• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi masukan mencakup kesiapan sumber daya manusia, skala prioritas, pendanaan dan strategi yang disiapkan manajemen sarana prasarana sekolah. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, ditemukan fakta bahwa manajemen sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditinjau dari komponen evaluasi masukan adalah sebagai berikut:

1)Kesiapan sumber daya manusia.

SMP Negeri 1 Limbangan baru memiliki pengelola sarana prasarana sekolah yang khusus dengan latar belakang pendidikan/keahlian pengelola sarana prasaran, yaitu pengelola perpustakaan saja. Sedangkan pengelola ruangan lain seperti Laboratorium dan pengelola sarana prasarana lainnya ditangani oleh pengelola yang tidak memiliki keahlian khusus sebagai

pengelola sarana prasarana sekolah. Kecenderungan ini dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan, serta berdampak pada produktifitas sarana prasarana sekolah.

Kesiapan sumber daya manusia pengelola sarana prasarana sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tangela (2013) dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah di SMP Negeri 2 Batu”. Penelitian ini membahas tentang implementasi kebijakan pengelolaan saran dan prasarana sekolah yang meliputi: perencanaan, pengadaan, pendistribusian, pemakaian, pemeliharaan, inventarisasi, dan penghapusan sarana prasarana sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemakaian sarana prasarana ada kendala bagi efektifitas dan efisiensi pengelolaan yang berimbas pada produktifitas sarana prasarana sekolah. Adapun penyebab dari kendala tersebut adalah belum adanya petugas pengelola khusus sarana prasarana sekolah.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Tangela (2013) dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan mempunyai persamaan dan perbedaan. Keduanya sama – sama membahas mengenai pengelolaan sarana prasarana sekolah yang keduanya juga mendapatkan hasil bahwa kendala dalam pengelolaan sarana prasarana disebabkan karena tidak dimilikinya pengelola khusus sarana prasarana sekolah. Perbedaannya penelitian yang dilakukan Tangela (2013) pengelolaan sarana prasarana dilakukan seluruhnya oleh guru sebagai

Sedangkan di SMP negeri 1 Limbangan dikelola oleh pengelola yang belum memiliki keahlian khusus sebagai pengelola sarana prasarana sekolah.

2)Skala Prioritas.

Hasil yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumen menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana di SMP Negeri 1 Limbangan ditentukan melalui mekanisme penjaringan aspirasi dari warga sekolah tentang kebutuhan sarana prasarana dan hasil diskripsi kekurangan sarana prasarana pada tahun sebelumnya. Kemudian disesuaikan dengan anggaran yang tersedia/dapat disediakan melalui rapat dengan komte sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Pada tahun 2014/2015 ditentukan prioritas pemenuhan kebutuhan sebagai berikut:

a. Pembangunan 3 Ruang Kelas Baru

b.Rehabilitasi 4 ruang kelas 8A, 8B, 8C, dan 7D.

c. Pengadaan WC siswa sebanyak 10

d.Pengadaan LCD proyektor untuk tiap kelas.

e. Pengadaan alat Olah Raga secara rutin

f. Perbaikan lapangan lompat jauh

g. Pengadaan tong sampah tiap kelas

h.Pengadaan mesin potong rumput

i. Pengadaan Handycam untuk pembuatan CD pembelajaran.

j. Perbaikan taman sekolah wilayah tengah dan belakang.

k.Perlengkapan Perpustakaan dan lain lain

m.Perluasan/Pembangunan Ruang Bimbingan dan Konseling

Skala prioritas pemenuhan kebutuhan sarana prasarana pendidikan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Solichin (2011) yang berjudul “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikian di STAIN Pamekasan”. Penelitian ini memebahas tentang a) Pemeliharaan sarana dan prasarana, b) Aspek-aspek manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, inventarisasi, pengendalian dan pengawasan, c) Tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan, dan d) siklus pengelolaan sarana prasarana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan masih merupakan keinginan pemegang kebijakan.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan Solichin (2011) dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan keduanya sama-sama membahas tentang perencanaan sarana prasarana pendidikan. Perbedanya penelitian yang dilakukan Solichin (2011) menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan masih merupakan keinginan pemegang kebijakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP negeri 1 Limbangan menunjukkan bahwa skala prioritas perencanaan pemenuhan kebutuhan saran prasarana didasarkan pada hasil kesepakatan semua warga sekolah.

3)Pendanaan.

Pendanaan pengadaan/perawatan sarana prasarana sekolah di SMP negeri 1 Limbangan berasal dari tiga sumber, yaitu pemerintah melalui DAK dan

BOS, sumbangan komite dan dari Alumni. Masing – masing sumber pendanaan memili kendala yang berbeda. Sumber dana DAK memiliki kendala regulasi anggaran tergantung pada kebijakan pemerintah. Sumber dana BOS memiliki batasan-batasan pemanfaatan anggarannya. Sumber dana komte dan alumni memili hambatan kondisi ekonomi masyarakat menyebabkan kurang optimalnya penggalangan dana dari sumber ini.

