• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PERENCANAAN KINERJA

2.3. Rencana Kinerja Tahun 2017

Sebagai lembaga pengkajian teknologi pertanian, pada tahun anggaran 2017 BPTP NTB telah mengusulkan beberapa kegiatan pengkajian dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. Perencanaan kegiatan Tahun 2017 tersebut mengacu pada RENSTRA Badan Litbang Pertanian dan BBP2TP, serta Rencana Operasional BPTP NTB Tahun 2015-2019 (Lampiran 3) yaitu berdasarkan8 (delapan) capaian sasaran strategis dan beberapa indikator kinerjanya (Tabel 3).

Tabel 3. Rencana Kinerja BPTP NTB Tahun 2017

Sasaran Strategis IndikatorKinerja Target

(1) (2) (3)

1. Tersedianya teknologi

pertanian spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi

komoditas strategis 3 teknologi Jumlah teknologi spesifik lokasi

komoditas lainnya

Jumlah Produksi Benih Sumber : Padi

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan

pertanian

Jumlah rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian 1 rekomendasi

6. Tersedianya Taman

Teknologi Pertanian Jumlah kabupaten lokasi TTP 1 kabupaten 7. Dihasilkannya

Perencanaan kegiatan tersebut kemudian akan dicapai melalui beberapa judul kegiatan pengkajian dan kegiatan diseminasi serta manajemen yang terdiri dari 8 RPTP, 16 RDHP, serta 2 RKTM. Lokasi kegiatan tersebut tersebar di 10 (sepuluh) kabupaten/kota di NTB.

2.4. Penetapan Kinerja Tahun 2017

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari BPTP NTB dan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementrian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2017,BPTP NTB telah mengimplementasikan program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian melaluibeberapa kegiatan utama. Kegiatan utama tersebut dicapai melalui beberapa kegiatan seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Penetapan Kinerja BPTP NTB Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3)

1. Tersedianya teknologi

pertanian spesifik lokasi Jumlah teknologi spesifik lokasi

komoditas strategis 3 teknologi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

Jumlah Produksi Benih Sumber : Padi

pembangunan pertanian 1 rekomendasi

6. Tersedianya Taman

Teknologi Pertanian Jumlah kabupaten lokasi TTP 1 kabupaten 7. Dihasilkannya sinergi

Selanjutnya masing-masing kegiatan utama tersebut dicapai melalui beberapa judul kegiatan.Adapun masing-masing judul kegiatan dan alokasi anggarannya untuk rencana kinerja tahun 2017.

Tabel 5. Alokasi Anggaran Berdasarkan Rencana Kinerja Tahun2017 No Kegiatan

Utama Judul Kegiatan Anggaran

(Rp.000)

(1) (2) (3) (4)

