BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.4 Evaluasi Liposom Sensitif pH
4.4.1. Morfologi
Evaluasi morfologi liposom dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mikroskop konfokal. Kendala yang dihadapi pada pengukuran menggunakan SEM adalah sampel yang berbentuk suspensi, karena kondisi sampel yang diperlukan agar bisa dianalisis menggunakan SEM adalah sampel berbentuk padatan. Oleh karena itu, dicoba cara freeze dry untuk mengeringkan suspensi liposom, yang diharapkan tidak merusak globul liposom karena kondisi pengeringan menggunakan suhu dingin. Hasil evaluasi morfologi liposom yang telah dikeringkan dengan cara freeze dry tidak memperlihatkan adanya globul-globul liposom. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh rusaknya globul liposom karena tekanan vakum saat proses pengeringan.
Berdasarkan data hasil SEM tersebut, dicoba alternatif cara pengeringan lain dan alternatif alat untuk mengevaluasi morfologi dari liposom yang dapat menganilisis partikel dengan ukuran mikrometer hingga nanometer dan menggunakan sampel cair. Maka, pengeringan suspensi liposom dilakukan dengan cara meneteskan suspensi liposom pada carbon tape conductivity dan
disimpan di dalam desikator selama satu minggu. Hasil yang diperoleh dari evaluasi sampel menggunakan SEM dengan digital zoom 2000 dan 4000 kali menunjukkan terbentuknya globul-globul liposom di dalam suspensi. Adanya beberapa globul yang lebih besar dari yang lainnya disebabkan oleh bergabungnya beberapa globul-globul liposom. Contoh gambar hasil pengukuran dengan SEM dapat dilihat pada gambar 4.1. dan gambar 4.2. di bawah ini:
Gambar 4.1. Morfologi liposom formula 1 hasil pengukuran dengan SEM (digital zoom 2000x)
Gambar 4.2. Morfologi liposom formula 1 hasil pengukuran dengan SEM (digital zoom 4000x)
Hasil pengukuran dengan SEM di atas didukung oleh hasil evaluasi morfologi menggunakan mikroskop konvokal. Hasil evaluasi dengan mikroskop konvokal diharapkan dapat memperlihatkan globul-globul liposom dengan lebih jelas dan dapat terlihat lapisan-lapisan dalam liposom. Namun, terdapat kendala lain dalam penggunaan mikroskop konvokal dimana hasil pengukuran panjang gelombang eksitasi dan panjang gelombang emisi terlalu tinggi, yaitu 258,1 nm dan 468,3 nm, sedangkan jenis lampu yang digunakan untuk mikroskop konvokal tidak dapat mendeteksi panjang gelombang tersebut. Oleh karena itu, digunakan panjang gelombang yang peaknya lebih rendah untuk mengevaluasi sampel.
Sehinggga, hasil evaluasi tidak memperlihatkan secara jelas floresensi dari globul liposom, juga tidak dapat memperlihatkan lapisan-lapisan liposom, hanya dapat terlihat bentuk-bentuk bulat dari globul. Namun, data ini tetap dapat mendukung data hasil evaluasi dengan menggunakan SEM dimana terbentuknya globul-globul liposom dalam suspensi. Contoh hasil pengukuran dengan mikroskop konvokal dapat terlihat pada gambar 4.3. di bawah ini:
Gambar 4.3. Morfologi liposom formula 2 hasil evaluasi dengan mikroskop konvokal (perbesaran 60x7).
