EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI
MEDIAKOMUNIKASINON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN KELAS TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA
DISEKOLAH LUARBIASADHARMARENARINGPUTRA IIYOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Hanifah Kurniawati NIM. 10103244038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Mendidik tanpa bicara, membiarkan semua berkembang tanpa bicara, memberi kehidupan tanpa niat menguasainya, membesarkan tanpa mengaitkan
kepentingan pribadi
(Lao Zi, 2009:19)
Murah memberi dengan penuh cinta kasih, ucapannya bisa dipercaya, mengatur dirinya secara benar, bekerja sesuai dengan kemampuannya, bergerak
sesuai dengan waktunya
PERSEMBAHAN
1. Kepada Allah SWT, dengan RahmatNya tugas akhir skripsi ini telah diselesaikan
2. Kedua orang tua ku, Muhammad Sadali dan Surti Anastiti yang selalu mendoakan tiada putusnya
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN
KELAS TKLB DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA
Oleh
Hanifah Kurniawati NIM 10103244038
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal yang efektif bagi anak autistik tipe ringan kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakandesain penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR), desain penelitian ini menggunakan desain A-B-A.Desain subjek tunggal merupakan penelitian yang pengolahan datanya dipergunakan untuk menyelidiki perilaku, dalam hal ini efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan. Subjek penelitian berjumlah satu anak, merupakan anak autistik ringan kelas TKLB, yakni Tiko (samaran) dan keterbatasan anak dalam bidang komunikasi verbal, dapat dibantu menggunakan media yang sederhana yaitu media pictograph.Pengumpulan data melalui pengukuran kemampuan keterampilan komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan menggunakan tes perbuatan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari di sekolah.Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan tes perbuatan dan observasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dihitung dan dianalisis melalui kuantitatif dan ditampilkan dalam bentuk grafik.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkanperubahan ke arah yang lebih baik. Hasil perubahan data poin kemampuan keterampilan kemandirian komunikasi non verbal padasesi terakhir pada kondisi baseline 1 (A) yaitu 57,5% dan data poin sesi pertama pada kondisi intervensi (B) yakni 72,5%diperoleh kenaikan sebesar 15%. Data poin sesi pertama pada kondisi baseline 2(A2) sesi terakhir 97,5% dan data poin sesi pertama pada kondisi intervensi (B) 72,5% diperoleh kenaikan sebesar 25%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pictographefektif yang ditandai dengan proses keterampilan komunikasi non verbal sebagaimedia komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas RidloNya lah maka penulis skripsi yang berjudul “Efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan kelas
TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti sehinga dapat menuntut ilmu di perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenaan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
4. Ibu Dr. Sari Rudiyati, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis skripsi yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan skripsi hingga terselesaikan penulis karya tulis ilmiah ini. 5. Sukinah, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis skripsi yang
memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan skripsi hingga terselesaikan penulis karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telag bersedia membimbing dan menularkan ilmunya kepada penulis.
7. Bapak dan ibu karyawan-karyawati serta seluruh staf Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu memberikan fasilitas untuk memperlancar studi.
8. Bapak Drs. Edy Dwiyanta selaku Kepala Sekolah SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta yang telah memberi ijin penelitian, pengarahan dan kemudahan agar penelitian dan penulis skripsi ini berjalan lancar. 9. Ibu Jamronah, S.Pd selaku guru kelas atas bantuan dan kesediannya
dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
10.Kedua orang tuaku (Muhammad Sadali dan Surti Anastiti) terima kasih atas doa, pengertian, kasih sayang dan dukungannya.
11.Keluargaku (Mbah Manto, Hafidh, Bulik Arifah, Mbk Lisa, Budhe Anti, Pakde Suryanto) terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. 12.Mas Rokhmat Zanuar S.B, A.Md terimaksih atas dukungan dan
13.Mas Imam Nurimbawan terimakasih atas bantuan dan dukungannya. 14.Sahabatku Kurnia, Tintin, Ana, Nurul, Wiji, Amik, yang selalu memberi
semangat dan dukungan menjalani masa kuliah dan kepada Arum dan Maya yang telah memberikan bantuannya selama proses skripsi.
15.Teman-teman seperjuangkan PLB 2010 terima kasih atas kebersamaan dan kenangannya selama ini.
16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Bimbingan dan bantuan yang diberikan akan dijadikan oleh penulis sebagai bekal menjalani hidup ke depan. Saran dan kritik konstruktif sangatlah penulis harapkan.Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.Amin.
Yogyakarta, 22 Maret 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ...iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1
B. Identifikasi masalah ... 13
C. Batasan masalah... 14
D. Rumusan masalah ... 14
E. Tujuan penelitian ... 14
F. Manfaat penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Anak Autistik
1. Pengertian anak autistik ... 18
2. Karakteristik anak autistik ... 19
B. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian media pembelajaran ... 25
2. Klasifikasi media pembelajaran... 30
C. Kajian Tentang Media Pictogrpah 1. Pengertian media pictograph ... 37
2. Penerapan media pictograph ... 39
3. Fungsi dan keunggulan media pictograph... 41
D. Kajian Tetang Komunikasi Non Verbal 1. Pengertian komunikasi non verbal ... 45
2. Bantuk-bentuk komunikasi non verbal ... 48
3. Melatih fungsi bahasa dan berkomunikasi ... 51
4. Evaluasi hasil kemampuan komunikasi non verbal ... 53
E. Kerangka Pikir ... 66
F. Hipotesis Penelitian ... 70
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian... 71
B. Waktu dan tempat penelitian ... 76
1. Variabel bebas ... 78
2. Variabel terikat ... 79
E. Teknik pengumpulan data 1. Tes ... 79
2. Metode obervasi ... 80
F. Pengembangan instrument penelitian 1. Instrument tes perbuatan ... 82
2. Panduan observasi ... 88
G. Uji validitas isi ... 92
H. Prosedur perlakuan ... 93
I. Teknik analisis data 1. Analisis visual dalam kondisi ... 94
2. Analisis visual antar kondisi ... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian ... 99
B. Deskripsi subjek penelitian 1. Identitas subjek ... 100
2. Karakteristik subjek ... 100
C. Deskripsi kemampuan tentang komunikasi non verbal 1. Deskripsi baseline I ... 102
2. Deskripsi data hasil baseline I ... 110
3. Deskripsi pelaksanaan intervensi ... 114
5. Deskripsi baseline 2 ... 130
6. Deskripsi data hasil baseline 2 ... 134
D. Deskripsi hasil analisis data 1. Deskripsi analisis data dalam kondisi ... 137
2. Deskripsi analisis antar kondisi ... 141
E. Uji hipotesis ... 145
F. Pembahasan ... 147
G. Keterbatasan penelitian ... 152
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 154
B. Saran ... 154
DAFTAR PUSTAKA ... 156
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Waktu dan kegiatan penelitian ... 76
Tabel 2. Kisi-kisi instrument tes keterampilan komunikasi non verbal dalamaktivitas bina diri ... 82
Tabel 3. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas mencuci tangan... 83