1. Pengkajian teknologi spesifik lokasi

1. Kajian Sistem Usaha Pertanian Integrasi Tebu dan Ternak Sapi Mendukung Kawasan Perkebunan Tebu di Kabupaten Dompu

192.250

2. Model Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia Mendukung Pengembangan Kawasan Peternakan di NTB

176.750

3. Model Peningkatan

Produktivitas Padi dan Kedelei Melalui Konservasi Air dan

1. Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak Di Provinsi NTB

196.000 Pertanian Di Nusa Tenggara Barat

243.500

2. Diseminasi/Advokasi Inovasi

Pertanian 900.521

3. Pengembangan Taman

Agroinovasi Dan Agrimart Di NTB 97.000 4. Pendampingan Pengembangan

Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

270.714 5. Pendampingan Dan Dukungan

Teknologi Upsus Komoditas Strategis Kementan

529.000

6. Pendampingan Pengembangan 8. Dukungan Inovasi Pertanian untuk

Peningkatan IP Padi, Jagung &

kedele

333.000 9. Pendampingan Pola Tanaman

Tanaman Pangan Di NTB 72.000

4. Produksi Benih

kering Iklim Kering Poto Tano KSB 1.678.100

6. Rekomendasi

1. Pendayagunaan Hasil Litkaji dan Pengelolaan Instalasi Pengkajian

209.000

1. Pengelolaan Manajemen Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

1. Pengelolaan SDG Tanaman Pisang

dan Padi local di Pulau Lombok 72.000

kebutuhan daerah, Renstra Badan Litbang

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Berdasarkan Rencana Operasional Kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Tahun 2015 – 2019, BPTP NTB pada tahun 2017 telah ditetapkan 8 (delapan) sasaran utama yang akan dicapai. Pencapaian kinerja yang terlihat dari realisasi hingga akhir tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan telah tercapai dengan baik.

3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan

Perjanjian Kinerja merupakan salah satu acuan standar kinerja Balai dalam menyelenggarakan fungsi dan tugas pokoknya. Dengan demikian hasil pengukuran kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan mampu memberi gambaran kinerja penyelenggaraan kegiatan BPTP NTB di Tahun 2017. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) NTB Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Untuk mengukur tingkat capaian kinerja Tahun 2017, maka digunakan scoring yang mengelompokkan capaian kinerja ke dalam 4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1) sangat berhasil (capaian kinerja >100%);2) berhasil (capaian kinerja 80% - 100%);3)cukup berhasil (capaian kinerja 60% - <80%); dan 4) kurang berhasil (capaian kinerja <60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan Balai.

Indikator kinerja yang diukur untuk melihat capaian kinerja bersumber dari dua jenis indikator yaitu indikator proses/aktivitas (lead indicator) dan indikator output/outcome (lag indicator). Indikator proses/aktivitas (lead indicator), merupakan indikator yang pencapaiannya ada dibawah kendali organisasi/Balai.

Sedangkan indikator output/outcome (lag indicator) merupakan indikator yang pencapaiannya diluar kendali organisasi/Balai. Berdasarkan ketentuan pada Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.02/2015 tentang perubahan atas peraturan mentri keuangan nomor 143/PMK.02/2015 tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran, dimana

pada jenjang eselon I dan eselon II menggunakan jenis indikator output/outcome. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka indikator kinerja yang diukur untuk melihat capaian kinerja BPTP menggunakan lag indicator.

3.2. Pencapaian Kinerja Keseluruhan

BPTP NTB mengacu pada renstra badan litbang pertanian dan BBP2TP tahun 2015 – 2019, menetapkan standar kinerja pada awal tahun 2017. Standar kinerja tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) BPTP NTB yang telah ditandatangani oleh Kepala BBP2TP. Sejalan dengan perjalanan waktu, terdapat revisi Perjanjian Kinerja (PK) BPTP NTB terkait dengan anggaran kegiatan. Perjanjian Kinerja tersebut berisikan sasaran strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), serta target kinerja yang akan dicapai dalam Tahun 2017.

Penilaian evaluasi kinerja tidak hanya menganalisis perbandingan antara target dengan realisasi kinerja, selain itu juga akan mencari permasalahan atas pencapaian kinerja yang belum memenuhi standar yang telah ditargetkan Balai.

Mempelajari capaian kinerja tahun sebelumnya dengan tahun 2017 dilakukan sebagai salah satu upaya dalam memperbaiki kinerja Balai, dengan harapan terjadi peningkatan kinerja yang berkesinambungan. Rincian tingkat pencapaian kinerja BPTP NTB Tahun 2017dari masing-masing indikator sasaran tersebut disajikan dalam table 6.