4.4.2. Distribusi Ukuran Partikel
Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA). Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.4. Diagram rata-rata distribusi ukuran partikel liposom hasil pengukuran dengan Particle Size Analyzer
Hasil pengukuran tersebut menunjukkan partikel liposom sebelum disonikasi rata-rata berukuran sekitar 17 μm. Setelah dilakukan pengecilan ukuran partikel selama 2 jam dengan sonikasi, partikel berukuran rata-rata sekitar 15-16 μm. Dengan demikian, adanya penambahan asam oleat tidak mempengaruhi ukuran partikel liposom. Namun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada formula 2. Rata-rata ukuran partikel sebelum disonikasi adalah 25 μm yang disebabkan terjadinya penggabungan (penggumpalan) globul-globul liposom ataupun kurang maksimalnya preparasi sampel. Sedangkan, ukuran partikel yang sangat kecil setelah disonikasi, yaitu 6 μm kemungkinan disebabkan oleh tidak homogennya sampel yang terukur.
4.4.3. Persen Penjerapan Obat oleh Liposom.
Persen penjerapan dihitung dari hasil persentase akumulatif spiramisin yang terdialisis selama 24 jam, yang menunjukkan jumlah obat yang tidak terjerap oleh liposom. Hasil evaluasi persen penjerapan yang dapat terlihat pada gambar di bawah ini menujukkan terjadi sedikit penurunan penjerapan spiramisin oleh liposom dari formula 1 ke formula 3, yaitu 89,59%; 86,65%; dan 84,12%, meskipun penurunannya tidak signifikan.
Gambar 4.5. Diagram persentase efisiensi penjerapan obat oleh liposom
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya jumlah fosfatidilkolin sebagai bahan utama pembentuk liposom karena meningkatnya jumlah asam oleat yang ditambahkan menggantikan fosfatidilkolin tersebut.
Dengan demikian, pembentukan liposom kurang sempurna, sehingga persentase obat yang dapat dijerap lebih kecil.
Dikarenakan spiramisin dilarutkan bersama dengan lipid penyusun liposom, maka spiramisin terjerap di bagian lipid bilayer dari liposom. Sehingga, spiramisin yang tidak terjerap dapat terikat di antara globul-globul liposom yang saling bergabung, yang dapat mempengaruhi besarnya efisiensi penjerapan spiramisin oleh liposom. Hal tersebut yang juga menyebabkan waktu dialisis yang lama dan grafik persentase terdialisis yang belum datar yang menunjukkan zat aktif belum terdialisis sempurna.
4.4.4. Uji Sensitivitas Terhadap Berbagai Kondisi pH
Evaluasi sensitivitas liposom pada pH dilakukan pada tiga kondisi pH yaitu pH 2; pH 5,5; dan pH 8. Dengan adanya penambahan asam oleat, liposom diharapkan stabil pada kondisi pH 8 (pH basa) dan sensitif pada pH asam yaitu pH 2 dan pH 5,5. Pengujian juga dilakukan dengan cara yang sama seperti dialisis, hanya berbeda pada larutan pH yang digunakan sebagai medium dialisis. Dialisis dilakukan pada suhu 37ºC yang dianalogikan sebagai suhu tubuh. Berdasarkan percobaan pendahuluan, didapatkan waktu evaluasi yang dibutuhkan yaitu selama delapan jam, dimana grafik pengukuran serapan mulai mendatar pada jam ke-6.
Hal tersebut menunjukkan tidak ada lagi spiramisin yang lepas dari liposom dan terdialisis. Kesensitivan liposom pada pH terukur dari persentase obat yang dilepaskan oleh liposom.
Hasil perbandingan uji sensitivitas pH pada formula 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa adanya penambahan asam oleat pada formula 2 dan 3 dapat meningkatkan kestabilan liposom dengan meningkatnya pH dari pH asam ke pH basa. Pecahnya liposom formula 2 dan formula 3 pada kondisi medium pH asam disebabkan oleh terprotonasinya asam oleat pada pH di bawah 7, tetapi pada pH 7-9 asam oleat dapat membentuk lamelar lipid bilayer. Hal tersebut ditunjukkan
dengan menurunnya grafik persentase pelepasan obat dari pH 2; pH 5,5; ke pH 8, yang dapat dilihat pada grafik gambar 4.6.