Tabel 4. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas memakai sepatu ... 84
Tabel 5. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas memakai baju ... 85
Tabel 6. Skoring tes perbuatan komunikasi non verbal anak autistik ... 86
Tabel 7. Kategori hasil pengamatan kemampuan anak autis tentang komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri ... 88
Tabel 8. Kisi-kisi panduan observasi keterampilan komunikasi non verbaldalam aktivitas bina diri terhadap anak autistik ... 88
Tabel 9. Cara pemberian skor observasi kemampuan komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri anakautistik ... 90
Tabel 10. Kategori hasil observasi kemampuan anak autistik tentang komunikasin non verbal ... 91
Tabel 11. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase baseline 1 anak autistik tipe ringan kelas TKLB ... 110
Tabel 12. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase intervensi anakautistik tipe ringan kelas TKLB ... 122
Tabel 13. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase baseline 2 anak autistik tipe ringan kelas TKLB ... 134
Tabel 14. Estimasi kecenderungan arah ... 139
Tabel 15. Data kecenderungan stabilitas ... 139
Tabel 17. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya ... 142
Tabel 18. Data presentase overlap ... 144
Tabel 19. Data rangkuman analisis visual antar kondisi ... 145
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kegiatan mencuci tangan ... 56
Gambar 2. Kegiatan memakai baju ... 58
Gambar 3. Kegiatan memakai sepatu... 60
Gambar 4. Bagan kerangka pikir keefektifan media pictograph ... 70
Gambar 5. Prosedur Dasar Desain A-B-A ... 72
Gambar 6. Grafik perkembangan keterampilan komunikasi non verbal dari setiap fase ... 136
Gambar 7. Grafik kecenderungan arah keterampilan komunikasi non verbal ... 138
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Keterangan Validitas Instrumen ... 159
Lampiran 2. Panduan Hasil Observasi Keterampilan Komunikasi Non Verbal .... 160
Lampiran 3. Hasil Pelaksanaan Keterampilan Komunikasi Non Verbal ... 164
Lampiran 4.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Fase Baseline 1 ... 170
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran FaseIntervensi... 182
Lampiran 6.RencanaPelaksanaan Pembelajaran Fase Baseline 2 ... 201
Lampiran 7. Foto Hasil Penelitian ... 206
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Pengertian anak autistik menurut Yosfan Azwandi (2007:144)
menyatakan bahwa autisme merupakan gangguan proses perkembangan
neurobiologis berat yang terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hal
ini menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif,
sosial, dan fungsi adaptif. Dari karakteristik anak autistik tersebut
ditemukan beberapa gangguan pada beberapa bidang dan ada kaitannya
dengan karakteristik pada anak autistik diantaranya yaitu gangguan dari
segi komunikasi, gangguan dari segi aktivitas dan minat.
Anak autistik memiliki beberapa karakteristik salah satunya adalah
hambatan dan abnormalitas dalam hal berbahasa dan berbicara. Apabila
ada orang berbicara terhadap anak autistik, sering mereka tidak mampu
memahami ucapan yang ditujukan pada mereka. Bila anak autistik tertarik
dengan suatu objek atau benda, biasanya mereka tidak menunjuk atau
memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan
menarik tangan orang lain terutama orangtuanya maupun guru untuk
mengambilkan objek yang dimaksud. Mereka juga mengalami kesukaran
dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan bahasa yang sesuai
konteksnya. Anak autistik juga mengalami kesukaran dalam
berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik. Selain itu
atau emosi melalui suara. Dalam komunikasi non-verbal yang
bersangkutan juga mengalami gangguan. Mereka sering tidak
menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk
mengekspresikan perasaannya dan untuk merasakan perasaan orang lain.
Pada aspek aktivitas dan minat, anak autistik memperlihatkan
abnormalitas dalam bermain, seperti stereotipi yaitu perilaku yang
dilakukan secara berulang-ulang, dari kasus anak autistik tersebut dia
selalu mengambil kertas koran di gudang sekolah sebelum melakukan
aktivitas belajar di kelas dan tidak kreatif dalam memainkan suatu benda,
memainkan kertas koran untuk dilipat-lipat, dibuka lagi kemudian dilipat
kembali. Beberapa anak autistik tidak menggunakan alat mainannya sesuai
dengan seharusnya, terkadang menggantikan benda lain seperti kertas
sebagai mainannya. Penyampaian informasi kepada seseorang dapat
menggunakan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dapat berupa bahasa verbal dengan berbicara, sedangkan yang
tidak langsung dapat berupa gambar atau tulisan yang memiliki makna
menyampaikan pesan atau informasi. Usaha untuk melakukan interaksi
sosial dengan baik antara lain dengan berkomunikasi secara langsung dan
atau berupa bahasa verbal. Seseorang yang tidak mampu menyampaikan
informasi secara verbal dapat dengan isyarat maupun menggunakan
gambar yang sesuai dengan maksud dari pesan yang akan disampaikan.
Fakta lain yang disampaikan oleh guru kelas yaitu adanya sikap pasif
belajar mengajar berlangsung guru sudah berusaha untuk memberi
stimulasi dengan melakukan tanya jawab mengenai kegiatan anak
sehari-hari di sekolah seperti “Tiko (samaran) sudah cuci tangan?” dengan
pertanyaan seperti ini guru melatih anak untuk menjawab dengan
mengikuti ucapan guru seperti “Tiko (samaran) sudah cuci tangan” anak
tampak diam tidak merespon pertanyaan guru. Hal ini menyebabkan iklim
pembelajaran bina diri kurang menyenangkan. Komunikasi verbal yang
dilakukan oleh guru kelas hanya sebagai perintah dalam melakukan
kegiatan selama pembelajaran. Komunikasi verbal belum didukung
dengan aktivitas non verbal dalam kegiatan pembelajaran binadiri sebagai
langkah pemahaman kegiatan anak yang sedang berlangsung.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada bulan Agustus 2014,
ada anak autistik di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Dharma Rena Ring Putra
II Yogyakarta yang dapat ditetapkan sebagai subyek penelitian, hal ini
antara lain karena di sekolah tersebut terdapat beberapa anak autistik,
namun peneliti menetapkan seorang anak autistik di kelas Taman
Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB) di SLB C Dharma Rena Ring Putra II
Yogyakarta. Anak tersebut bernama Tiko (samaran), menurut guru di
Sekolah tersebut Tiko (samaran) memiliki hambatan pada komunikasinya,
baik komunikasi verbal maupun non verbal. Anak tersebut mengalami
masalah komunikasi karena terindikasikan antara lain anak tersebut
apabila berbicara dan meninginkan sesuatu tidak menggunakan bahasa
menggumam dan cara menyampaikan pesan atau keinginannya dengan
menarik tangan dan menunjuk benda yang diinginkan. Tiko (samaran)
juga babbling apabila dia menginginkan sesuatu, kata-kata yang tidak jelas
namun dapat diartikan menginginkan sesuatu.
Tiko (samaran) belum mampu mandiri mengurus dirinya sendiri,
diantaranya belum mampu memakai sepatu sendiri, memakai baju sendiri
dan mandi sendiri. Anak tersebut juga menarik diri apabila berada di
tempat yang ramai dan menghindar apabila bertemu dengan orang yang
belum pernah dikenal. Menurut hasil wawancara kepada orang tuanya,
apabila keinginannya tidak dimengerti oleh lawan bicaranya, ia marah
dengan mencubit serta menangis. Selain masalah yang ada pada anak
tersebut, Tiko (samaran) memiliki kemampuan dalam memahami instruksi
sederhana seperti “duduk”, dan perintah seperti “ambil”.Selain
kemampuannya dalam memahami instruksi, kontak mata pada anak
autistik tersebut cukup baik walaupun terkadang masih beralih perhatian.
