• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

2. Evaluasi Data Penyelesaian Surat Permohonan Keberatan

Dari hasil data berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 dapat kita evaluasi bahwa :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi tidak banyak mengajukan keberatan atas pajak karena jarang terjadi sengketa antara Wajib Pajak dan Fiskus (Petugas Pajak) dalam pemeriksaan. Ini menunjukkan Wajib Pajak telah bersikap kooperatif dengan memberikan data yang diminta oleh pihak fiskus/ pemeriksa. Untuk keberhasilan KPP dalam menyelesaikan 5 surat keberatan ini menunjukkan kinerja KPP sudah baik dalam proses penyelesaian keberatan dan sesuai dengan prosedur dan masih dalam jangka waktu (12 bulan) serta didukung oleh Wajib Pajak yang kooperatif.

2. Pada Triwulan I sampai Triwulan IV surat keberatan yang diselesaikan sebanyak 5 surat. Surat keberatan yang telah memenuhi persyaratan akan diproses lebih lanjut oleh Kantor Wilayah dan Jangka waktu penyelesaian keberatan ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima dan surat keberatan tersebut dikatakan selesai jika dari Kanwil akan mengeluarkan keputusan yaitu

mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak seluruhnya, atau menambah keterangan yang belum lengkap.

B. Proses Keluarnya Surat Keputusan Atas Keberatan SKPKB PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Undang-undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.28 tahun 2007 (UU KUP) pasal 26 ayat 1 berbunyi :

“Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan”

Terhadap surat keberatan yang diajukan oleh wajib pajak, kewenangan penyelesaian dalam tingkat pertama diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan ketentuan batasan waktu penyelesaian keputusan atas keberatan wajib pajak ditetapkan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima.

Dengan ditentukannya batas waktu penyelesaian keputusan atas keberatan tersebut, berarti akan diperoleh suatu keputusan hukum bagi wajib pajak selain terlaksanakanya administrasi perpajakan.

Proses Penyelesaian Keberatan Terhadap SKPKB PPh OP

Pada pokoknya gambaran mengenai proses penyelesaian keberatan adalah demikian: oleh Wajib Pajak mengajukan permohonan keberatan ke KPP Pratama, melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) maupun lewat pos dengan surat tercatat atau cara lain yaitu jasa ekspedisi dan e-filling melalui ASP. Dan melalui kesekretariatan Kepala Kantor akan menerima surat keberatan tersebut dan mendiposisikannya ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) sesuai dengan wilayah kerjanya (cakupan teritorialnya). Kepala Seksi (kasi) dari WASKON tersebut menerimanya dan mendiposisikan ke Account Representative (AR) yang telah memiliki pembagian wilayah kerja masing-masing maksudnya yaitu sesuai dengan alamat wajib pajak yang bersangkutan. AR tersebut akan memproses/meneliti/menindaklanjuti permohonan keberatan.

Setelah diteliti maka AR akan meneruskan berkas permohonan keberatan Wajib Pajak ke Kantor Wilayah (Kanwil) dengan melampirkan uraian pemandangan keberatan untuk diproses di kanwil serta melampirkan berkas-berkasnya (misalnya : KKP, LLP, Foto copy Nothit, dan lain-lain.)

Setelah diproses dari Kanwil akan keluar Surat Keputusan (SK) atas nama Direktur Jenderal Pajak yaitu :

a. Menerima Seluruhnya atau Sebagian

Dalam hal menerima seluruhnya yaitu apabila keberatan-keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak dibenarkan Direktur Jenderal Pajak (DJP), ketetapan pajak

akan dikurangkan sesuai itu. DJP mengaggap surat keberatan yang diajukan dengan alasan-alasan yang jelas maka DJP akan menerma seluruhnya surat kebertan tersebut.

Dan apabila alasan yang diajukan tidak diterima seluruhnya sehingga diterima sebagian dan surat keberatan tersebut yang diterima sebagian harus dengan tegas menetukan hal-hal mana yang diterima yang tidak perlu diberi alasan dan hal-hal mana yang ditolak dengan memberikan alasan-alasan penolakan.

b. Menolak Keberatan

Surat Keberatan akan ditolak seluruhnya jika Wajib Pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak sebagaimana yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

c. Menambah Besarnya Jumlah Pajak yang Terutang

Undang-undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.28 tahun 2007 (UU KUP) mengamanatkan bahwa peneliti keberatan dapat menambah jumlah pajak yang terutang dan tidak membatasi atau melarang peneliti keberatan untuk membuat koreksi baru yang sebelumnya tidak atau belum dilakukan meskipun masalah tersebut tidak diajukan oleh Wajib Pajak.

