• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE

3.4 Tahap Evaluasi

3.4.1 Indeks Kesesuaian Pertanian (T)

Indeks kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian diperoleh dari kriteria spasial (Tabel 1) yang ditentukan dengan metode analisis SIG. Kriteria pembatas berupa ketinggian tempat menjadi faktor utama yang menjadi dasar pemikiran

20

nilai IKT ini. Nilai IKT kemudian dikelompokkan ke dalam empat kelas interval kesesuaian yakni sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Selanjutnya nilai IKT dioverlay dengan tiga karakter nilai indeks lainnya.

Tabel 1 Kriteria kesesuaian pertanian tanaman padi sawah

Kriteria atribut (unit) Kesesuaian Kegiatan Pertanian S1 S2 S3 N

Ketersediaan Air Curah hujan (mm/bln) 200-1000 1000-1500 >1500 <200 Bahaya erosi Tingkat Erosi Ringan Sedang Berat Sangat Berat Kemiringan lereng Persentase < 3 % 3-5 % 5-8 % > 8 % Ketinggian Elevasi (m dpl) < 500 500-750 750-1000 > 1000 Drainase Kecepatan Terhambat Agak

Terhambat

Sangat Terhambat

Cepat Sumber: Hardjowigeno, Yogaswara dan Widiatmaka (2001)

Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai

3.4.2 Kesesuaian untuk Kegiatan Wisata (W)

Indeks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata diperoleh dari kriteria spasial (Tabel 2) yang ditentukan dengan metode analisis SIG. Kriteria pembatas berupa jarak dari jalan utama, menjadi faktor utama yang menjadi dasar pemikiran nilai IKW ini. Nilai IKW dikelompokkan ke dalam empat kelas interval kesesuaian yakni pada sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Selanjutnya nilai IKW dioverlay dengan tiga karakter nilai indeks lainnya.

Tabel 2 Kriteria kesesuaian wisata

Kriteria atribut (unit) Kesesuaian Kawasan Wisata

S1 S2 S3 N

Keterbukaan Penutupan lahan Kebun Hutan Sawah Lainnya Penutupan kanopi 6-25% 25-65% 0-5% 65-100% Aksesibiltas Jarak dari jalan Utama 0-5 km 5-10 km 10-15 km > 15 km Kemiringan Derajat kontur 0°-20° 20°-25° 26°-30° >30° Vegetasi Jenis vegetasi Pohon Semak Sawah - Topografi Elevasi (m dpl) 0-500 500-1000 1000-1500 >1500 Diadaptasi dari Kliskey (2000) untuk kawasan wisata; USDA (1968) untuk daerah piknik

Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai

3.4.3 Tingkat Keindahan (I)

Prinsip perhitungan tingkat keindahan lanskap (landscape beautification) dilakukan dengan metode menerjemahkan kualitas.karakter bentukan lanskap dan TGL melalui studi citra Landsat 2004. Tahapan penilaian ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Brown dan Itami (1982) dan Munandar (1990), yakni sebagai berikut:

1. Delapan kriteria variasi dikuantifikasikan yaitu : a. Tingkat variasi lereng,

b. Derajat relief, c. Kontras relief,

d. Cekungan/pelembahan lahan, e. Kealamiahan,

f. Kompatibilitas tata guna lahan, g. Kontras tinggi vegetasi, dan

h. Variasi internal (koherensi pemandangan).

2. Penilaian dilakukan pada citra Landsat dengan pemberian grid untuk menilai kualitas estetik dari lanskap di DAS Cianjur.

3. Validasi dilakukan melalui tingkat preferensi perencana untuk menilai kualitas lanskap dalam slide foto dengan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) (Daniel dan Boster 1976). Hasil SBE berupa grafik dan dispasialkan sehingga dapat memberi gambaran terhadap lokasi yang diambil pemandangannya melalui foto. Foto diambil searah jalan utama dan waktu pengambilan gambar pukul 8 – 10 pagi.

22

Gambar 4 Kriteria delapan variasi karakter lanskap pada pada tampilan terestrial (Munandar 1990)

Nilai ITI dikelompokan menjadi empat kelas interval tingkat keindahan yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Sebagai faktor pembatasnya adalah kealamiahan. Selanjutnya hasil ITI dioverlay

dengan tiga karakter nilai kesesuaian lainnya.

6. Kompatibilitas Tata Guna Lahan

TGL sama TGL mirip TGL berbeda TGL sangat kontras

sama tinggi sedikit kontras kontras sedang sangat kontras

7. Kontras Tinggi Vegetasi

8. Variasi Internal / Koherensi Pemandangan

ruang tanpa pola pola geometris pola campuran lengkung organik

1. Tingkat Variasi Lereng

2. Derajat Relief

medan datar medan landai medan curam medan terjal

r. relatif datar variasi r. rendah variasi r. sedang variasi r. tinggi

lahan r. datar sedikit kontras kontras sedang kontras tinggi

3. Kontras Relief

4. Cekungan Lahan

ruang melandai ruang bola ruang tegak ruang sangat bervariasi

5. Kealamiahan

Tabel 3 Delapan kriteria variasi keindahan

No Kriteria Variasi Tingkatan Kesesuaian

1 Tingkat variasi lereng Kemiringan lereng > 45% S1 Kemiringan lereng 25-45% S2 Kemiringan lereng 8-25% S3 Kemiringan lereng 0-8% N

2 Derajat Relief Kontur berbeda 3 S1

Kontur berbeda 2 S2

Kontur berbeda 1 S3

Datar (tanpa variasi kontur) N

3 Kontras Relief Jenis aspect ≥ 5 S1

Jenis aspect 4 S2

Jenis aspect 3 S3

Jenis aspect 2 N

4 Cekungan/pelembahan lahan Garis kontur < 45° S1

Garis kontur 45° S2

Garis kontur 90° S3

Garis kontur 180° N

5 Kealamiahan Penutupan vegetasi > 75% S1 Penutupan vegetasi 50 – 75% S2 Penutupan vegetasi 25 – 50% S3 Penutupan vegetasi < 25 % N 6 Kompabilitas TGL TGL berbeda ≥ 4 S1 TGL berbeda 3 S2 TGL berbeda 2 S3 TGL sama (=1) N

7 Kontras tinggi vegetasi Jenis strata tanaman ≥ 4 S1 Jenis strata tanaman 3 S2 Jenis strata tanaman 2 S3 Jenis strata 1 / tanpa vegetasi N 8 Variasi Internal

(Koherensi pemandangan)

Pola mosaik organik S1 Pola mosaik campuran S2 Pola mosaik geometris S3

Tanpa pola mosaik N

Diadaptasi dari Brown dan ITami (1982) dan Munandar (1990)

Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai

3.4.4 Validasi Nilai ITI dengan Metode SBE

Validasi nilai keindahan lanskap dari citra dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) yang menilai perbedaan dalam perceived scenic beauty

dengan membandingkan distribusi rating seorang pengamat untuk satu area lanskap dengan yang lainnya. Metode ini dapat diselesaikan secara grafik dengan memplotkan sebuah Relative Operating Charateristic (ROC), sebuah grafik bivariat dari kumulatif peluang rating (1-10) untuk perbandingan lanskap yang terpilih dengan kumulatif peluang rating (1-10) berturut-turut, untuk setiap lanskap lainnya.

Penentuan vantage point dilakukan pada grid-grid dari citra yang dianggap mewakili ketiga zona DAS. Setiap zona diambil 12 foto tentang lanskapnya,

24

sehingga dihasilkan 36 foto pada zona hulu, tengah dan hilir. Kemudian setiap foto dinilai oleh 30 mahasiswa Arsitektur Lanskap dan diuji dengan analisis statistika nonparametrik korelasi Pearson. Diuji 36 lembar foto dari 36 vantage point lokasi yang berbeda. Lokasi vantage point ini berasal dari tiga puluh enam lokasi berbeda yang difoto dengan kamera digital pada waktu yang sama dengan kondisi cuaca cerah sesuai dengan prinsip evaluasi nilai SBE (Daniel, 1976). Pemilihan lokasi vantage point ini lebih dikarenakan faktor aksesibilitas dan kemudahan pengambilan sudut padang foto. Kamera digital yang digunakan mempunyai resolusi 10 mega pixel.