Mengenai komunikasi anak autistik di kelas TKLB SLB Dharma Rena
Ring Putra II Yogyakarta ternyataanak di kelas TK belum diberikan mata
pelajaran dan hanya diberikan beberapa permainan sesuai usia dan
kemampuannya. Kelemahan anak dalam melakukan komunikasi verbal
dapat diatasi antara lain dengan komunikasi non verbal, serta peran guru
dalam membantu menyampaikan pesan dapat diterima oleh anak tersebut
Anak autistik yang mengalami gangguan komunikasi verbal, sehingga
perlu diberikan bantuan dalam melakukan komunikasi dengan
menggunakan media yang tepat supaya anak autistik dan orang yang
diajak bicara dapat mengerti maksud dari pesan yang akan disampaikan
dan terjalin komunikasi dengan baik. Bentuk komunikasi non verbal dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi dengan alat bantu atau media
sebagai penunjangnya. Anak akan mendapatkan beberapa keuntungan
apabila dapat berkomunikasi secara nonverbal untuk mengungkapkan
kegiatan sehari-hari di sekolah. Pemahaman komunikasi nonverbal dapat
meningkatkan proses interaksi anakautistik dilingkungan baik dengan
guru, orang tua, dan orang lain. Interaksi anak autistik menjadi lebih
sinkron karena kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengungkapkan
pendapatnya atau keinginannya kepada orang lain. Hal ini bermanfaat
dalam kemandirian anak autistik untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitar karena dengan mampu berkomunikasi secara nonverbal orang lain
akan memahami apa yang anak inginkan.
Pada proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja
membawa pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya sebagai alat
bantu penyampaian materi pelajaran, tetapi memberikan nilai tambah
kepada kegiatan pembelajaran. Kendala dari segi media visual yang
digunakan di sekolah yang berbentuk media kartu bergambar dalam
berkomunikasi untuk mengungkapkan kegiatan sehari-hari di sekolah.
Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang dapat menarik minat
anak untuk berkomunikasi pada kegiatan sehari-hari di sekolah. Media
pembelajaran yang dimaksud yakni media mengenai gambaran tentang
kegiatan sehari-hari anakautistik di sekolah yang lebih mudah dipahami
dan dapat meningkatkan keaktifan anak dalam menggunakan media
tersebut. Guru belum menggunakan media animasi dalam pembelajaran
komunikasi nonverbal di sekolah. Komunikasi non verbal dengan kartu
bergambar yang digunakan guru di SLB Dharma Rena Ring Putra II
Yogyakarta masih sulit dipahami oleh anak autistik karena belum terlalu
jelascara penyampaiannya, karena di sekolah tersebut guru hanya
memberikan satu lembar kertas HVS yang terdapat macam-macam
gambar. Misalkan pada materi mengenal hewan, guru mengenalkan
beberapa gambar hewan yang kemudian dijadikan satu pada satu lembar
kertas HVS kemudian anak diminta memperhatikan gambar ketika guru
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini menyulitkan anak autistik untuk
memahami gambar yang dibuat oleh guru. Dalam penyampaian informasi
mengenai kegiatan sehari-hari dominan digunakan metode ceramah. Hal
ini dapat dikarenakan terbatasnya media yang ada di SLB Dharma Rena
Ring Putra II Yogyakarta sehingga anak autistik tidak dapat memahami
secara jelas kegiatan yang akan dilakukan sesuai materi dan anak hanya
mengikuti instruksi guru, pada kenyataannya dalam mengikuti instruksi
Beberapa dari kondisi anak autistik yaitu keterbatasan dalam hal
berkomunikasi yang menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran.
Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bentuk komunikasi
guru dan murid, media pembelajaran merupakan alat bantu utama dalam
mengajar di dalam kelas atau bisa juga di luar kelas, seperti simbol-simbol
dan gambar yang dapat menjelaskan suatu maksud maupun pesan tertentu
yang disampaikan hanya dengan simbol maupun gambar. Klasifikasi
media pembelajaran salah satunya yaitu mengutamakan kegiatan membaca
simbol kata visual dengan teknik penyajiannya melalui bentuk gambar
diam dan bahan cetak.
Media berbasis visual melalui bentuk gambar diam maupun bentuk-bentuk dapat melatih anak autistik untuk menggunakan bahasa grafis sebagai sarana komunikasi non verbal. Salah satu diantara masalah komunikasi non verbal anak autis yaitu visual learning. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa karakteristik anak autis di lapangan yaitu tidak tertarik dengan permainan gambar karena tidak mampu fokus secara baik tetapi lebih suka dengan permainan benda-benda tiga dimensi. Peranan media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran penting dalam proses belajar media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan (Azhar Arsyad, 2006:91).
Dari kajian para ahli mengenai konstribusi media dalam proses
pembelajaran secara global tersebut, media memiliki peranan yang penting
sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempermudah
proses penyampaian pesan dan informasi dari pesan dan informasi paling
sederhana sampai yang sifatnya tidak dapat dijangkau, media tidak hanya
digunakan sebagai alat pembelajaran di sekolah regular, tetapi juga
Manfaat media seharusnya mampu menarik perhatian dan minat anak
dalam belajar serta mampu membantu dalam hal pemahaman pada
pelajaran yang sedang berlangsung. Dari teori diatas dapat dijelaskan
bahwa media tiga dimensi lebih memfokuskan anak autistik dalam
bermain maupun belajar. Di lapangan pada faktanya, anak autistik lebih
menyukai kertas yang bergambar daripada gambar tiga dimensi yang lebih
menyerupai bentuk aslinya. Anak autistik lebih suka terhadap kertas
bergambar seperti koran dan gambar-gambar yang menjadi daya tariknya
seperti alat transportasi seperti kereta, bus, sepeda, dan mobil. Anak
autistik akan mampu memfokuskan diri dengan benda maupun hal-hal
yang menarik bagi dirinya untuk dibuat mainan dan menyenangkan.
Media pictograph sebagai salah satu alat perantara penyampaian
informasi bagi anak autistik dalam melakukan komunikasi terhadap
seseorang yang diajak berkomunikasi, sehingga proseskomunikasi ketika
pembelajaran mudah dilakukan dan dapat melakukan interaksi terhadap
seseorang yang diajak bicara. Media pictograph yaitu kumpulan gambar
yang dicetak melalui komputer, dari gambar-gambar tersebut mengandung
satu makna kata yang dapat mewakili bermacam-macam benda.
Keunggulan media pictograph menurut Soetardjo (2001:5) yaitu
gambar-gambar hasil kreasi dengan komputer yang memiliki asosiasi
dengan sebuah kata atau frase. Ini setingkat lebih tinggi dari gambar biasa,
yang hanya mewakili sebuah atau hanya salah satu anggota dari suatu
Simbol gambar pictograph mewakili tingkat selanjutnya dalam
pengertian abstrak. Media pictograph alat yang secara fisik digunakan
sebagai perantara pembelajaran yang berupa tulisan dengan
menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan
penyederhanaan, penggambaran abstrak yang dibuat dari elemen dasar dari
simbol grafis. Media pictograph termasuk ke dalam jenis media grafis
yang dapat disebut dengan simbol gambar (pictorial). Media grafis
merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide dan gagasan melalui
kata-kata, kalimat, angka-angka dan berbagai sombol atau gambar.
