• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Kajian Tetang Komunikasi Non Verbal

4. Evaluasi hasil kemampuan komunikasi non verbal

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan anak dalam pemahaman materi pelajaran. Supaya mampu mengukur materi pelajaran yang telah diberikan maka penyusunan evaluasi pembelajaran didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, namun dalam penyusunan evaluasi yang akan diteliti bukan bersumber pada kompetensi dasar yang diambil dari kurikulum yang ada di sekolah. Kurikulum di sekolah khususnya untuk anak autistik TKLB di SLB tersebut belum ada, yang artinya belum ada kompetensi dasar yang tertulis di SLB tersebut khususnya pada jenjang TKLB untuk pengukuran komunikasi non verbal serta dalam materi bina diri khususnya.

Di SLB Dharma Rena Ring Putra II tersebut khususnya di kelas TKLB walaupun belum terdapat kompetensi dasar secara tertulis, namun guru memiliki pedoman dalam keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri berdasarkan panduan Yayasan Autisma Indonesia mengenai aktivitas bina diri. Kemampuan bina diri berdasarkan pedoman kurikulum awal panduan dari Yayasan Autisma Indonesia (1998:17) yaitu: 1. Minum dari gelas

2. Makan dengan menggunakan sendok dan garpu 3. Melepas sepatu

4. Melepas kaos kaki 5. Melepas celana 6. Melepas baju

7. Menggunakan serbet/tissue

8. Toilet-traning untuk buang air kecil

Selain menggunakan pedoman dari Yayasan Autisma Indonesia, guru menggunakan pedoman dari Setiati Widihastuti (2007:VIII), volunteer

pada Sekolah khusus Autistik Fajar Nugraha dalam pembelajaran aktivitas pengembangan diri, diataranya adalah:

1. Belajar mencuci tangan 2. Belajar makan dengan tangan 3. Belajar minum dengan cangkir 4. Belajar makan dengan sendok 5. Belajar mandi

6. Belajar menggosok gigi 7. Belajar memakai baju kaos 8. Belajar memakai celana 9. Belajar menyisir rambut 10.Belajar memakai sepatu

Dari beberapa aktivitas pengembangan diri yang akan digunakan peneliti untuk melatih keterampilan komunikasi non verbal, sehingga anak autistik tersebut memahami suatu rangkaian aktivitas pengembangan diri

yang akan di implikasikan ke dalam keterampilan komunikasi non verbalnya. Peneliti memilih tiga kegiatan yang akan digunakan sebagai penelitian yaitu belajar mencuci tangan, belajar memakai baju dan memakai sepatu. Langkah-langkah penerapan media pictograph dalam kemampuan komunikasi non verbal pada materi pengembangan diri diawali dengan persiapan yaitu menggunakan pre test untuk mengukur kemampuan awal anak dalam berkomunikasi non verbal pada materi pengembangan diri yang diterapkan dengan menampilkan suatu kegiatan aktivitas pengembangan diri. Pre test dilakukan degan tes perbuatan. Hasil pre test akan menunjukkan kelebihan dan kelemahan pada anak autistik dan dilakukan dengan memberikan media gambar yang terdapat unsur/komponen aktivitas yang akan dilakukan. Anak akan diminta guru mengidentifikasi benda pada gambar yang akan digunakan apabila akan melakukan suatu langkah aktivitas. Dilanjutkan latihan komunikasi non verbal menggunakan media pictograph dalam materi pengembangan diri.Selanjutnya anak harus melakukan serangkaian aktivitas dari beberapa materi yang disampaikan sesuai susunan media pictograph. Komunikasi non verbal yang dilatih akan diaplikasikan pada rangkaian kegiatan dalam satu waktu.

Pre test dilakukan dengan tes perbuatan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat skor yang diperoleh melalui pre test. Hasil pre test akan dibandingkan dengan hasil pre test, dengan demikian akan diketahui efektivitas pictograph tersebut dalam kemampuan komunikasi non verbal

pada anak autistik di kelas TKLB SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.

