• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.2 Karakteristik Data Umum

5.2.5 Evaluasi model

Tahap selanjutnya pada analisis penelitian ini adalah melakukan evaluasi pada model. Pengujian model structural dilakukan dengan melihat R square, dan validasi model structural secara keseluruhan digunakan Goodness of Fit (GoF). Goodness of Fit dapat diukur dengan menggunakan Q square predictive relevance. Adapun rumus Q square predictive relevance adalah:

Tabel 5.20 R square budaya keselamatan pasien berbasis pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat

Variabel R square

Budaya keselamatan pasien 0,000 Pemberdayaan struktural 0,4149 Kepuasan kerja perawat 0,4272

Goodness of Fit dapat diukur dengan menggunakan Q square predictive relevance. Adapun rumus Q square predictive relevance adalah:

Q2 = 1- (1-R12)(1-R22)….(1-Rp2) Q2 = 1- (1-0,000)(1-0,4149)(1-0,4272) Q2= 1-0,335

Q2= 0,665

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa model ini dikatakan baik dengan hasil Q2 mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien berbasis pemberdayaan struktural merupakan model yang dapat digunakan meningkatkan kepuasan kerja perawat

5.2 Model Rumah Sakit

Pada tahap ini peneliti akan menguaraikan model yang terbentuk pada masing- masing Rumah Sakit tempat penelitian.

5.2.1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien paling besar variabel budaya keselamatan pasien yaitu variabel konstruk kerjasama antar unit, sedangkan nilai koefisien paling besar variabel pemberdayaan struktural yaitu variabel konstruk sumber daya. Kepuasan kerja perawat dalam kesempatan mengembangkan profesionalisme mempunyai nilai koefisien paling besar dibandingkan dengan variabel konstruk lainnya.

Tabel 5.21 Hasil perhitungan t statistik pada penelitian budaya keselamatan pasien berbasis pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

No Hubungan Original

sample Sample mean Standar deviasi T statistik Ket. 1 Budaya keselamatan pasien dengan pemberdayaan struktural 0,7296 0,7342 0,0322 24,6749 Sig. 2 Budaya keselamatan pasien dengan kepuasan kerja perawat 0.4497 0,4583 0,0930 4,8454 Sig. 3 Pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat 0,2735 0,2651 0,0852 3,2863 Sig.

Gambar 5.18 menunjukkan hasil akhir uji hipotesis, dapat disimpulkan koefisien jalur budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat secara langsung sebesar 0.4497. Sedangkan koefisien jalur antara budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat dengan melalui pemberdayaan struktural

(adalah budaya keselamatan pasien → pemberdayaan struktural, pemberdayaan struktural → kepuasan kerja perawat) adalah sebagai berikut:

= 0,7296 x 0,2735 = 1,0031

Hal ini dapat diartikan bahwa jalur cepat untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat adalah melalui budaya keselamatan pasien yang berbasis pemberdayan struktural (1,0031 > 0.4497). Hasil total effect yang diperoleh dari budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat adalah:

= 1,0031 + 0.4497 = 1,4528

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa budaya keselamatan pasien melalui pemberdayan struktural dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat sebesar 14,5%.

5.2.2 RSUD dr. Soedono Madiun

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien paling besar variabel budaya keselamatan pasien yaitu variabel konstruk kerjasama antar unit, sedangkan nilai koefisien paling besar variabel pemberdayaan struktural yaitu variabel konstruk dukungan. Kepuasan kerja perawat dalam hal hubungan dengan rekan kerja mempunyai nilai koefisien paling besar dibandingkan dengan variabel konstruk lainnya.

Tabel 5.22 Hasil perhitungan t statistik pada penelitian budaya keselamatan pasien berbasis pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat di RSUD dr. Soedono Madiun

No Hubungan Original

sample Sample mean Standar deviasi T statistik Ket. 1 Budaya keselamatan pasien dengan pemberdayaan struktural 0,5603 0,6132 0,1025 6,0793 Sig. 2 Budaya keselamatan pasien dengan kepuasan kerja perawat 0,4223 0,6132 0,1469 3,0818 Sig. 3 Pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat 0,3605 0,3506 0,1509 2,6571 Sig.

Gambar 5.5 menunjukkan hasil akhir uji hipotesis, dapat disimpulkan koefisien jalur budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat secara langsung sebesar 0,4223. Sedangkan koefisien jalur antara budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat dengan melalui pemberdayaan struktural (adalah budaya keselamatan pasien → pemberdayaan struktural, pemberdayaan struktural → kepuasan kerja perawat) adalah sebagai berikut:

= 0,5603 x 0,3605 = 0,9208

Hal ini dapat diartikan bahwa jalur cepat untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat adalah melalui budaya keselamatan pasien yang berbasis pemberdayan struktural (0,9208 > 0,4223). Hasil total effect yang diperoleh dari budaya keselamatan pasien terhadap kepuasan kerja perawat adalah:

= 0,9208 + 0,4223 = 1,3431

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa budaya keselamatan pasien melalui pemberdayan struktural dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat sebesar 13,4%.

5.2.3 RSUD dr. Sayidiman Magetan

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien paling besar variabel budaya keselamatan pasien yaitu variabel konstruk kerjasama dalam unit, sedangkan nilai koefisien paling besar variabel pemberdayaan struktural yaitu akses terhadap informasi. Kepuasan kerja perawat dalam hal hubungan dengan rekan kerja mempunyai nilai koefisien paling besar dibandingkan dengan variabel konstruk lainnya.

Tabel 5.23 Hasil perhitungan t statistik pada penelitian budaya keselamatan pasien berbasis pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan

No Hubungan Original

sample Sample mean Standar deviasi T statistik Ket. 1 Budaya keselamatan pasien dengan pemberdayaan struktural 0,7888 0,6962 0,3876 2,0028 Sig. 2 Budaya keselamatan pasien dengan kepuasan kerja perawat 0,0911 0,3128 0,5625 0,1591 Tidak Sig. 3 Pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat 0,7597 0,2039 0,6504 1,1663 Tidak Sig.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa model RSUD dr. Sayidiman yang signifikan yaitu budaya keselamatan pasien berhubungan secara signifikan dengan pemberdayaan struktural (T > 1,96). Sedangkan budaya keselamatan pasien dan pemberdayaan struktural tidak berhubungan dengan kepuasan kerja perawat.

5.3 Perbandingan antar rumah sakit

Tabel 5.24 Perbandingan nilai t statistik antar rumah sakit

Variabel RSUD Dr.

Soetomo RSUD dr. Soedono RSUD dr. Sayidiman Budaya keselamatan

pasien dengan

pemberdayaan struktural

24,6749 6,0793 2,0028

Budaya keselamatan pasien dengan kepuasan kerja perawat

4,8454 3,0818 0,1591

Pemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat

3,2863 2,6571 1,1663

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya keselamatan pasien dengan pemberdayaan struktural dengan nilai hubungan yang paling besar yaitu di RSUD Dr. Soetomo. Hubungan antara budaya keselamatan pasien dengan kepuasan kerja perawat mempunyai nilai yang signifikan di RSUD Dr. Soetomo dan RSUD dr. Soedono, sedangkan di RSUD dr. Sayidiman tidak signifikan. Hubungan antarapemberdayaan struktural dengan kepuasan kerja perawat mempunyai nilai yang signifikan di RSUD Dr. Soetomo dan RSUD dr. Soedono, sedangkan di RSUD dr. Sayidiman tidak signifikan (t < 1,96).

BAB 6

Dokumen terkait