Pengertian media pictograph tersebut yang salah satunya sebagai
simbol yang dapat menjelaskan sebuah alur aktivitas dapat dimanfaatkan
peneliti sebagai media baru untuk berkomunikasi bagi anak autistik
khususnya pada komunikasi non verbal. Simbol-simbol aktivitas akan
dibuat lebih sederhana sehingga anak autistik akan lebih mudah
memanfaatkan media tersebut sebagai alat komunikasi non verbal.
Menurut Zafar (199:4), media pictograph digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan bicara, mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan memahami sesuatu. Selain untuk anak-anak dan orang dewasa yang mengalami kesulitan berkomunikasi, gambar pictograph
dipakai oleh anak sekolah TK dalam memperkenalkan perbendaharaan kata dan anak SD untuk permulaan membaca.
Menurut Lenawati (2009:17) media pictograph dapat digunakan pada
anak dengan gangguan autistik dalam meningkatkan kemampuan
komunikasinya. Menurut Zafar (199:4) media tersebut diuji cobakan untuk
mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan
memhami sesuatu. Media pictograph belum pernah diuji cobakan dalam
proses pembelajaran khususnya sebagai sarana komunikasi anak autistik
dan memberikan modifikasi media belajar dalam pembelajaran di sekolah,
khususnya di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Di sekolah
tersebut, media yang digunakan sebagai sumber belajar masih belum
mampu untuk mencukupi dalam kebutuhan sarana pembelajaran, karena
dalam menggunakan media sebagai alat bantu belajar guru hanya
menggunakan gambar sederhana yang dicetak kemudian ditempel di papan
tulis. Pada kasus anak autistik tingkat TKLB, media tersebut kurang
menjadi daya tarik dan kurang memiliki arti dalam mengarahkan fokus
perhatian anak serta mempengaruhi kondisi belajarnya khususnya pada
komunikasi anak autistik.
Media pictograph digunakan untuk menunjukkan suatu benda,
menunjukkan keadaan atau situasi, menunjukkan keinginan,
mengemukakan suatu pilihan, mengemukakan perasaan menceritakan
sesuatu, membuat jadwal kegiatanan dan membuat lembar latihan. Media
ini dilaksanakan secara berstruktur dan sistematis yang dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Media pictograph berupa simbol gambar yang lebih kompleks dari
sekedar simbol yang hanya terdapat satu unsur gambar, namun di dalam
media pictograph terdapat dua unsur/ komponen atau lebih gambar yang
autistik berkomunikasi walaupun secara non-verbal, serta memberikan
sebuah arti pada gambar sesuai kesepakatan bersama antara guru dan anak.
Unsur/komponen di dalam gambar pictograph sebagai penjelas aktivitas
yang dilakukan tentang komponen pada satu aktivitas, sehingga anak
mampu memahami kegiatan sekaligus memahami komponen yang harus
ada pada suatu kegiatan.
Media pictograph sebagai sarana komunikasi non verbal anak autistik
akan diujicobakan supaya simbol sederhana tersebut mempermudah dalam
memahami konsep aktivitas serta dapat mengenalkan simbol pictograph
yang telah ada dan telah diakui standar gambarnya sebagai alat
komunikasi yang praktis bagi anak autistik khususnya di SLB Dharma
Rena Ring Putra II Yogyakarta. Media gambar yang pada umumnya
digunakan bagi anak autistik, biasanya merupakan sebuah gambar secara
utuh tanpa adanya detail secara bertahap, untuk itu media pictograph akan
dimanfaatkan sebagai media yang lebih sederhana namun lebih jelas akan
maksud unsur dari gambar yang dimaksud.
Media pictograph yang digunakan dalam penelitian ini akan
dimodifikasi dari bahan, cara penyampaian pada anak, dan cara
penggunaan media tersebut. Bahan yang akan digunakan yaitu media
pictograph yang telah dilaminating sesuai gambar yang akan diberikan
sebagai perencanaan program pembelajaran. Cara penyampaian pada anak
dengan memberi instruksi “samakan”, “ambil”, “tunjuk” serta melatih
peneliti. Cara penggunaan media pictograph tersebut dengan
menempelkan media pictograph pada papan flanel sesuai aktivitas yang
sedang dilakukan. Penggunaan media pictograph tersebut maksimal dalam
papan display terdiri dari 5 (lima) kartu aktivitas ataupun kartu gambar
lainnya. Media pictograph yang akan direkatkan pada papan flanel
diberikan pada saat akan melakukan aktivitas ataupun menjelaskan tema
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Proses pengoperasian media pictograph yang pertama peneliti
menyajikan dengan menyampaikan tujuan materi pembelajaran oleh anak
dengan bahasa verbal yang sederhana serta mengenalkan media
pictograph. Hal ini berguna sebagai perangsang bagi anak untuk belajar.
Setelah diberikan perangsang pembelajaran, peneliti masuk ke dalam
materi inti pembelajaran. Peneliti melibatkan anak untuk aktif dalam
pengajaran, yakni dengan meminta anak merekatkan media pictograph
sesuai materi. Apabila semua aktivitas tersebut telah dilaksanakan, peneliti
akan mengulas kembali kegitan yang telah dilakukan sambil mengambil
satu persatu kartu tersebut sesuai aktivitas yang paling awal. Media
pictograph digunakan untuk memudahkan anakautistik memberikan
pembelajaran dengantask analysis untuk suatu tema yang sesuai dengan
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti.
Media pictograph tersebut belum pernah digunakan sebagai sarana
komunikasi non verbal anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II
non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II
Yogyakarta belum teruji. Oleh karena itu penelitian berjudul efektivitas
penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal bagi anak
autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta penting untuk
dilakukan.
B. Identifikasi masalah
1. Anak autistik dalam komunikasi verbal tidak jelas hanya menggumam
dan babbling. Anak melakukan babbling apabila menginginkan
sesuatu.
2. Anak autistik belum mampu mengungkapkan keinginan hanya sebatas
menarik tangan orang lain untuk melakukan komunikasi.
3. Anak autistik menarik diri dari lingkungan yang ramai dan terhadap
seseorang yang tidak dikenal.
4. Anak belum mampu mandiri melakukan aktivitas sehari-hari
(berpakaian, memakai sepatu, mandi sendiri).
5. Kemampuan komunikasi anak autistik belum maksimal. Penggunaan
bahasa verbal cenderung dilakukan melalui perintah tanpa disertai
penggunaan bahasa nonverbal yang tidak mengerti maknanya.
6. Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi
(kumpulan gambar dalam satu kertas).
7. Anak autistik pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
8. Belum digunakannya media pictograph dalam pembelajaran di sekolah
regular maupun di sekolah luar biasa, terutama di SLB Dharma Rena
Ring Putra II Yogyakarta.
C. Batasan masalah
Permasalahan komunikasi bagi anak autistik sangat kompleks, oleh
karena itu penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada efektivitas
penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak
autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Materi dibatasi
pada pemahaman konsep aktivitas menolong diri sendiri yaitu kegiatan
mencuci tangan, memakai sepatu dan memakai baju.
D. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini berdasarkan
batasan masalah tersebut yaitu: Apakah penggunaan pictograph efektif
digunakan sebagai media komunikasi non verbal bagi anak autistik di SLB
Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta?
