• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Kecamatan Panakukang

3. Hasil Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan pengambilan air sampel inlet dan outlet pada masing-masing IPAL komunal di Kelurahan Tello Baru dan Kelurahan Sinri Jala lalu dibawa dan diuji di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kotamadya Makassar dengan 5 parameter yaitu Total Suspended Solid (TSS), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemycal Oxygen Demand (COD), Minyak dan lemak, serta pH.

Hasil uji sampel dari inlet dan outlet tersebut kemudian di bandingkan dengan batas maksimum pencemaran yang ada pada Pergub No. 69 Tahun 2010 mengenai Baku Mutu Air Limbah bagi Kegiatan Domestik. Selain itu dilakukan wawancara dengan beberapa pengguna IPAL komunal tersebut.

a. Kelurahan Tello Baru

Sampel yang di uji pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan adalah inlet dan outlet dari Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal Kelurahan Tello Baru yang di ambil pada tanggal 24 November 2014. Berikut gambar IPAL komunal pada Kelurahan Tello Baru yang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Hasil uji sampel inlet dan outlet pada IPAL komunal di Kelurahan Tello Baru RW 03 dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Uji Sampel IPAL Komunal Kelurahan Tello Baru

No Parameter

Baku Mutu

Satuan

Hasil Pemeriksaan EfektifitasUntuk Memenuhi Baku Mutu

(%)

C Inlet Outlet Efektifitas

(%) 1 TSS 50 mg/L 1015 253 72,36 95,07 2 BOD 75 mg/L 348,30 125,95 63,84 78,47 3 COD 125 mg/L 870,53 314,87 63,83 85,64 4 Minyak & Lemak 10 mg/L <0,1 < 0,1 -5 pH 6 - 9 - 6,01 6,8

-Sumber : Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Balai Besar Laboraturium Kesehatan Setelah melihat Tabel 4.5 menurut hasil uji sampel pada IPAL di Kelurahan Tello Baru masih ada parameter yang belum memenuhi baku mutu Pergub SulSel No. 69 Tahun 2010. Untuk parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah TSS dengan hasil uji 253 mg/L, BOD dengan hasil uji 125,95 mg/L dan COD dengan hasil uji 314,87 mg/L sedangkan batas maksimum untuk Pergub SulSel No. 69 Tahun 2010 adalah 50 mg/L untuk TSS, 75 mg/L untuk BOB dan 125 mg/L untuk COD. Nilai efektifitas yang paling tinggi adalah parameter TSS dengan efektifitas sebesar 72,36%. Meskipun efektifitas IPAL terbilang tinggi dengan berkisar antara 63% - 72%, akan tetapi ada tiga parameter yang tidak menuhi standar baku mutu yang digunakan. Untuk memenuhi baku mutu TSS yang telah ditetapkan setidaknya dibutuhkan efektifitas sebesar 95,07%. Untuk memenuhi baku mutu BOD yang telah ditetapkan setidaknya

dibutuhkan efektifitas sebesar 78,47% dan untuk memenuhi baku mutu COD yang telah ditetapkan setidaknya dibutuhkan efektifitas sebesar 85,64%.

Dengan demikian hasil seperti ini bisa dikatakan proses IPAL tidak berjalan 100% baik karena masih terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini yang sering kali terjadi akibat pengguna IPAL sehingga menyebabkan IPAL tidak efektif. Tidak efektifnya pengolahan IPAL dipengaruhi karena adanya penyumbatan pada saluran IPAL. Hal ini terbukti ketika penelitian di lapangan didapatkan banyak sampah lain seperti plastik makanan dan minuman yang masuk di bak inlet sehingga menyebabkan penyumbatan pada bak inlet. Berikut Gambar 4.6 keadaan bak inlet dan outlet.

Gambar 4.11 Kondisi Bak Inlet dan Outlet Kelurahan Tello Baru

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kurangnya pemahaman dari masyarakat pengguna IPAL mengakibatkan IPAL seringkali tersumbat. Dari hasil dari wawancara dengan ketua pengelola IPAL di lokasi tersebut, seringkali saluran IPAL tersumbat akibat sampah-sampah seperti sachet shampoo, plastik makanan ringan ditemukan di saluran Manhole. Untuk mengatasi hal tersebut, koordinator IPAL di Kelurahan Tello Baru disarankan untuk rutin melakukan pengecekan dan pembersihan pada bak kontrol dan bak Inlet untuk mengurangi resiko tersumbatnya saluran IPAL.

Pembersihan bak kontrol, bak inlet dan pengontrolan bak imhoff tank sangat diperlukan pada sistem pengolahan anaerobic biofilter karena pengolahan tidak efektif jika banyak terdapat padatan yang masuk ke dalam bak bioball. Jika padatan bertumpuk pada bioball maka akan terjadi blocking, yang akhirnya air limbah hanya melewati reaktor yang tidak tersumbat saja, hal inilah yang menyebabkan kinerja IPAL menurun drastis.

Menurut hasil wawancara kepada beberapa pengguna IPAL di Kelurahan Tello Baru, IPAL ini sangat berguna bagi mereka karena limbah mereka diolah secara terpusat dan mereka tidak perlu lagi memikirkan limbah yang mereka buang setiap harinya karena IPAL ini di bangun atas biaya pemerintah dan lingkungan mereka tidak tercemar karena dulunya para warga di daerah ini membuang limbah mereka ke saluran air baku PDAM yang terdapat di dekat rumah mereka. Selain itu masyarakat juga merasakan dampak positif penggunaan IPAL lainnya yaitu keringnya saluran sanitasi mereka kecuali limpasan air saat musim penghujan sehingga tidak lagi mengeluarkan bau busuk dan berkurangnya secara drastis nyamuk di wilayah mereka.

