• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Sasaran Kegiatan

III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.3. Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Sasaran Kegiatan

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2017Balai Pengkajian Teknologi PertanianNTB dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah inovasi teknologi spesifik

lokasi komoditass strategis (teknologi) 3 3 100

Indikator kinerja sasaran 1 dicapai melalui 1 indikator kinerja yaitujumlah teknologi spesifik lokasi dengan target 3teknologi. Target inidapat terealisasi sebanyak 3 teknologi atau sebesar 100%. Kegiatan tersebut berasal dari kegiatan pengkajian dalam DIPA 2017. Adapun output dari kegiatan DIPA tersebut adalah :

1). Teknologi Budidaya Tebu Sistem Tanam Juring tunggal dan ganda.

 Teknologi ini dihasilkan dari Kajian sistem usaha pertanian integrasi tebu dan ternak sapi mendukung kawasan perkebunan tebu di Kabupaten Dompu.Kegiatan ini dilakukan pada agroekosistem lahan kering dataran rendah berbasis tanaman perkebunan (tebu) di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.

 Pelaksanaan kegiata pada luasan 5 ha (rawat ratoon) dan terintegrasi dengan demplot untuk kelompok peternak penggemukan sapi.

 Paket teknologinya sebagai berikut :

1). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit tunggal PKP 130/70 cm menggunakan pupuk 840 kg NPK phonska + 560 kg ZA + 5 ton kompos per ha, mampu meningkatkan populasi 30%.

2). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit ganda PK 170/70 cm menggunakan pupuk 1.416 kg NPK phonska + 1.180 kg ZA +5 ton kompos per ha, mampu meningkatkan populasi 116% dari sistem juring tunggal. Brik tebu 19,6% -19,8% (rendemen 8,8% - 8,9%) dengan potensi provitas juring ganda 120 ton -130 ton per ha lebih tinggi dibandingkan juring tunggal 90 ton per ha.

 Selain 1 paket teknologi tersebut, juga menghasilkan 2 model integrasi yaitu 1). Model integrasi tebu sistem tanam juring tunggal dengan ternak sapi pembiakan pada kandang individu; 2). Model integrasi tebu sistem tanam juring ganda bibit tunggal dengan ternak sapi pembiakan pada kandang individu.

Pertanaman Tebu dan kegiatan panen bersama

stakeholder

Kegiatan integrasi tebu dan sapi serta olahannya

Media Informasi Model Integrasi Tebu dan Ternak Sapi

2). Teknologi Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia

 Teknologi ini dihasilkan dari Kajian Model Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia Mendukung Kawasan Peternakan Di NTB.Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Utara seluas 1 ha, Kabupaten Lombok Barat 1 ha, dan Kabupaten Sumbawa Barat 2 ha.

 Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga merancang model pengembangan integrasi dan atau tumpangsari tanaman pakan dengan tanaman pangan di lahan sawah dan lahan kering untuk meningkatkan jumlah dan mutu pakan dan merancang model penyediaan pakan kering untuk memperpanjang waktu ketersediaan pakan berkualitas sepanjang tahun.

 Dari hasil kegiatan tersebut, model integrasi hijauan tanaman pakan

kualitas biomas per satuan unit lahan selanjutnya meningkatkan kualitas dan atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan unit lahan.

Sedangkan pemberian pakan kering pada sapi, terbukti tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ternak.

Hijauan pakan ternak pada tanaman palawija sebagai pakan ternak sapi

Pemberian pakan pada sapi di kandang intensif

3).Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi dan Kedelai Melalui Konservasi Air dan Manajemen Pemupukan di Pulau Lombok.

 Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok yaitu padasalah satu DAS Jangkok DI Jurang sate hulu bagian hilir.

