah, tapi tetap dapat dilakukan ekstensifikasi, antara lain penambahan jumlah Wajib Pajak pada Pajak Air Permukaan. Wajib pajak Pajak Air Permukaan pada tahun 2016 bertambah dua, yaitu PDAM Kabupaten Bantul dan Sleman. Pada Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor, DIY mendapatkan tambahan dari penjualan BBM jenis baru yaitu Bahan Bakar Gas, Pertalite, Dexlite dan Pertamax Turbo. Penambahan pajak dari hasil penjualan jenis bahan bakar baru ini, khususnya pertalite, sangat signifikan menambah penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor karena harganya di atas premium dan volume penjualannya juga tinggi.

Intensifikasi pada retribusi daerah dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan SKPD berpendapatan agar mereka dapat lebih berusaha meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, karena retribusi terkait dengan pelayanan yang diberikan. Pada retribusi daerah, ekstensifikasi dilakukan dengan menggali potensi dari aset yang dimiliki SKPD maupun inovasi-inovasi baru.

Terkait pemanfaatan aset pada DPPKA berupa pemanfaatan rumah dinas, sewa tanah dan bangunan, bangun guna serah dan lahan untuk parkir dijadikan retribusi, pada Dinas PUPESDM berupa pengelolaan lumpur tinja dan tempat pembuangan akhir dijadikan retribusi. Terkait penambahan retribusi dari inovasi baru adalah adanya alat baru dari BPTTG.

III.2.2 Sasaran Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah menjadi sasaran strategis adalah alasan teknis dan alasan kebijakan. Alasan teknis terkait integrasi modul sistem perencanaan dan penganggaran sedangkan alasan kebijakan terkait persepsi dan konsepsi yang sama dan sepaham bagi setiap pemangku kepentingan dan pemangku kebijakan anggaran pemerintah daerah terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Tolok ukur capaian sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah terdiri dari satu indikator yaitu indikator persentase ketepatan dan keakuratan dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah dengan formulasi perhitungan untuk ketepatan: APBD disyahkan tanggal 31 Desember (50%) dan semua SKPD selesai menyusun laporan keuangan tanggal 28 Februari (50%), dan keakuratan: nilai bobot SPI (60%) ditambah nilai bobot kepatuhan (40%), dirumuskan sebagai berikut:

ketepatan (X1+X2) + ( keakuratan ( X3 + X4) Y = --- 2

Dimana: Ketepatan:

X1 : APBD disyahkan 31 Desember

X2 : SKPD selesai menyusun laporan keuangan tanggal 28 Februari Keakuratan:

X3 : Nilai bobot SPI X4 : Nilai bobot kepatuhan

Gambaran mengenai penyusunan APBD TA.2016, penyusunan laporan keuangan SKPD 2016 dan hasil pemeriksaan BPK atas Sistem Pengendalian Intern

Untuk menyusun APBD Tahun Anggaran 2016, berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.

Sesuai surat edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditujukan kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, Hal Penyusunan RKA-SKPD Tahun Anggaran 2016 terbit pada tanggal 15 Oktober 2015 dengan Nomor: 903/10269. Penyusunan dan pembahasan RKA SKPD dan RKA PPKD serta penyusunan Rancangan Perda tentang APBD menggunakan format Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) secara online.

Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD DIY tanggal 19 Oktober 2015, keputusan bersama antara Gubernur dan DPRD Nomor 83/K/DPRD/2015 dan 18/PERS-BER/2015 tanggal 30 Nopember 201 tentang Rancangan Perda APBD TA.2016. Penyampaian Raperda dan Raperkada tentang APBD kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi nomor 903/14211, tanggal 29 Nopember 2015 dan klarifikasi oleh Depdagri tanggal 8 Desember 2015 dengan hasil Keputusan Mendagri Nomor 903-6205 tahun 2015, tanggal 21 Desember 2015 tentang Evaluasi Raperda DIY tentang APBD TA.2016 dan Rapergub DIY tentang Penjabaran APBD TA.2016.

Hasil evaluasi Kemendagri disampaikan ke DPRD DIY dengan surat Gubernur tertanggal 21 Desember 2015 Nomor 903/12525. Hasil kesimpulan pembahasan evaluasi dengan DPRD DIY tertuang dalam Keputusan Pimpinan DPRD Nomor 108/K.P/DPRD/2015 tanggal 23 Desember 2015. Raperda APBD DIY TA.2016 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2015 27 Desember 2015 tentang APBD DIY TA.2016.