Data yang diperoleh, diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE pada setiap fotonya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai z, dengan rumus :

Zij = (Rij – Rj)/Sj

Keterangan :

Zij : standar nilai Z untuk penilaian ke-i dari pengamatan ke-j Rij : nilai ke-i dari pengamat ke-j

Rj : rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j Sj : standar deviasi dari seluruh pengamat ke-j

SBEx = (ZLX –ZLS Keterangan :

) x 100

SBEX Z

: nilai SBE pemandangan ke-x LX

Z

: nilai rata-rata Z pemandangan ke x

LS : nilai rata-rata Z pemandangan yang digunakan sebagai standar Uji ini akan didapatkan gambaran persepsi pengunjung tentang tujuan ke lokasi dan pemahaman agrowisata, dan preferensi pengunjung terhadap usaha pertanian, bentuk kegiatan dan fasilitas agrowisata yang nantinya akan direncanakan sebagai tujuan agrowisata.

3.4.5 Tingkat Kenyamanan (N)

Perhitungan kenyamanan lanskap (landscape amenity) idealnya didekati dengan menilai data temperature (T), relative humidity (RH) dan curah hujan (CH) tahunan dan bulanan dalam kawasan DAS Cianjur. Proses perencanaan dan pengelolaan lanskap dalam areal lanskap tidak dapat hanya dilihat dari aspek visual estetik, tetapi juga mencakup iklim mikro di antara vegetasi yang melibatkan kegiatan manusia.

Kenyamanan yang dipreoleh dari aktifitas agrowisata dapat didekati dengani jumlah kerja yang dilakukan akibat kemiringan lereng dari tapak yang dilalui. Semakin terjal maka akan semakin membutuhkan banyak usaha sehingga kenyamanan akan semakin berkurang. Berdasarkan asumsi di atas, maka tingkat kenyamanan dapat didekati dengan enam faktor, yakni suhu udara, kelembaban udara, kedekatan dengan badan air, jenis vegetasi, kemiringan lereng dan elevasi yang dibedakan menjadi empat tingkatan kesesuaian. Selanjutnya nilai IKN dioverlaykan dengan tiga karakter nilai kesesuaian lainnya.

Tabel 4 Kriteria tingkat kenyamanan

No Faktor Kenyamanan Tingkatan Kesesuaian

1 Suhu udara (SU) Suhu udara 20-22 °C S1

Suhu udara 22-24 °C S2 Suhu udara 24-26 °C S3 Suhu udara 26-28 °C N 2 Kelembaban udara (KU) Kelembaban udara 85-90% S1

Kelembaban udara 80-85% S2 Kelembaban udara 75-80% S3 Kelembaban udara 70-75% N 3 Kedekatan dengan badan air (KA) Jarak dengan badan air < 1 km S1

Jarak dengan badan air 1 - 2 km S2 Jarak dengan badan air 2 - 5 km S3 Jarak dengan badan air > 5 km N

4 Jenis Penutupan (JP) Hutan S1

Kebun campuran/Tegalan S2

Sawah S3

Pemukiman N

5 Kemiringan lereng (KL) Kemiringan lereng 0-8% S1 Kemiringan lereng 8-25% S2 Kemiringan lereng 25-45% S3 Kemiringan lereng > 45% N

6 Elevasi (EL) Elevasi 750 - 1250 m dpl S1

Elevasi 250 - 750 m dpl S2 Elevasi > 1250 m dpl S3 Elevasi < 250 m dpl N Diadaptasi dari Freitas (2002), Schiller (2001), Sakaida (2001)

Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai

Dokumen terkait