 Peningkatan produktivitas padi pada berbagai metode olah tanah mendukung konservasi air, menggunakan 3 (tiga) perlakuan yaitu Tanpa Olah Tanah (TOT), Olah Tanah Minimum (OTM), dan Olah Tanah Sempurna (OTS). Sedangkan untuk peningkatan produktivitas kedelai menggunakan paket teknoloogi :

 Benih bermutu varietas Anjasmoro sebanyak 50 kg/ha

 TOT (Tanpa Olah Tanah)

 Benih ditugal (2/3 biji/lubang), yaitu ditanam 2 hari setalah panen padi dengan jarak tanam 40 cm antar baris dan 15 cm dalam barisan

 Pemberian Biourin/pupuk organic cair

 Pemupukan dan Pengendalian OPT terpadudilakukan sesuai kebutuhan tanaman

 Pengairan sesuai kebutuhan

 Panen tepat waktu dan segera dikeringkan

Kegiatan peningkatan produktivitas kedelai di lapangan

Media Informasi salah satunya berupa leaflet

Sasaran 2 : Tersedianya Model Pengembangan lnovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satuindikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah Model Pengembangan lnovasi

Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi 2 model 2 model 100

Indikator kinerja”jumlah model pengembangan inovasi pertanian Bioindustri Spesifik lokasi” menghasilkan output berupa dua model yang dicapai melalui 1 (satu) kegiatan pada 2 (dua) lokasi. Adapun output dari kegiatan DIPA tersebut adalah :

1. Model sistem pertanian bioindustri berkelanjutan lahan kering beriklim kering di kabupaten Sumbawa dihasilkan dari kegiatan ModelPertanian-Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering di NTB.

 Kegiatan dilaksanakan di Desa Labangka Kabupaten Sumbawa, dengan melibatkan 2 kelompok tani (jumlah anggota sebanyak 58 orang) dan total luas areal lahan usahatani jagungseluas100 ha, serta Jumlah ternak sapi sebanyak 152 ekor.

 Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya perbaikan teknologi budidaya jagung yang di relay dengan tanaman kacang-kacangan (kacang hijau dan kacang tanah), pemeliharaan ternak sapi secara intensif dikandangkan dan pemberian pakan legume pohon serta sisa tanaman pangan, pemeliharaan ayam KUB, pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk cair bio-urin serta mengaplikasikannya pada tanaman kacang-kacangan dan sayuran.

 Hasil pupuk cair biourine, sementara ini belum dikomersialkan oleh petanidikarenakan akan digunakan oleh anggota di 2 kelompok untuk meminimalisir penggunaan pupuk anorganik, dan memperkenalkan pada kelompok lainnya di sekitar lokasi kegiatan.

 Model Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Berbasis Usahatani Jagung Pada Lahan Kering Beriklim Kering Di Nusa Tenggara Baratdilahan kering adalah sebagai berikut:

 Salah satu produk olahan dari system integrasi tanaman ternak

2. Model Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak Di Lombok, NTB, dihasilkandari kegiatan Model Pertanian-Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak.

 Kegiatan dilaksanakan di Desa Setanggor dan Tanak Rarang, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Luas lahan kegiatan untuk lahan sawah sebesar 699 ha terdiri atas : Irigasi Teknis 224 ha, Setengah Teknis 210 ha, dan Tadah Hujan 265 ha,serta ternak sapi 1.515 ekor).

 Indikator model pada model pengembangan pertanian bioindustri berbasis kawasan integrasi tanaman-ternak adalah:

Pada subsistem hulu: sinergisme kelembagaan sistem perbenihan padi dan ternak, kios saprodi, kelembagaan jasa alsintan dan kelompoktani dalam penyediaan sarana produksi pertanian, tenaga kerja dan jasa alsintan.

Pada subsistem usahatani(on farm): penerapan teknologi unggulan pada usahatani padi dan ternak, meliputi: (a) perluasan adopsi sistem tanam jajar legowo 2:1, (b) perluasan adopsi penggunaan benih varietas unggul baru Balitbangtan antara lain: Inpari-3, Inpari-22, Inpari-30, Inpari-31, Inpari-32 dan Inpari 33; (c) perluasan adopsi aplikasi penggunaan kompos dan biourine pada tanaman dan tanaman Komoditas yang didiseminasikan :

a). Jagung c).Ternak Sapi

b). Kacang hijau d).Hijauhan pakan ternak e). Kacang tanah

pekarangan; (d) peningkatan indeks pertanaman pada lahan sawah tadah hujan dari 100 menjadi 200-300 melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air dengan sistem pompanisasi; (e) mengembangkan sistem kandang ternak sapi terintegrasi dengan pengelolaan limbah, (f) pengawalan pemanfaatan instalasi biogas skala rumah tangga.