Gambar 1.6. Grafik hubungan pH medium dengan persentase pelepasan obat selama 8 jam dari ketiga formula liposom.
Hasil uji pada pH 2 formula 2 dan formula 3 menunjukkan persentase pelepasan yang sangat tinggi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat asam, sehingga liposom pun rusak dan banyak melepaskan zat aktifnya Namun, pada formula 1 tidak terlihat sifat sensitivitas pH yang sesuai. Jika dibandingkan berdasarkan banyaknya asam oleat yang ditambahkan ke dalam formula, hasil uji pada pH 5,5 memperlihatkan peningkatan pelepasan obat dari formula 1 ke formula 3. Hal tersebut menunjukkan sensitivas liposom pada pH 5,5 seperti yang terlihat pada grafik gambar 4.7.
Gambar 4.7. Grafik hubungan kosentrasi asam oleat yang ditambahkan dengan persentase pelepasan obat selama 8 jam dari liposom
pada tiga kondisi pH.
Hasil uji pada pH 2 juga menunjukkan peningkatan persen pelepasan obat dari formula 1 ke formula 2 tetapi terjadi penurunan pada formula 3. Hasil uji pada pH 8 memperlihatkan penurunan pelepasan obat dari formula 1 ke formula 2 yang menunjukkan peningkatan kestabilan liposom pada pH 8, tetapi terjadi peningkatan pelepasan obat pada formula 3. Adanya ketidaksesuaian hasil uji pada formula 3 kemungkinan disebabkan liposom tidak terbentuk secara sempurna karena penurunan kosentrasi fosfatidilkolin, sehingga tidak memperlihatkan profil sensitivitas pH yang sesuai. Oleh karena itu, tidak dapat terlihat efek yang linier antara penambahan kosentasi asam oleat dari formula 1 ke formula 3 dengan sensitivitas liposom di pH asam dan stabilitasnya di pH basa.
Secara fisik, suspensi hasil uji sensitivitas pH pada pH 2 dan pH 5,5 terlihat pecah menjadi larutan berwarna putih keruh dengan endapan gumpalan-gumpalan lipid dan zat aktif. Hasil uji pada pH 2 larutan terlihat lebih jernih dan lebih banyak endapan. Sedangkan pada pH 8 suspensi tetap stabil setelah mengalami uji sensitivitas pH. Hal tersebut menunjukkan liposom stabil pada pH 8 (pH basa) dan tidak stabil pada pH 2 dan pH 5,5 (pH asam), meskipun secara fisik tidak terlihat perbedaan yang signifikan dari formula 1 hingga formula 3.
5.1. Kesimpulan
Penambahan asam oleat dapat meningkatkan sensitivitas liposom pada kondisi pH asam dan meningkatkan kestabilannya pada pH basa. Namun, kosentrasi asam oleat yang ditambahkan tidak berpengaruh secara linier terhadap persentase pelepasan obat dari liposom dalam berbagi kondisi pH. Penambahan asam oleat yang disertai dengan pengurangan jumlah fosfatidilkolin sebagai bahan utama pembentuk liposom, dapat menurunkan efisiensi penjerapan spiramisin oleh liposom.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pencarian dan optimasi metode pencucian liposom yang lebih efektif dan efisien.
2. Dilakukan optimasi terhadap persentase asam oleat yang ditambahkan ke dalam formula, juga komposisi bahan-bahan penyusun liposom untuk menghasilkan liposom yang stabil terhadap pH netral dan basa, dan sensitif terhadap pH asam.
3. Perlu dilakukan orientasi dan optimasi terhadap waktu pelepasan obat yang optimum pada uji sensitivitas pH.
American Pharmaceutical Association. (1994). Handbook of Pharmaceutical Excipients (Second ed.). London: Pharmaceutical Press.
