• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN KELAS TKLB DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN KELAS TKLB DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA."

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI

MEDIAKOMUNIKASINON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN KELAS TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA

DISEKOLAH LUARBIASADHARMARENARINGPUTRA IIYOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Hanifah Kurniawati NIM. 10103244038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Mendidik tanpa bicara, membiarkan semua berkembang tanpa bicara, memberi kehidupan tanpa niat menguasainya, membesarkan tanpa mengaitkan

kepentingan pribadi

(Lao Zi, 2009:19)

Murah memberi dengan penuh cinta kasih, ucapannya bisa dipercaya, mengatur dirinya secara benar, bekerja sesuai dengan kemampuannya, bergerak

sesuai dengan waktunya

(6)

PERSEMBAHAN

1. Kepada Allah SWT, dengan RahmatNya tugas akhir skripsi ini telah diselesaikan

2. Kedua orang tua ku, Muhammad Sadali dan Surti Anastiti yang selalu mendoakan tiada putusnya

(7)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN

KELAS TKLB DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA

Oleh

Hanifah Kurniawati NIM 10103244038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal yang efektif bagi anak autistik tipe ringan kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakandesain penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR), desain penelitian ini menggunakan desain A-B-A.Desain subjek tunggal merupakan penelitian yang pengolahan datanya dipergunakan untuk menyelidiki perilaku, dalam hal ini efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan. Subjek penelitian berjumlah satu anak, merupakan anak autistik ringan kelas TKLB, yakni Tiko (samaran) dan keterbatasan anak dalam bidang komunikasi verbal, dapat dibantu menggunakan media yang sederhana yaitu media pictograph.Pengumpulan data melalui pengukuran kemampuan keterampilan komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan menggunakan tes perbuatan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari di sekolah.Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan tes perbuatan dan observasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dihitung dan dianalisis melalui kuantitatif dan ditampilkan dalam bentuk grafik.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkanperubahan ke arah yang lebih baik. Hasil perubahan data poin kemampuan keterampilan kemandirian komunikasi non verbal padasesi terakhir pada kondisi baseline 1 (A) yaitu 57,5% dan data poin sesi pertama pada kondisi intervensi (B) yakni 72,5%diperoleh kenaikan sebesar 15%. Data poin sesi pertama pada kondisi baseline 2(A2) sesi terakhir 97,5% dan data poin sesi pertama pada kondisi intervensi (B) 72,5% diperoleh kenaikan sebesar 25%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pictographefektif yang ditandai dengan proses keterampilan komunikasi non verbal sebagaimedia komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas RidloNya lah maka penulis skripsi yang berjudul “Efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan kelas

TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti sehinga dapat menuntut ilmu di perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenaan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

(9)

4. Ibu Dr. Sari Rudiyati, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis skripsi yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan skripsi hingga terselesaikan penulis karya tulis ilmiah ini. 5. Sukinah, M.Pd selaku dosen pembimbing penulis skripsi yang

memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan skripsi hingga terselesaikan penulis karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telag bersedia membimbing dan menularkan ilmunya kepada penulis.

7. Bapak dan ibu karyawan-karyawati serta seluruh staf Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu memberikan fasilitas untuk memperlancar studi.

8. Bapak Drs. Edy Dwiyanta selaku Kepala Sekolah SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta yang telah memberi ijin penelitian, pengarahan dan kemudahan agar penelitian dan penulis skripsi ini berjalan lancar. 9. Ibu Jamronah, S.Pd selaku guru kelas atas bantuan dan kesediannya

dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

10.Kedua orang tuaku (Muhammad Sadali dan Surti Anastiti) terima kasih atas doa, pengertian, kasih sayang dan dukungannya.

11.Keluargaku (Mbah Manto, Hafidh, Bulik Arifah, Mbk Lisa, Budhe Anti, Pakde Suryanto) terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. 12.Mas Rokhmat Zanuar S.B, A.Md terimaksih atas dukungan dan

(10)

13.Mas Imam Nurimbawan terimakasih atas bantuan dan dukungannya. 14.Sahabatku Kurnia, Tintin, Ana, Nurul, Wiji, Amik, yang selalu memberi

semangat dan dukungan menjalani masa kuliah dan kepada Arum dan Maya yang telah memberikan bantuannya selama proses skripsi.

15.Teman-teman seperjuangkan PLB 2010 terima kasih atas kebersamaan dan kenangannya selama ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Bimbingan dan bantuan yang diberikan akan dijadikan oleh penulis sebagai bekal menjalani hidup ke depan. Saran dan kritik konstruktif sangatlah penulis harapkan.Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.Amin.

Yogyakarta, 22 Maret 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 13

C. Batasan masalah... 14

D. Rumusan masalah ... 14

E. Tujuan penelitian ... 14

F. Manfaat penelitian ... 15

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Anak Autistik

1. Pengertian anak autistik ... 18

2. Karakteristik anak autistik ... 19

B. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian media pembelajaran ... 25

2. Klasifikasi media pembelajaran... 30

C. Kajian Tentang Media Pictogrpah 1. Pengertian media pictograph ... 37

2. Penerapan media pictograph ... 39

3. Fungsi dan keunggulan media pictograph... 41

D. Kajian Tetang Komunikasi Non Verbal 1. Pengertian komunikasi non verbal ... 45

2. Bantuk-bentuk komunikasi non verbal ... 48

3. Melatih fungsi bahasa dan berkomunikasi ... 51

4. Evaluasi hasil kemampuan komunikasi non verbal ... 53

E. Kerangka Pikir ... 66

F. Hipotesis Penelitian ... 70

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian... 71

B. Waktu dan tempat penelitian ... 76

(13)

1. Variabel bebas ... 78

2. Variabel terikat ... 79

E. Teknik pengumpulan data 1. Tes ... 79

2. Metode obervasi ... 80

F. Pengembangan instrument penelitian 1. Instrument tes perbuatan ... 82

2. Panduan observasi ... 88

G. Uji validitas isi ... 92

H. Prosedur perlakuan ... 93

I. Teknik analisis data 1. Analisis visual dalam kondisi ... 94

2. Analisis visual antar kondisi ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi penelitian ... 99

B. Deskripsi subjek penelitian 1. Identitas subjek ... 100

2. Karakteristik subjek ... 100

C. Deskripsi kemampuan tentang komunikasi non verbal 1. Deskripsi baseline I ... 102

2. Deskripsi data hasil baseline I ... 110

3. Deskripsi pelaksanaan intervensi ... 114

(14)

5. Deskripsi baseline 2 ... 130

6. Deskripsi data hasil baseline 2 ... 134

D. Deskripsi hasil analisis data 1. Deskripsi analisis data dalam kondisi ... 137

2. Deskripsi analisis antar kondisi ... 141

E. Uji hipotesis ... 145

F. Pembahasan ... 147

G. Keterbatasan penelitian ... 152

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 154

B. Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(15)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Waktu dan kegiatan penelitian ... 76

Tabel 2. Kisi-kisi instrument tes keterampilan komunikasi non verbal dalamaktivitas bina diri ... 82

Tabel 3. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas mencuci tangan... 83

Tabel 4. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas memakai sepatu ... 84

Tabel 5. Instrumen tes keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas memakai baju ... 85

Tabel 6. Skoring tes perbuatan komunikasi non verbal anak autistik ... 86

Tabel 7. Kategori hasil pengamatan kemampuan anak autis tentang komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri ... 88

Tabel 8. Kisi-kisi panduan observasi keterampilan komunikasi non verbaldalam aktivitas bina diri terhadap anak autistik ... 88