Pada sub sistem hilir: sinergitas antara petani, kelompoktani, gapoktan, pedagang antara dan RMU yang berimplikasi pada: (a) peningkatan harga jual produk utama, (b) peningkatan kualitas beras, (c) berkembangnya pengolahan pangan berbahan lokal sebagai sumber pendapatan masyarakat; (d) berkembangnya sistem pengolahan limbah ternak; (e) terbangunnya sinergitas antara kelompoktani, instansi pemerintah dan swasta dalam pemanfaatan dan pemasaran produk utama dan produk olahan limbah pertanian.

Integrasi tanaman ternak: (a) penerapan inovasi pemanfaatan limbah tanaman sebagai pakan ternak, (b) aplikasi kompos pada tanaman padi sebanyak 2 t ha-1, (c) aplikasi biourine pada tanaman padi 90 lt ha-1, dan (d) optimalisasi pemanfaatan pematang sawah sebagai sumber pakan ternak dengan penanaman rumput unggul dan tanaman turi; (e) aplikasi kompos dan biourine pada tanaman pekarangan, (c) aplikasi kompos dan biourine pada tanaman jagung;

 Model bioindustri alternatif untuk dikembangkan di lokasi kajian:

Sasaran 3 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 1 (satu)indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi komoditas

strategis yang terdiseminasi ke pengguna 3 teknologi 6 teknologi 200 Jumlah teknologi komoditas lainnya yang

terdiseminasi ke pengguna 1 teknologi 100

Sasaran ketiga yang ditargetkan dalam Tahun 2017 yaitu jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna dicapai melalui 2 indikator kinerja, yaitu 1) Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna; 2) Jumlah teknologi komoditas lainnya yang terdiseminasi ke pengguna.

Capaian indikator kinerja yang pertama telahmendiseminasikan 6 teknologi komoditas strategis ke penggunamelalui 12kegiatan pendampingan dan diseminasi. Adapun output tersebut sebagai berikut:

1). Teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT

 Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;

2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.

 Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor

plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.

Pendampingan Kawasan Padi di NTB

 Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB,

 Diseminasi teknologi ini bertujuan untuk memberikan contoh nyata penerapan teknologi PTT padi pada petani.

 Kegiatan pendampingan cukup efektif meningkatkan adopsi komponen teknologi PTT yang tercermin pada hasil panen. Hal ini nampak dari adopsi komponen teknologi setelah pendampingan mencapai 75,21%

dengan hasil rata-rata padi sebesar 6,73ton/ha, sedangkan adopsi komponen teknologi sebelum pendampingan sebesar 56,26 % hasil padi rata-rata hanya mencapai 5,95ton/ha atau terjadi kenaikan hasil sebesar 0,78 % dan peningkatan komponen teknologi sebesar 18,95% dibanding petani non kawasan pada musim yang sama.

 Adopsi 12 komponen teknologi PTT sebagai indikator keberhasilan pendampingan meningkat dari 56,26% sebelum pelaksanaan kegiatan pendampingan, menjadi 75,21% setelah pendampingan (meningkat 18,95%). Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan telah berhasil meningkatkan adopsi komponen teknologi.

 Dari 12 komponen teknologi tersebut, terdapat 6 komponen teknologi PTT padi yang diadopsi petani secara meluas sebagai hasil pendampingan yaitu : pengolahan tanah > 7 hari; penggunaan benih bermutu; penanaman bibit 1-3 batang/rumpun, penataan tanaman dengan jajar legowo; pengendalian hama sesuai anjuran; dan panen tepat waktu

 Tercatat 4 komponen teknologi PTT yang perlu menjadi prioritas sebagai materi penyuluhan pada pendampingan pengembangan kawasan padi selanjutnya karena tingkat adopsi yang masih rendah tetapi sangat berpengaruh terhadap hasil padi yaitu penggunaan pupuk organik;

penggunaan varietas anjuran, pemupukan berdasarkan rekomendasi, dan pengelolaan air.

 Metode diseminasi teknologi yaitu dengan cara mendistribusikan buku

"Jajar Legowo Super" sebanyak 500 eksemplar.