Kegiatan yang bersumber dari Setiati Widiastuti (2007:7-33) tersebut dapat dijelaskan dari perengkapan dan tahap-tahap latihannya, yaitu: 1. Belajar mencuci tangan

Gambar 1. Kegiatan mencuci tangan Perlengkapan mencuci tangan:

a. Pengenalan perlengkapan/alat dengan benda nyata 1) Kran air

2) Sabun

3) Handuk/lap tangan b. Pengenalan media gambar

1) Kartu gambar perlengkapan: kran air, sabun, handuk 2) Mediapictograph

Tahap-tahap latihan mencuci tangan:

a. Pengenalan perlengkapan/alat dengan media kartu gambar 1) Mengenal kartu gambar kran air

2) Mengenal kartu gambar sabun 3) Mengenal kartu gambar handuk

b. Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata 1) Mengidentifikasi kartu gambar kran air dengan kran air 2) Mengidentifikasi kartu gambar sabun dengan sabun 3) Mengidentifikasi kartu gambar handuk dengan handuk

c. Pengelompokan kartu gambar perlengkapan/alat yang menjadi satu rangkaian aktivitas mencuci tangan

d. Pengenalan media pictograph dengan komponen yang terdapat pada media pictograph

Keterangan:

Pengenalan tahap ini, kartu media pictograph dikenalkan untuk memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan.

1) Media pictograph ditempelkan pada papan display

2) Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar komponen seperti gambar kran air, sabun, handuk diletakkan di bawah media pictograph

e. Praktik mencuci tangan dengan analisis tugas 1) Membuka kran air

2) Menutup kran air

3) Membasuh kedua tangan 4) Menekan handel sabun

5) Mengusap sabun ke seluruh pergelangan tangan dan jari-jari 6) Membuka kran air

7) Membilas sabun dengan air sampai bersih 8) Menutup kran air

9) Mengeringkan dengan handuk tangan

f. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara mandiri.

2. Anak dikenalkan Belajar memakai baju

Gambar 2. Kegiatan memakai baju Perlengkapan memakai baju:

a. Pengenalan perlengkapan/alat berpakaian Baju berkancing

b. Pengenalan media gambar

1) Kartu gambar perlengkapan: baju kaos 2) Mediapictograph

Tahap-tahap latihan memakai baju:

a. Pengenalan perlengkapan/alat dengan media kartu gambar : Mengenal kartu gambar baju kaos

b. Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata:

Mengidentifikasi kartu gambar baju kaos dengan baju kaos secara nyata

c. Pengenalan media pictograph dengan kartu gambar bantuan cara memakai baju kaos.

Keterangan:

Pengenalan tahap ini, kartu media pictograph dikenalkan untuk memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan.

1) Media pictograph ditempelkan pada papan display

2) Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar tahap aktivitas seperti gambar memegang kaos, memasukkan kepala pada lubang bagian atas (kepala), hasil memasukkan kepala pada lubang kepala, menarik lengan kaos, memasukkan tangan ada lengan kaos kiri dan kanan, hasil memakai kaos. Kartu pendukung ini diletakkan di bawah media pictograph

d. Praktik memakai baju dengan analisis tugas 1) Mengambil baju kaos

2) Membuka lubang bawah kaos

3) Menggulung ke atas sampai lubang kepala kaos 4) Memasukkan kepala ke lubang kepala kaos 5) Menarik lengan kanan kaos

6) Memasukkan tangan kanan pada lubang kaos 7) Menarik lengan kiri kaos

8) Memasukkan tangan kiri pada lubang kaos 9) Merapikan kaos

e. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara mandiri.

3. Belajar memakai sepatu

Gambar 3. Kegiatan memakai sepatu Perlengkapan memakai sepatu:

a. Pengenalan perlengkapan/alat dengan benda nyata 1) Kaos kaki

2) Sepatu dengan gesper b. Pengenalan media gambar

1) Kartu gambar perlengkapan: kaos kaki, sepatu dengan gesper 2) Media pictograph

Tahap-tahap latihan memakai sepatu:

a. Pengenalan perlengkapan/alat dengan media kartu gambar 1) Mengenal kartu gambar kaos kaki

2) Mengenal kartu gambar sepatu dengan gesper b. Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata

1) Mengidentifikasi kartu gambar kaos kaki dengan kaos kaki 2) Mengidentifikasi kartu gambar sepatu dengan sepatu

c. Pengelompokan kartu gambar perlengkapan/alat yang menjadi satu rangkaian aktivitas memakai sepatu

d. Pengenalan media pictograph dengan komponen yang terdapat pada media pictograph

Keterangan:

Pengenalan tahap ini, media pictograph dikenalkan untuk memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan.