Tabel 6. Tingkat Capaian Kinerja BPTP NTB Tahun 2017

No Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target 2017 Capaian 2017 % Capaian

3 Teknologi 3 teknologi 100 Berhasil

Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas lainnya

2. Tersedianya

1 teknologi 100 Berhasil

4. Tersedianya

1 Kabupaten 1 Kabupaten 100 Berhasil

6. Dihasilkannya

1 Rekomendasi 1 Rekomendasi 100 Berhasil

7. Dihasilkannya

Swasembada Pangan Terintegrasi Desa Mandiri Benih

Pangan

Berdasarkan pengukuran kinerja yang dilakukan, pencapaian kinerja BPTP NTB Tahun 2017 masuk dalam kategori berhasil. Secara umum tingkat capaian kinerja BPTP NTB TA. 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan balai sebagian besar telah tercapai bahkan tingkat capaian beberapa kegiatan melebihi target yang sudah ditentukan dalam tahun berjalan. Namun demikian, masih terdapatcapaian beberapa kegiatan yang masih tergolong rendah.

Kegiatan dimaksud antara lain adalah kegiatan produksi benih sumber diantaranya produksi benih sumber padi, jagung, kedelai, dan bawang putih.

Apabila dibandingkan tingkat capaian kinerja antara capaian kinerja kegiatan tahun 2017 dengan tahun sebelumnya, secara umum mengalami perbaikan, namun terdapat beberapa kegiatan yang outputnya berbeda dengan tahun sebelumnya, dan terdapat kegiatan/output baru pada tahun 2017.

3.3. Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Sasaran Kegiatan

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2017Balai Pengkajian Teknologi PertanianNTB dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah inovasi teknologi spesifik

lokasi komoditass strategis (teknologi) 3 3 100

Indikator kinerja sasaran 1 dicapai melalui 1 indikator kinerja yaitujumlah teknologi spesifik lokasi dengan target 3teknologi. Target inidapat terealisasi sebanyak 3 teknologi atau sebesar 100%. Kegiatan tersebut berasal dari kegiatan pengkajian dalam DIPA 2017. Adapun output dari kegiatan DIPA tersebut adalah :

1). Teknologi Budidaya Tebu Sistem Tanam Juring tunggal dan ganda.

 Teknologi ini dihasilkan dari Kajian sistem usaha pertanian integrasi tebu dan ternak sapi mendukung kawasan perkebunan tebu di Kabupaten Dompu.Kegiatan ini dilakukan pada agroekosistem lahan kering dataran rendah berbasis tanaman perkebunan (tebu) di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.

 Pelaksanaan kegiata pada luasan 5 ha (rawat ratoon) dan terintegrasi dengan demplot untuk kelompok peternak penggemukan sapi.

 Paket teknologinya sebagai berikut :

1). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit tunggal PKP 130/70 cm menggunakan pupuk 840 kg NPK phonska + 560 kg ZA + 5 ton kompos per ha, mampu meningkatkan populasi 30%.

2). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit ganda PK 170/70 cm menggunakan pupuk 1.416 kg NPK phonska + 1.180 kg ZA +5 ton kompos per ha, mampu meningkatkan populasi 116% dari sistem juring tunggal. Brik tebu 19,6% -19,8% (rendemen 8,8% - 8,9%) dengan potensi provitas juring ganda 120 ton -130 ton per ha lebih tinggi dibandingkan juring tunggal 90 ton per ha.

 Selain 1 paket teknologi tersebut, juga menghasilkan 2 model integrasi yaitu 1). Model integrasi tebu sistem tanam juring tunggal dengan ternak sapi pembiakan pada kandang individu; 2). Model integrasi tebu sistem tanam juring ganda bibit tunggal dengan ternak sapi pembiakan pada kandang individu.

Pertanaman Tebu dan kegiatan panen bersama

stakeholder

Kegiatan integrasi tebu dan sapi serta olahannya

Media Informasi Model Integrasi Tebu dan Ternak Sapi

2). Teknologi Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia

 Teknologi ini dihasilkan dari Kajian Model Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia Mendukung Kawasan Peternakan Di NTB.Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Utara seluas 1 ha, Kabupaten Lombok Barat 1 ha, dan Kabupaten Sumbawa Barat 2 ha.

 Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga merancang model pengembangan integrasi dan atau tumpangsari tanaman pakan dengan tanaman pangan di lahan sawah dan lahan kering untuk meningkatkan jumlah dan mutu pakan dan merancang model penyediaan pakan kering untuk memperpanjang waktu ketersediaan pakan berkualitas sepanjang tahun.

 Dari hasil kegiatan tersebut, model integrasi hijauan tanaman pakan

kualitas biomas per satuan unit lahan selanjutnya meningkatkan kualitas dan atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan unit lahan.

Sedangkan pemberian pakan kering pada sapi, terbukti tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ternak.

Hijauan pakan ternak pada tanaman palawija sebagai pakan ternak sapi

Pemberian pakan pada sapi di kandang intensif

3).Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi dan Kedelai Melalui Konservasi Air dan Manajemen Pemupukan di Pulau Lombok.

 Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok yaitu padasalah satu DAS Jangkok DI Jurang sate hulu bagian hilir.

 Peningkatan produktivitas padi pada berbagai metode olah tanah mendukung konservasi air, menggunakan 3 (tiga) perlakuan yaitu Tanpa Olah Tanah (TOT), Olah Tanah Minimum (OTM), dan Olah Tanah Sempurna (OTS). Sedangkan untuk peningkatan produktivitas kedelai menggunakan paket teknoloogi :

 Benih bermutu varietas Anjasmoro sebanyak 50 kg/ha

 TOT (Tanpa Olah Tanah)

 Benih ditugal (2/3 biji/lubang), yaitu ditanam 2 hari setalah panen padi dengan jarak tanam 40 cm antar baris dan 15 cm dalam barisan

 Pemberian Biourin/pupuk organic cair

 Pemupukan dan Pengendalian OPT terpadudilakukan sesuai kebutuhan tanaman

 Pengairan sesuai kebutuhan

 Panen tepat waktu dan segera dikeringkan

Kegiatan peningkatan produktivitas kedelai di lapangan

Media Informasi salah satunya berupa leaflet

Sasaran 2 : Tersedianya Model Pengembangan lnovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satuindikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah Model Pengembangan lnovasi

Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi 2 model 2 model 100

Indikator kinerja”jumlah model pengembangan inovasi pertanian Bioindustri Spesifik lokasi” menghasilkan output berupa dua model yang dicapai melalui 1 (satu) kegiatan pada 2 (dua) lokasi. Adapun output dari kegiatan DIPA tersebut adalah :

1. Model sistem pertanian bioindustri berkelanjutan lahan kering beriklim kering di kabupaten Sumbawa dihasilkan dari kegiatan ModelPertanian-Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering di NTB.

 Kegiatan dilaksanakan di Desa Labangka Kabupaten Sumbawa, dengan melibatkan 2 kelompok tani (jumlah anggota sebanyak 58 orang) dan total luas areal lahan usahatani jagungseluas100 ha, serta Jumlah ternak sapi sebanyak 152 ekor.

 Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya perbaikan teknologi budidaya jagung yang di relay dengan tanaman kacang-kacangan (kacang hijau dan kacang tanah), pemeliharaan ternak sapi secara intensif dikandangkan dan pemberian pakan legume pohon serta sisa tanaman pangan, pemeliharaan ayam KUB, pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk cair bio-urin serta mengaplikasikannya pada tanaman kacang-kacangan dan sayuran.

 Hasil pupuk cair biourine, sementara ini belum dikomersialkan oleh petanidikarenakan akan digunakan oleh anggota di 2 kelompok untuk meminimalisir penggunaan pupuk anorganik, dan memperkenalkan pada kelompok lainnya di sekitar lokasi kegiatan.

 Model Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Berbasis Usahatani Jagung Pada Lahan Kering Beriklim Kering Di Nusa Tenggara Baratdilahan kering adalah sebagai berikut:

 Salah satu produk olahan dari system integrasi tanaman ternak

2. Model Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak Di Lombok, NTB, dihasilkandari kegiatan Model Pertanian-Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak.