Tabel 9. Cara pemberian skor observasi kemampuan komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri anakautistik ... 90

Tabel 10. Kategori hasil observasi kemampuan anak autistik tentang komunikasin non verbal ... 91

Tabel 11. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase baseline 1 anak autistik tipe ringan kelas TKLB ... 110

Tabel 12. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase intervensi anakautistik tipe ringan kelas TKLB ... 122

Tabel 13. Hasil keterampilan komunikasi non verbal fase baseline 2 anak autistik tipe ringan kelas TKLB ... 134

Tabel 14. Estimasi kecenderungan arah ... 139

Tabel 15. Data kecenderungan stabilitas ... 139

(16)

Tabel 17. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya ... 142

Tabel 18. Data presentase overlap ... 144

Tabel 19. Data rangkuman analisis visual antar kondisi ... 145

(17)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kegiatan mencuci tangan ... 56

Gambar 2. Kegiatan memakai baju ... 58

Gambar 3. Kegiatan memakai sepatu... 60

Gambar 4. Bagan kerangka pikir keefektifan media pictograph ... 70

Gambar 5. Prosedur Dasar Desain A-B-A ... 72

Gambar 6. Grafik perkembangan keterampilan komunikasi non verbal dari setiap fase ... 136

Gambar 7. Grafik kecenderungan arah keterampilan komunikasi non verbal ... 138

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Keterangan Validitas Instrumen ... 159

Lampiran 2. Panduan Hasil Observasi Keterampilan Komunikasi Non Verbal .... 160

Lampiran 3. Hasil Pelaksanaan Keterampilan Komunikasi Non Verbal ... 164

Lampiran 4.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Fase Baseline 1 ... 170

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran FaseIntervensi... 182

Lampiran 6.RencanaPelaksanaan Pembelajaran Fase Baseline 2 ... 201

Lampiran 7. Foto Hasil Penelitian ... 206

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.

Pengertian anak autistik menurut Yosfan Azwandi (2007:144)

menyatakan bahwa autisme merupakan gangguan proses perkembangan

neurobiologis berat yang terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hal

ini menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif,

sosial, dan fungsi adaptif. Dari karakteristik anak autistik tersebut

ditemukan beberapa gangguan pada beberapa bidang dan ada kaitannya

dengan karakteristik pada anak autistik diantaranya yaitu gangguan dari

segi komunikasi, gangguan dari segi aktivitas dan minat.

Anak autistik memiliki beberapa karakteristik salah satunya adalah

hambatan dan abnormalitas dalam hal berbahasa dan berbicara. Apabila

ada orang berbicara terhadap anak autistik, sering mereka tidak mampu

memahami ucapan yang ditujukan pada mereka. Bila anak autistik tertarik

dengan suatu objek atau benda, biasanya mereka tidak menunjuk atau

memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan

menarik tangan orang lain terutama orangtuanya maupun guru untuk

mengambilkan objek yang dimaksud. Mereka juga mengalami kesukaran

dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan bahasa yang sesuai

konteksnya. Anak autistik juga mengalami kesukaran dalam

berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik. Selain itu

(20)

atau emosi melalui suara. Dalam komunikasi non-verbal yang

bersangkutan juga mengalami gangguan. Mereka sering tidak

menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk

mengekspresikan perasaannya dan untuk merasakan perasaan orang lain.

Pada aspek aktivitas dan minat, anak autistik memperlihatkan

abnormalitas dalam bermain, seperti stereotipi yaitu perilaku yang

dilakukan secara berulang-ulang, dari kasus anak autistik tersebut dia

selalu mengambil kertas koran di gudang sekolah sebelum melakukan

aktivitas belajar di kelas dan tidak kreatif dalam memainkan suatu benda,

memainkan kertas koran untuk dilipat-lipat, dibuka lagi kemudian dilipat

kembali. Beberapa anak autistik tidak menggunakan alat mainannya sesuai

dengan seharusnya, terkadang menggantikan benda lain seperti kertas

sebagai mainannya. Penyampaian informasi kepada seseorang dapat

menggunakan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Secara

langsung dapat berupa bahasa verbal dengan berbicara, sedangkan yang

tidak langsung dapat berupa gambar atau tulisan yang memiliki makna

menyampaikan pesan atau informasi. Usaha untuk melakukan interaksi

sosial dengan baik antara lain dengan berkomunikasi secara langsung dan

atau berupa bahasa verbal. Seseorang yang tidak mampu menyampaikan

informasi secara verbal dapat dengan isyarat maupun menggunakan

gambar yang sesuai dengan maksud dari pesan yang akan disampaikan.

Fakta lain yang disampaikan oleh guru kelas yaitu adanya sikap pasif

(21)

belajar mengajar berlangsung guru sudah berusaha untuk memberi

stimulasi dengan melakukan tanya jawab mengenai kegiatan anak

sehari-hari di sekolah seperti “Tiko (samaran) sudah cuci tangan?” dengan

pertanyaan seperti ini guru melatih anak untuk menjawab dengan

mengikuti ucapan guru seperti “Tiko (samaran) sudah cuci tangan” anak

tampak diam tidak merespon pertanyaan guru. Hal ini menyebabkan iklim

pembelajaran bina diri kurang menyenangkan. Komunikasi verbal yang

dilakukan oleh guru kelas hanya sebagai perintah dalam melakukan

kegiatan selama pembelajaran. Komunikasi verbal belum didukung

dengan aktivitas non verbal dalam kegiatan pembelajaran binadiri sebagai

langkah pemahaman kegiatan anak yang sedang berlangsung.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada bulan Agustus 2014,

ada anak autistik di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Dharma Rena Ring Putra

II Yogyakarta yang dapat ditetapkan sebagai subyek penelitian, hal ini

antara lain karena di sekolah tersebut terdapat beberapa anak autistik,

namun peneliti menetapkan seorang anak autistik di kelas Taman

Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB) di SLB C Dharma Rena Ring Putra II

Yogyakarta. Anak tersebut bernama Tiko (samaran), menurut guru di

Sekolah tersebut Tiko (samaran) memiliki hambatan pada komunikasinya,

baik komunikasi verbal maupun non verbal. Anak tersebut mengalami

masalah komunikasi karena terindikasikan antara lain anak tersebut

apabila berbicara dan meninginkan sesuatu tidak menggunakan bahasa

(22)

menggumam dan cara menyampaikan pesan atau keinginannya dengan

menarik tangan dan menunjuk benda yang diinginkan. Tiko (samaran)

juga babbling apabila dia menginginkan sesuatu, kata-kata yang tidak jelas

namun dapat diartikan menginginkan sesuatu.

Tiko (samaran) belum mampu mandiri mengurus dirinya sendiri,

diantaranya belum mampu memakai sepatu sendiri, memakai baju sendiri

dan mandi sendiri. Anak tersebut juga menarik diri apabila berada di

tempat yang ramai dan menghindar apabila bertemu dengan orang yang

belum pernah dikenal. Menurut hasil wawancara kepada orang tuanya,

apabila keinginannya tidak dimengerti oleh lawan bicaranya, ia marah

dengan mencubit serta menangis. Selain masalah yang ada pada anak

tersebut, Tiko (samaran) memiliki kemampuan dalam memahami instruksi

sederhana seperti “duduk”, dan perintah seperti “ambil”.Selain

kemampuannya dalam memahami instruksi, kontak mata pada anak

autistik tersebut cukup baik walaupun terkadang masih beralih perhatian.