Dari sumber dana diatas salah satunya sumber dana dari masyarakat, yaitu orang tua dan alumni. Hal ini menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam penggalangan dana. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh McDonald (2010) dengan judul penelitian “Contested Visions of the Community School”. Penelitian ini membahas mengenai analisis kebutuhan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dan warga sekolah membantu dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Adapun fasilitas yang tersedia dari bantuan masyarakat adalah perlengkapan olahraga. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan judul “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMA Institut Indonesia Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan sumber dana yang dimiliki SMA Institut Indonesia Semarang berasal dari pemerintah, yayasan, alumnus, orang tua, dan donatur. Sumber-sumber dana tersebut didistribusikan dalam bentuk RAPBS.

Jika dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang di lakukan di SMP Negeri 1 Limbangan ada persamaan dan perbedaanya.

Ketiganya sama-sama membahas mengenai keikutsertaan masyarakat dalam menyumbangkan dana bagi perencanaan sarana prasrana pendidikan. Hanya saja penelitian yang dilakukan McDonald (2010) alokasi dananya untuk kebutuhan olahraga, penelitian yang dilakukan Hidayat (2013) alokasi dananya disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan alokasi dana sumbangan masyarakat digunakan untuk pembangunan kamar mandi/WC siswa, perbaikan taman sekolah, perbaikan lapangan olahraga, dan pengadaan alat kebersihan.

4)Strategi.

Hasil wawancara dan studi dokumen menunjukkan bahwa strategi dalam perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan adalah dengan melakukan penyusunan kebutuhan sesuai dengan skala prioritas kebutuhan, kemudian membahas rencana pendanaan dan pengadaan/perawatan dengan komite sekolah. 4.4.3 Evaluasi Proses

Evaluasi proses merupakan pelaksanaan nyata dari manajemen sarana dan prasarana sekolah yang meliputi perencanaan pengadaan sarana prasarana, penanggungjawab pengadaan/perawatan/rehabilitasi, jadwal pelaksanaan program, evaluasi tantangan dan hambatan serta solusinya. Hasil wawancaran, observasi dan studi dokumen menunjukkan fakta sebagai berikut:

Perencanaan pengadaan/perawatan/rehabilitasi sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan direncanakan berdasarkan diskripsi kebutuhan sarana prasarana yang dihimpun dari laporan tahun yang lalu dan daftar usulan pengadaan/perawatan/rehabilitasi yang diajukan oleh guru, tenaga kependidikan, peserta didik maupun komite sekolah/orang tua siswa. Perencanaan tersebut dituangkan dalam RKJM tahun 2013/2017, serta RKAS dan RKT tahun 2014/2015.

Penelitian Solichin (2013), penelitian Hidayat (2013), dan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan sama – sama membahas tentang perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah. Jika dibandingkan antara ketiganya, masing masing memiliki perbedaan. Penelitian Solichin (2011) di STAIN Pamekasan menemukan bahwa perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan keinginan pemegang kebijakan dan belum memiliki suatu dokumen yang menjadi pegangan, landasan dan acuan dalam upaya mengembangkan secara institusional. Perencanaan sarana prasarana pendidikan di STAIN Pamekasan belum menyerap aspirasi civitas STAIN Pamekasan. Penelitian Hidayat (2013) di SMA Institut Indonesia Semarang menemukan bahwa perencanaan sarana prasarana di SMA II Semarang dilakukan di awal tahun ajaran, dan disusun oleh tim khusus yang dibentuk kepala sekolah. Tim tersebut menyusun rencana sarana prasarana dengan melakukan identifikasi kebutuhan, pendataan sarana dan prasarana dengan nmenggunakan sekala prioritas. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1

Limbangan menemukan bahwa perencanaan dilakukan oleh tim pengembang sekolah pada awal tahun ajaran. Tim tersebut bertugas mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan laporan tahun sebelumnya dan usulan dari warga sekolah kemudian di skala prioritas berdasarkan kebutuhan yang paling mendesak. Perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah didokumentasikan dalam RKJM tahun 2013/2017, RKAS dan RKT tahun 2014/2015.

2) Penanggungjawab.

Penanggung jawab adalah tim yang dibentuk oleh kepala sekolah pada awal tahun pelajaran. Dalam hal pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah, tim yang bertanggung jawab ada tiga, yakni Panitia Pembangunan Sekolah (P2S) yang bertanggungjawab atas pembangunan prasarana sekolah, tim belanja barang dan tim pemeriksa barang yang bertanggungjawab atas pengadaan sarana sekolah. Masing – masing penanggungjawab diberi batas waktu tertentu untuk dapat menyelesaikan tanggungjawabnya dan segera melaporkan hasil pekerjaannya kepada kepala sekolah.