Gambar 4.12 Kondisi saluran sanitasi di sekitar IPAL RW 3 Kelurahan Tello Baru

b. Kelurahan Sinri Jala

Sampel yang di uji pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan adalah inlet dan outlet dari Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal Kelurahan Sinri Jala yang di ambil pada tanggal 24 November 2014. Berikut gambar IPAL komunal pada Kelurahan Sinri Jala yang dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini.

Gambar 4.13 Kondisi IPAL Komunal di Kelurahan Sinri Jala

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil uji sampel inlet dan outlet pada IPAL komunal di Kelurahan Sinri Jala dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Sampel IPAL Komunal Kelurahan Sinri Jala

No Parameter

Baku Mutu

Satuan

Hasil Pemeriksaan EfektifitasUntuk Memenuhi Baku Mutu

(%)

C Inlet Outlet Efektifitas

(%) 1 TSS 50 mg/L 1839 307 83,33 97,28 2 BOD 75 mg/L 348,30 125,95 63,84 78,47 3 COD 125 mg/L 870,53 314,87 63,83 85,64 4 Minyak & Lemak 10 mg/L < 0,1 < 0,1 - -5 pH 6-9 - 6,85 6,78 -

-Menurut hasil uji sampel pada IPAL di Kelurahan Sinri Jala, untuk nilai efektifitas yang paling tinggi yaitu pada parameter TSS dengan 83,33% , dimana pada inlet 1839 mg/L menjadi 307 mg/L pada outlet. Meskipun nilai efektifitas ini terbilang tinggi namun belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan dengan hasil effluent 307 mg/L karena batas maksimum untuk Pergub SulSel No. 69 Tahun 2010 adalah 50 mg/L. Untuk memenuhi baku mutu TSS yang telah ditetapkan setidaknya dibutuhkan efektifitas sebesar 97,28%. Untuk minyak dan lemak masing- masing <0,1 pada inlet dan outlet sehingga sudah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan maksimal 10 mg/L. Pada parameter BOD, dengan efeketifitas sebesar 63,84 % dari hasil uji inlet 348,30 mg/L menjadi 125,95 mg/L pada outlet sehingga belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan di Pergub SulSel No. 69 Tahun 2010 adalah 75 mg/L. Untuk memenuhi baku mutu BOD yang telah ditetapkan setidaknya dibutuhkan efektifitas sebesar 78,47%. Demikian pula untuk parameter COD, dengan efektifitas sebesar 63,83% dari hasil uji inlet 870,53 mg/L menjadi 314,87 mg/L pada outlet dan belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Pergub SulSel No. 69 tahun 2010 yaitu 125 mg/L. Untuk memenuhi baku mutu COD yang telah ditetapkan setidaknya dibutuhkan efektifitas sebesar 85,64%.

Dengan hasil seperti ini bisa dikatakan proses IPAL tidak berjalan 100% baik karena masih terdapat 3 parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Tidak efektifnya pengolahan IPAL dipengaruhi karena adanya penyumbatan pada saluran IPAL. Hal ini terbukti ketika penelitian di lapangan didapatkan banyak sampah lain seperti plastik makanan dan minuman yang masuk di bak inlet sehingga menyebabkan penyumbatan pada bak inlet. Selain itu ada penutup bak pada IPAL yang telah rusak sehingga sudah

tidak kedap lagi sehingga memungkinkan debu, pasir dan cahaya matahari bisa masuk ke dalam IPAL. Pembersihan bak kontrol, bak inlet dan pengontrolan bak imhoff tank sangat diperlukan pada sistem pengolahan anaerobic biofilter karena pengolahan tidak efektif jika banyak terdapat padatan yang masuk ke dalam bak bioball. Jika padatan bertumpuk pada bioball maka akan terjadi blocking, yang akhirnya air limbah hanya melewati reaktor yang tidak tersumbat saja, hal inilah yang menyebabkan kinerja IPAL menurun drastis. Seharusnya ada pengontrolan sistem pengolahan IPAL komunal secara berkala oleh pihak bersangkutan agar IPAL dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berikut ini gambar 4.14 menunjukkan kondisi bak inlet dan outlet IPAL komunal Kelurahan Sinri Jala.

Gambar 4.14 Kondisi Bak Inlet dan Outlet Kelurahan Sinri Jala

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan data yang ada, IPAL di Kelurahan Sinri Jala mampu melayani 40 KK. Namun, jumlah pengguna IPAL ini mencapai 49 KK. Ini menyebabkan IPAL overcapacity dan mungkin menjadi salah satu alasan IPAL di Kelurahan Sinri Jala menjadi tidak efektif.

Menurut hasil wawancara kepada beberapa pengguna IPAL di Kelurahan Sinri Jala, IPAL ini sangat berguna bagi mereka karena limbah mereka diolah secara terpusat dan mereka tidak perlu lagi memikirkan limbah yang mereka buang setiap

harinya karena IPAL ini di bangun atas biaya pemerintah dan lingkungan mereka tidak tercemar karena dulunya para warga di daerah ini membuang limbah mereka ke kanal yang terdapat di dekat rumah mereka. Selain itu mereka merasa banyak perubahan yang terjadi semenjak IPAL beroprasi diantaranya lingkungan menjadi tidak kumuh lagi sehingga bau busuk dari saluran sanitasi telah hilang dan nyamuk berkurang drastis. Satu-satunya kendala yang kerap dialami masyarakat pengguna IPAL yaitu seringnya saluran di bak kontrol tersumbat oleh sampah. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk rutin membersihkan bak kontrolnya masing-masing. Untungnya telah terbentuk tim pengelolaan yang bertanggung jawab menangani masalah-masalah yang terjadi di IPAL Kelurahan Sinri Jala.

Dokumen terkait