Mengenai komunikasi anak autistik di kelas TKLB SLB Dharma Rena

Ring Putra II Yogyakarta ternyataanak di kelas TK belum diberikan mata

pelajaran dan hanya diberikan beberapa permainan sesuai usia dan

kemampuannya. Kelemahan anak dalam melakukan komunikasi verbal

dapat diatasi antara lain dengan komunikasi non verbal, serta peran guru

dalam membantu menyampaikan pesan dapat diterima oleh anak tersebut

(23)

Anak autistik yang mengalami gangguan komunikasi verbal, sehingga

perlu diberikan bantuan dalam melakukan komunikasi dengan

menggunakan media yang tepat supaya anak autistik dan orang yang

diajak bicara dapat mengerti maksud dari pesan yang akan disampaikan

dan terjalin komunikasi dengan baik. Bentuk komunikasi non verbal dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dengan alat bantu atau media

sebagai penunjangnya. Anak akan mendapatkan beberapa keuntungan

apabila dapat berkomunikasi secara nonverbal untuk mengungkapkan

kegiatan sehari-hari di sekolah. Pemahaman komunikasi nonverbal dapat

meningkatkan proses interaksi anakautistik dilingkungan baik dengan

guru, orang tua, dan orang lain. Interaksi anak autistik menjadi lebih

sinkron karena kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengungkapkan

pendapatnya atau keinginannya kepada orang lain. Hal ini bermanfaat

dalam kemandirian anak autistik untuk beradaptasi dengan lingkungan

sekitar karena dengan mampu berkomunikasi secara nonverbal orang lain

akan memahami apa yang anak inginkan.

Pada proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja

membawa pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya sebagai alat

bantu penyampaian materi pelajaran, tetapi memberikan nilai tambah

kepada kegiatan pembelajaran. Kendala dari segi media visual yang

digunakan di sekolah yang berbentuk media kartu bergambar dalam

(24)

berkomunikasi untuk mengungkapkan kegiatan sehari-hari di sekolah.

Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang dapat menarik minat

anak untuk berkomunikasi pada kegiatan sehari-hari di sekolah. Media

pembelajaran yang dimaksud yakni media mengenai gambaran tentang

kegiatan sehari-hari anakautistik di sekolah yang lebih mudah dipahami

dan dapat meningkatkan keaktifan anak dalam menggunakan media

tersebut. Guru belum menggunakan media animasi dalam pembelajaran

komunikasi nonverbal di sekolah. Komunikasi non verbal dengan kartu

bergambar yang digunakan guru di SLB Dharma Rena Ring Putra II

Yogyakarta masih sulit dipahami oleh anak autistik karena belum terlalu

jelascara penyampaiannya, karena di sekolah tersebut guru hanya

memberikan satu lembar kertas HVS yang terdapat macam-macam

gambar. Misalkan pada materi mengenal hewan, guru mengenalkan

beberapa gambar hewan yang kemudian dijadikan satu pada satu lembar

kertas HVS kemudian anak diminta memperhatikan gambar ketika guru

menyampaikan materi pelajaran. Hal ini menyulitkan anak autistik untuk

memahami gambar yang dibuat oleh guru. Dalam penyampaian informasi

mengenai kegiatan sehari-hari dominan digunakan metode ceramah. Hal

ini dapat dikarenakan terbatasnya media yang ada di SLB Dharma Rena

Ring Putra II Yogyakarta sehingga anak autistik tidak dapat memahami

secara jelas kegiatan yang akan dilakukan sesuai materi dan anak hanya

mengikuti instruksi guru, pada kenyataannya dalam mengikuti instruksi

(25)

Beberapa dari kondisi anak autistik yaitu keterbatasan dalam hal

berkomunikasi yang menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bentuk komunikasi

guru dan murid, media pembelajaran merupakan alat bantu utama dalam

mengajar di dalam kelas atau bisa juga di luar kelas, seperti simbol-simbol

dan gambar yang dapat menjelaskan suatu maksud maupun pesan tertentu

yang disampaikan hanya dengan simbol maupun gambar. Klasifikasi

media pembelajaran salah satunya yaitu mengutamakan kegiatan membaca

simbol kata visual dengan teknik penyajiannya melalui bentuk gambar

diam dan bahan cetak.

Media berbasis visual melalui bentuk gambar diam maupun bentuk-bentuk dapat melatih anak autistik untuk menggunakan bahasa grafis sebagai sarana komunikasi non verbal. Salah satu diantara masalah komunikasi non verbal anak autis yaitu visual learning. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa karakteristik anak autis di lapangan yaitu tidak tertarik dengan permainan gambar karena tidak mampu fokus secara baik tetapi lebih suka dengan permainan benda-benda tiga dimensi. Peranan media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran penting dalam proses belajar media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan (Azhar Arsyad, 2006:91).

Dari kajian para ahli mengenai konstribusi media dalam proses

pembelajaran secara global tersebut, media memiliki peranan yang penting

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempermudah

proses penyampaian pesan dan informasi dari pesan dan informasi paling

sederhana sampai yang sifatnya tidak dapat dijangkau, media tidak hanya

digunakan sebagai alat pembelajaran di sekolah regular, tetapi juga

(26)

Manfaat media seharusnya mampu menarik perhatian dan minat anak

dalam belajar serta mampu membantu dalam hal pemahaman pada

pelajaran yang sedang berlangsung. Dari teori diatas dapat dijelaskan

bahwa media tiga dimensi lebih memfokuskan anak autistik dalam

bermain maupun belajar. Di lapangan pada faktanya, anak autistik lebih

menyukai kertas yang bergambar daripada gambar tiga dimensi yang lebih

menyerupai bentuk aslinya. Anak autistik lebih suka terhadap kertas

bergambar seperti koran dan gambar-gambar yang menjadi daya tariknya

seperti alat transportasi seperti kereta, bus, sepeda, dan mobil. Anak

autistik akan mampu memfokuskan diri dengan benda maupun hal-hal

yang menarik bagi dirinya untuk dibuat mainan dan menyenangkan.

Media pictograph sebagai salah satu alat perantara penyampaian

informasi bagi anak autistik dalam melakukan komunikasi terhadap

seseorang yang diajak berkomunikasi, sehingga proseskomunikasi ketika

pembelajaran mudah dilakukan dan dapat melakukan interaksi terhadap

seseorang yang diajak bicara. Media pictograph yaitu kumpulan gambar

yang dicetak melalui komputer, dari gambar-gambar tersebut mengandung

satu makna kata yang dapat mewakili bermacam-macam benda.

Keunggulan media pictograph menurut Soetardjo (2001:5) yaitu

gambar-gambar hasil kreasi dengan komputer yang memiliki asosiasi

dengan sebuah kata atau frase. Ini setingkat lebih tinggi dari gambar biasa,

yang hanya mewakili sebuah atau hanya salah satu anggota dari suatu

(27)

Simbol gambar pictograph mewakili tingkat selanjutnya dalam

pengertian abstrak. Media pictograph alat yang secara fisik digunakan

sebagai perantara pembelajaran yang berupa tulisan dengan

menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan

penyederhanaan, penggambaran abstrak yang dibuat dari elemen dasar dari

simbol grafis. Media pictograph termasuk ke dalam jenis media grafis

yang dapat disebut dengan simbol gambar (pictorial). Media grafis

merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide dan gagasan melalui

kata-kata, kalimat, angka-angka dan berbagai sombol atau gambar.

Pengertian media pictograph tersebut yang salah satunya sebagai

simbol yang dapat menjelaskan sebuah alur aktivitas dapat dimanfaatkan

peneliti sebagai media baru untuk berkomunikasi bagi anak autistik

khususnya pada komunikasi non verbal. Simbol-simbol aktivitas akan

dibuat lebih sederhana sehingga anak autistik akan lebih mudah

memanfaatkan media tersebut sebagai alat komunikasi non verbal.