Untuk menyusun laporan keuangan akhir tahun 2016, Pemerintah Daerah DIY telah mengeluarkan Surat Edaran Sekretaris Daerah Nomor 910/15421 tanggal 27 Desember 2016, Hal: Laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran 2016 yang ditujukan kepada Kepala Dinas / Badan / Kantor / Setda / Setwan / RS.Grhasia / RS.Respira dan SKPD selaku PA/KPA Penerima Dana Keistimewaan di Lingkungan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Laporan keuangan yang disusun adalah laporan keuangan berbasis akrual yang terdiri dari 7 laporan yaitu LRA, Neraca, Laporan operasional, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan catatan atas laporan keuangan, menggunakan aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Sampai dengan Pebruari 2017 sebanyak 46 SKPD telah selesai menyusun laporan keuangan tahun 2016.

Dari laporan keuangan masing-masing SKPD dikonsolidasi menjadi laporan keuangan Pemda DIY Tahun 2016 un audited sebagai entitas pelaporan. Laporan Keuangan Pemda DIY un audited tahun 2016 kemudian akan dilakukan reviu oleh Inspektorat DIY sebelum diserahkan ke Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 22B/LHP/XVIII.YOG/05/2016, tanggal 30 Mei 2016 tentang Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, terdapat 5 temuan pemeriksaan terkait administrasi (bobot 60%), dan berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22C/LHP/XVIII.YOG/05/2016, tanggal 30 Mei 2016 tentang Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, terdapat 4 temuan hasil pemeriksaan terkait kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan( bobot 40%).

Tabel III.2.2.1Ketepatan dan Keakuratan pengelolaan keuangan daerah 2016

No Uraian Nilai Bobot

Ketepatan*)

Nilai Bobot Keakuratan*)

1 2 3 4

1 APBD TA. 2016 disyahkan dengan Perda DIY No.14 tanggal 27 Desember 2015 tentang (bobot 50%)

50%

2 Tanggal 28 Pebruari 2017 sebanyak 46 SKPD

Pemda DIY telah menyusun laporan keuangan 2016 (bobot 50%)

50%

3 LHP BPK RI No. 22B/LHP/XVIII.YOG/05/2016

tanggal 30 Mei 2016, sebanyak 5 temuan

pemeriksaan SPI (bobot 60%)

60%

4 LHP BPK RI No. 22C/LHP/XVIII.YOG/05/2016

tanggal 30 Mei 2016, sebanyak 4 temuan

pemeriksaan Kepatuhan (bobot 40%)

40%

Dari tabel diatas, diperoleh hitungan capaian indikator persentase ketepatan dan keakuratan pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut:

ketepatan (X1+X2) + ( keakuratan ( X3 + X4) Y = --- 2 (50% + 50%) + ( 60% + 40%) Y = --- 2 = 100%

Hasil hitungan diatas dimasukkan dalam tabel target dan realisasi kinerja sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut.

Tabel III.2.2.2 Target dan realisasi kinerja sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah

No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir Renstra (2017) Capaian s/d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi 1 Persentase Ketepatan dan keakuratan dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah 100% 100,00% 100,00% 100,00 100,00 100,00

Capaian kinerja indikator persentase ketepatan dan keakuratan dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah tahun 2016 sebesar 100% dari target 100%, jadi realisasi capaian kinerjanya sebesar 100%.

Terhadap capaian tahun 2015 sebesar 100%, realisasi tahun 2016 sebesar 100%, artinya realisasi tercapai, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 maupun tahun 2013 tidak dapat diperbandingkan, karena indikator sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah mengalami perubahan sesuai Revisi RPJMD 2012 - 2017 maupun revisi indikator kinerja utama Renstra

meskipun targetnya sama. Terhadap target akhir Revisi Renstra 2017, capaian kinerja tahun 2016 sebesar 100%, artinya target akhir Revisi Renstra telah dicapai.