E. Tujuan penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian untuk mengetahui
efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal
yang efektif bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II
F. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan penulis antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
a. Bagi siswa :
Mempermudah anak melakukan komunikasi dengan media
pictograph.
b. Bagi guru :
Guru dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan
kesepakatan bersama dengan anak autistik dengan menggunakan
media pictograph.
c. Bagi kepala sekolah :
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah dengan menggunakan media pictograph
dalam setiap pembelajaran.
2. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahunan
bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya dalam
penggunaan pictograph sebagai media komunikasi anak autistik.
G. Definisi operasional
1. Media pictograph yaitu alat perantara pembelajaran yang secara fisik
menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan
penyederhanaan, penggambaran lebih nyata yang dibuat dari elemen
dasar dari simbol grafis. Media pictograph sebagai alat bantu bagi
anak autistik dalam memperkenalkan aktivitas supaya anak mampu
melakukan komunikasi dengan maksud yang disampaikan oleh peneliti
dan untuk melatih verbal anak.
2. Komunikasi non verbal anak autistik adalah sebuah rangkaian proses
penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan
penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera
penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang,
tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam
penyampaiannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan
menunjuk gambar, symbol, benda, dan lambang nonverbal yang
bersifat publik.. Komunikasi dengan penggunaan ekspresi mimik
muka, sikap tubuh, dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap
komunikasi non verbal dari orang lain. Anak mampu menunjuk
kegiatan tersebut anak dilatih dengan permintaan dari guru “jika kamu
ingin mencuci tangan, tunjukkan gambar yang mana”.
3. Anak autistik yaitu seseorang anak yang mengalami gangguan
perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan defisit
intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas.
Gangguan perkembangan yang dialami selama masih bayi dan awal
memperlihatkan karakteristik dalam masalah interaksi sosial,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Anak Autistik.
1. Pengertian Anak Autistik.
Autism dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak memiliki
perhatian terhadap dirinya sendiri. Batasan pengertian anak autistik telah
banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama.
Menurut Pamuji (2007:2) anak autis adalah anak yang megalami
gangguan perkembangan fungsi otak yang ditandai dengan adanya
kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi dengan
lingkungan, perilaku dan adanya keterlambatan pada bidang akademis.
Menurut Yosfan Azwandi (2007:144) menyatakan bahwa autisme
merupakan gangguan proses perkembangan neurobiologis berat yang
terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan
gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial, dan fungsi
adaptif.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dimaknai bahwa anak
autistik memiliki gangguan sistem perkembangan yang kompleks yang
disebabkan pada perkembangan fungsi otak yaitu pada proses
perkembangan neurobiologis yang sering terjadi pada tiga tahun pertama.
pada kemampuan dalam bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan
fungsi adaptif.
Anak autistik terkadang tidak memiliki kemampuan dalam bertutur
kata, dan hanya mengeluarkan bunyi-bunyi atau meniru apa yang
dikatakan orang lain. Anak autistik mengalami gangguan dalam aspek
komunikasi dengan ciri-ciri perkembangan yang lambat, terlihat seperti
memiliki masalah pendengaran dan tidak memperhatikan apa yang
dikatakan oleh orang lain, jarang bicara, sulit untuk diajak berbicara,
kadang bisa mengatakan sesuatu namun hanya sebentar saja, perkataan
yang disampaikan tidak sesuai dengan pertanyaan, mengeluarkan bahasa
yang tidak dapat dipahami oleh orang lain, meniru perkataan atau
pembicaraan orang lain (echolalia), dapat meniru kalimat atau nyanyian
tanpa mengerti maksudnya, suka menarik tangan orang lain bila meminta
sesuatu.
Kasus anak autistik di SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta
yang berinisial Tiko (samaran) memiliki gangguan pada aspek
komunikasi. Komunikasi yang dilakukan anak tersebut tidak ada respon
apabila menginginkan sesuatu, anak hanya merengek dan hanya diam saja.
Anak tersebut menangis apabila keinginannya tidak dapat dimengerti oleh
lawan bicaranya.
2. Karakteristik Anak Autistik.
Karakteristik anak autistik merupakan perilaku khas yang meliputi
pada suatu obyek atau situasi tertentu yang dapat mendorong tertunjuknya
perilaku tersebut. Menurut Yuniar 2002 (dalam Pamuji 2007 : 11),
menyatakan karakteristik anak autistik disebut juga dengan Trias autistik
yang meliputi tiga gangguan yaitu:
a. Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan lingkungan (orang
sekitar, obyek dan situasi).
Gangguan pada aspek interaksi ini, anak autistik biasanya lebih
menarik diri terhadap lingkungan baru maupun tidak mampu
melakukan aktivitas apabila terjadi perubahan pada kegiatan
sehari-hari.
b. Gangguan dalam kemampuan bekomunikasi baik verbal maupun non
verbal.
Gangguan pada anak autistik dalam berkomunikasi ada beberapa
yang mampu melakukan komunikasi secara baik namun terkadang
tidak ada maknanya hanya membeo maupun babbling. Lebih banyak
anak autistik mengalami gangguan komunikasi verbalnya yang
biasanya diam maupun menggumam.
c. Gangguan atau keanehan dalam berperilaku motorik, minat yang
terbatas, dan respon sensoris yang kurang memadai. Menurut Yuniar
(2002:11) ada beberapa yang sering ditemukan di lapangan
diantaranya:
1) Mempertahankan rutinitas atau sulit menyesuaikan diri dengan perubahan.
2) Terlambat dalam perkembangan bahasa.
4) Sering menarik tangan orang dewasa bila menginginkan sesuatu. 5) Sulit bermain dengan teman sebaya.
6) Kontak mata sangat kurang.
7) Cara bermain yang tidak wajar dan monoton, seperti senang membuang-buang, membariskan barang-barang, memutar benda, membuka-buka buku.
8) Suka sekali benda tertentu, seperti botol shampoo, alat adapur, karet gelang dan merobek-robek kertas.
9) Hiperaktif atau sangat pasif, tidak bisa membela dirinya.
10) Tak tertarik pada mainan atau menggunakan mainan tidak sesuai dengan fungsinya.
Gangguan atau keanehan dalam berperilaku motorik anak autistik
banyak ha-hal yang menjadi hambatan bagi orang lain untuk memaknai
dari perilaku tersebut, dan anak autistik mengalami hambatan dalam
mengutarakan keinginannya. Hal itu disebabkan karena antara lain
keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Karakterisitik anak autistik menurut Yoswan Azwandi (2007:146)
ditinjau dari interaksi sosial, komunikasi dan pola bermain, serta aktivitas
dan minat yaitu dampak gangguan dari dari segi interaksi sosial. Anak
autisme dapat dikenal dengan mengamati interaksi sosialnya yang ganjil
dibandingkan anak pada umumnya, seperti:
1) Menolak bila ada yang hendak memeluk.
2) Tidak mengangkat kedua lenganya bila diajak untuk digendong. 3) Ada gerakan pandangan mata yang abnormal.
4) Gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain.
5) Sebagian anak autisme acuh dan tidak bereaksi terhadap pendekatan orangtuanya, sebagian lainnya malahan merasa terlalu cemas bila terpisah dan melekat pada orangtuanya.
6) Gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-teman sebayanya, mereka lebih suka menyendiri.
7) Keinginannya untuk menyendiri sering tampak pada masa kanak-kanak dan akan makin berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.
9) Tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, atau pun untuk mengekspresikan perasaannya baik dalam bentuk vocal ataupun dalam ekspresi wajah.
Dampak dari gangguan interaksi sosial tersebut diantaranya gagal
dalam mengembangkan interaksi dengan teman sebayanya dan lebih suka
menyendiri sangat tampak pada kasus anak autistik di TKLB SLB Dharma
Rena Ring Putra II Yogyakarta. Anak tersebut selalu menyendiri, pendiam
dan apabila didekati selalu menghindar dengan berlari menjauhi orang
didekatnya yang tidak dikenalnya. Menurut Yozwan Aswandi (2007: 146)
karakteristik anak autistik dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan pola
bermain serta aktivitas dan minat adalah sebagai berikut:
a. Dampak gangguan dari segi komunikasi dan pola bermain.
Dari segi komunikasi dan pola bermain, Yoswan Aswandi
menjelaskan bahwa sebagian anak autistik mengalami keterlambatan
dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara. Menggumam adalah
tahap perkembangan bicara yang normal muncul sebelum dapat
mengucapkan kata-kata, pada anak autistik hal ini mungkin tidak
nampak. Bila tertarik dengan suatu objek/benda, biasanya mereka tidak
menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan
keinginan, namun berusaha menarik tangan orang lain. Mereka juga
mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan
bahasa yang sesuai konteksnya.
Dampak gangguan dari segi komunikasi, anak autistik yang mampu
memaknai ucapanya, serta tidak mampu memahami ucapan lawan
bicaranya. Kemampuan bahasa verbalnya tidak digunakan untuk
berkomunikasi namun hanya menirukan kalimat lawan bicaranya
(membeo). Banyak anak autistik yang mengalami keterlambatan pada
bahasa verbal dan dalam melakukan komunikasi. Anak yang belum
berbahasa biasanya hanya mengutarakan keinginannya dengan menarik
tangan orang lain tetapi belum mampu menunjukkan keinginannya.
Sehingga, anak dan orang lain tersebut mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi.
b. Dampak gangguan dari segi aktivitas dan minat.
Pada aspek aktivitas dan minat, anak autisme memperlihatkan
abnormalitas dalam bermain. Beberapa anak autistik tidak
menggunakan alat mainannya sesuai dengan yang seharusnya. Anak
autistik menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.
Mereka sulit dipisahkan dari suatu benda yang menjadi daya tariknya
dan menolak meninggakan rumah tanpa benda tersebut. Gerakan
stereotipi tampak pada hampir semua anak autistik. Seperti gerakan
menggoyang-goyangkan tubuh, menggerakkan jari jemarinya di depan
mata, dan sebagainya.
Beberapa ahli menjelaskan karakteristik anak dengan autisme yang
sering dilakukan dan sebagai identitas anak autistik. Dari pendapat ahli
tersebut karakteristik anak autistik terdapat tiga gangguan perkembangan
lingkungan, gangguan dalam berperilaku, aktivitas dan minat serta
gangguan berkomunikasi dan pola bermain. Dapat dijelaskan beberapa
perilaku yang terdapat dalam gangguan interaksi dengan lingkungan yaitu
kontak mata sangat kurang bahkan tidak mampu melakukan kontak mata
dengan lawan bicara, sebagian anak autistik tidak bereaksi terhadap
beberapa perilaku seperti pendekatan dari orang lain. Dalam aktivitas dan
minat yaitu beberapa anak autistik tidak menggunakan alat mainannya
sesuai dengan yang seharusnya, sulit untuk dipisahkan dari suatu benda
dan menolak meninggalkan di rumah tanpa benda tersebut.
Dari kasus Tiko anak autistik yang ada di SLB Dharma Rena Ring
Putra II Yogyakarta bahwa Tiko selalu membawa koran kemanapun dia
melakukan aktivitas, apabila koran tersebut diambil, ia akan merengek,
marah dan meminta. Cara mengungkapkan keinginannya terhadap benda
tersebut dengan menarik tangan dan menggumam. Beberapa perilaku yang
terdapat dalam gangguan komunikasi dan pola bermain yaitu sebagian
anak autistik mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa
dan berbicara, dari kasus Tiko, ia mampu bersuara dan mengucapkan kata
namun tidak jelas maknanya dan juga menggumam apabila menginginkan
sesuatu. Pemahaman komunikasi nonverbal anak autistik kelas TKLB SLB
Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta yang dimaksud pada penelitian ini
B. Kajian Tentang Media Pembelajaran.
1. Pengertian Media Pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Media pembelajaran menurut Briggs, 1970 dalam Sadiman dkk, (2005 : 6)
yaitu segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak
untuk belajar. Menurut Hamalik, 1986 (dalam Azhar Arsyad, 2011:15)
menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap anak.
Berdasarkan kajian beberapa ahli tersebut di atas, dapat ditegaskan
bahwa media pembelajaran yaitu alat yang digunakan untuk membantu
proses penyampaian pesan yang terbuat menyerupai benda aslinya maupun
miniatur seperti benda aslinya, sehingga fungsinya mampu membantu
dalam proses peyampaian pesan serta membangkitkan motivasi pada anak
dalam menerima pelajaran.
Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar menurut Azhar Arsyad (2011 : 26) yang bersumber dari
beberapa ahli disebutkan beberapa kegunaan media pembelajaran yaitu
media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi,
media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
waktu, media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka. Dari
keempat kegunaan media tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi.
Manfaat yang dimaksud untuk memperjelas penyajian pesan dan
informasi yaitu media sebagai pendukung bukan sebagai unsur yang
utama pada pembelajaran. Informasi pesan atau informasi bersumber
dari pengetahuan umum dan media pembelajaran yang dimaksud disini
sebagai alat bantu atau benda untuk memperjelas pesan informasi dari
pengetahuan umum yang sangat abstrak akan dapat diperjelas dengan
menggunakan media.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak.
Manfaat media untuk meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak yaitu media tidak hanya sebagai alat bantu atau benda sebagai
penunjang pembelajaran namun manfaat lain untuk memberikan daya
tarik bagi anak, sehingga proses belajar yang biasanya hanya duduk
diam dan mendengarkan, dengan media atau alat bantu belajar anak
menjadi lebih aktif dan antusias dalam menerima pelajaran. Selain itu,
media pembelajaran membuat anak lebih berpikir secara umum dan
sehingga akan bertambah banyak pengetahuan yang didapat pada
masing-masing anak.
c. Media pembelajaran dapat mengtasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
Manfaat media untuk mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu yang dimaksud yaitu memberikan manfaat praktis apabila
belajar menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran pada
dasarnya dirancang untuk mempermudah namun memberikan manfaat
yang besar dalam proses belajar. Keterbatasan-keterbatasan yang akan
mempersulit anak untuk mencapai kedaerah yang sangat jauh dan luas
dapat digunakan media seperti benda nyata namun dengan skala yang
kecil seperti miniatur.