 Kegiatan dilaksanakan di Desa Setanggor dan Tanak Rarang, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Luas lahan kegiatan untuk lahan sawah sebesar 699 ha terdiri atas : Irigasi Teknis 224 ha, Setengah Teknis 210 ha, dan Tadah Hujan 265 ha,serta ternak sapi 1.515 ekor).

 Indikator model pada model pengembangan pertanian bioindustri berbasis kawasan integrasi tanaman-ternak adalah:

Pada subsistem hulu: sinergisme kelembagaan sistem perbenihan padi dan ternak, kios saprodi, kelembagaan jasa alsintan dan kelompoktani dalam penyediaan sarana produksi pertanian, tenaga kerja dan jasa alsintan.

Pada subsistem usahatani(on farm): penerapan teknologi unggulan pada usahatani padi dan ternak, meliputi: (a) perluasan adopsi sistem tanam jajar legowo 2:1, (b) perluasan adopsi penggunaan benih varietas unggul baru Balitbangtan antara lain: Inpari-3, Inpari-22, Inpari-30, Inpari-31, Inpari-32 dan Inpari 33; (c) perluasan adopsi aplikasi penggunaan kompos dan biourine pada tanaman dan tanaman Komoditas yang didiseminasikan :

a). Jagung c).Ternak Sapi

b). Kacang hijau d).Hijauhan pakan ternak e). Kacang tanah

pekarangan; (d) peningkatan indeks pertanaman pada lahan sawah tadah hujan dari 100 menjadi 200-300 melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya air dengan sistem pompanisasi; (e) mengembangkan sistem kandang ternak sapi terintegrasi dengan pengelolaan limbah, (f) pengawalan pemanfaatan instalasi biogas skala rumah tangga.

Pada sub sistem hilir: sinergitas antara petani, kelompoktani, gapoktan, pedagang antara dan RMU yang berimplikasi pada: (a) peningkatan harga jual produk utama, (b) peningkatan kualitas beras, (c) berkembangnya pengolahan pangan berbahan lokal sebagai sumber pendapatan masyarakat; (d) berkembangnya sistem pengolahan limbah ternak; (e) terbangunnya sinergitas antara kelompoktani, instansi pemerintah dan swasta dalam pemanfaatan dan pemasaran produk utama dan produk olahan limbah pertanian.

Integrasi tanaman ternak: (a) penerapan inovasi pemanfaatan limbah tanaman sebagai pakan ternak, (b) aplikasi kompos pada tanaman padi sebanyak 2 t ha-1, (c) aplikasi biourine pada tanaman padi 90 lt ha-1, dan (d) optimalisasi pemanfaatan pematang sawah sebagai sumber pakan ternak dengan penanaman rumput unggul dan tanaman turi; (e) aplikasi kompos dan biourine pada tanaman pekarangan, (c) aplikasi kompos dan biourine pada tanaman jagung;

 Model bioindustri alternatif untuk dikembangkan di lokasi kajian:

Sasaran 3 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 1 (satu)indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi komoditas

strategis yang terdiseminasi ke pengguna 3 teknologi 6 teknologi 200 Jumlah teknologi komoditas lainnya yang

terdiseminasi ke pengguna 1 teknologi 100

Sasaran ketiga yang ditargetkan dalam Tahun 2017 yaitu jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna dicapai melalui 2 indikator kinerja, yaitu 1) Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna; 2) Jumlah teknologi komoditas lainnya yang terdiseminasi ke pengguna.

Capaian indikator kinerja yang pertama telahmendiseminasikan 6 teknologi komoditas strategis ke penggunamelalui 12kegiatan pendampingan dan diseminasi. Adapun output tersebut sebagai berikut:

1). Teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT

 Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;

2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.

 Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor

plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.

Pendampingan Kawasan Padi di NTB

 Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB,

 Diseminasi teknologi ini bertujuan untuk memberikan contoh nyata penerapan teknologi PTT padi pada petani.

 Kegiatan pendampingan cukup efektif meningkatkan adopsi komponen teknologi PTT yang tercermin pada hasil panen. Hal ini nampak dari adopsi komponen teknologi setelah pendampingan mencapai 75,21%

dengan hasil rata-rata padi sebesar 6,73ton/ha, sedangkan adopsi komponen teknologi sebelum pendampingan sebesar 56,26 % hasil padi rata-rata hanya mencapai 5,95ton/ha atau terjadi kenaikan hasil sebesar 0,78 % dan peningkatan komponen teknologi sebesar 18,95% dibanding petani non kawasan pada musim yang sama.

 Adopsi 12 komponen teknologi PTT sebagai indikator keberhasilan pendampingan meningkat dari 56,26% sebelum pelaksanaan kegiatan pendampingan, menjadi 75,21% setelah pendampingan (meningkat 18,95%). Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan telah berhasil meningkatkan adopsi komponen teknologi.

 Dari 12 komponen teknologi tersebut, terdapat 6 komponen teknologi PTT padi yang diadopsi petani secara meluas sebagai hasil pendampingan yaitu : pengolahan tanah > 7 hari; penggunaan benih bermutu; penanaman bibit 1-3 batang/rumpun, penataan tanaman dengan jajar legowo; pengendalian hama sesuai anjuran; dan panen tepat waktu

 Tercatat 4 komponen teknologi PTT yang perlu menjadi prioritas sebagai materi penyuluhan pada pendampingan pengembangan kawasan padi selanjutnya karena tingkat adopsi yang masih rendah tetapi sangat berpengaruh terhadap hasil padi yaitu penggunaan pupuk organik;

penggunaan varietas anjuran, pemupukan berdasarkan rekomendasi, dan pengelolaan air.

 Metode diseminasi teknologi yaitu dengan cara mendistribusikan buku

"Jajar Legowo Super" sebanyak 500 eksemplar.

Pendampingan dan Dukungan Teknologi UPSUS Komoditas Strategis Kementan.

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi budidaya padi, jagung, kedelai dengan pendekatan PTT.

 Kegiatan dilakukan di 10 Kabupaten/Kota di NTB.

 Kegiatan Demfarm dan Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi, Jagung dan Kedelai dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten/Kota di NTB yakni Lombok Barat, Sumbawa, Dompu, dan Kota Bima.

 Kegiatan Demplot PTT Padi di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan di Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Total luas lahan untuk demfarm PTT Padi adalah 5 ha. Varietas dan rata-rata provitas yang ditanam adalah Inpari-7 (Inpari-7,1 t/ha), Inpari-30 Ciherang Sub-1 (5,1 t/ha), Inpari-31 (?), Inpari-32 (7,7 t/ha) dan Inpari 33 (6,2 t/ha).

 Kegiatan Demfarm dan Demplot Jagung Varietas Bima 20 URI dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa dan Dompu denganluasan 30 ha pada 4 kelompok tani dengan rata-rata provitas masing-masing, yakni:

Kelompok Tani Ni Hayil Desa Labuan Kuris Kecamatan Lape (8,4 t/ha), Kelompok Tani Teming Tebak Desa Baru Tahan Kecamatan Moyo Utara (8.7 t/ha), Kelompok Tani Malayam Desa Berora Kecamatan Lopok Kab.

Sumbawa (? t/ha), Kelompok Tani Mada Ntonggu Desa Bara Kecamatan Woja (8,5 t/ha).