Faktor yang mendorong ketercapaian kinerja sasaran peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah antara lain regulasi sebagai payung hukum dipersiapkan, SDM pelaksana dan pengelola keuangan telah dipersiapkan, adanya kebijakan pimpinan, sarana prasarana pendukung tersedia, sistem yang digunakan untuk perencanaan penganggaran, penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan dan aset telah integratif dan aplikatif dalam penerapan acrual basis, selain itu temuan aparat pengawasan turun dan segera ditindaklanjuti.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertahankan agar pengelolaan keuangan daerah semakin berkualitas antara lain dilakukan sosialisasi peraturan terkait pengelolaan keuangan daerah, workshop penyusunan laporan keuangan, bimtek dan pendampingan penyusunan APBD dan pelaporan keuangan, rekonsiliasi data dan desk penyusunan laporan barang dan penyusutan serta pelaporan keuangan kepada petugas masing-masing SKPD, jaminan ketersediaan jaringan dan operasional sistem yang handal dan penambahan volume 4 angkatan diklat khusus tentang pengelolaan keuangan berbasis akrual.

III.2.3 Sasaran Peningkatan Kinerja BUMD

Sasaran peningkatan kinerja BUMD menjadi sasaran strategis melalui pemenuhan modal dasar terhadap setoran modal pemerintah daerah sesuai amanat peraturan daerah dan BUMD agar melaksanakan sesuai mandat core

bisnisnya.

Gambar : III.2.2.1 Sosialisasi dan workshop penyusunan laporan keuangan

Tolok ukur capaian sasaran peningkatan kinerja BUMD terdiri dari satu indikator yaitu indikator persentase deviden BUMD terhadap jumlah penyertaan modal BUMD, dengan formulasi perhitungan jumlah deviden BUMD dibagi jumlah total penyertaan modal BUMD dikalikan seratus persen, formulasi perhitungan dirumuskan sebagai berikut:

D = ∑ D

D1 + D2 + D3 + D4 + D5

∑D = ---

n

Jumlah deviden BUMD 1

D1 = --- x 100% Jumlah total penyertaan modal BUMD1

Jumlah deviden BUMD 2

D2 = --- x 100% Jumlah total penyertaan modal BUMD 2

Jumlah deviden BUMD 3

D3 = --- x 100% Jumlah total penyertaan modal BUMD 3

Jumlah deviden BUMD 4

D4 = --- x 100% Jumlah total penyertaan modal BUMD 4

Jumlah deviden BUMD 5

D5 = --- x 100% Jumlah total penyertaan modal BUMD 5 Keterangan: D = Deviden D1 = Deviden BUMD 1 D2 = Deviden BUMD 2 D3 = Deviden BUMD 3 D4 = Deviden BUMD 4 D5 = Deviden BUMD 5 n = Jumlah BUMD

Gambaran mengenai bagian laba atas penyertaan modal Pemerintah Daerah dan deviden pada Perusahaan Milik Daerah/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari PD Bank BPD DIY, PT Anindya Mitra Internasional (PT AMI), PD Tarumartani, bagian laba atas penyertaan modal dan deviden pada perusahaan milik swasta pada PT Asuransi Bangun Askrida (PT ABA), bagian laba atas penyertaan modal dan

deviden pada lembaga keuangan non bank pada Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) adalah sebagaimana tabel dibawah.

Tabel III.2.3.1 Penyertaan Modal dan Deviden BUMD Tahun 2016

No BUMD Penyertaan Modal Deviden %

1 2 3 4 5 1 PT Bank BPD DIY Rp283.500.000.000,00 Rp52.300.921.300,00 18,45 2 PD Tarumartani Rp 15.842.500.000,00 Rp 760.000.000,00 4,80 3 PT AMI Rp 21.154.000.000,00 Rp 600.000.000,00 2,84 4 PT ABA Rp 440.000.000,00 Rp 221.396.254,00 50,32 5 BUKP Rp 20.000.000.000,00 Rp 3.596.620.036,00 17,98 18,88

Sumber: Laporan Keuangan BUMD Tahun 2016, diolah

Sehingga dari data dalam tabel diatas dapat diperoleh hitungan persentase deviden BUMD terhadap penyertaan modal BUMD pada masing-masing badan usaha, sebagai berikut:

Rp 52.300.921.300,00 D1 = BUMD 1 = BPD = --- x 100% Rp283.500.000.000,00 = 18,45% Rp 760.000.000,00 D2 = BUMD 2 = Tarumartani = --- x 100% Rp15.842.500.000,00 = 4,80% Rp 600.000.000,00 D3 = BUMD 3 = PT AMI = --- x 100% Rp21.154.000.000,00 = 2,84% Rp221.396.254,00 D4 = BUMD 4 = PT ABA = --- x 100% Rp440.000.000,00 = 50,32% Rp 3.596.620.036,00 D5 = BUMD 5 = BUKP = --- x 100% Rp20.000.000.000,00

D = D1 + D2 + D3 + D4 + D5 n = 18,45%+4,80% +2,84% 50,32% +17,98% 5 = 18,88%

Tabel III.2.3.2 Target dan realisasi kinerja sasaran peningkatan kinerja BUMD

No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir Renstra (2017) Capaian s/d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi* 1 2 3 4 5 6 7 8 1 persentase deviden BUMD terhadap jumlah total penyertaan modal BUMD 18,12% 18,57% 18,88% 101,67% 19.36% 97,52%

Capaian kinerja indikator persentase deviden BUMD terhadap jumlah total penyertaan modal BUMD di tahun 2016 sebesar 18,88% dari target sebesar 18,57%, jadi realisasi capaian kinerjanya sebesar 101,67%. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 18,12% ada kenaikan 0,76%. Terhadap target akhir Renstra Revisi Tahun 2012 - 2017 sebesar 19,36%, realisasi capaian indikator sasaran tahun 2016 belum tercapai, karena target sebesar 19,36% adalah target capaian kinerja tahun 2017. Jadi target akhir Renstra akan diperhitungkan setelah akhir Tahun Anggaran 2017.

Faktor pendorong tercapainya indikator sasaran peningkatan kinerja BUMD adalah, merupakan implementasi penguatan modal untuk pengembangan usaha melalui penetapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Penyertaan Modal Daerah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2013 tentang Penyertaan Modal pada Badan Usaha Milik Daerah dan Perseroan Terbatas Asuransi Bangun Askrida. Peningkatan kinerja BUMD dan BUKP didorong dengan peningkatan pelayanan dan kapasitas manajemen BUMD dan BUKP.

Upaya yang dilakukan antara lain :

a. Pemenuhan modal dasar pada PT. Bank BPD DIY sebesar 51%.

b. Peningkatan komunikasi dan koordinasi antara Pembina BUMD dengan BUMD dan BUKP.

c. Pelaksanaan Rapat Kerja BUMD dan peningkatan intensitas pelaksanaan Forum Komunikasi BUMD dan BUKP, dengan memperbarui Keputusan Gubernur Nomor 152/KEP/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7/KEP/2009 tentang Pembentukan Forum Komunikasi Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Tindak Lanjut Forum Komunikasi BUMD dan BUKP terlaksana dengan

kerjasama antar BUMD dan BUKP.

e. Peningkatan kapasitas SDM BUKP dengan melaksanakan pelatihan pada pegawai BUKP.

f. Menerbitkan regulasi sebagai pedoman pelaksanaan operasional BUKP untuk Gambar II.3.1.1 Kaledoskop pembinaan dan forkom

III.2.4 Sasaran Peningkatan Kualitas Pengelolaan Aset Daerah

Sasaran peningkatan kualitas pengelolaan aset daerah menjadi sasaran strategis adalah alasan teknis dan alasan kebijakan, alasan teknis berupa identifikasi dan inventarisasi aset yang terdiri aset tanah milik daerah tanah pusat yang pengelolaannya oleh daerah namun belum diserahkan kepada daerah, tanah-tanah P3D dan tanah-tanah yang memiliki kekancingan, sedang alasan kebijakan yaitu sertifikasi aset tanah yang memerlukan biaya tinggi, penyiapan regulasi untuk memberikan nilai yang memadai terhadap aset yang disewakan kepada pihak ketiga.

Tolok ukur capaian sasaran peningkatan kulitas pengelolaan aset daerah terdiri dari satu indikator yaitu indikator persentase aset daerah yang dapat dioptimalkan dengan formulasi perhitungan jumlah tanah dan bangunan yang dioptimalkan (X1) dibagi jumlah total tanah dan bangunan yang dimiliki (X2) ditambah persentase jumlah tanah yang sudah bersertifikat pada tahun berjalan (X3) dibagi jumlah tanah yang akan disertifikatkan pada tahun berjalan (X4) dibagi dua, dirumuskan sebagai berikut.