Miniatur dapat dimanfaatkan bagi pembelajaran anak dengan
gangguan penglihatan yang tidak mampu menjangkau daerah yang luas
dan menggambarkan suatu benda.Mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu seperti gunung. Gunung dalam bentuk nyatanya sangat
besar, tinggi, tidak dapat disentuh dan sangat jauh, apabila anak harus
melihat secara langsung serta merabanya tentu saja akan menghabiskan
waktu dalam perjalanan untuk mencapai gunung dan tidak mampu
mengukur serta meraba secara menyeluruh. Untuk itu, ada penampang
atau miniatur sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam
Tidak hanya dengan miniatur, media berbasis audio visual seperti
video, film, radio dapat digunakan sebagai media untuk membantu
menyampaikan pesan secara lebih jelas. Peristiwa-peristiwa alam akan
lebih mudah dijelaskan dalam media berbasis audio visual.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.
Manfaat media pembelajaran dapat memberikan kesamaan yang
dimaksud yaitu memberikan pengalaman yang serupa tentang konsep
maupun benda yang dimaksud dari mata pelajaran yang telah diberikan
sebelumnya. Supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda pada tiap
anak, dapat dilakukan pengamatan secara langsung dengan benda yang
nyata atau pengalaman yang nyata misalnya melalui karyawisata di
lingkungan sekitar maupun kunjungan yang lain seperti museum, kebun
binatang dan tempat-tempat yang mampu dimanfaatkan sebagai tempat
yang mengandung unsur pendidikan.
Manfaat praktis menurut ahli di atas dapat dikaji tentang fungsi media
pembelajaran, yaitu media sebagai penjelas dan membantu guru untuk
menyampaikan informasi secara jelas dari beberapa materi pelajaran yang
membutuhkan proses yang secara terinci perlu diketahui oleh anak serta
bertujuan mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
Dibidang kognitif, anak-anak autistik memiliki cara berpikir yang
kulit, dan hidung) dengan cara yang lain. Mereka mendengar, merasa dan
meilhat sebagaimana orang lain tetapi otak mereka menerima
informasi-informasi tersebut dengan cara berbeda. Oleh karena itu mereka
menunjukkan perbedaan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.
Sebagai contoh dalam pembelajaran pengenalan konsep, pengenalan
konsep kata benda pada anak-anak “normal” umumnya tidak begitu sulit
namun menyenangkan bagi anak. Apabila anak atau anak melihat guru
membawa sesuatu benda atau gambar ke dalam kelas, maka perhatian anak
akan tertuju kepada benda yang dibawa guru tersebut. Kemudian
anak-anak biasanya akan bertanya, atau bagi yang sudah tahu akan langsung
menyebutkannya. Keadaan ini memudahkan guru untuk mengajarkan
konsep baru pada anak.
Lain halnya dengan anak autistik, perhatiannya tidak mudah diterka,
dan sulit mengarahkan dan mengontrolnya. Ada diantara anak autistik
yang tertarik dengan benda yang dibawa guru, dan adapula yang
menunjukkan ketidak tertarikan. Oleh karena permasalahan yang dialami
anak autistik sangat berat dan spesifik berkenaan dengan gangguan
komunikasi, bahasa, kognitif dan sosial emosi, maka peran utama yang
menonjol adalah media sebagai alat untuk menarik dan mengarahkan
perhatian anak. Sebab uapaya memberikan stimulus terhadap anak
autisme, merupakan masalah utama yang sangat berat.
Anak autistik yang hanya menggunakan sistem sensorinya “mono
mengembangkan sistem pendengaran dan penglihatanpada waktu yang
bersamaan, maka ia akan merasakan stimulus yang lemah dan sulit
memberikan respon. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab terjadi
kesulitan belajar pada anak autistik. Maka dari itu media pembelajaran
akan berperan sebagai upaya memperkuat rangsangan sehingga dapat
direspon anak dengan tepat. Jadi media berperan sebagai alat yang dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar
meningkatkan proses dan hasil belajar.
Dari uraian di atas, penggunaan media dalam pembelajaran anak
autistik diperlukan untuk 1) alat untuk mengarahkan perhatian anak, 2) alat
untuk meningkatkan dan memlihara konsentrasi anak, 3) mengatasi
keterbatasan indera, ruang dan waktu, 4) sebagai alat yang dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar
dan meningkatkan proses dan hasil belajar, 5) alat untuk memberikan
kesamaan pengalaman kepada anak tentang peristiwa-peristiwa.
2. Klasifikasi Media Pembelajaran
Ada beberapa klasifikasi media pembelajaran yang digunakan dalam
proses pengajaran menurut Yoswan Azwandi (2007:168) salah satunya
media berbasis manusia. Pada umumnya manusia sebagai sumber
informasi pertama dalam proses memperoleh pengetahuan, namun
manusia bukan satu-satunya sumber media pengetahuan karena jika tidak
didukung oleh benda atau media yang lain sebagai pendukungnya,
menurut Yoswan Azwandi (2007:168) yang lain beserta penjelasannya
sebagai berikut:
1) Media berbasis manusia, yang meliputi guru kelas, guru
pembimbing khusus, guru mata pelajaran, guru pendamping
(shadow), dan anggota kelompok.
Klasifikasi media berbasis manusia yaitu semua informasi dan
peraga dalam pembelajaran dari manusia. Namun biasanya
informasi dari sumber manusia tidak begitu efektif, karena hanya
dengan ceramah. Hakekatnya manusia meliputi guru, pembimbing
dan anggota kelompok berperan penting dalam proses belajar
mengajar, apabila tidak ada guru sebagai sumber informasi hidup,
anak akan mengalami kesulitan apabila hanya diberikan media atau
benda saja tanpa ada informasi yang jelas tentang media atau benda
tersebut.
2) Media berbasis cetakan, diantaranya buku teks, buku penuntun,
jurnal, majalah, dan lembaran lepas.
Media berbasis cetakan seperti buku teks dan lainnya yang
didalamnya terdapat informasi-informasi secara tertulis serta
penjelasan mengenai informasi tersebut merupakan salah satu
media praktis yang dapat dipelajari hanya dengan membaca dan
informasi banyak didapatkan. Media cetak seperti buku teks
dimanfatkan guru sebagai sumber bahan belajar bagi anak. Media
oleh praktik langsung, misalnya pada materi pengembangan diri
memakai pakaian, apabila hanya diperlihatkan gambar dan tulisan
saja belum tentu anak mampu memahami caramemakai pakaian
yang benar sesuai tahapan. Untuk itu, selain menggunakan media
cetak harus didukung dengan praktik langsung. Pengalaman belajar
tiap anak berbeda-beda, sehingga apabila dengan membaca saja
informasi yang didapat satu anak dengan yang lain akan
menimbulkan persepsi belajar yang berbeda. Untuk itu, harus ada
media pendukung lain seperti manusia yaitu guru untuk
membimbing anak mencapai satu persepsi yang sama. Guru akan
memanfaatkan media atau alat bantu sebagai pendukung proses
penyampaian pesan kepada anak.
3) Media berbasis visual, pembelajaran anak autistik dimulai dari
membangun stimulus dan respon visual, seperti kontak mata.
Media berbasis visual menjadi media yang sangat menarik bagi
anak dan mempermudah menerima pelajaran, karena media
berbasis visual bagi anak biasanya menggunakan gambar yang
menarik dan berwarna-warni sehingga mampu menimbulkan
perhatian dan minat belajar anak. Bagi anak autistik, media
berbasis visual seperti media kartu gambar berwarna akan lebih
memfokuskan anak terhadap benda sehingga menarik perhatian
anak. Jadi media berbasis visual dalam pembelajaran anak autisme
4) Media berbasis audio-visual, anak autistik membutuhkan input
sensori lebih dari satu sumber atau modalitas supaya proses
datangnya informasi dapat diterima dengan akurat.