Anonim. Cholesterol. Diunduh 30 Desember 2010, dari Chemicalland21:
http://www.chemicalland21.com/lifescience/phar/CHOLESTEROL.htm Balamuralidhara, V., Pramodkumar, T. M., Srujana, N., Venkatesh, M., Gupta,
N. V., Krishna, K. L., et al. (2011). pH Sensitive Drug Delivery Systems:
A review. American Journal of Drug Discovery and Development , 1 (1), 24-48.
Barenholz, Y., & Crommelin, D. J. (1994). Liposomes as Pharmaceutical Dosage Forms. Dalam J. Swarbrick, & J. C. Boylan, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology (Third ed., Vol. 9). New York: Marcel
Dekker Inc.
Biju, S. S., Talegaonkar, S., Mishra, P. R., & Khar, R. K. (2006). Vesicular Systems : An Overview. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences , 144.
Christie, W. W. (2010). Phosphatidylcholine and Related Lipids. Diunduh 4 Januari 2011 dari http://lipidlibrary.aocs.org/lipids/pc.index.htm.
Connor, J., Yatvin, M. B., & Huang, L. (1984). pH-Sensitive Liposomes: Acid-Induced Liposome Fusion. Proceeding National Academy Science USA , 81, 1715-1718.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Encyclopedia Britannica. (2007). Liposome In Encyclopædia Britannica. Diunduh
07 Januari 2011, dari:
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/342910/liposome
Huang, L., & Zhou, X. (1988). Cytoplasmic Delivery of Proteins and DNA by pH-Sensitive Liposomes. Protein Traffic in Parasites and Mammalian CellsWorkshop. Nairobi: The International Laboratory for Research on Animal Diseases.
Inui, Y., Matsuda, H., Ueda, Y., Yamamouchi, K., & Hirama, M. (1991). Paten No. 90119235.1. Osaka.
Kaparissides, C., & et.al. (2006). Recent Advance in Novel Drug Delivery Systems. Journal of Nanotechnology Online .
Martin, F. J. (1990). Pharmaceuticals Manufacturing of Liposomes. Dalam P.
Tyle, Specialized Drug Delivery Systems Manufacturing and Production Technology. New York: Marcel Dekker, Inc.
Mayer, L. D., L., L. C., Bally, M. B., Miltilines, G. N., Ginsberg, R. S., & Cullis, P. R. (1990). Characterization of Liposomal Systems Containing
Doxorubicin Entrapped in Response to pH Gradients. Biochemica et Biophysica Acta (1025), 143-151.
Ranade, V. V., & Hollinger, M. A. (2003). Drug Delivery System Second Edition.
Florida, USA: CRC Press LLC.
Rane, S., & Prabhakar, B. (2009). Influence of Liposome Composition on Paclitaxel Entrapment and pH Sensitivity of Liposome. International Journal of PharmTech Research , 1 (3), 914-917.
Ropert, C. (1999). Liposomes as a Gene Delivery System. Brazilian Journal of Medical and Biological Research , 32 (2), 163-169.
Schroeder, A., Kost, J., & Barenholz, Y. (2009). Ultrasound, liposomes, and drug delivery: principles for using ultrasound to control the release of drugs from liposomes. Chemistry and Physics of Lipids , 1-16.
Shen, Y., Huadong, T., Radosz, M., Kirk., E. V.,Murdoch, W. J. (2008). pH-Responsive Nanoparticles for Cancer Drug Delivery. Dalam Kewal K. Jain (Ed.), Methods in Molecular Biology: Drug Delivery Systems (Vol. 437).
New York: Humana Press.
Shivhare, U. D., Ambulkar, D., Mathur, V. B., Bhusari, K. P., & Godbole, M.
(2009). Formulation and Evaluation of Pentoxifylline Liposome Formulation. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures , 4 (4), 857-862.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale (36 ed.). London: Pharmacutical Press.
Stano, P., & Luisi, P. L. (2008). Self-Reproduction of Micelles, Reverse Micelles, and Vesicles: Compartments Disclose a Geeneral Transformation Pattern.