(X1/X2)*100 + (X3/X4)*100 Y = ---

2 Keterangan:

Y = aset tanah dioptimalkan

X1 = tanah dan bangunan yang dioptimalkan X2 = tanah dan bangunan dimiliki

X3 = tanah yang bersertifikat tahun berjalan X4 = tanah yang akan disertifikatkan tahun berjalan

Gambaran mengenai aset daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah adalah sebanyak 2.475 register dengan perincian data tanah sebanyak 935 register, bangunan gedung sejumlah 1.810 register. Dari data tanah dan bangunan gedung tersebut secara gabungan jumlah tanah dan bangunan pemda DIY dapat dikelompokkan menjadi 850 bidang yang merupakan aset idel dan yang dapat dioptimalkan sebanyak 120 bidang tanah dan bangunan, sebagaimana tabel dibawah.

Tabel III.2.4.1 Aset tanah dan bangunan dioptimalkan

No Uraian Jumlah

1 2 3

1 Tanah dan bangunan dioptimalkan 120 bidang 2 Tanah dan bangunan dimiliki Pemda DIY 850 bidang 3 Tanah disertifikatkan tahun 2016 7 bidang 4 Tanah yang akan disertifikatkan tahun 2016 7 bidang

Sumber: Laporan Barang Milik Daerah 2016, diolah

Dari data dalam tabel diatas dimasukkan dalam formulasi sesuai rumus, perhitungannya sebagai berikut:

(X1/X2)*100 + (X3/X4)*100 Y = --- 2 = (120/ 850)*100 + (7/7)*100 2 = 57,06%

Tabel III.2.4.2 Target dan realisasi kinerja sasaran peningkatan kualitas pengelolaan aset daerah No Indikator Capaian 2015 2016 Target Akhir Renstra (2017) Capaian s/d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi* 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Persentase aset daerah yang dapat dioptimalkan 13,65% 54,03% 57,06% 105,61% 54,46% 104,77%

Capaian kinerja indikator persentase aset daerah yang dapat dioptimalkan tahun 2016 sebesar 57,06% dari target sebesar 54,03%, jadi realisasi capaian kinerjanya sebesar 105,61%. Dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 13,65%, realisasi tahun 2016 sebesar 57,06% tidak dapat diperbandingkan karena substansi dan formulasi perhitungan berbeda. Terhadap target akhir Revisi Renstra 2012 - 2017 sebesar 54,46%, realisasi capaian tahun 2016 sebesar 57,06% artinya

Dalam pelaksanaan identifikasi tanah dan bangunan yang merupakan aset Pemda mengalami kesulitan- kesulitan namun kesulitan tersebut sekaligus merupakan tantangan yang menjadi faktor pendorong capaian optimalisasi aset daerah, yaitu dalam pencarian data pendukung alas hak kepemilikan tanah dan bangunan lama kebanyakan tidak didukung Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) maupun IMBB.

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan dan optimalisasi aset daerah antara lain:

Gambar III.2.4.2Sertifikasi tanah Pemda

1.menyelesaikan status kepemilikan tanah-tanah yang dikuasasi dalam daftar inventarisasi barang pemerintah.

Gambar III.2.4.1 Status kepemilikan tanah pemda

2. melakukan legal formal

terhadap tanah pemerintah daerah agar memiliki kekuatan hukum.

Gambar III.2.4.3 Pendampingan pengelolaan BMD

3. Pendampingan dalam pengelolaan barang milik daerah

Gambar III.2.4.4Tanah, tanah dan bangunan di sewa dan dipinjampakaikan

4. mempromosikan aset idle melalui pengecekan lokasi dan menginformasikan kepada pihak-pihak yang berminat untuk menyewa

5. mendayagunakan kekayaan daerah dengan menyewakan, mempinjam pakaikan, kerjasama pemanfaatan dengan pihak ketiga maupun kerjasama penyediaan infrastruktur.

Dalam dokumen LKj IP 2016 Final lkj ip 2016 final (Halaman 31-48)

Dokumen terkait