• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR

DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Emilia Caesari Putrantiwi 161124038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

SKRIPSI

ii Oleh :

Emilia Caesari Putrantiwi NIM: 161124038

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA

(3)

SKRIPSI

iii

KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh Emilia Caesari Putrantiwi

161124038

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada 6 Juli 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan

Ketua : Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ Sekretaris : FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd. Anggota : 1. FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd.

2. Dr. Bernadus Agus Rukiyanto, SJ 3. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M,Ed.

Yogyakarta, 6 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku Bapak Antonius Sumarno dan Ibu Monica . Kepada saudaraku Yoanes Ivan Putranto yang dengan setia memberikan doa, dukungan, semangat, perhatian, motivasi, cinta dan kasih sayang serta kepercayaan yang memampukan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

(5)

v

MOTTO

“Semua kan indah pada waktunya. Semua berpijar pada waktunya, lakukan yang kau bisa, jadilah yang kau mau, biar waktu yang bicara”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Emilia Caesari Putrantiwi NIM : 161124038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA bersama perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian penulis memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusi secara terbatas dan mempublikasikan di media internet / media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalty selama masih tetap mencantumkan nama penulis. Demikian persyaratan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA . Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui kualitas evaluasi hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas IV dan kelas V di beberapa Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, untuk mendapatkan data soal ujian dan kunci jawaban serta jawaban seluruh peserta didik yang mengikuti ujian. Analisis data meliputi efektivitas daya pengecoh, indeks kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas dengan diolah menggunakan program Microsoft Excel. Hasil Penelitian menunjukan kualitas instrumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti beberapa SD di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 secara umum kurang baik.

(9)

ix

ABSTRACT

Title of the thesis QUALITY EVALUATION OF LEARNING OUTCOMES OF

CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CASE STUDIES IN SEVERAL ELEMENTARY SCHOOLS IN THE CITY OF YOGYAKARTA. The study was

done purposefully as to investigate the quality of the evaluation regarding the learning outcomes in Catholic Education subject that is being taught to forth and fifth grade in elementary schools in Yogyakarta. The research method used was descriptive method with a quantitative approach. The data-gathering technique used the documentation method, to get the exam questions data and the answer key as well as the answers from the students who took the test. The process of data analysis later including facets of the effectiveness of deceptive power, hardship index, variability, validity, and reliability which was processed using Microsoft excel program. The result of the research indicated the quality of educational instruments regarding Catholic Education and Manners in some elementary schools in Yogyakarta within the academic year 2019/2020 is still deficient in general.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, kasih, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul KUALITAS EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR KOTA YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Keagamaan Katolik (PENDIKKAT) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini banyak pihak-pihak yang telah membantu memberikan nasihat, doa, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kepala Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesai.

2. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan masukan dan kritik membangun perihal pengerjaan skripsi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(11)

xi

3. Segenap staf, dosen Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberi memotivasi penulis selama menempuh studi hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orangtua penulis, Bapak Antonius Sumarno dan Ibu Monika yang senantiasa memberi dukungan melalui doa, perhatian, motivasi, kasih, dan pengorbanan yang menjadi penyemangat untuk menghantar penulis hingga jenjang pendidikan S1.

5. Anggota keluarga penulis Yoanes Ivan Putranto dan Bayu Setiawan Herfena yang selalu memberikan doa dan motivasi selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

6. Kepala Sekolah dan guru agama SD Negeri dan Swasta se-Kota Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian dengan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

7. Teman-teman skripsi payung, Fransiska Dinda, Yulia Kristianti, Bernadetha Aditya, Sr Erika HK, Maria Helena Odi Lamak, Maria Magdalena, Fetronella Nanda, Doni Purwantoro yang selalu memberikan nasihat, masukan, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penuli Om Black Finit, Ahmad Ramadhansyah, Hanif, Irene Saras Ayuni, yang senantiasa menjadi pendengar setia, mendukung, memberikan semangat, membantu penulis mencari data dan memberi doa dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman angkatan 2016 yang senantiasa mengingatkan, mendukung, memberi motivasi, dan menemani penulis dari awal studi sampai