Menurut Zafar (199:4), media pictograph digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan bicara, mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan memahami sesuatu. Selain untuk anak-anak dan orang dewasa yang mengalami kesulitan berkomunikasi, gambar pictograph

dipakai oleh anak sekolah TK dalam memperkenalkan perbendaharaan kata dan anak SD untuk permulaan membaca.

Menurut Lenawati (2009:17) media pictograph dapat digunakan pada

anak dengan gangguan autistik dalam meningkatkan kemampuan

komunikasinya. Menurut Zafar (199:4) media tersebut diuji cobakan untuk

(28)

mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan

memhami sesuatu. Media pictograph belum pernah diuji cobakan dalam

proses pembelajaran khususnya sebagai sarana komunikasi anak autistik

dan memberikan modifikasi media belajar dalam pembelajaran di sekolah,

khususnya di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Di sekolah

tersebut, media yang digunakan sebagai sumber belajar masih belum

mampu untuk mencukupi dalam kebutuhan sarana pembelajaran, karena

dalam menggunakan media sebagai alat bantu belajar guru hanya

menggunakan gambar sederhana yang dicetak kemudian ditempel di papan

tulis. Pada kasus anak autistik tingkat TKLB, media tersebut kurang

menjadi daya tarik dan kurang memiliki arti dalam mengarahkan fokus

perhatian anak serta mempengaruhi kondisi belajarnya khususnya pada

komunikasi anak autistik.

Media pictograph digunakan untuk menunjukkan suatu benda,

menunjukkan keadaan atau situasi, menunjukkan keinginan,

mengemukakan suatu pilihan, mengemukakan perasaan menceritakan

sesuatu, membuat jadwal kegiatanan dan membuat lembar latihan. Media

ini dilaksanakan secara berstruktur dan sistematis yang dapat

dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Media pictograph berupa simbol gambar yang lebih kompleks dari

sekedar simbol yang hanya terdapat satu unsur gambar, namun di dalam

media pictograph terdapat dua unsur/ komponen atau lebih gambar yang

(29)

autistik berkomunikasi walaupun secara non-verbal, serta memberikan

sebuah arti pada gambar sesuai kesepakatan bersama antara guru dan anak.

Unsur/komponen di dalam gambar pictograph sebagai penjelas aktivitas

yang dilakukan tentang komponen pada satu aktivitas, sehingga anak

mampu memahami kegiatan sekaligus memahami komponen yang harus

ada pada suatu kegiatan.

Media pictograph sebagai sarana komunikasi non verbal anak autistik

akan diujicobakan supaya simbol sederhana tersebut mempermudah dalam

memahami konsep aktivitas serta dapat mengenalkan simbol pictograph

yang telah ada dan telah diakui standar gambarnya sebagai alat

komunikasi yang praktis bagi anak autistik khususnya di SLB Dharma

Rena Ring Putra II Yogyakarta. Media gambar yang pada umumnya

digunakan bagi anak autistik, biasanya merupakan sebuah gambar secara

utuh tanpa adanya detail secara bertahap, untuk itu media pictograph akan

dimanfaatkan sebagai media yang lebih sederhana namun lebih jelas akan

maksud unsur dari gambar yang dimaksud.

Media pictograph yang digunakan dalam penelitian ini akan

dimodifikasi dari bahan, cara penyampaian pada anak, dan cara

penggunaan media tersebut. Bahan yang akan digunakan yaitu media

pictograph yang telah dilaminating sesuai gambar yang akan diberikan

sebagai perencanaan program pembelajaran. Cara penyampaian pada anak

dengan memberi instruksi “samakan”, “ambil”, “tunjuk” serta melatih

(30)

peneliti. Cara penggunaan media pictograph tersebut dengan

menempelkan media pictograph pada papan flanel sesuai aktivitas yang

sedang dilakukan. Penggunaan media pictograph tersebut maksimal dalam

papan display terdiri dari 5 (lima) kartu aktivitas ataupun kartu gambar

lainnya. Media pictograph yang akan direkatkan pada papan flanel

diberikan pada saat akan melakukan aktivitas ataupun menjelaskan tema

pembelajaran yang sedang berlangsung.

Proses pengoperasian media pictograph yang pertama peneliti

menyajikan dengan menyampaikan tujuan materi pembelajaran oleh anak

dengan bahasa verbal yang sederhana serta mengenalkan media

pictograph. Hal ini berguna sebagai perangsang bagi anak untuk belajar.

Setelah diberikan perangsang pembelajaran, peneliti masuk ke dalam

materi inti pembelajaran. Peneliti melibatkan anak untuk aktif dalam

pengajaran, yakni dengan meminta anak merekatkan media pictograph

sesuai materi. Apabila semua aktivitas tersebut telah dilaksanakan, peneliti

akan mengulas kembali kegitan yang telah dilakukan sambil mengambil

satu persatu kartu tersebut sesuai aktivitas yang paling awal. Media

pictograph digunakan untuk memudahkan anakautistik memberikan

pembelajaran dengantask analysis untuk suatu tema yang sesuai dengan

pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti.

Media pictograph tersebut belum pernah digunakan sebagai sarana

komunikasi non verbal anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II

(31)

non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II

Yogyakarta belum teruji. Oleh karena itu penelitian berjudul efektivitas

penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal bagi anak

autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta penting untuk

dilakukan.

B. Identifikasi masalah

1. Anak autistik dalam komunikasi verbal tidak jelas hanya menggumam

dan babbling. Anak melakukan babbling apabila menginginkan

sesuatu.

2. Anak autistik belum mampu mengungkapkan keinginan hanya sebatas

menarik tangan orang lain untuk melakukan komunikasi.

3. Anak autistik menarik diri dari lingkungan yang ramai dan terhadap

seseorang yang tidak dikenal.

4. Anak belum mampu mandiri melakukan aktivitas sehari-hari

(berpakaian, memakai sepatu, mandi sendiri).

5. Kemampuan komunikasi anak autistik belum maksimal. Penggunaan

bahasa verbal cenderung dilakukan melalui perintah tanpa disertai

penggunaan bahasa nonverbal yang tidak mengerti maknanya.

6. Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi

(kumpulan gambar dalam satu kertas).

7. Anak autistik pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran

(32)

8. Belum digunakannya media pictograph dalam pembelajaran di sekolah

regular maupun di sekolah luar biasa, terutama di SLB Dharma Rena

Ring Putra II Yogyakarta.

C. Batasan masalah

Permasalahan komunikasi bagi anak autistik sangat kompleks, oleh

karena itu penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada efektivitas

penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak

autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Materi dibatasi

pada pemahaman konsep aktivitas menolong diri sendiri yaitu kegiatan

mencuci tangan, memakai sepatu dan memakai baju.

D. Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini berdasarkan

batasan masalah tersebut yaitu: Apakah penggunaan pictograph efektif

digunakan sebagai media komunikasi non verbal bagi anak autistik di SLB

Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian untuk mengetahui

efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal

yang efektif bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II

(33)

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan penulis antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat praktis

a. Bagi siswa :

Mempermudah anak melakukan komunikasi dengan media

pictograph.

b. Bagi guru :

Guru dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan

kesepakatan bersama dengan anak autistik dengan menggunakan

media pictograph.

c. Bagi kepala sekolah :

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan

kurikulum di sekolah dengan menggunakan media pictograph

dalam setiap pembelajaran.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahunan

bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya dalam

penggunaan pictograph sebagai media komunikasi anak autistik.