1) Media pictograph ditempelkan pada papan display

2) Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar komponen seperti gambar kaos kaki, sepatu dengan gesper diletakkan di bawah media pictograph

e. Praktik mencuci tangan dengan analisis tugas 1) Mengambil kaos kaki

2) Menggulung kaos kaki sebelah kanan sampai ujung kaos kaki 3) Memasukkan kaki kanan ke kaos kaki

4) Menarik kaos kaki ke atas

5) Menggulung kaos kaki sebelah kiri sampai ujung kaos kaki 6) Memasukkan kaki kiri ke kaos kaki

7) Menarik kaos kaki ke atas

8) Menarik gesper sepatu sebelah kanan 9) Memasukkan kaki kanan ke dalam sepatu 10)Melekatkan gesper

11)Menarik gesper sepatu sebelah kiri 12)Memasukkan kaki kiri ke dalam sepatu 13)Melekatkan gesrper

f. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara mandiri

Komunikasi nonverbal dalam penelitian ini mengenai pesan nonverbal yang terdapat dalam lingkungan yaitu dilingkungan sekolah mengenai kegiatan sehari-hari anak. Sehingga dengan mengetahui kegiatan sehari- hari di lingkungan sekolah anak dapat memahami bagaimana cara mengungkapkan kegiatan yang di sekolah dengan menunjuk objek dengan kegiatan yang dimintai guru. Dengan kemampuan anak untuk menunjuk gambar dari beberapa gambar yang terdapat pada media dapat dikatakan anak memahami cara berkomunikasi secara nonverbal dengan penggunaan bahasa objek.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran komunikasi non verbal yang diterapkan pada pemahaman konsep aktivitas menolong diri sendiri dengan menggunakan media pictograph. Informasi keberhasilan diperoleh dengan ditandai efektifnya penggunaan pictograph pada keterampilan komunikasi non verbal pada anak autistik TKLB didasarkan pada aspek- aspek pada komunikasi non verbal. Evaluasi yang digunakan mencakup tiga aspek meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Lorin

Anderson dan David Karthwohl (2010:22) penilaian aspek kognitif meliputi:

a. Tingkat pengetahuan (C1), siswa diminta untuk mengingat kembali berbagai informasi pengetahuan yang telah diterima sebelumnya;

b. Tingkat pemahaman (C2), siswa diminta untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata- kata sendiri;

c. Tingkat penerapan (C3), siswa diminta menerapkan informasi yang telah dipelajari dalam situasi baru dalam kehidupan;

d. Tingkat analisis (C4), siswa diminta membedakan suatu konsep untuk memeriksa setiap komponen dalam membuat kesimpulan;

e. Tingkat mengevaluasi (C5), kemampuan siswa dalam mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar; f. Tingkat mencipta (C6), kemampuan siswa memadukan

bagian-bagian untuk membuat suatu produk yang baru.

Ranah kognitif pada penelitian yang dilakukan dengan memberi batasan pada kategori yaitu pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Pada tingkat pengetahuan anak, anak mampu menunjukkan benda yang digunakan untuk melakukan kegiatan. Pada tingkat pemahaman anak mampu membedakan media pictograph yang berbeda. Pada tingkat penerapan, anak praktek langsung kegiatan sesuai dengan media pictograph.

Penilaian pada ranah afektif menurut Karthwohl (Mimin Haryati, 2008:37) terbagi dalam lima kategori yakni:

Menerima (receiving), tanggapan (responding), menilai (valuing), organisasi, karakterisasi, lebih lanjut dibahas sebagai berikut: (1) receiving merupakan sikap siswa untuk menerima dan memperhatikan suatu fenomena khusus dalam pengetahuan; (2)

responding, sikap partisipasi aktif siswa dalam memberikan tanggapan atas fenomena yang didapatkan; (3) valuing, sikap

internalisasi siswa terhadap penilaiannya terhadap suatu fenomena; (4) organisasi merupakan sistem pembentukan internal siswa yang konsisten; (5) karakterisasi yaitu sikap untuk mengendalikan perilaku siswa hingga menjadi pola hidup.