(12)

xii terselesaikannya skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang selama ini selalu bersedia memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga selama proses penyusunan skripsi ini banyak menemui kendala dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ...xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Batasan Masalah ... 7 D. Rumusan masalah ... 7 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian... 8 G. Metode Penelitian ... 8 H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka... 10

1. Pendidikan Agama Katolik ... 10

a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ... 10

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ... 12

2. Evaluasi Pendidikan Agama Katolik ... 14

(14)

xiv

b. Evaluasi Hasil Belajar ... 16

c. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran ... 22

d. Tujuan dan Fungsi Evaluasi ... 25

e. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran ... 28

f. Evaluasi dalam Belajar Mengajar ... 28

g. Tinjauan Tentang Analisis Butir Soal ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 38

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 39

1. Identifikasi Variabel ... 39

2. Definisi Konseptual ... 39

3. Definisi Operasional ... 40

4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

5. Instrumen Penelitian ... 40

6. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Hasil Penelitian... 46

1. Responden ... 46

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

a. Penilaian Akhir Semester ... 47

b. Penilaian Tengah Semester ... 53

c. Ulangan Harian ... 62

3. Analisis Kualitas Instrumen Evaluasi Hasil Pembelajaran PAK .... 63

a. Kualitas Instrumen PAS ... 63

1) Dasar Analisis Kualitas Instrumen... 64

(15)

xv

3) KualitasSoal Penilaian Akhir Semester 2 ... 67

4) KualitasSoal Penilaian Akhir Semester 3 ... 68

b. Kualitas Instrumen PTS ... 70

1) Kualitas Soal Penilaian Tengah Semester 1 ... 72

2) Kualitas Soal Penilaian Tengah Semester 2 ... 75

3) Kualitas Soal Penilaian Tengah Semester3 ... 77

4) Kualitas Soal Penilaian Tengah Semester4 ... 78

5) Kualitas Soal Penilaian Tengah Semester5 ... 79

c. Kualitas Instrumen UH ... 82

4. Rangkuman Analisis ... 83

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian... (1)

Lampiran 2: Soal dan Jawaban Siswa ... (3)

Lampiran 3: Hasil Pengolahan Data ... (14)

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Daftar Responden ... 46

Tabel 2: Penilaian Akhir Semester ... 47

Tabel 3: Penilaian Tengah Semester ... 53

Tabel 4: Penilaian Ulangan Harian ... 62

Tabel 5: Hasil Penelitian PAS ... 63

Tabel 6: Hasil Penelitian PTS... 70

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan-Singkatan Lain

BK : Bimbingan Konseling

ID : Indeks Daya Beda Soal

IK : Indeks Kesukaran Soal

Komkat : Komisi Kateketik

KD : Kompetensi Dasar

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

PAK : Pendidikan Agama Katolik

PAS : Penilaian Akhir Semester

PAT : Penilaian Akhir Tahun

Permendikbud :Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

PH : Penilaian Harian

PLP : Pengenalan Lingkungan Persekolahan

PTS : Penilaian Tengah Semester

RI : Republik Indonesia

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

(18)

xviii

UH : Ulangan Harian

Sisdiknas : Sistem Pendidikan Nasional

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Banyu (2016:3) dalam diktat mata kuliah Pengantar Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha serta tindakan dari orang yang berwenang untuk membantu, membimbing, serta mengarahkan orang yang belum dewasa untuk tujuan pembelajaran yaitu mengajak anak pada kedewasaannya. Kegiatan pendidikan dilakukan dengan usaha yang disengaja, sistematis, terencana, dan ada strategi yang harus dilakukan serta evaluasi yang cukup agar proses pembelajaran sungguh dapat membantu anak. Kegiatan pendidikan perlu dilakukan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kreatif serta mampu bersaing dalam menghadapi tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dengan proses pembelajaran.