G. Definisi operasional

1. Media pictograph yaitu alat perantara pembelajaran yang secara fisik

(34)

menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan

penyederhanaan, penggambaran lebih nyata yang dibuat dari elemen

dasar dari simbol grafis. Media pictograph sebagai alat bantu bagi

anak autistik dalam memperkenalkan aktivitas supaya anak mampu

melakukan komunikasi dengan maksud yang disampaikan oleh peneliti

dan untuk melatih verbal anak.

2. Komunikasi non verbal anak autistik adalah sebuah rangkaian proses

penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan

penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera

penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang,

tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam

penyampaiannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan

menunjuk gambar, symbol, benda, dan lambang nonverbal yang

bersifat publik.. Komunikasi dengan penggunaan ekspresi mimik

muka, sikap tubuh, dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap

komunikasi non verbal dari orang lain. Anak mampu menunjuk

kegiatan tersebut anak dilatih dengan permintaan dari guru “jika kamu

ingin mencuci tangan, tunjukkan gambar yang mana”.

3. Anak autistik yaitu seseorang anak yang mengalami gangguan

perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan defisit

intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas.

Gangguan perkembangan yang dialami selama masih bayi dan awal

(35)

memperlihatkan karakteristik dalam masalah interaksi sosial,

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Anak Autistik.

1. Pengertian Anak Autistik.

Autism dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak memiliki

perhatian terhadap dirinya sendiri. Batasan pengertian anak autistik telah

banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya

mengandung pengertian yang sama.

Menurut Pamuji (2007:2) anak autis adalah anak yang megalami

gangguan perkembangan fungsi otak yang ditandai dengan adanya

kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi dengan

lingkungan, perilaku dan adanya keterlambatan pada bidang akademis.

Menurut Yosfan Azwandi (2007:144) menyatakan bahwa autisme

merupakan gangguan proses perkembangan neurobiologis berat yang

terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan

gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial, dan fungsi

adaptif.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dimaknai bahwa anak

autistik memiliki gangguan sistem perkembangan yang kompleks yang

disebabkan pada perkembangan fungsi otak yaitu pada proses

perkembangan neurobiologis yang sering terjadi pada tiga tahun pertama.

(37)

pada kemampuan dalam bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan

fungsi adaptif.

Anak autistik terkadang tidak memiliki kemampuan dalam bertutur

kata, dan hanya mengeluarkan bunyi-bunyi atau meniru apa yang

dikatakan orang lain. Anak autistik mengalami gangguan dalam aspek

komunikasi dengan ciri-ciri perkembangan yang lambat, terlihat seperti

memiliki masalah pendengaran dan tidak memperhatikan apa yang

dikatakan oleh orang lain, jarang bicara, sulit untuk diajak berbicara,

kadang bisa mengatakan sesuatu namun hanya sebentar saja, perkataan

yang disampaikan tidak sesuai dengan pertanyaan, mengeluarkan bahasa

yang tidak dapat dipahami oleh orang lain, meniru perkataan atau

pembicaraan orang lain (echolalia), dapat meniru kalimat atau nyanyian

tanpa mengerti maksudnya, suka menarik tangan orang lain bila meminta

sesuatu.

Kasus anak autistik di SLB C Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta

yang berinisial Tiko (samaran) memiliki gangguan pada aspek

komunikasi. Komunikasi yang dilakukan anak tersebut tidak ada respon

apabila menginginkan sesuatu, anak hanya merengek dan hanya diam saja.

Anak tersebut menangis apabila keinginannya tidak dapat dimengerti oleh

lawan bicaranya.

2. Karakteristik Anak Autistik.

Karakteristik anak autistik merupakan perilaku khas yang meliputi

(38)

pada suatu obyek atau situasi tertentu yang dapat mendorong tertunjuknya

perilaku tersebut. Menurut Yuniar 2002 (dalam Pamuji 2007 : 11),

menyatakan karakteristik anak autistik disebut juga dengan Trias autistik

yang meliputi tiga gangguan yaitu:

a. Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan lingkungan (orang

sekitar, obyek dan situasi).

Gangguan pada aspek interaksi ini, anak autistik biasanya lebih

menarik diri terhadap lingkungan baru maupun tidak mampu

melakukan aktivitas apabila terjadi perubahan pada kegiatan

sehari-hari.

b. Gangguan dalam kemampuan bekomunikasi baik verbal maupun non

verbal.

Gangguan pada anak autistik dalam berkomunikasi ada beberapa

yang mampu melakukan komunikasi secara baik namun terkadang

tidak ada maknanya hanya membeo maupun babbling. Lebih banyak

anak autistik mengalami gangguan komunikasi verbalnya yang

biasanya diam maupun menggumam.

c. Gangguan atau keanehan dalam berperilaku motorik, minat yang

terbatas, dan respon sensoris yang kurang memadai. Menurut Yuniar

(2002:11) ada beberapa yang sering ditemukan di lapangan

diantaranya:

1) Mempertahankan rutinitas atau sulit menyesuaikan diri dengan perubahan.

2) Terlambat dalam perkembangan bahasa.

(39)

4) Sering menarik tangan orang dewasa bila menginginkan sesuatu. 5) Sulit bermain dengan teman sebaya.

6) Kontak mata sangat kurang.

7) Cara bermain yang tidak wajar dan monoton, seperti senang membuang-buang, membariskan barang-barang, memutar benda, membuka-buka buku.

8) Suka sekali benda tertentu, seperti botol shampoo, alat adapur, karet gelang dan merobek-robek kertas.

9) Hiperaktif atau sangat pasif, tidak bisa membela dirinya.

10) Tak tertarik pada mainan atau menggunakan mainan tidak sesuai dengan fungsinya.

Gangguan atau keanehan dalam berperilaku motorik anak autistik

banyak ha-hal yang menjadi hambatan bagi orang lain untuk memaknai

dari perilaku tersebut, dan anak autistik mengalami hambatan dalam

mengutarakan keinginannya. Hal itu disebabkan karena antara lain

keterlambatan dalam perkembangan bahasa.

Karakterisitik anak autistik menurut Yoswan Azwandi (2007:146)

ditinjau dari interaksi sosial, komunikasi dan pola bermain, serta aktivitas

dan minat yaitu dampak gangguan dari dari segi interaksi sosial. Anak

autisme dapat dikenal dengan mengamati interaksi sosialnya yang ganjil

dibandingkan anak pada umumnya, seperti:

1) Menolak bila ada yang hendak memeluk.

2) Tidak mengangkat kedua lenganya bila diajak untuk digendong. 3) Ada gerakan pandangan mata yang abnormal.

4) Gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain.

5) Sebagian anak autisme acuh dan tidak bereaksi terhadap pendekatan orangtuanya, sebagian lainnya malahan merasa terlalu cemas bila terpisah dan melekat pada orangtuanya.

6) Gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-teman sebayanya, mereka lebih suka menyendiri.

7) Keinginannya untuk menyendiri sering tampak pada masa kanak-kanak dan akan makin berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.

(40)

9) Tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, atau pun untuk mengekspresikan perasaannya baik dalam bentuk vocal ataupun dalam ekspresi wajah.

Dampak dari gangguan interaksi sosial tersebut diantaranya gagal

dalam mengembangkan interaksi dengan teman sebayanya dan lebih suka

menyendiri sangat tampak pada kasus anak autistik di TKLB SLB Dharma

Rena Ring Putra II Yogyakarta. Anak tersebut selalu menyendiri, pendiam

dan apabila didekati selalu menghindar dengan berlari menjauhi orang

didekatnya yang tidak dikenalnya. Menurut Yozwan Aswandi (2007: 146)

karakteristik anak autistik dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan pola

bermain serta aktivitas dan minat adalah sebagai berikut:

a. Dampak gangguan dari segi komunikasi dan pola bermain.

