• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.2. Evaluasi dan Analisis Struktur Pohon

Proses penilaian struktur pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon dilakukan dengan menggunakan pendekatan fisiognomi tanaman. Fisiognomi tanaman merupakan satu dari 5 tingkatan struktur tanaman menurut Mueller-Dumbois dan Ellenberg (1974). Penilaian fisiognomi tanaman dilakukan melalui pengamatan terhadap bentuk tajuk, diameter batang (DBH), tinggi, dan kerusakan pohon.

Pengamatan tinggi dilakukan melalui pengukuran tinggi pohon yang kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas T1 (rendah), T2 (sedang), dan T3 (tinggi) berdasarkan ketinggiannya. Menurut Booth (1983), pohon dikatakan rendah apabila ketinggiannya ≤ 6 m, sedang apabila ketinggiannya 6 -- 12 m, dan tinggi apabila ketinggiannya ≥ 12 m.

Pengamatan diameter dilakukan melalui pengukuran diameter batang pohon setinggi rata-rata dada orang dewasa (DBH). Hasil pengukuran diameter

pohon ini kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas D1 (semai), D2 (tiang/kecil), D3 (hampir dewasa/sedang), dan D4 (dewasa/besar). Menurut Daniel et al (1995), tanaman dikatakan semai apabila diameternya < 10 cm, tiang/kecil apabila diameternya antara 10 -- 30 cm, hampir dewasa/sedang apabila diameternya antara 30 - 60 cm, dan dewasa/besar apabila diameternya ≥ 60 cm. Penilaian ini dilakukan terhadap 129 pohon yang dipilih secara acak dari total 341 pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat-Terminal Laladon yang terbagi dalam 6 segmen (segmen I -- VI).

5.1.2.1. Evaluasi dan Analisis Bentuk Tajuk Pohon

Hasil pengamatan bentuk tajuk pohon pada tiap segmen jalan terdapat pada Tabel 24. Hasil penilaian menunjukkan sebagian besar tanaman yang terdapat pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon memiliki tajuk yang berbentuk dome (menyerupai kubah), yaitu sebesar 60,47% dari total 129 pohon. Hampir semua tanaman yang tajuknya berbentuk dome merupakan jenis mahoni (S. mahogani) Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 42 pohon atau 32,56% dari total 129 pohon memiliki tajuk berbentuk oval, 7 pohon atau sebesar 5,43% memiliki tajuk berbentuk rounded (bulat), 3 pohon atau sebesar 2,33% bertajuk vertikal, dan hanya 1 pohon saja (0,78%) yang tajuknya berbentuk irregular (tidak beraturan).

Tabel 24. Hasil Pengamatan Bentuk Tajuk Pohon pada Setiap Segmen Jalan

Segmen Jumlah

Tanaman

Bentuk Tajuk

oval rounded dome vertikal irregular

I 25 17 4 2 2 0 II 20 18 1 1 0 0 III 23 0 0 24 0 0 IV 22 0 0 23 0 0 V 22 0 0 22 0 0 VI 17 7 2 6 1 1 Total (pohon) 129 42 7 78 3 1 Persentase (%) 32,56 5,43 60,47 2,33 0,78

Kenari (C. commune) dan nangka (A. heterophylla) adalah dua tanaman dengan tajuk berbentuk oval. Bentuk tajuk bulat terdapat pada tanaman mangga (M. indica) dan tanjung (M. elengi). Tanaman mahoni (S. mahogani), beringin (F. benjamina), dan sengon (A. falcataria) memiliki tajuk yang berbentuk dome. Bentuk tajuk tanaman pete cina (L. glauca) adalah irregular, sementara bentuk tajuk kelapa sawit (E. guinensis) adalah vertikal.