Media berbasis audio-visual sebagai media yang lebih
kompleks dan lebih jelas sebagai sumber belajar. Tidak hanya
menampilkan gambar saja namun anak dapat mendengarkan suara
secara langsung pada gambar maupun film yang sedang dilihatnya.
Audio pada film maupun gambar slide membantu guru dalam
menyampaikan informasi maupun penjelasan yang terdapat pada
gambar.
5) Media berbasis benda nyata, terdiri dari benda-benda asli dan
benda tiruan tergolong pada benda tiga dimensi.
Media berbasis benda nyata tidak hanya benda asli, namun
miniatur sebagai benda tiruan yang hampir sama seperti benda
aslinya hanya saja skala atau ukurannya diperkecil lebih menarik
bagi anak. Karena tidak perlu ke luar kelas anak belajar, dengan
adanya benda tiruan anak mampu memberikan pengalaman dan
menggambarkan secara umum. Bagi anak-anak berkebutuhan
khusus, media tiga dimensi akan memberikan daya tarik pada
pengalaman belajarnya tersediri dan memberikan kesempatan pada
6) Media berbasis komputer, digunakan oleh penyandang anak
autistik khususnya penyandang autism ringan dan tidak mengalami
gangguan kognitif.
Media berbasis komputer dimanfaatkan bagi penyandang
autism ringan dan tidak mengalami gangguan kognitif karena
kemampuan anak autistik ringan biasanya melebihi kemampuan
anak-anak normalsetaranya. Kemampuan anak autistik ringan
dengan kognitif rata-rata anak normal harus dimanfaatkan untuk
mencari pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Media komputer
sebagai media yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu belajar
bagi anak autistik ringan, karena memanfaatkan media komputer
akan memberikan fokus yang lebih dibandingkan hanya menulis di
kertas, karena menulis di komputer antara kemampuan fokus ke
layar dan kerjasama antara motoriknya, sehingga keseimbangan
otak akan terjadi.
Ahli lain juga memberikan kontribusi tentang klasifikasi media yang
lain, tidak hanya terfokus dengan benda-benda namun unsur-unsur pada
media grafis. Klasifikasi media belajar menurut Howard Levis dalam
Ahmad Rohani (1997:108) ada empat yaitu Sign Vehicle Characteristic,
Realism Cue Characteristic, Sensory Channel Characteristic, dan Locus
Of Control Characteristic. Keempat klasifikasi tersebut dapat dijelaskan
a. Sign Vehicle Characteristic, seperti:
Karakteristik pada sumber belajar ini mengandung simbol-simbol
yang harus diperhatikan pada suatu sumber pembelajaran.
Unsur-unsur tiap simbol berbeda tergantung dari klasifikasinya dan harus
diperhatikan, sehingga tercapai keseimbangan antara ukuran dan
bentuk simbolnya. Sign Vehicle Characteristic itu seperti simbol
digital yang berupa kata dan angka, simbol iconic berupa gambar dan
diagram.
b. Realism Cue Characteristic, seperti:
Karakteristik pada unsur isyarat gambar harus memperhatikan
beberapa hal, sehingga dalam penyampaian melalui gambar harus
berpadu antara fokus objek yang akan disampaikan dengan efek suara
sebagai pendukungnya. Media ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1) Jumlah detail gambar-gambar.
2) Warna.
3) Dimensi.
4) Efek pendengaran.
c. Sensory Channel Characteristic, seperti:
Karakteristik saluran sensorik pada klasifikasi sumber belajar
harus sesuai dengan kenyataannya, sehingga dalam penyampaian
benda nyatanya walaupun skala pembuatan medianya diperkecil.
Karakteristik tersebut berupa:
1) Pengamatan.
2) Pendengaran.
3) Perabaan.
4) Penyajian melalui berbagai saluran.
d. Locus Of Control Characteristic, seperti:
Karakteristik Locus Of Control Characteristicmedia harus mampu
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga sangat efektif
digunakan bagi anak yang memiliki hambatan. Media dimanfaatkan
sebagai sumber belajar untuk membantu anak secara lebih aktif dan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Menjadi sumber.
2) Kekakuan/ keluwesan menurut waktu.
3) Kekakuan/ keluwesan menurut urutan.
Berdasarkan kajian dari beberapa para ahli tersebut dapat ditegaskan
bahwa klasifikasi media pembelajaran yang digunakan dalam proses
pengajaran tidak hanya bersumber dari media cetak yang banyak
membawa sumber informasi pengetahuan, tetapi pada sumber media cetak
seperti buku teks yang memuat informasi pengetahuan tersebut dalam
penyampaian pesan maupun informasi harus dibantu dengan alat atau
bagi pembelajaran anak autistik media berbasis audio-visual lebih
merangsang anak autistik dalam pemahaman yang lebih akurat.
C. Kajian Tentang Media Pictograph
1. Pengertian Media Pictograph
Pengertian pictograph menurut Norbert (2012:2776), pictograph
adalah gambar yang digunakan untuk mewakili kata tertentu atau ide daripada unit tertentu dalam bidang komunikasi. Dari pendapat ahli
tersebut dapat dijelaskan bahwa gambar pada pictograph dapat digunakan
sebagai bahasa lambang yang digunakan untuk berkomunikasi. Pictograph
digunakan pada zaman orang kuno terdahulu (di Mesir, Mesopotamia, Kreta, dll.) dan masih umum digunakan di jalan, bandara dan tanda lainnya (misalnya, penyeberangan pejalan kaki, klaim bagasi, dan toilet
perempuan), pictograph dapat dipahami terlepas dari lisan atau bahasa
isyarat.
Berdasarkan buku “Pictograms Icons and Signs (A Guide To
Information Graphics), karya Rayan Abdullah dan Roger Hubner (2006::
a. Iconogram
Iconogram merupakan sebuah tanda yang mencerminkan
representasi ilustratif, emphasis antara sang penanda dan yang
ditandai. Iconogram merupakan kajian yang memperhatikan
konfigurasi dari gambar pada suatu karya untuk mengetahui makna
b. Pictograph
Pictograph merupakan tanda yang merepresentasikan fakta
kompleks, tidak secara kata – kata atau suara tetapi secara visual yang
memiliki arti.
c. Logogram
Logogram merupakan representasi konsepsual seperti tulisan ke
dalam sebuah visual. Sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata
atau makna. Fungsinya untuk mempersingkat penulisan sebuah kata,
contoh: '&' untuk menyingkat 'dan'.
Pictograph adalah sebuah kata lain dari pictogram. Menurut pendapat
ahli di atas dapat dijelaskan bahwa pictograph adalah sebuah gambar atau
simbol yang terdiri dari kata atau kumpulan kata. Pictograph biasanya
berupa gambar lambang, yang mewakili suatu jumlah dari suatu sifat atau
dari suatu hal. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu satu gambar dapat
diumpamakan sebagai lambang yang mewakil beberapa arti dalam
penerapan yang sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian,
apabila di dalam pictograph itu dideretkan 3 gambar kran air yang
mengeluarkan air, maka kita tahu bahwa yang dilambangkan itu mewakili
mencuci tangan, mencuci kaki, mencuci piring dan sebagainya. Dari tiga
kemungkinan gambar tersebut dapat dibuat konsisten dan mampu