Pendampingan dan Dukungan Teknologi UPSUS Komoditas Strategis Kementan.

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi budidaya padi, jagung, kedelai dengan pendekatan PTT.

 Kegiatan dilakukan di 10 Kabupaten/Kota di NTB.

 Kegiatan Demfarm dan Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi, Jagung dan Kedelai dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten/Kota di NTB yakni Lombok Barat, Sumbawa, Dompu, dan Kota Bima.

 Kegiatan Demplot PTT Padi di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan di Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Total luas lahan untuk demfarm PTT Padi adalah 5 ha. Varietas dan rata-rata provitas yang ditanam adalah Inpari-7 (Inpari-7,1 t/ha), Inpari-30 Ciherang Sub-1 (5,1 t/ha), Inpari-31 (?), Inpari-32 (7,7 t/ha) dan Inpari 33 (6,2 t/ha).

 Kegiatan Demfarm dan Demplot Jagung Varietas Bima 20 URI dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa dan Dompu denganluasan 30 ha pada 4 kelompok tani dengan rata-rata provitas masing-masing, yakni:

Kelompok Tani Ni Hayil Desa Labuan Kuris Kecamatan Lape (8,4 t/ha), Kelompok Tani Teming Tebak Desa Baru Tahan Kecamatan Moyo Utara (8.7 t/ha), Kelompok Tani Malayam Desa Berora Kecamatan Lopok Kab.

Sumbawa (? t/ha), Kelompok Tani Mada Ntonggu Desa Bara Kecamatan Woja (8,5 t/ha).

 Teknologi budidaya jagung yang digunakan pada lokasi demfarm dan demplot jagung antara lain : (a) Benih bermutu dari varietas unggul baru dengan kebutuhan benih sebanyak 20 kg/ha; (b) Penyiapan lahan tanpa olah tanah, menggunakan herbisida sistemik; (c) Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 5 cm, jarak tanam 100 – 75 cm x 40 cm (1 biji perlubang); (d) Pemupukan; (e) Penyiangan; (f) Pengairan;

(g) Panen dan pasca panen

 Kegiatan Demplot Kedelai dilaksanakan di Kelompok Tani Ntuwu Lamba, Kelurahan Sambinae, Kecamatan Mpunda, Kota Bima seluas 3 hamenggunakanVUB Anjasmoro dengan rata-rata provitas 2,72-2,82 t/ha.

 Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Demfarm dan Display VUB mendukung pendampingan teknologi PTT pada komoditas padi, jagung, dan kedelai.

 Kegiatan pendampingan yang dilakukan di seluruh lokasi melibatkan babinsa dan keterlibatan penyuluh terkait dengan penyebaran inovasi teknologi.

Rapat Koordinasi Dan Sinkronisasi Data Luas Tambah Tanam (LTT) Padi di Kabupaten Lombok Timur

Panen dan temu lapang di lokasi demfarm PTT padi mendukung UPSUS PJK

Peningkatan IP padi

 Identifikasi sumber daya air mendukung peningkatan IP dilaksanakan di Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, dan Bima dengan potensi luas layanan air yang telah teridentifikasi seluas 21.626 hektar.

 Kegiatan demfarmdilaksanakan di kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Sumbawa masing – masing seluas 7 dan 15 hektar.

 Lahan sawah tadah hujan yang digunakan untuk kegiatan demfarm di dusun Tenandon, desa Penujak kecamatan Praya Barat kabupaten Lombok Tengah seluas 7 hektar dengan jumlah petani pelaksana sebanyak 15 orang

 Inovasi pertanian yang dikembangkan untuk peningkatan IP Pajale yaitu:

(a) Sistem irigasi permukaan dengan menaikkan air dari sungai menggunakan mesin pompa dan pipanisasi; (b) Komponen teknologi budidaya padi yang diterapkan berbasis jajar legowo dan penggunaan VUB umur genjah (inpari 19 umur dan inpari 30 ciherang sub); (c) Penanaman dilakukan pada tanggal 13 April 2017 dan panen raya dilaksanakan tanggal 5 Juli 2017 sehingga peningkatan IP Padi 100 meningkat menjadi IP 200; (d) Pada MT II telah dilakukan peningkatan IP Pajale dengan penanaman jagung hibrida 20 URI pada tanggal 19 Juli 2017 dengan menggunakan teknologi PTT jagung sehingga terjadi

peningkatan IP 200 menjadi IP 300; (e) Sistem pemberdayaan petani terhadap teknologi yang diterapkan melalui bimbingan teknis.