Dengan demikian apabila terdapat temuan baru yang belum terungkap dalam penetapan sebelumnya, peneliti keberatan dapat menambah jumlah pajak yang terutang atau mengusulkan penerbitan ketetapan pajak yang baru.

C. Proses Keluarnya Surat Keputusan Atas Keberatan SKPKB PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Undang-undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.28 tahun 2007 (UU KUP) pasal 26 ayat 1 berbunyi :

“Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan”

Terhadap surat keberatan yang diajukan oleh wajib pajak, kewenangan penyelesaian dalam tingkat pertama diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan ketentuan batasan waktu penyelesaian keputusan atas keberatan wajib pajak ditetapkan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima.

Dengan ditentukannya batas waktu penyelesaian keputusan atas keberatan tersebut, berarti akan diperoleh suatu keputusan hukum bagi wajib pajak selain terlaksanakanya administrasi perpajakan.

Keputusan atas Surat Keberatan

Adapun yang menjadi keputusan atas keberatan antara lain :

a. Keputusan atas keberatan harus diambil berdasarkan pertimbangan yang diteliti, tepat dan cermat serta bersifat menyeluruh, baik mengenai penilaian terhadap syarat-syarat pengajuan keberatan, kebenaran materi dan penentuan dasar pengenaan pajak serta penerapan ketentuan perundang-undangan yang

berkenaan. Oleh sebab itu dalam memutus suatu keberatan dapat mencakup masalah-masalah yang tidak diungkapkan oleh WP atau bila ada juga menyangkut pembetulan salah tulis atau salah hitung dalam ketetapan pajak yang disengketakan sehingga keputusan keberatan dapat berupa: menerima seluruh atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang yang ditetapkan dalam SKP atau yang dipotong atau dipungut oeh pemotong atau pemungut.

b. Penyelesaian keberatan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima maka Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan, apabila jangka waktu 12 bulan sudah dilewati dan keputusan belum diterbitkan, maka hak untuk mengambil keputusan hapus, oleh karena itu permohonan Wajib Pajak dianggap diterima, artinya demi hokum keberatan Wajib Pajak diterima.

c. Apabila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka keberatan Wajib Pajak tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu keberatan Wajib Pajak dinyatakan tidak dapat dipertimbangkan.

D.Faktor – Faktor Penghambat Pengajuan Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh OP

Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam mengajukan permohonan keberatan yakni,

a. Kurangnya pengetahuan dan wawasan WP tentang perpajakan khususnya dalam tata cara pengajuan permohonan keberatan tersebut.

b. Syarat-syarat dalam pengajuan permohonan keberatan tidak dapat dipenuhi oleh WP tersebut.

c. Dalam mengajukan keberatan WP tidak mempunyai alasan-alasan yang kuat sehingga besar kemungkinannya bahwa surat keberatan sedemikian akan ditolak.

d. Surat keberatan atau permohonan keberatan tidak dimasukkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang maka surat keberatan itu akan dinyatakan tidak dapat diterima artinya sama sekali tidak akan diperiksa. e. Tidak lengkapnya data atau unsur-unsur WP atas sasaran surat keberatan yang

akan diajukan (atas Pajak Penghasilan.)

f. WP yang masih dalam proses atau sedang mengajukan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar, tidak dapat mengajukan permohonan keberatan.

E.Strategi Dalam Mengatasi Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Mengajukan Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh OP

Adapun strategi atau penanggulangan mengatasi hambatan-hambatan dalam mengajukan permohonan keberatan tersebut yaitu,

a. Agar KPP Pratama mengadakan sosialisasi dalam bidang perpajakan khususnya tentang keberatan dan Wajib Pajak seharusnya menghadiri acara tersebut sehingga pengetahuan dan wawasan Wajib Pajak bertambah. Serta menerbitkan atau memperbanyak buku-buku/brosur mengenai perpajakan khususnya tentang keberatan. Dimana selama ini buku mengenai keberatan PPh OP sangat minim kalaupun ada pembahasannya sangat sederhana, supaya pembahasan mengenai keberatan dapat ditingkatkan dan mudah dimengerti. b. Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak belum

memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 25 ayat 1, 2, dan 3 dalam Undang-undang KUP, WP dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi.