Dalam L. A. Liu (Ed.), Advanced in Planar Lipid Bilayers and Liposomes (Vol. 7, hal. 236-238). Michigan, USA: Elsevier Inc.
Williams, R. O., & Vaughn, J. M. (2007). Nanoparticle Enginerering. Dalam J.
Swarbick, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. New York:
Informa Health Care USA, Inc.
Wu, J., Zhao, X., & Lee, R. J. (2007). Lipid-Based Nanoparticulate Drug Delivery Systems. Dalam e. Deepak Thassu, Nanoparticulate Drug Delivery Systems (Vol. 166, hal. 89-92). New York: Informa Health Care USA, Inc.
Gambar 4.8. Kurva serapan spiramisin dalam larutan dapar fosfat pH 7,4.
Gambar 4.9. Kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar fosfat pH 7,4
Gambar 4.10. Kurva serapan spiramisin dalam larutan dapar klorida pH 2
Gambar 4.11. Kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar klorida pH 2
Gambar 4.12. Kurva serapan spiramisin dalam larutan dapar fosfat pH 5,5
Gambar 4.13. Kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar fosfat pH 5,5
Gambar 4.14. Kurva serapan spiramisisn dalam larutan dapar fosfat pH 8
Gambar 4.15. Kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar fosfat pH 8
Gambar 4.16. Morfologi liposom formula 2 hasil pengukuran dengan SEM digital zoom 2000x
Gambar 4.17. Morfologi liposom formula 2 hasil pengukuran dengan SEM digital zoom 4000x
Gambar 4.18. Morfologi liposom formula 1 hasil pengukuran dengan mikroskop konfokal (perbesaran 60x7)
Gambar 4.19. Morfologi liposom formula3 hasil pengukuran dengan mikroskop konfokal (perbesaran 60x7)
(a) (b) (c)
Gambar 4.20. Hasil pembuatan suspensi liposom formula 1 (a), formula 2 (b), formula 3 (c)
Gambar 4.21. Grafik hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 1 sebelum diultrasonikasi
Mean: 17, 96 µm Median: 16, 99 µm Modus: 34,58 µm
Gambar 4.22. Grafik hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 1 setelah diultrasonikasi
Mean: 16,89 µm Median: 12, 16 µm Modus: 31,50 µm
Gambar 4.23. Grafik hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 2 sebelum diultrasonikasi
Mean: 25,65 µm Median: 28, 50 µm Modus: 34,58 µm
Gambar 4.24. Grafik hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 2 setelah diultrasonikasi
Mean: 6,99 µm Median: 3,75 µm Modus: 2,31 µm
Gambar 4.25. Grafik hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 3 sebelum diultrasonikasi
Mean: 17,27 µm Median: 18,76 µm Modus: 31,50 µm
Gambar 4.26. Grafik hasil pengukuran distribusii ukuran partikel liposom formula 3 setelah diultrasonikasi
Mean: 15,76 µm Median: 11,81 µm Modus: 4,87 µm
Gambar 4.27. Grafik persentase spiramisin terdialisis dengan menggunakan medium pH 7,4 selama 24 jam
Gambar 4.28. Grafik persentase pelepasan spiramisin dari liposom formula 1 selama 8 jam