 Kegiatan temu lapang dan penanaman perdana jagung Balitbangtan di Kab. Lombok tengah dihadiri oleh 237 orang peserta yang terdiri dari unsur LITKAJIBANGDIKLATLUHRAB.

 Berdasarkan data ubinan produktivitas padi varietas inpari 19 yang dipanen sebesar 6,80 ton/ha GKP dan Inpari 30 Ciherang sub 1 sebesar 5,7 ton/ha GKP lebih tinggi dari hasil panen sebelumnya yang pernah dicapai (< 5 t/ha GKP)

 Kegiatan Peningkatan Komunikasi, Koordinasi, dan Diseminasi Inovasi Pertanian di Nusa Tenggara Barat

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi diseminasi melalui media cetak mendukung peningkatan provitas pada 7 komoditas Strategis.

 Kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Lombok Timur, Lombok Barat dan Lombok Utara, dengan total luas areal yaitu 4,5 ha.

 Kegiatan Gelar teknologi peningkatan produksi padi dengan sistem tabela jarwo khusus pd lahan irigasi terbatas. Hasilnya sangat direspon petani kooperator dengan provitas 4-7,2 ton GKP/ha (provitas sebelumnya 2,5-3,5 ton/ha).

 Pemberdayaan BPP pada 2 lokasi yaitu BPP Gerung dan BPP Seteluk serta pembinaan POS Penyuluhan Desa (POSLUHDES) di Desa Gapuk Gerung Dan Desa Seteluk Atas Kecamatan Sateluk KSB. Pada lokasi BPP dilakukan Display 7 varietas padi dan Demplot ayam KUB (BPP Gerung), serta Demplot pemanfaatan lahan pekarangan dan ayam KUB (BPP Seteluk).

 Kegiatan Open house menampilkan 7 komoditas strategis nasional dihadiri sekitar 1.700 pengunjung. Mendukung kegiatan tersebut telah diterbitkan 7 judul leaflet (Peningkatan provitas Padi melalui sistem Tabela-Jarwo, PTT Jagung dan Kedelai, Hama Penyakit Padi, Penyakit

Cacing pada sapi, Biochar pada Tanaman Bawang Merah, dan Budidaya Ayam KUB).

 Kegiatan pertemuan tingkat provinsi dan kabupaten dilaksanakan di 10 Kab./kota dengan peserta masing-masing 75 orang terdiri dari unsur LITKAJIBANGDIKLATLUHRAB. Kegiatan workshop koordinasi/diseminasi dilaksanakan 2 kali.

 Mendukung kegiatan diseminasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, telah dilakukan siaran TV sebanyak 4 kali dengan topik ayam KUB, Open house, temu lapang dan panen padi kegiatan UPSUS di Desa Sermong Taliwang, serta temu lapang padi Jarwo Super di Desa Dete Lape Sumbawa. Selain itu, juga dilakukan publikasi melalui koran lokal sebanyak 3 judul.

Koordinasi UPSUS dan Workshop Diseminasi Hasil Pengkajian BPTP NTB di Kabupaten/Kota

Kegiatan Open House BPTP NTB

Sekolah Lapang Mandiri Benih Padi

 Kegiatan SL mandiri benih padi dilaksanakan di Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, yaitu pada produsen benih Kelompok Tani Tekad Bersama.

 Laboratorium lapang sebagai tempat belajar produksi benih padi dilaksanakan pada lahan petani seluas 2 ha dengan varietas yang digunakan yaitu sebanyak 3VUB, dengan masing-masing produksinya adalah sebagai berikut: Inpari 10(1.200 kg), Inpari 22 (800 kg), dan Inpari 32 HDB (1.300 kg), dengan total benih yang dihasilkan sebanyak 3.300 kg. Selain itu, pada lokasi desa mandiri benih padi telah dihasilkan

……. kg benih padi. Produksi benih pada produsen yang dibina telah dapat memenuhi kebutuhan benih padi untuk di desa, bahkan ke kecamatan dan kabupaten lain.