5.1.2.2. Evaluasi dan Analisis Tinggi Pohon

Hasil penilaian tinggi pohon pada setiap segmen jalan terdapat pada Tabel 25. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian besar ukuran tinggi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon berada pada stadium sedang, yaitu berjumlah 56 pohon, atau sebesar 43,41% dari total 129 pohon. Sementara jumlah pohon yang ukuran tingginya termasuk dalam stadium rendah (semai) adalah 35 pohon (27,13% dari total jumlah pohon yang diamati), dan 38 pohon (29,46% dari total jumlah pohon yang diamati) berada pada stadium tinggi (dewasa). Sebagian besar pohon pada Segmen III hingga VI memiliki ukuran tinggi yang berada pada stadium rendah dan sedang, sementara jumlah pohon yang berada dalam fase dewasa banyak terdapat di Segmen I dan II.

Tabel 25. Hasil Pengukuran Tinggi Pohon pada Setiap Segmen Jalan

Segmen Jumlah

Tanaman

Tinggi Pohon (m)

T > H1 T > H2 Rendah Sedang Tinggi

I 25 0 5 20 21 25 II 20 0 4 16 18 20 III 23 14 9 0 3 13 IV 22 9 12 1 8 18 V 22 11 10 1 3 19 VI 17 1 16 0 10 17 Total (pohon) 129 35 56 38 63 112 Persentase (%) 27,13 43,41 29,46 48,84 86,82

Selain itu, hasil penilaian juga menunjukkan bahwa hampir semua pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon ukuran tingginya melebihi tinggi kabel listrik, yaitu sebanyak 112 pohon atau sebesar 86,82% dari total 129

pohon, sementara jumlah pohon yang ukuran tingginya melebihi tinggi lampu jalan adalah 63 pohon atau sebesar 48,84% dari total keseluruhan pohon yang diamati.

5.1.2.3. Evaluasi dan Analisis Diameter Batang

Hasil penilaian diameter batang pohon di setiap segmen jalan terdapat pada Tabel 26 yang menunjukkan bahwa sebagian besar pohon memiliki ukuran diameter batang yang berada pada stadium tiang (kecil), yaitu sebanyak 61 pohon atau sebesar 47,29% dari total seluruh pohon yang diamati. Pohon dengan ukuran diameter batang kecil banyak terdapat pada Segmen III hingga V. Jumlah pohon dengan ukuran diameter batang yang berada pada stadium semai adalah 19 pohon (14,73% dari total 129 pohon), 33 pohon (25,58% dari total 129 pohon) berukuran diameter batang stadium sedang, dan hanya 16 pohon (12,40% dari total pohon yang diteliti) yang ukuran diameter batangnya termasuk dalam stadium dewasa. Jumlah pohon dengan ukuran diameter batang pada stadium semai paling banyak terdapat di Segmen III, sementara pohon dengan ukuran diameter batang sedang dan besar banyak terdapat di Segmen I dan II.

Tabel 26. Hasil Pengukuran Diameter Batang pada Setiap Segmen Jalan

Segmen Jumlah

Tanaman

Diameter Batang (cm)

Semai Tiang (Kecil) Sedang Dewasa

I 25 0 5 13 7 II 20 0 2 11 7 III 23 11 12 0 0 IV 22 6 16 0 0 V 22 2 18 1 1 VI 17 0 8 8 1 Total (pohon) 129 19 61 33 16 Persentase (%) 14,73 47,29 25,58 12,40

5.1.2.4. Evaluasi dan Analisis Kerusakan Pohon

Hasil penilaian kerusakan pohon pada setiap segmen terdapat pada tabel berikut ini (Tabel 27). Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar pohon mengalami kerusakan ringan, yaitu sebanyak 62 pohon atau sebesar 49,61% dari total 129 pohon yang diamati. Sementara itu, sebanyak 26 pohon atau 19,38% dari total pohon yang diamati mengalami kerusakan sedang, dan pohon yang berada dalam kondisi sehat berjumlah 41 pohon (31,01% dari total 129 pohon).