Gambar 4.29. Grafik persentase pelepasan spiramisin dari liposom formula 2 selama 8 jam
Gambar 4.30. Grafik persentase pelepasan spiramisin dari liposom formula 3 selama 8 jam
Konsentrasi (µg/ml) Serapan (A)
Tabel 4.2. Kosentrasi dan serapan kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar pH 2
Konsentrasi (µg/ml) Serapan (A)
8,088 0,256
Tabel 4.3. Kosentrasi dan serapan kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar pH 5,5
Konsentrasi (µg/ml) Serapan (A)
8,088 0,256
Tabel 4.4. Kosentrasi dan serapan kurva kalibrasi spiramisin dalam larutan dapar pH 8
Konsentrasi (µg/ml) A
8,072 0,235
Tabel 4.5. Data hasil dialisis formula 1
Tabel 4.6. Data hasil dialisis formula 2
0,25 0,072 0,215 1,338
0,5 0,079 0,239 1,485
0,75 0,093 0,267 1,658
1 0,088 0,293 1,821
18 0,306 1,654 10,277
19 0,298 1,743 10,827
20 0,303 1,833 11,387
21 0,294 1,920 11,930
22 0,279 2,003 12,445
23 0,253 2,079 12,913
24 0,235 2,149 13,347
Tabel 4.7. Data hasil dialisis formula 3
0,25 0,064 0,744 2,318
0,5 0,057 0,761 2,371
0,75 0,099 0,790 2,463
1 0,135 0,831 2,589
14 0,721 3,306 10,304
15 0,680 3,507 10,934
16 0,665 3,705 11,549
17 0,691 3,910 12,189
18 0,641 4,101 12,782
19 0,626 4,287 13,362
20 0,552 4,451 13,873
21 0,542 4,612 14,375
22 0,544 4,773 14,879
23 0,540 4,934 15,379
24 0,543 5,095 15,882
67
Tabel 4.8. Data hasil evaluasi sensitivitas pH liposom formula 1
pH 2 pH 5,5 pH 8
68
Tabel 4.9. Data hasil uji sensitivitas pH liposom formula 2.
pH 2 pH 5,5 pH 8
69
Tabel 4.10. Data hasil uji sensitivitas liposom formula 3
pH 2 pH 5,5 pH 8
Tabel 4.11. Hasil pengukuran istribusi ukuran partikel liposom formula 1 dengan Particle Size Analyzer
Sebelum Ultrasonikasi Setelah Ultrasonikasi Channel Diameter
3,519 0,046 0,4700 3,03000 3,870
3,863 0,600 4,5700 3,21000 3,100
4,240 1,840 10,6000 3,32000 2,420
4,655 3,270 14,3000 3,35000 1,850
5,110 4,800 15,8000 3,31000 1,380
5,610 6,090 15,2000 3,20000 1,010
6,158 6,910 13,0000 3,03000 0,720
6,760 7,070 10,1000 2,80000 0,500
7,421 6,490 6,9900 2,51000 0,340
8,147 5,200 4,2300 2,19000 0,220
8,943 3,460 2,1300 1,86000 0,140
9,818 1,600 0,7400 1,54000 0,090
10,780 0,340 0,1200 1,23000 0,055
11,830 0,016 0,0043 0,97000 0,032
12,990 0,045 0,0091 0,84000 0,021
14,260 0,610 0,7400 0,88000 0,017
15,650 1,840 0,2100 1,12000 0,016
17,180 2,990 0,2600 1,53000 0,017
18,860 3,850 0,2500 2,11000 0,017
20,710 4,370 0,2200 2,92000 0,018
22,730 4,700 0,1800 4,05000 0,019
24,950 5,220 0,1500 5,55000 0,020
27,390 6,330 0,1400 7,30000 0,020
30,070 7,660 0,1200 8,95000 0,018
33,010 8,710 0,1100 7,99000 0,012
36,240 5,320 0,0490 4,73000 0,006
39,780 0,620 0,0044 1,21000 0,001
43,670 0 0 0,13000 0,000
101,100 0 0 0 0
Tabel 4.12.Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula dengan Particle Size Analyzer