 Informasi teknologi perbenihan disampaikan melalui kunjungan lapang dan pelaksanaan kegiatan pelatihan produsen benih, petani dan petugas di lokasi kegiatan.

2). Teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT

 Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;

2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.

Workshop/pelatihanprodusen benih padi, petani dan petugas lapang

 Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.

Pendampingan Kawasan Padi di NTB

 Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB.

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi spesifik lokasi budidaya jagung dengan pendekatan PTT.

 Kegiatan dilakukan di Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Demfarm jagung seluas 10 ha, dan Display VUB jagung seluas 5 ha. Kegiatan Display VUB memperkenalkan varietas Bima-19 dan Bima-20 URI.

 Kegiatan diseminasi teknologi dilakukan melalui pelatihan pada setiap tahapan pendampingan teknologi, temu lapang, dan narasumber pada pertemuan tingkat Provinsi dan Kabupaten. Selain itu dilakukan pula melalui penyebaran informasi media cetak sebanyak 2 judul.

 Keberhasilan yang dicapai yaitu respon yang baik dari petani mengenai Teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT. Selain itu, VUB jagung varietas Bima-19 dan Bima-20 cukup diminati petani di lokasi kegiatan dan sekitarnya. Ini terlihat dengan adanya komitmen dari petani di Kecamatan Empang untuk melakukan penanaman jagung varietas Bima-19 dan Bima-20 URI pada MH 2016/2017.

Pendampingan Kawasan Jagung dan Temu Lapang

Jagung

 Kegiatan SL mandiri benih jagung dilaksanakan di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa, yaitu pada produsen benih PB. Tiga Dara dan UD.

Sinar Tani.

 Varietas yang diproduksi yaitu Bima-20 URI dengan produksi benih sebesar 3.100 kg. Penggunaan benih untuk memenuhi kebutuhan di Desa dan sekitarnya.

 Teknologi perbenihan disampaikan melalui workshop, kunjungan lapang, dan pelaksanaan kegiatan pelatihan produsen benih, petani dan petugas bersama Tim Balitsereal, serta kegiatan temu lapang di lokasi kegiatan.

3). Teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT

 Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari; 2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Kegiatan pembinaan penangkar baru, dan kemampuan penangkar

memproduksi benih jagung

Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.

 Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.

Pendampingan Kawasan Padi di NTB

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi spesifik lokasi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT.

 Kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Demfarm di Kabupaten Dompu (8,9 ha), dan Kabupaten Lombok Tengah (3,5 ha), serta kegiatan Display VUB yang dilaksanakan di Kabupaten Bima (2,2 ha).

 Kegiatan Demfarm menggunakan varietas Anjasmoro dengan rata-rata produktivitas sebesar 1,84 t/ha. Sedangkan kegiatan Dispaly VUB menggunakan varietas DEGA (2,26 t/ha), Burangrang (2,42 t/ha), Anjasmoro (1,83 t/ha), dan Dena-1 (1,81 t/ha).

 Adopsi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT diadopsi sebanyak 59 % oleh petani kawasan, dan 39,9% oleh petani non kawasan.

 Informasi teknologi disampaikan melalui pelatihan petani dan petugas, kegiatan temu lapang, sebagai narasumber di tingkat Provinsi dan Kabupaten, serta melalui media informasi berupa leaflet sebanyak 2.000 eksemplar.

Kegiatan pendampingan di kawasan Kedelai

Kedelai

 Kegiatan SL mandiri benih kedelai dilaksanakan di Kabupaten Bima, yaitu pada produsen benih PB. Muncul Baru.

 Produksi benih yang dihasilkan yaitu Anjasmoro 3.350 kg, dan Burangrang sebesar 2.350 kg. Produksi benih pada kawasan perbenihan yang dihasilkan oleh produsen benih sebanyak 9.000 kg. Distribusi benih untuk memenuhi kebutuhan benih di Desa, dan pada kawasan/wilayah pengembangan.

 Teknologi perbenihan disampaikan melalui kunjungan lapang, dan

 Teknologi perbenihan disampaikan melalui kunjungan lapang, dan

Dokumen terkait