Tabel 27. Hasil Penilaian Kerusakan Pohon pada Setiap Segmen Jalan

Segmen Jumlah

Tanaman

Tingkat Kerusakan Pohon

Sehat Ringan Sedang Berat

I 25 7 14 4 0 II 20 4 10 6 0 III 23 15 7 1 0 IV 22 8 11 3 0 V 22 5 11 6 0 VI 17 1 11 5 0 Total (pohon) 129 40 64 25 0 Persentase (%) 31,01 49,61 19,38 0,00

Tipe kerusakan pohon baik yang disebabkan oleh serangan hama/penyakit tanaman maupun aktivitas manusia ditunjukkan oleh Gambar 15.

Sebagian besar tipe kerusakan dari 308 kasus kerusakan pohon adalah kanker. Penyakit kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen, tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur (Mangold (1997) dalam Miardini (2006)). Kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati menempati posisi kedua setelah kanker. Kerusakan daun umumnya disebabkan oleh hama serangga (Miardini 2006), dan cabang yang patah atau mati dapat disebabkan oleh penyakit parasit, non parasit, atau hama (Pracaya (2003) dalam Miardini (2006)).

Tipe kerusakan konk atau busuk hati, dan indikator lapuk lanjut menempati posisi ketiga, yaitu sebesar 11%. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh jamur yang mengakibatkan meningkatnya risiko penurunan penyerapan air dan unsur hara (Miardini, 2006). Posisi berikutnya ditempati oleh kerusakan berupa batang yang patah, yaitu 10% yang dapat disebabkan oleh aktivitas manusia atau hewan (Mangold (1997) dalam Miardini (2006)). Sementara persentase brum (percabangan berlebihan) pada akar atau batang menempati posisi yang sama dengan persentase luka terbuka. Penyebab timbulnya brum adalah serangan hama ulat pada pucuk tanaman (Soetrisno, 2001), sementara penyebab luka terbuka adalah tergores benda tajam (Khoiri, 2004).

Persentase mati ujung sama dengan persentase perubahan warna daun, yaitu 6%. Kematian pada bagian pucuk tanaman atau mati ujung dapat disebabkan oleh aktivitas jamur atau hama serangga, dan absorpsi zat-zat beracun oleh tanaman. Persentase akar yang patah atau mati adalah sebesar 2%, dan persentase tipe kerusakan berupa eksudasi (resinosis atau gumosis) menempati posisi yang sama dengan brum (broom) pada cabang atau daerah di dalam tajuk, yaitu hanya sebesar 1%. Akar yang patah atau mati disebabkan oleh kegiatan pembuatan saluran drainase. Faktor genetik menjadi penyebab utama pada cabang atau daerah dalam tajuk, sementara penyebab eksudasi adalah organisme patogen yang menginfeksi luka terbuka (Khoiri, 2004). Lokasi kerusakan pada tubuh pohon di mana semua tipe kerusakan tersebut berada ditunjukkan oleh Gambar 16 berikut ini.

Gambar 16. Diagram Identifikasi Lokasi Kerusakan Pohon

Hasil pengamatan terhadap 308 kasus menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan terdapat pada cabang tanaman, yaitu sebesar 22%. Kerusakan pada daun menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 18%. Kemudian, kerusakan pada bagian atas batang menempati posisi ketiga dengan persentase sebesar 13%. Posisi berikutnya ditempati oleh kerusakan pada bagian atas dan batang dengan persentase sebesar 12%. Kerusakan pada permukaan akar menempati posisi yang sama dengan kerusakan pada batang tajuk dengan besarnya persentase pada masing-masing lokasi adalah 10%. Kerusakan pada akar dan batang bagian bawah menempati posisi berikutnya dengan persentase sebesar 9%. Kemudian, jumlah kerusakan paling sedikit terdapat pada bagian bawah batang dengan persentase sebesar 6%.

Dokumen terkait