Evaluasi konteks dilakukan pada sub komponen kondisi lingkungan sekolah, dan ketersediaan sarana prasarana.
a. Kondisi Lingkungan Sekolah 1) Visi dan Misi Sekolah
Langkah-langkah penyelenggaraan sekolah dalam menjalankan misi SMP Negeri 2 Boja masih sejalan dengan visinya. Visi bukan hanya sekedar rumusan tujuan dari sebuah institusi, terlebih lagi merupakan cita-cita bersama dari warga sekolah dan masyarakat pada masa yang akan datang. Visi yang telah ada di SMP Negeri 2 Boja merupakan gambaran keinginan bersama dari warga sekolah dan masyarakat untuk membentuk siswa yang unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti luhur. Tentunya visi akan terwujud jika misi-misi yang telah dirumuskan merupakan suatu langkah yang sistematis pada perwujudan visi yang ada. Visi dan misi yang diciptakan dan dipahami dengan baik dan benar dalam sebuah organisasi tentunya akan menciptakan budaya kerja yang pada akhirnya akan membentuk budaya personel dalam institusi tersebut. Jadi visi dan misi SMP 2 Boja sudah sesuai dengan Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bagian A Perencanaan Program subbagian 1 Visi Sekolah dan subbagian 2 Misi Sekolah, karena dalam merumuskan melibatkan warga sekolah, diputuskan oleh rapat dewan pendidik,
telah disosialisasikan kepada warga sekolah,sehingga menjadi cita-cita warga sekolah pada masa yang akan datang. Namun demikian visi dan misi sekolah perlu ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. 2) Budaya Sekolah
Perbaikan sistem persekolahan pada intinya adalah membangun sekolah dengan kekuatan utama sekolah yang bersangkutan. Perbaikan mutu sekolah perlu adanya pemahaman terhadap budaya sekolah seperti yang disebutkan dalam Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian B, subbagian 9 mengenai budaya dan lingkungan sekolah bahwa sekolah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan.
Dalam mengembangkan budaya pada proses pembelajaran guru-guru di SMP Negeri 2 dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan harmonis, dan membiasakan memberi salam serta berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri pembelajaran di kelas sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik yang bertujuan untuk menjadikan pembelajaran yang dapat merangsang minat mereka. SMP Negeri 2 Boja juga menanamkan nilai-nilai kedisiplin, tanggungjawab, kemandirian, kebersamaan, kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap alam kepada para siswa melalui kegiatan kepramukaan serta memperkuat nilai-nilai
melalui simbol-simbol dengan menanamkan kebiasaan baik kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan aturan yang ada disuatu sekolah.
SMP Negeri 2 Boja dalam membentuk budaya sekolah telah menyusun tata tertib untuk pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik yang disusun oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang berisi petunjuk, peringatan, larangan, dan sanksi bagi yang melanggar.
Pelaksanaan tata tertib sangat tergantung pada pemahaman pihak-pihak terkait terhadap tata tertib yang disusun. Karena itu sosialisasi tata tertib perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semua pihak memahami dengan baik isi tata tertib tersebut. Kegiatan terpenting dalam menguji efektivitas tata tertib adalah pada pelaksanaannya. Di sini terkait dengan sejauh mana upaya pihak sekolah dalam menegakkan tata tertib yang telah disusun. Sebab betapapun baiknya tata tertib tapi jika tidak ditegakkan secara konsekuen maka tidak akan banyak artinya dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah.
Berdasarkan pembahasan diatas, tuntutan Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian B, subbagian 9 mengenai budaya dan lingkungan sekolah telah tercapai, karena sekolah telah menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan dengan menetapkan pedoman tata tertib bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik yang berisi petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku
di sekolah, serta sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.
3) Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa SMP Negeri 2 Boja melalui komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input (dana), belum pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Padahal peran serta dan dukungan masyarakat, baik dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan sangat dibutuhkan.
Komite sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Dengan berasumsi bahwa pendidikan merupakan masalah semua pihak terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka seharusnya pihak SMP Negeri 2 Boja berusaha seoptimal mungkin memberdayakan dan mengikutsertakan keterlibatan komite sekolah dalam segala jenis usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian B, subbagian 10 mengenai peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah dan Kepmendiknas nomor 044/u/2002 tentang peran komite sekolah.
Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 disebutkan bahwa peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi: 1) Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency): Komite sekolah sebagai mitra kerja kepala sekolah memberikan pertimbangan dalam setiap rencana dan program yang disusun oleh sekolah. Selain itu, komite sekolah juga memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RKAS, memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan proses pengelolaan pendidikan di sekolah dan mengidentifikasi sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat untuk dipertimbangkan dan diperbantukan di sekolah. 2) Sebagai pendukung (supporting agency): peran komite sekolah sebagai badan pendukung bagi penyelenggaraan dan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah berupa dukungan finansial, tenaga, dan dukungan pemikiran. 3) Sebagai pengontrol (controlling agency): komite sekolah melakukan kontrol terhadap pengambilan keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah, di samping alokasi dana dan sumber daya bagi pelaksanaan program di sekolah. Komite sekolah juga melakukan fungsi kontrolnya terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah yang dilihat dari mutu output pendidikan. 4) sebagai mediator: Komite sekolah memberi manfaat, yang mana dengan adanya komite sekolah, aspirasi siswa dan orang tua dapat tersalurkan dan terwakilkan. Selain itu, pihak sekolah juga selalu mendapat support dari komite sekolah agar terus dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, tuntutan Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian B, subbagian 10 mengenai peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah telah tercapai, karena SMP Negeri 2 Boja telah melibatkan warga dan masyarakat dalam mengelola pendidikan, namun perlu peningkatan peran serta masyarakat tidak hanya dalam pendanaan saja tetapi juga dalam kegiatan non akademik.
4) Dukungan Pimpinan
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman dalam Dharma (2008:10). Selain itu, supervisi akademik juga merupakan upaya untuk membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Jika supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya.
Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila sebelumnya dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas maka nampaklah peranan penting dukungan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dukungan pimpinan sudah sesuai dengan Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian D, subbagian 7 tentang kepala sekolah, poin d dan k mengenai pembuatan RKS dan RKT untuk pelaksanaan peningkatan mutu dan program serta pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja sekolah.
b. Ketersediaan Sarana Prasarana 1) Ruang Belajar
Secara mendasar keadaan ruang belajar sebagai salah satu bagian dari kelengkapan sarana dan prasarana dipayungi oleh Permendiknas no. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan, bagian B, subbagian
7 tentang bidang sarana, poin e. Jadwal belajar dimulai dari hari Senin sampai Sabtu. Ruang belajar mencukupi untuk menampung 24 rombongan belajar.
Sesuai dengan Permendiknas no. 24 tahun 2007, bagian D tentang kelengkapan sarana dan prasarana, kondisi ruang kelas digambarkan dalam kondisi cukup nyaman hal ini disebabkan sirkulasi udara yang cukup lancar. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan karena di sebelah kanan dan kiri terpasang jendela. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dapat dengan mudah keluar masuk ruangan dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
2) Perpustakaan
Dengan adanya fasilitas komputer, meja baca, daya tampung 40 siswa, pencahayaan yang baik, dan dengan rasio jumlah buku dengan jumlah siswa 1:1, dapat dikatakan bahwa perpustakaan yang ada telah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Permendiknas no. 24 tahun 2007, bagian D kelengkapan sarana dan prasarana poin 2, tentang ruang perpustakaan.
3) Laboratorium
Ketersediaan Laboratorium IPA di SMP Negeri 2 Boja telah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, Bagian D, Subbagian 3 tentang Laboratorium, karena dapat
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.
Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan belajar. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan. Tersedia sumber air bersih dan saluran limbah tersendiri sehingga sisa limbah dari praktikum tidak mencemari lingkungan. 4) Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan dapat membantu komunikasi dalam pembelajaran.
Dengan keberadaan alat-alat praktek dan media audio seperti seperangkat tape recorder dan media visual seperti LCD maka bisa dikatakan media pembelajaran yang ada di SMP Negeri 2 Boja sudah memenuhi Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, Bagian D, Subbagian 2 tentang Perpustakaan jenis Sumber Belajar Lain, yaitu memiliki perangkat media pembelajaran.