3)Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan pengadaan/perawatan sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan pendanaan diperoleh dari tiga sumber, yakni sumber dana dari pemerintah melalui DAK dan BOS, sumber dana dari sumbangan komite sekolah/orang tua siswa, dan sumber dana dari alumni maupun donatur yang tidak mengikat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tanggela (2013) yang

menemukan bahwa pelaksanaan pengadaan/perawatan sarana prasarana sekolah bergantung pada sumber dana dari pemerintah. Penelitian Hidayat (2013) menunjukan bahwa pelaksanaan pengadaan/ perawatan mengandalkan sumber dana dari bantuan masyarakat. Demikian juga dengan penelitian McDonald (2010) menemukan bahwa pelaksanaan pengadaan/perawatan sarana prasarana dibantu dari bantuan masyarakat. Jika dibandingkan dengan ketiga penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan menemukan bahwa pelaksanaan pengadaan/perawatan sarana prasarananya tidak bergantung pada satu sumber dana saja tetapi beberapa sumber dana, yakni pemerintah, bantuan masyarakat, dan warga sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ifeoma (2012), dengan judul penelitian “Assessing School Facilities in

Public Secondary Schools in Delta State, Nigeria”,

membahas mengenai kondisi sarana dan prasarana sekolah menengah umum di negara Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sarana dan prasarana sekolah rusak dan diharapkan adanya perbaikan atau tahap pemeliharaan pengelolaan sarana dan prasarana. Jika dibandingkan dengan penelitian Ifeoma (2012), penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan menunjukkan bahwa di SMP Negeri 1 Limbangan tidak hanya melakukan perbaikan dan pemeliharaan saarana prasarana saja tetapi juga melakukan pengadaan sarana prasarana sekolah.

4.4.4 Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil yaitu keseluruhan hasil yang dicapai oleh program. Berdasarkan dari data yang berhasil dikumpulkan peneliti, ditemukan fakta bahwa manajemen sarana prasarana sekolah di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal dari unsur hasil meliputi:

1)Inventarisasi.

Ditemukan kekurang telitian petugas pengelola sarana prasarana dalam melakukan pencatatan, pemberian kode dan pelaporan sarana prasarana. Hal ini berkibat pada ketidaksiapan sarana prasarana pada saat akan dimanfaatkan, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik.

2)Pemeliharaan.

Di SMP Negeri 1 Limbangan dilakukan pemeliharaan secara rutin dua kali dalam satu tahun, secara berkala berdasarkan ketahanan masing-masing sarana prasarana sekolah, dan pemeliharaan insidental yang dilakukan sesuai dengan kondisi sarana prasarana yang memerlukan pemeliharaan mendadak untuk menunjang proses pembelajaran.

3)Pemanfaatan.

Ditemukan adanya sebagian guru yang belum dapat memanfaatkan sarana khususnya yang berkaitan dengan TIK. Pengelolaan sarana prasarana sekolah belum memiliki aturan pemanfaatan atau SOP (standar operational procedure) sarana prasarana yang jelas, belum menyediakan buku peminjaman sarana pendidikan. SMP Negeri 1 Limbangan juga belum

memiliki petugas khusus pengelola sarana prasarana sekolah karena keterbatasan dana.

4)Penghapusan

Di SMP negeri 1 Limbangan manajemen sarana prasarana belum pernah mengusulkan penghapusan sarana prasarana sekolah.

Hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan penelitian Tanggela (2013) yang menemukan bahwa 1) pemakaian sarana prasarana belum memiliki SOP dan administrasinya belum terintegrasi secara digital. Belum memiliki pengelola khusus sehingga mengurangi efektifitas, efisiensi, dan produktifitas sarana prasarana. 2) pemeliharaan dilakukan secara rutin, berkala dan insidental. 3) inventarisasi dilakukan jika ada sarana prasarana baru. 4) penghapusan belum pernah diusulkan.

Jika dibandingkan antara penelitian Tanggela (2013) dengan penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Limbangan keduanya sama – sama membahas tentang pemanfaatan/pemakaian, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana sekolah. Perbedaanya di SMP Negeri 1 Limbangan pemanfaatan/pemakaian sarana prasarana sekolah belum efektif dan efisien karena sebagian guru belum dapat mengoperasikan sarana yang berkaitan dengan TIK. Inventarisasi di SMP Negeri 1 Limbangan masih terdapat ketidak telitian pengelola yang berakibat kurang efisien, kurang efektif dan berkurangnya produktifitas sarana prasarana.

4.5 Implikasi

Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan hasil temuan penelitian yang merupakan kondisi nyata di SMP Negeri 1 Limbangan. Dari hasil evaluasi dengan model evaluasi CIPP ditemukan bahwa manajemen sarana prasarana sekolah dapat berjalan dengan baik jika, latar belakang perencanaan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Dalam penentuan skala prioritas kebutuhan melibatkan seluruh warga sekolah dan didokumentasikan dengan jelas. Ditentukan penanggungjawab dan jadwal pelaksanaan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sekolah. Agar sarana prasarana sekolah dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan produktif perlu diinventarisasi dengan teliti, dirawat secara rutin, berkala dan insidental.

Dokumen terkait