c. WP harus mengemukakan alasan mengapa WP tidak dapat menerima atau menyanggah materi atau dasar pengenaan SKP atau pemotongan/pemungutan pajak. Agar WP dapat menyusun keberatan dengan alasan yang kuat, WP diberi hak untuk meminta Dasar Pengenaan Pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan/pemungutan pajak yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Direktur Jenderal Pajak berkewajiban untuk memenuhi permintaan tersebut.

d. Jika dapat ditunjukkan atau dibuktikan bahwa terlambatnya pemasukan surat keberatan itu disebabkan karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force mejure) maka permohonan keberatan atau surat keberatan tersebut masih dapat dipertimbangkan.

e. Wajib Pajak harus terlebih dahulu memahami besarnya penghasilan yang telah ditetapkan oleh KPP dan terdiri dari unsur-unsur apa saja. Untuk mengetahui hal ini Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada kepala KPP Pratama yang bersangkutan untuk mendapatkan perhitungan dan susunan penghasilan, yang dijadikan dasar pengenaan Pajak Penghasilan bila sudah diperoleh maka WP dapat melengkapi data atau unsur-unsur untuk memperkuat surat keberatan yang akan diajukannya

f. Wajib Pajak yang ingin mengajukan permohonan keberatan tetapi masih dalam proses mengajukan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi atau pengurangan/pembatalan SKP yang tidak benar harus terlebih dahulu menyelesaikan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi atau pengurangan/pembatalan SKP yang sedang dalam proses. Wajib Pajak dapat mengajukan pencabutan keberatan sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh WP.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi tidak banyak mengajukan keberatan atas pajak karena jarang terjadi sengketa antara Wajib Pajak dan Fiskus (Petugas Pajak) dalam pemeriksaan. Ini menunjukkan Wajib Pajak telah bersikap kooperatif dengan memberikan data yang diminta oleh pihak fiskus/ pemeriksa.

2. Salah satu hak yang dimiliki Wajib Pajak adalah hak untuk mengajukan permohonan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Surat keberatan diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

4. Surat keberatan yang penyelesaiannya oleh Kanwil/kantor pusat akan dibuatkan pemandangan keberatan serta berkas WP oleh KPP akan dikirimkan ke kanwil/kantor pusat.

5. Permohonan keberatan atau surat keberatan dikatakan selesai jika surat keputusan atas surat keberatan tersebut telah dikeluarkan.

B. SARAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mempelancar penetapan pajak terutang dan proses pemeriksaan pada wajib pajak OP disarankan agar membuat pembukuan atau pencatatan dengan baik agar tidak mengakibatkan kesalahan dalam penetapan pajak terutang. b. Agar dapat menerbitkan atau memperbanyak buku-buku/brosur mengenai

perpajakan khusus tentang keberatan. Dimana selama ini buku mengenai PPh OP sangat minim kalaupun ada pembahasannya sangat sederhana, supaya pembahasan mengenai keberatan dapat ditingkatkan dan mudah dimengerti. Atau mengadakan sosialisasi/seminar perpajakan.

c. Syarat-syarat pengajuan permohonan keberatan sebaiknya tidak memberatkan WP sehingga WP dapat mengajukan permohonan keberatan tepat pada waktu yang sudh ditentukan yaitu berakhir 3 bulan sejak tanggal dikeluarkannya SKPKB.

d. Jangka waktu 12 bulan yang telah ditetapkan dalam UU perpajakan dapat digunakan sebaik mungkin oleh fiskus agar keberatan yang diajukan oleh WP dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

e. Hak wajib pajak dalam hal pengajuan keberatan, lebih dihargai lagi dan member motivasi atau pengertian yang belum Wajib Pajak mengerti supaya Wajib Pajak semakin sadar akan kewajibannya mematuhi dan membayar pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, Santoso, 2008, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, PT. Refika Diana, Anastasia; Setiawati, Lilies 2004, Perpajakan Indonesia, Yogyakarta,

Andi

Mardiasmo 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, Andi

Soemitro, Rochmat 1998, Asas dan Dasar Perpajakan 2, Bandung, PT. Refika Waluyo 2008, Perpajakan Indonesia, Jakarta, Salemba Empat

Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

Dokumen terkait