Dari segi komunikasi dan pola bermain, Yoswan Aswandi

menjelaskan bahwa sebagian anak autistik mengalami keterlambatan

dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara. Menggumam adalah

tahap perkembangan bicara yang normal muncul sebelum dapat

mengucapkan kata-kata, pada anak autistik hal ini mungkin tidak

nampak. Bila tertarik dengan suatu objek/benda, biasanya mereka tidak

menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan

keinginan, namun berusaha menarik tangan orang lain. Mereka juga

mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta penggunaan

bahasa yang sesuai konteksnya.

Dampak gangguan dari segi komunikasi, anak autistik yang mampu

(41)

memaknai ucapanya, serta tidak mampu memahami ucapan lawan

bicaranya. Kemampuan bahasa verbalnya tidak digunakan untuk

berkomunikasi namun hanya menirukan kalimat lawan bicaranya

(membeo). Banyak anak autistik yang mengalami keterlambatan pada

bahasa verbal dan dalam melakukan komunikasi. Anak yang belum

berbahasa biasanya hanya mengutarakan keinginannya dengan menarik

tangan orang lain tetapi belum mampu menunjukkan keinginannya.

Sehingga, anak dan orang lain tersebut mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi.

b. Dampak gangguan dari segi aktivitas dan minat.

Pada aspek aktivitas dan minat, anak autisme memperlihatkan

abnormalitas dalam bermain. Beberapa anak autistik tidak

menggunakan alat mainannya sesuai dengan yang seharusnya. Anak

autistik menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.

Mereka sulit dipisahkan dari suatu benda yang menjadi daya tariknya

dan menolak meninggakan rumah tanpa benda tersebut. Gerakan

stereotipi tampak pada hampir semua anak autistik. Seperti gerakan

menggoyang-goyangkan tubuh, menggerakkan jari jemarinya di depan

mata, dan sebagainya.

Beberapa ahli menjelaskan karakteristik anak dengan autisme yang

sering dilakukan dan sebagai identitas anak autistik. Dari pendapat ahli

tersebut karakteristik anak autistik terdapat tiga gangguan perkembangan

(42)

lingkungan, gangguan dalam berperilaku, aktivitas dan minat serta

gangguan berkomunikasi dan pola bermain. Dapat dijelaskan beberapa

perilaku yang terdapat dalam gangguan interaksi dengan lingkungan yaitu

kontak mata sangat kurang bahkan tidak mampu melakukan kontak mata

dengan lawan bicara, sebagian anak autistik tidak bereaksi terhadap

beberapa perilaku seperti pendekatan dari orang lain. Dalam aktivitas dan

minat yaitu beberapa anak autistik tidak menggunakan alat mainannya

sesuai dengan yang seharusnya, sulit untuk dipisahkan dari suatu benda

dan menolak meninggalkan di rumah tanpa benda tersebut.

Dari kasus Tiko anak autistik yang ada di SLB Dharma Rena Ring

Putra II Yogyakarta bahwa Tiko selalu membawa koran kemanapun dia

melakukan aktivitas, apabila koran tersebut diambil, ia akan merengek,

marah dan meminta. Cara mengungkapkan keinginannya terhadap benda

tersebut dengan menarik tangan dan menggumam. Beberapa perilaku yang

terdapat dalam gangguan komunikasi dan pola bermain yaitu sebagian

anak autistik mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa

dan berbicara, dari kasus Tiko, ia mampu bersuara dan mengucapkan kata

namun tidak jelas maknanya dan juga menggumam apabila menginginkan

sesuatu. Pemahaman komunikasi nonverbal anak autistik kelas TKLB SLB

Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta yang dimaksud pada penelitian ini

(43)

B. Kajian Tentang Media Pembelajaran.

1. Pengertian Media Pembelajaran.

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.

Media pembelajaran menurut Briggs, 1970 dalam Sadiman dkk, (2005 : 6)

yaitu segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak

untuk belajar. Menurut Hamalik, 1986 (dalam Azhar Arsyad, 2011:15)

menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap anak.

Berdasarkan kajian beberapa ahli tersebut di atas, dapat ditegaskan

bahwa media pembelajaran yaitu alat yang digunakan untuk membantu

proses penyampaian pesan yang terbuat menyerupai benda aslinya maupun

miniatur seperti benda aslinya, sehingga fungsinya mampu membantu

dalam proses peyampaian pesan serta membangkitkan motivasi pada anak

dalam menerima pelajaran.

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses

belajar mengajar menurut Azhar Arsyad (2011 : 26) yang bersumber dari

beberapa ahli disebutkan beberapa kegunaan media pembelajaran yaitu

media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi,

media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

(44)

waktu, media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka. Dari

keempat kegunaan media tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi.

Manfaat yang dimaksud untuk memperjelas penyajian pesan dan

informasi yaitu media sebagai pendukung bukan sebagai unsur yang

utama pada pembelajaran. Informasi pesan atau informasi bersumber

dari pengetahuan umum dan media pembelajaran yang dimaksud disini

sebagai alat bantu atau benda untuk memperjelas pesan informasi dari

pengetahuan umum yang sangat abstrak akan dapat diperjelas dengan

menggunakan media.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak.

Manfaat media untuk meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak yaitu media tidak hanya sebagai alat bantu atau benda sebagai

penunjang pembelajaran namun manfaat lain untuk memberikan daya

tarik bagi anak, sehingga proses belajar yang biasanya hanya duduk

diam dan mendengarkan, dengan media atau alat bantu belajar anak

menjadi lebih aktif dan antusias dalam menerima pelajaran. Selain itu,

media pembelajaran membuat anak lebih berpikir secara umum dan

(45)

sehingga akan bertambah banyak pengetahuan yang didapat pada

masing-masing anak.

c. Media pembelajaran dapat mengtasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu.

Manfaat media untuk mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu yang dimaksud yaitu memberikan manfaat praktis apabila

belajar menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran pada

dasarnya dirancang untuk mempermudah namun memberikan manfaat

yang besar dalam proses belajar. Keterbatasan-keterbatasan yang akan

mempersulit anak untuk mencapai kedaerah yang sangat jauh dan luas

dapat digunakan media seperti benda nyata namun dengan skala yang

kecil seperti miniatur.

Miniatur dapat dimanfaatkan bagi pembelajaran anak dengan

gangguan penglihatan yang tidak mampu menjangkau daerah yang luas

dan menggambarkan suatu benda.Mengatasi keterbatasan indera, ruang

dan waktu seperti gunung. Gunung dalam bentuk nyatanya sangat

besar, tinggi, tidak dapat disentuh dan sangat jauh, apabila anak harus

melihat secara langsung serta merabanya tentu saja akan menghabiskan

waktu dalam perjalanan untuk mencapai gunung dan tidak mampu

mengukur serta meraba secara menyeluruh. Untuk itu, ada penampang

atau miniatur sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam

(46)

Tidak hanya dengan miniatur, media berbasis audio visual seperti

video, film, radio dapat digunakan sebagai media untuk membantu

menyampaikan pesan secara lebih jelas. Peristiwa-peristiwa alam akan

lebih mudah dijelaskan dalam media berbasis audio visual.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

Manfaat media pembelajaran dapat memberikan kesamaan yang

dimaksud yaitu memberikan pengalaman yang serupa tentang konsep

maupun benda yang dimaksud dari mata pelajaran yang telah diberikan

sebelumnya. Supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda pada tiap

anak, dapat dilakukan pengamatan secara langsung dengan benda yang

nyata atau pengalaman yang nyata misalnya melalui karyawisata di

lingkungan sekitar maupun kunjungan yang lain seperti museum, kebun

binatang dan tempat-tempat yang mampu dimanfaatkan sebagai tempat

yang mengandung unsur pendidikan.