Penilaian aspek afektif untuk menilai sikap anak dalam mengikuti pembelajaran. Ketika di kelas, anak akan bersikap aktif dan tanggap dalam menanggapi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti dan guru. Keaktifan anak dapat dilihat dari antusias dan minat anak selama menerima materi dari guru serta tanggapan pada instruksi yang diberikan oleh guru kepada anak.

Penilaian aspek psikomotor lebih mengarah kepada keterampilan anak dalam pembelajaran denga penggunaan sensomotorik. Menurut Chabib Thoha (2003:30) penilaian aspek psikomotor mencakup persepsi (perception), kesiapan (set), respon danterbimbing (guidance respond), mekanisme (mechanism) dan respon kmpleks. Pembagian aspek psikomotor tersebut lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Persepsi, mengenal objek dengan menggunakan pengamatan indera;

b. Kesiapan, kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan aktivitas;

c. Respon terbimbing, melakukan gerakan imitasi ataupun aktivitas dengan bimbingan dari orang lain;

d. Mekanisme, melakukan suatu rangkaian kegiatan dengan lancar karena sudah terlatih;

e. Respon kompleks, gerakan kompleks yang terdiri dari berbagai elemen keterampilan pengelolaan aktivitas motorik.

Penilaian psikomotor dalam penelitian ini terletak pada aktifitas gerak anak. Pada aspek persepsi, anak menunjukkan objek untuk kegiatan yang akan dilakukan. Pada aspek kesiapan, anak antusias terhadap kegiatan

yang diberikan oleh guru. Pada aspek respon terbimbing, anak menirukan guru pada aktivitas sesuai instruksi. Pada aspek mekanisme, anak melakukan aktivitas mandiri. Pada aspek respon kompleks, anak melakukan serangkaian aktivitas.

Evaluasi komunikasi non verbal dilakukan dengan tes perbuatan atau penampilan. Evaluasi dilakukan dengan teshasil belajar berupa tes perbuatan untuk mengetahui kemampuan non verbal sebelum dan setelah diberikan treatment menggunakan media pictograph. Selain dari tes hasil belajar, untuk memperkuat hasil tes dengan mencari data mengenai kemampuan komunikasi non verbal dengan melakukan observasi selama proses pembelajaran. Data yang igin diungka dalam observasi adalah peran media pictograph dalam membantu anak autistik berkomunikasi dengan media pictograph.

Pre-tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dalam kemampuan komunikasi non verbal. Post-tes setelah perlakuan dilakukan setelah anak diberi perlakuan menggunakan media pictograph.

Tes setelah perlakuan untuk menentukan baseline supaya diketahui efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.

Materi yang digunakan dalam tes yakni penampilan, pensekoran tes perbuatan yaitu berjumlah 10 item perbuatan dengan pensekoran maksimal tiap item 4 poin dan skor terendah yaitu 1 poin. Tes perbuatan ini dengan

beberapa indikator dan skor penuh 40 poin. Jumlah skor tersebut sebagai dasar penilaian kemampuan keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri. Penilaian tersebut dihitung menurut rumus Ngalim Purwanto (2006:102) yakni :

= R

SMx 100

Keterangan :

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum dari semua tes 100 : bilangan tetap

Kriteria penilaian yang digunakan yaitu jumlah penghitungan skor yang disesuaikan kategori penilaian dengan menentukan kategori kelas menurut Sudjana (2005:47) amat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kemampuan komunikasi non verbal diharapkan dapat mencapai standar kriteria minimal skor mencapai 70% dari total keseluruhan dengan kategori cukup atau lebih.

Sedangkan pada observasi aspek yang diamati dalam observasi yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan (kognitif), receiving, responding

(afektif), perception, respon (psikomotor).

Dokumen terkait