Sebelum Ultrasonikasi Setelah Ultrasonikasi Channel Diameter
0,545 0 0 0,0013 0,056000
0,598 0 0 0,0170 0,560000
0,656 0 0 0,0890 2,280000
0,721 0 0 0,2400 4,710000
0,791 0 0 0,4800 6,960000
0,868 0 0 0,7600 8,350000
0,953 0 0 1,1100 9,200000
1,047 0 0 1,5200 9,560000
1,149 0,0082 0,5300 1,9800 9,440000
1,261 0,0680 3,3300 2,4700 8,880000
1,384 0,2100 7,7100 2,9500 8,010000
1,520 0,4000 11,3000 3,3900 6,970000
1,668 0,6400 13,5000 3,7900 5,880000
1,832 0,8900 14,1000 4,1000 4,810000
2,011 1,1100 13,3000 4,3000 3,820000
2,207 1,2300 11,2000 4,3900 2,950000
2,423 1,2300 8,4700 4,3600 2,210000
2,660 1,0800 5,6200 4,2100 1,610000
2,920 0,8200 3,2000 3,9700 1,150000
3,205 0,5200 1,5500 3,6600 0,800000
3,519 0,3500 0,7700 3,3200 0,550000
3,863 0,3600 0,6200 2,9700 0,370000
4,240 0,6100 0,7900 2,6600 0,250000
4,655 1,0200 0,9900 2,4000 0,170000
5,110 1,3400 0,9800 2,1900 0,120000
5,610 1,3400 0,7400 2,0400 0,083000
6,158 0,9300 0,3900 1,9400 0,060000
6,760 0,3500 0,1100 1,8800 0,044000
7,421 0,0880 0,0210 1,8600 0,033000
8,147 0,1600 0,0300 1,8500 0,025000
8,943 0,5200 0,0710 1,9000 0,019000
9,818 0,7700 0,0800 2,0000 0,015000
10,780 0,6100 0,0470 2,1600 0,012000
11,830 0,3600 0,0210 2,3700 0,010000
12,990 0,6000 0,0270 2,5800 0,008500
14,260 1,7300 0,0580 2,8000 0,007000
15,650 2,7300 0,0700 3,0400 0,005700
17,180 2,4300 0,0470 3,3200 0,004700
18,860 2,5700 0,0370 3,6100 0,003900
20,710 4,3900 0,0480 3,0300 0,002500
22,730 6,6300 0,0550 1,7800 0,001100
24,950 8,0000 0,0500 0,4600 0,000210
27,390 9,3700 0,0450 0,0520 0,000018
30,070 12,2000 0,0440 0 0
33,010 14,6000 0,0400 0 0
36,240 12,5000 0,0260 0 0
39,780 5,2200 0,0081 0 0
101,100 0 0 0 0
Tabel 4.13 Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel liposom formula 3 dengan Particle Size Analyzer
Sebelum Ultrasonikasi Setelah Ultrasonikasi Channel Diameter
(µm) % Diff. Volume % Diff. Jumlah % Diff. Volume % Diff. Jumlah
0,375 0,17 6,800000 0 0
0,412 0,30 9,110000 0 0
0,452 0,44 10,100000 0 0
0,496 0,63 11,000000 0 0
0,545 0,80 10,500000 0,39 4,69000
0,598 0,95 9,380000 1,60 14,40000
0,656 1,09 8,130000 3,32 22,70000
0,721 1,23 6,930000 4,73 24,40000
0,791 1,35 5,790000 4,97 19,40000
0,868 1,47 4,740000 3,70 10,90000
0,953 1,57 3,830000 1,37 3,05000
1,047 1,66 3,060000 0 0
1,149 1,74 2,430000 0 0
1,261 1,81 1,910000 0 0
1,384 1,88 1,500000 0 0
1,520 1,93 1,160000 0 0
1,668 1,97 0,900000 0 0
1,832 2,00 0,690000 0 0
2,011 2,03 0,530000 0 0
2,207 2,04 0,400000 0 0
2,423 2,03 0,300000 0 0
2,660 2,00 0,220000 0 0
2,920 1,96 0,170000 0 0
3,205 1,90 0,120000 0 0
3,519 1,83 0,089000 0 0
3,863 1,73 0,064000 0 0
4,240 1,62 0,045000 6,92 0,18000
4,655 1,49 0,031000 9,45 0,18000