Manfaat praktis menurut ahli di atas dapat dikaji tentang fungsi media

pembelajaran, yaitu media sebagai penjelas dan membantu guru untuk

menyampaikan informasi secara jelas dari beberapa materi pelajaran yang

membutuhkan proses yang secara terinci perlu diketahui oleh anak serta

bertujuan mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

Dibidang kognitif, anak-anak autistik memiliki cara berpikir yang

(47)

kulit, dan hidung) dengan cara yang lain. Mereka mendengar, merasa dan

meilhat sebagaimana orang lain tetapi otak mereka menerima

informasi-informasi tersebut dengan cara berbeda. Oleh karena itu mereka

menunjukkan perbedaan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Sebagai contoh dalam pembelajaran pengenalan konsep, pengenalan

konsep kata benda pada anak-anak “normal” umumnya tidak begitu sulit

namun menyenangkan bagi anak. Apabila anak atau anak melihat guru

membawa sesuatu benda atau gambar ke dalam kelas, maka perhatian anak

akan tertuju kepada benda yang dibawa guru tersebut. Kemudian

anak-anak biasanya akan bertanya, atau bagi yang sudah tahu akan langsung

menyebutkannya. Keadaan ini memudahkan guru untuk mengajarkan

konsep baru pada anak.

Lain halnya dengan anak autistik, perhatiannya tidak mudah diterka,

dan sulit mengarahkan dan mengontrolnya. Ada diantara anak autistik

yang tertarik dengan benda yang dibawa guru, dan adapula yang

menunjukkan ketidak tertarikan. Oleh karena permasalahan yang dialami

anak autistik sangat berat dan spesifik berkenaan dengan gangguan

komunikasi, bahasa, kognitif dan sosial emosi, maka peran utama yang

menonjol adalah media sebagai alat untuk menarik dan mengarahkan

perhatian anak. Sebab uapaya memberikan stimulus terhadap anak

autisme, merupakan masalah utama yang sangat berat.

Anak autistik yang hanya menggunakan sistem sensorinya “mono

(48)

mengembangkan sistem pendengaran dan penglihatanpada waktu yang

bersamaan, maka ia akan merasakan stimulus yang lemah dan sulit

memberikan respon. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab terjadi

kesulitan belajar pada anak autistik. Maka dari itu media pembelajaran

akan berperan sebagai upaya memperkuat rangsangan sehingga dapat

direspon anak dengan tepat. Jadi media berperan sebagai alat yang dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar

meningkatkan proses dan hasil belajar.

Dari uraian di atas, penggunaan media dalam pembelajaran anak

autistik diperlukan untuk 1) alat untuk mengarahkan perhatian anak, 2) alat

untuk meningkatkan dan memlihara konsentrasi anak, 3) mengatasi

keterbatasan indera, ruang dan waktu, 4) sebagai alat yang dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar

dan meningkatkan proses dan hasil belajar, 5) alat untuk memberikan

kesamaan pengalaman kepada anak tentang peristiwa-peristiwa.

2. Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada beberapa klasifikasi media pembelajaran yang digunakan dalam

proses pengajaran menurut Yoswan Azwandi (2007:168) salah satunya

media berbasis manusia. Pada umumnya manusia sebagai sumber

informasi pertama dalam proses memperoleh pengetahuan, namun

manusia bukan satu-satunya sumber media pengetahuan karena jika tidak

didukung oleh benda atau media yang lain sebagai pendukungnya,

(49)

menurut Yoswan Azwandi (2007:168) yang lain beserta penjelasannya

sebagai berikut:

1) Media berbasis manusia, yang meliputi guru kelas, guru

pembimbing khusus, guru mata pelajaran, guru pendamping

(shadow), dan anggota kelompok.

Klasifikasi media berbasis manusia yaitu semua informasi dan

peraga dalam pembelajaran dari manusia. Namun biasanya

informasi dari sumber manusia tidak begitu efektif, karena hanya

dengan ceramah. Hakekatnya manusia meliputi guru, pembimbing

dan anggota kelompok berperan penting dalam proses belajar

mengajar, apabila tidak ada guru sebagai sumber informasi hidup,

anak akan mengalami kesulitan apabila hanya diberikan media atau

benda saja tanpa ada informasi yang jelas tentang media atau benda

tersebut.

2) Media berbasis cetakan, diantaranya buku teks, buku penuntun,

jurnal, majalah, dan lembaran lepas.

Media berbasis cetakan seperti buku teks dan lainnya yang

didalamnya terdapat informasi-informasi secara tertulis serta

penjelasan mengenai informasi tersebut merupakan salah satu

media praktis yang dapat dipelajari hanya dengan membaca dan

informasi banyak didapatkan. Media cetak seperti buku teks

dimanfatkan guru sebagai sumber bahan belajar bagi anak. Media

(50)

oleh praktik langsung, misalnya pada materi pengembangan diri

memakai pakaian, apabila hanya diperlihatkan gambar dan tulisan

saja belum tentu anak mampu memahami caramemakai pakaian

yang benar sesuai tahapan. Untuk itu, selain menggunakan media

cetak harus didukung dengan praktik langsung. Pengalaman belajar

tiap anak berbeda-beda, sehingga apabila dengan membaca saja

informasi yang didapat satu anak dengan yang lain akan

menimbulkan persepsi belajar yang berbeda. Untuk itu, harus ada

media pendukung lain seperti manusia yaitu guru untuk

membimbing anak mencapai satu persepsi yang sama. Guru akan

memanfaatkan media atau alat bantu sebagai pendukung proses

penyampaian pesan kepada anak.

3) Media berbasis visual, pembelajaran anak autistik dimulai dari

membangun stimulus dan respon visual, seperti kontak mata.

Media berbasis visual menjadi media yang sangat menarik bagi

anak dan mempermudah menerima pelajaran, karena media

berbasis visual bagi anak biasanya menggunakan gambar yang

menarik dan berwarna-warni sehingga mampu menimbulkan

perhatian dan minat belajar anak. Bagi anak autistik, media

berbasis visual seperti media kartu gambar berwarna akan lebih

memfokuskan anak terhadap benda sehingga menarik perhatian

anak. Jadi media berbasis visual dalam pembelajaran anak autisme

(51)

4) Media berbasis audio-visual, anak autistik membutuhkan input

sensori lebih dari satu sumber atau modalitas supaya proses

datangnya informasi dapat diterima dengan akurat.

Media berbasis audio-visual sebagai media yang lebih

kompleks dan lebih jelas sebagai sumber belajar. Tidak hanya

menampilkan gambar saja namun anak dapat mendengarkan suara

secara langsung pada gambar maupun film yang sedang dilihatnya.

Audio pada film maupun gambar slide membantu guru dalam

menyampaikan informasi maupun penjelasan yang terdapat pada

gambar.

5) Media berbasis benda nyata, terdiri dari benda-benda asli dan

benda tiruan tergolong pada benda tiga dimensi.

Media berbasis benda nyata tidak hanya benda asli, namun

miniatur sebagai benda tiruan yang hampir sama seperti benda

aslinya hanya saja skala atau ukurannya diperkecil lebih menarik

bagi anak. Karena tidak perlu ke luar kelas anak belajar, dengan

adanya benda tiruan anak mampu memberikan pengalaman dan

menggambarkan secara umum. Bagi anak-anak berkebutuhan

khusus, media tiga dimensi akan memberikan daya tarik pada

pengalaman belajarnya tersediri dan memberikan kesempatan pada

(52)

6) Media berbasis komputer, digunakan oleh penyandang anak

autistik khususnya penyandang autism ringan dan tidak mengalami

gangguan kognitif.