 Teknologi budidaya jagung yang digunakan pada lokasi demfarm dan demplot jagung antara lain : (a) Benih bermutu dari varietas unggul baru dengan kebutuhan benih sebanyak 20 kg/ha; (b) Penyiapan lahan tanpa olah tanah, menggunakan herbisida sistemik; (c) Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 5 cm, jarak tanam 100 – 75 cm x 40 cm (1 biji perlubang); (d) Pemupukan; (e) Penyiangan; (f) Pengairan;

(g) Panen dan pasca panen

 Kegiatan Demplot Kedelai dilaksanakan di Kelompok Tani Ntuwu Lamba, Kelurahan Sambinae, Kecamatan Mpunda, Kota Bima seluas 3 hamenggunakanVUB Anjasmoro dengan rata-rata provitas 2,72-2,82 t/ha.

 Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Demfarm dan Display VUB mendukung pendampingan teknologi PTT pada komoditas padi, jagung, dan kedelai.

 Kegiatan pendampingan yang dilakukan di seluruh lokasi melibatkan babinsa dan keterlibatan penyuluh terkait dengan penyebaran inovasi teknologi.

Rapat Koordinasi Dan Sinkronisasi Data Luas Tambah Tanam (LTT) Padi di Kabupaten Lombok Timur

Panen dan temu lapang di lokasi demfarm PTT padi mendukung UPSUS PJK

Peningkatan IP padi

 Identifikasi sumber daya air mendukung peningkatan IP dilaksanakan di Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, dan Bima dengan potensi luas layanan air yang telah teridentifikasi seluas 21.626 hektar.

 Kegiatan demfarmdilaksanakan di kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Sumbawa masing – masing seluas 7 dan 15 hektar.

 Lahan sawah tadah hujan yang digunakan untuk kegiatan demfarm di dusun Tenandon, desa Penujak kecamatan Praya Barat kabupaten Lombok Tengah seluas 7 hektar dengan jumlah petani pelaksana sebanyak 15 orang

 Inovasi pertanian yang dikembangkan untuk peningkatan IP Pajale yaitu:

(a) Sistem irigasi permukaan dengan menaikkan air dari sungai menggunakan mesin pompa dan pipanisasi; (b) Komponen teknologi budidaya padi yang diterapkan berbasis jajar legowo dan penggunaan VUB umur genjah (inpari 19 umur dan inpari 30 ciherang sub); (c) Penanaman dilakukan pada tanggal 13 April 2017 dan panen raya dilaksanakan tanggal 5 Juli 2017 sehingga peningkatan IP Padi 100 meningkat menjadi IP 200; (d) Pada MT II telah dilakukan peningkatan IP Pajale dengan penanaman jagung hibrida 20 URI pada tanggal 19 Juli 2017 dengan menggunakan teknologi PTT jagung sehingga terjadi

peningkatan IP 200 menjadi IP 300; (e) Sistem pemberdayaan petani terhadap teknologi yang diterapkan melalui bimbingan teknis.

 Kegiatan temu lapang dan penanaman perdana jagung Balitbangtan di Kab. Lombok tengah dihadiri oleh 237 orang peserta yang terdiri dari unsur LITKAJIBANGDIKLATLUHRAB.

 Berdasarkan data ubinan produktivitas padi varietas inpari 19 yang dipanen sebesar 6,80 ton/ha GKP dan Inpari 30 Ciherang sub 1 sebesar 5,7 ton/ha GKP lebih tinggi dari hasil panen sebelumnya yang pernah dicapai (< 5 t/ha GKP)

 Kegiatan Peningkatan Komunikasi, Koordinasi, dan Diseminasi Inovasi Pertanian di Nusa Tenggara Barat

 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi diseminasi melalui media cetak mendukung peningkatan provitas pada 7 komoditas Strategis.

 Kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Lombok Timur, Lombok Barat dan Lombok Utara, dengan total luas areal yaitu 4,5 ha.

 Kegiatan Gelar teknologi peningkatan produksi padi dengan sistem

 Kegiatan Gelar teknologi peningkatan produksi padi dengan sistem

Dokumen terkait