5,110 1,37 0,022000 2,60 0,03800
5,610 1,24 0,015000 0 0
6,158 1,09 0,009900 0 0
6,760 0,96 0,006600 0 0
7,421 0,84 0,004400 0 0
8,147 0,77 0,003000 0 0
8,943 0,73 0,002200 0 0
9,818 0,72 0,001600 0 0
10,780 0,72 0,001200 0 0
11,830 0,77 0,000990 2,68 0,0031
12,990 0,94 0,000910 3,14 0,0028
14,260 1,23 0,000900 0 0
15,650 1,61 0,000890 1,80 0,00091
17,180 1,93 0,000800 3,55 0,00140
18,860 2,19 0,000690 3,62 0,00100
20,710 2,59 0,000620 4,32 0,00094
22,730 3,37 0,000610 5,10 0,00084
24,950 4,77 0,000650 5,97 0,00074
27,390 6,76 0,000700 8,10 0,00076
30,070 8,92 0,000690 8,59 0,00061
33,010 5,09 0,000230 8,61 0,00046
36,240 1,33 0,000045 5,46 0,00022
39,780 0,14 0,000004 0 0
43,670 0 0 0 0
92,090 0 0 0 0
Phospolipid Kolesterol Spiramisin Asam Oleat
Dilarutkan dalam 40 ml kloroform, dimasukkan
dalam labu bulat
Larutan dievaporasi dengan rotary evaporator
selama 1 jam dengan kecepatan 150 rpm pada suhu 62 0C, dan divakum
sampai pelarut organik menguap dan terbentuk lapisan tipis di sekeliling
tabung. Labu dialiri gas N2 dan ditutup selama 24
Dibiarkan sampai dingin dan divortex selama 15 menit, dibiarkan lagi selama 24 jam dengan kondisi
mulut labu tertutup
Ultrasonikasi selama 2 jam
Liposom
Lampiran 2. Contoh perhitungan efisiensi penjerapan spiramisin oleh liposom F 1 jam ke – 1
Hasil pengukuran serapan 0,541 A dimasukkan ke dalam rumus:
Persamaan kurva kalibrasi y = 0,0337x - 0,0006 Maka didapat:
Pada jam ke 24 didapat berat akumulatif: 5,029 mg
Kosentrasi spiramisin di dalam vial dialisis (6 ml sampel):
Kosentrasi total di dalam 40 ml suspensi liposom, dengan penimbangan 322 mg:
Maka didapat efisiensi penjerapan:
Efisiensi juga dapat diperoleh dari hasil pengurangan dengan persentase akumulatif spiramisin yang terdialisis selama 24 jam
Persentase terdialisis:
Lampiran. 3 Contoh perhitungan persen pelepasan obat pada uji sensitivitas pH.
F 1 pH 2 jam pertama (15 menit)
Hasil pengukuran serapan 0,141 A dimasukkan ke dalam rumus:
Persamaan kurva kalibrasi y = 0,0296x + 0,0100 Maka didapat:
Pada jam ke 8 didapat berat akumulatif: 1,021 mg
Kosentrasi spiramisin di dalam vial dialisis (1 ml sampel):
Kosentrasi total di dalam 40 ml suspensi liposom:
Maka didapat persentase pelepasan obat:
Lampiran 4. Gambar alat-alat yang digunakan
Gambar 1. Rotary evaporator
Gambar 2. Alat ultrasonikasi
Gambar 3. Alat-alat untuk dialisis dan uji sensitivitas pH
Gambar 4. Scanning Electron Microscope (SEM)
Gambar 5. Particle Size Analizer (PSA)
Gambar 6. Spektrofotometri floresensi
Gambar 7. Spektrofotometri UV-Vis
Lampiran 5. Sertifikat analisis fosfatidilkolin
Lampiran 6. Sertifikat analisis kolesterol
Lampiran 7. Sertifikat analisis asam oleat
Lampiran 8. Sertifikat analisis spiramisin