Media berbasis komputer dimanfaatkan bagi penyandang

autism ringan dan tidak mengalami gangguan kognitif karena

kemampuan anak autistik ringan biasanya melebihi kemampuan

anak-anak normalsetaranya. Kemampuan anak autistik ringan

dengan kognitif rata-rata anak normal harus dimanfaatkan untuk

mencari pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Media komputer

sebagai media yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu belajar

bagi anak autistik ringan, karena memanfaatkan media komputer

akan memberikan fokus yang lebih dibandingkan hanya menulis di

kertas, karena menulis di komputer antara kemampuan fokus ke

layar dan kerjasama antara motoriknya, sehingga keseimbangan

otak akan terjadi.

Ahli lain juga memberikan kontribusi tentang klasifikasi media yang

lain, tidak hanya terfokus dengan benda-benda namun unsur-unsur pada

media grafis. Klasifikasi media belajar menurut Howard Levis dalam

Ahmad Rohani (1997:108) ada empat yaitu Sign Vehicle Characteristic,

Realism Cue Characteristic, Sensory Channel Characteristic, dan Locus

Of Control Characteristic. Keempat klasifikasi tersebut dapat dijelaskan

(53)

a. Sign Vehicle Characteristic, seperti:

Karakteristik pada sumber belajar ini mengandung simbol-simbol

yang harus diperhatikan pada suatu sumber pembelajaran.

Unsur-unsur tiap simbol berbeda tergantung dari klasifikasinya dan harus

diperhatikan, sehingga tercapai keseimbangan antara ukuran dan

bentuk simbolnya. Sign Vehicle Characteristic itu seperti simbol

digital yang berupa kata dan angka, simbol iconic berupa gambar dan

diagram.

b. Realism Cue Characteristic, seperti:

Karakteristik pada unsur isyarat gambar harus memperhatikan

beberapa hal, sehingga dalam penyampaian melalui gambar harus

berpadu antara fokus objek yang akan disampaikan dengan efek suara

sebagai pendukungnya. Media ini mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1) Jumlah detail gambar-gambar.

2) Warna.

3) Dimensi.

4) Efek pendengaran.

c. Sensory Channel Characteristic, seperti:

Karakteristik saluran sensorik pada klasifikasi sumber belajar

harus sesuai dengan kenyataannya, sehingga dalam penyampaian

(54)

benda nyatanya walaupun skala pembuatan medianya diperkecil.

Karakteristik tersebut berupa:

1) Pengamatan.

2) Pendengaran.

3) Perabaan.

4) Penyajian melalui berbagai saluran.

d. Locus Of Control Characteristic, seperti:

Karakteristik Locus Of Control Characteristicmedia harus mampu

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga sangat efektif

digunakan bagi anak yang memiliki hambatan. Media dimanfaatkan

sebagai sumber belajar untuk membantu anak secara lebih aktif dan

mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Menjadi sumber.

2) Kekakuan/ keluwesan menurut waktu.

3) Kekakuan/ keluwesan menurut urutan.

Berdasarkan kajian dari beberapa para ahli tersebut dapat ditegaskan

bahwa klasifikasi media pembelajaran yang digunakan dalam proses

pengajaran tidak hanya bersumber dari media cetak yang banyak

membawa sumber informasi pengetahuan, tetapi pada sumber media cetak

seperti buku teks yang memuat informasi pengetahuan tersebut dalam

penyampaian pesan maupun informasi harus dibantu dengan alat atau

(55)

bagi pembelajaran anak autistik media berbasis audio-visual lebih

merangsang anak autistik dalam pemahaman yang lebih akurat.

C. Kajian Tentang Media Pictograph

1. Pengertian Media Pictograph

Pengertian pictograph menurut Norbert (2012:2776), pictograph

adalah gambar yang digunakan untuk mewakili kata tertentu atau ide daripada unit tertentu dalam bidang komunikasi. Dari pendapat ahli

tersebut dapat dijelaskan bahwa gambar pada pictograph dapat digunakan

sebagai bahasa lambang yang digunakan untuk berkomunikasi. Pictograph

digunakan pada zaman orang kuno terdahulu (di Mesir, Mesopotamia, Kreta, dll.) dan masih umum digunakan di jalan, bandara dan tanda lainnya (misalnya, penyeberangan pejalan kaki, klaim bagasi, dan toilet

perempuan), pictograph dapat dipahami terlepas dari lisan atau bahasa

isyarat.

Berdasarkan buku “Pictograms Icons and Signs (A Guide To

Information Graphics), karya Rayan Abdullah dan Roger Hubner (2006::

a. Iconogram

Iconogram merupakan sebuah tanda yang mencerminkan

representasi ilustratif, emphasis antara sang penanda dan yang

ditandai. Iconogram merupakan kajian yang memperhatikan

konfigurasi dari gambar pada suatu karya untuk mengetahui makna

(56)

b. Pictograph

Pictograph merupakan tanda yang merepresentasikan fakta

kompleks, tidak secara kata – kata atau suara tetapi secara visual yang

memiliki arti.

c. Logogram

Logogram merupakan representasi konsepsual seperti tulisan ke

dalam sebuah visual. Sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata

atau makna. Fungsinya untuk mempersingkat penulisan sebuah kata,

contoh: '&' untuk menyingkat 'dan'.

Pictograph adalah sebuah kata lain dari pictogram. Menurut pendapat

ahli di atas dapat dijelaskan bahwa pictograph adalah sebuah gambar atau

simbol yang terdiri dari kata atau kumpulan kata. Pictograph biasanya

berupa gambar lambang, yang mewakili suatu jumlah dari suatu sifat atau

dari suatu hal. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu satu gambar dapat

diumpamakan sebagai lambang yang mewakil beberapa arti dalam

penerapan yang sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian,

apabila di dalam pictograph itu dideretkan 3 gambar kran air yang

mengeluarkan air, maka kita tahu bahwa yang dilambangkan itu mewakili

mencuci tangan, mencuci kaki, mencuci piring dan sebagainya. Dari tiga

kemungkinan gambar tersebut dapat dibuat konsisten dan mampu

Gambar

Gambar 1. Kegiatan mencuci tangan
Gambar 3. Kegiatan memakai sepatu
Gambar 4.Bagan Kerangka Pikir Efektivitas Penggunaan Pictograph.
Gambar 5. Prosedur Dasar Desain  A-B-A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum faktor penyebab kesalahan siswa mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal tes matematika model PISA konten quantity adalah siswa mengalami

Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating Procedures

Kali ini tim mahasiswa dari Teknik Sipil meraih juara II kontes jembatan dalam ajang Civil Expo 2011 yang diselenggarakan ITS, Sabtu (2/04).. UMM mengalahkan tim tuan rumah dan

The objectives of this study are to develop a new method for sin- gle tree stem detection based on high density ALS data using (i) point and object part level 3D shape descriptors,

Stadium tidur NREM yang terakhir adalah stadium 4 yang berlangsung selama 20-40 menit dan mewakili 10-15% tidur, yakni ditandai dengan ambang bangun paling tinggi dibanding

Menurut Mangkunegara, insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada pustakawan agar mereka bekerja dengan

This paper seeks to address the following questions: 1) is it possible to detect violent events based on ultra-short ECG signal; 2) which method, BEMD or RQA, is more suit- able

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “