• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

2. Evaluasi Pendidikan Agama Katolik

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, hasil proses belajar mengajar secara nyata dilihat dari skor atau nilai dari suatu proses evaluasi. Sehingga untuk peserta didik dapat dilihat secara nyata dalam bentuk sebuah data. Data tersebut dihasilkan melalui sebuah proses evaluasi yang sistematis dan transparan. Seperti pernyataan yang tertera dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 bahwa:

Evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap proses serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai standar nasional pendidikan.

Pemerintah Indonesia telah merumuskan prosedur penilaian siswa dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan terdapat Prosedur Penilaian pada Pasal 12, yaitu:

1. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

b. Mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan.

c. Menindaklanjuti hasil pengamatan. d. Mendeskripsikan perilaku peserta didik.

2. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan: a. Menyusun perencanaan penilaian;

b. Mengembangkan instrumen penilaian; c. Melaksanakan penilaian;

d. Memanfaatkan hasil penilaian;

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

3. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan: a. Menyusun perencanaan penilaian;

b. Mengembangkan instrumen penilaian; c. Melaksanakan penilaian;

d. Memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mahrens & Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang secara sengaja direncanakan untuk memperoleh sebuah data atau informasi. Berdasarkan dari data yang telah diperoleh tersebut kemudian dicoba untuk dibuat suatu keputusan

Wiersma dan Jurs dalam Hamzah (2014:12) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang mencakup pengukuran dan tes yang berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009:7) yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan menilai

dan mengukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari pengukuran dan penilaian.

Arifin (2014:5) mengatakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009:3), evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Wandt dan Brown dalam Sudijono (2012:1), istilah evaluasi menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sudaryono (2012:38) mengungkapkan evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan. Menurut Miller dalam Sukiman (2012:3) evaluasi diartikan sebagai suatu pertimbangan kualitatif yang menggunakan hasil pengukuran lewat informasi tes dan asesmen untuk menentukan kualitas.

Dari pemaparan para ahli dapat diketahui bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengetahui nilai ketercapaian suatu tujuan kegiatan pembelajaran. Data diambil selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran akan diadakan tes kepada peserta didik agar dapat diketahui hasil belajar yang diperoleh selama pembelajaran.

b. Evaluasi Hasil Belajar

Zulkifli (2019:2) mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar sangat penting dipahami oleh calon guru. Hasil belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang

terjadi bagi seseorang setelah usai penyelenggaraan pembelajaran, maka dari itu evaluasi hasil belajar sangat relevan diberikan kepada calon guru, sehingga dapat mengukur hasil belajar siswa secara akurat dan terpercaya.

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar sis- wa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Pada hakikatnya evaluasi hasil belajar mahasiswa dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali, yaitu Ujian Tengah Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS), serta evaluasi lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui.

Prijowuntato (2016:3) mengatakan bahwa penilaian merupakan penerapan berbagai cara penggunaan alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau kompetensi peserta didik. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada saat akhir proses belajar mengajar. Pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut yaitu mengidentifikasi tujuan, menentukan pengalaman, menentukan standar mengembangkan keterampilan dan mengambil keputusan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia.

Berikut ini kutipan dari sebagian isi Panduan Penilaian SD Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016

Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar ini dimaksudkan sebagai:

1. Acuan pendidik dan satuan pendidikan dalam merencanakan, mengembangkan instrumen, melaksanakan, dan mengolah serta melaporkan hasil penilaian.

2. Acuan pendidik dan satuan pendidikan dalam menerapkan program remedial dan program pengayaan.

3. Acuan kepala sekolah, pengawas, dan pemangku kepentingan dalam memberikan pembinaan kepada pendidik.

4. Acuan orangtua dalam memahami hasil penilaian dalam buku rapor peserta didik.

Panduan penilaian untuk Sekolah Dasar mencakup konsep penilaian; penilaian oleh pendidik yang meliputi penilaian aspek sikap, penilaian aspek pengetahuan, dan penilaian aspek keterampilan; dan penilaian oleh satuan pendidikan.

Pengertian-pengertian terkait penilaian yang ada dalam panduan ini di antaranya:

1. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik.

2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

3. Pembelajaran adalah proses interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

4. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.

5. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah.

6. Penilaian harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar.

7. Penilaian tengah semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran selama 8-9 minggu. Cakupan penilaian tengah semester meliput seluruh KD pada periode tersebut.

8. Penilaian akhir semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan PAS meliputi seluruh KD pada semester ganjil.

9. Penilaian akhir tahun (PAT) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan PAT meliputi seluruh KD pada semester genap.

10. Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

11. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik di dalam dan di luar pembelajaran.

12. Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.

13. Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

14. Prinsip penilaian adalah asas yang mendasari penilaian dalam pembelajaran. 15. Mekanisme penilaian adalah prosedur dan metode penilaian yang dilakukan

oleh pendidik.

16. Prosedur penilaian adalah langkah-langkah penilaian yang dilakukan oleh pendidik.

17. Teknik penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk melakukan penilaian dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen penilaian.

18. Instrumen penilaian adalah alat yang disusun dan digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

19. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang secara sistematis yang menentukan kualitas dari sesuatu berdasarkan dengan pertimbangan dan kriteria tertentu.

Sementara dalam Permendikbud No. 23 tahun 2016 yaitu yang berisi standar penilaian pada pasal 4, tujuan penilaian dituliskan sebagai berikut; 1) Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.; 2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.; 3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari penilaian adalah melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di lingkungan pendidikan.

c. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajran

Zainal (2013:30) mengatakan, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak pada prinsip-prinsip berikut: kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif, dan praktis. Kontinunitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran merupakan proses yang kontinu. Hasil evaluasi yang didapat pada suatu waktu harus selalu dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran jelas tentang perkembangan peserta didik. Komprehensif, artinya saat melakukan evaluasi pada suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek sebagai bahan evaluasi. Adil dan obyektif, artinya guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Semua peserta didik harus diperlakukan sama

tanpa pandang bulu, guru hendaknya juga berlaku objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya, bukan hasil evaluasi dan rekayasa. Kooperatif artinya, kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik sendiri. Hal ini dimaksudkan supaya semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai. Praktis, artinya mudah untuk digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Menurut Sudaryono (2012: 54) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi yang diikuti dan betapa pun sempurnanya teknik evaluasi yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasilnya akan kurang dari yang diharapkan. Setidaknya ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan guru yang pada intinya menjadi faktor pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi yang berhasil, yaitu:

1) Prinsip berkesinambungan (continuity) yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus-menerus. Artinya, guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswa sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih tepat. Dengan evaluasi hasil 17 belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka memungkinkan lagi guru untuk memperoleh informasi

yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik dari awal hingga akhir program pembelajaran.

2) Prinsip menyeluruh (comprehensive) yang dimaksud dengan prinsip menyeluruh bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), maupun aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masing siswa. 3) Prinsip objektivitas. Alat evaluasi yang digunakan hendaknya mempunyai

tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi guru yang bisa mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, baik yang menyangkut bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator sendiri.

4) Prinsip validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan, benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran, konsentrasi pada saat belajar, dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dalam arti relevan dengan permasalahannya.

5) Prinsip kegunaan Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan hendaklah merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa

maupun bagi pelaksana. Apabila pelaksanaan evaluasi ini hanya akan menyusahkan siswa, tanpa ada manfaat bagi dirinya sendiri secara pedagogis, maka sebaiknya evaluasi itu tidak dilakukan. Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya, dan fasilitas yang tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.

d. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Nurkancana & Sunarta dalam Sulistyorini (2009:54) mengatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan di sekolah berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dari proses pendidikan, atau kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya, dijadikan bahan penentuan kenaikan kelas/ tidak, adalah prestasi yang dicapai sudah sesuai kapasitasnya.

Sudjana dalam Sulistyorini (2009:58) mengatakan bahwa terdapat beberapa tujuan evaluasi, yaitu:

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

3) Menemukan hasil tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan para orang tua siswa

Sulistyorini (2009:53) menyatakan bahwa fungsi evaluasi sangat bervariasi di dalam pembelajaran, diantaranya:

1) Alat untuk mengetahui apakah murid telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari siswa. 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada orang tua siswa

Purwanto dalam Sulistyorini (2009:53) mengatakan bahwa terdapat empat fungsi evaluasi bagi siswa, yaitu:

1) Untuk mengetahui kemajuan, perkembangan dan keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran 3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK)

4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Dapiyanta (2011:12) mengatakan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran ada empat aspek yaitu:

1) Seleksi

Dari data hasil evaluasi akhir suatu program sekolah atau guru dapat mengambil keputusan siswa-siswa yang dapat melanjutkan suatu program atau

pun yang harus mengulang program. Berdasarkan kriteria tersebut maka siswa-siswa yang telah memenuhi syarat dapat naik kelas dan melanjutkan program, sedangkan yang tidak memenuhi syarat harus mengulang program.

2) Diagnostik

Diaknostik merupakan data-data yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk mencapai tujuan. Maka dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kekuatan siswa beserta penyebabnya, sehingga guru dapat membantu mengatasi kelemahan siswa tersebut dan membantu meningkatkan kekuatanya. Jika alat evaluasi dikembangkan sedemikian dan data diperoleh secara kontiyu, maka data kelebihan dan kelemahan siswa dapat digunakan untuk memprediksi proses dan hasil belajar siswa.

3) Penempatan.

Evaluasi yang dimaksud adalah mengungkap tentang bakat serta minat yang dimiliki oleh siswa, hal tersebut dapat dilakukan melalui evaluasi hasil belajar. Siswa yang berprestasi tinggi pada mata pelajaran tertentu, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut berbakat.

4) Pengukur keberhasilan

Tujuan pengukur keberhasilan sehubungan dengan fungsi sumatif evaluasi. Data hasil evaluasi dapat digunakan untuk menilai keberhasilan program, tetapi belum dapat diketahui faktor mana saja yang berperan dalam keberhasilan tersebut. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: guru,

siswa, metode, media, sarana, sistem, dsb, namun juga diperlukan evaluasi yang terperinci baik menyangkut proses ataupun hasil.

Dari pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

e. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Zainal (2013:20) mengatakan bahwa ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi sendiri. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru betul-betul dapat membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian hasil belajar sehingga tidak terjadi kekeliruan atau tumpang tindih dalam penggunaanya.

f. Evaluasi dalam Belajar Mengajar

Nurkancana dalam Sulistyorini (2009:62) mengatakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi perlu memperhatikan tahap persiapan, tahap ini dilakukan dengan menjelaskan target dan sasaran penilaian, objek yang dinilai, menetapkan metode menyiapkan alat-alat, melaksanakan test atau non test, pengukuran dan interpretasi hasil pengukuran serta menetapkan nilai keputusan.

Pelaksanaan evaluasi setidaknya melakukan tahap persiapan,pelaksanaan dan pengolahan, untuk lebih memahami kegiatan evaluasi dapat dilihat pada

contoh kegiatan evaluasi yang digambarkan pada pokok bahasan spesifikasi soal, uji coba test, pengolahan test, penskoran.

g. Tinjauan Tentang Analisis Butir Soal

1) Analisis butir soal

Daryanto (2008: 177) mengatakan “analisis butir soal adalah suatu

prosedur sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun”. Analisis butir soal tes dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi penting yang berguna untuk evaluasi hasil pembelajaran siswa. Menurut Sudjana (2008:135) “analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai”. Dari pemaparan para ahli, dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal adalah suatu prosedur sistematis berupa mengkaji pertanyaan agar diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya. 2) Teknik analisis butir soal kuantitatif

Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris dari soal yang telah diujikan. Adapun dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif antara lain adalah pendekatan secara teori tes klasik dan pendekatan teori respon butir. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir

soal ditelaah dari segi reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, daya pembeda, juga efektifitas pengecoh.

a) Validitas

Dapiyanta (2008:31) Valid artinya sahih, tepat sasaran, mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas digunakan untuk melihat instrumen yang digunakan dalam penelitian tepat sasaran. Jenis validitas ada 4 yaitu:

1) Validitas Isi

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Bagaimana cara memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan tes. 2) Validitas Kontruksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.

“Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan),

pemahaman, aplikasi, dan seterusnya. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara untuk mempermudah mempelajari.

Pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi.

3) Validitas “Ada Sekarang”

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikata-

Dokumen terkait