Riyadi (2017:2) mengemukakan bahwa setiap guru dalam melaksanakan evaluasi harus paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penilaian tersebut. Tetapi ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya, yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum. Ini yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini. Setiap guru sejatinya harus memahami bahwa evaluasi hasil maupun penilaian

(20)

ujian siswa merupakan tolak ukur yang biasanya ditetapkan oleh sekolah untuk menilai kemampuan akademik siswa. Dengan adanya evaluasi hasil tersebut sekolah dapat memantau setiap perkembangan siswa dan bisa mengatur strategi pembelajaran kedepannya agar nilai yang dihasilkan oleh siswa lebih baik dari sebelumnya. Namun, tidak jarang sekolah melakukan pemalsuan nilai demi kepentingan pribadi, salah satunya agar sekolah tetap memperoleh akreditasi yang baik, dikatakan unggul di masyarakat, dan siswa dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan mudah.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran belum berjalan sesuai dengan harapan yang telah ditentukan. Berangkat dari rasa ketidak puasan tersebut diharapkan peserta didik dapat membawa perubahan pada proses belajarnya yang bertujuan untuk memperbaiki (Dapiyanta,2011:11). Oleh karenanya di dalam dunia pendidikan sangat diperlukan adanya sebuah evaluasi.

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru atau dosen dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Bloom dalam Daryanto (2007) mengungkapkan bahwa evaluasi sebagaimana dapat dilihat dari pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terdapat perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri siswa.

Evaluasi merupakan suatu proses penting dalam pembelajaran di dalam pendidikan. Oleh karenanya penilaian hasil belajar mempengaruhi terhadap mutu pendidikan. Selain itu evaluasi juga digunakan sebagai alat sinkronisasi antara tujuan dan hasil akhir, karena jika hasil akhir pembelajaran yang telah diukur

(21)

melalui evaluasi tidak sinkron dengan tujuan yang telah dibuat sebelumnya, itu artinya proses pembelajaran yang telah dilalui dinilai kurang berhasil. Sehingga perlu dilaksanakan upaya untuk menyelamatkan kualitas pembelajaran sebelumnya.

Pelaksanakan pengukuran kemampuan peserta didik perlu adanya instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi dalam pembelajaran memiliki dua bentuk, yakni tes dan nontes. Istilah tes mengacu pada suatu alat bantu atau prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang telah ditentukan.

Menurut Madaniyah (2015:1), kualitas tes selalu berhubungan dengan ketepatan pengukuran terhadap siswa, Oleh karena itu tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, daya pembeda dan fungsi pengecoh yang baik. Maka kualitas tes sebagai salah satu alat evaluasi sangat perlu diperhatikan. Perencanaan dan proses dalam pendidikan merupakan hal penting, namun tidak selayaknya sekarang ini kita hanya memperhatikan perencanaan dan prosesnya saja, tapi perlu dilakukan evaluasi dalam proses pelaksanaan pendidikan tersebut.

Dalam konteks pendidikan, evaluasi dalam kelas dilakukan oleh setiap guru. Guru dapat mengetahui ketercapaian dari pembelajaran dengan melakukan evaluasi. Sekolah terus berupaya melakukan perkembangan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan membenahi perencanaan, sistem dan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tidak mengutamakan bagaimana proses evaluasi dilakukan. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru harus selalu

(22)

diperbaiki supaya hasilnya menjadi lebih baik. Bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat dilakukan melalui sistem penilaian.

Pada penilaian hasil belajar siswa di sekolah, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan, dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil yang diperoleh siswa.

Penilaian hasil belajar mengajar dapat diketahui dengan menggunakan alat yaitu instrument, dimana pendidik membuat instrumen ini dalam bentuk soal atau tes dengan kriteria soal yang telah ditentukan sehingga dapat menilai hasil belajar mengajar sesungguhnya. Menurut Suharsimi (2012: 57) sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang reliabel apabila tes tersebut memberikan hasil yang sama apabila diberikan berkali-kali ada subjek yang sama menunjukan ketetapan.

Menurut pengalaman penulis dari kegiatan PLP KP/RP di sekolah para guru belum memiliki kriteria yang jelas dari sisi evaluasi. Hal ini dikarenakan guru kurang memperhatikan kriteria pembuatan soal yang baik, ini biasanya disebabkan keterbatasan waktu yang digunakan untuk menyusun soal atau juga karena pendidik yang mengulur waktu dalam pembuatannya. Sampai saat ini pembuatan soal belum berorientasi pada kemampuan siswa tetapi masih berdasarkan materi yang sudah diajarkan, bahkan soal tahun sebelumnya tidak

(23)

jarang digunakan lagi selanjutnya. Oleh karena itu, tes sebagai tolak ukur kemajuan peserta didik sudah selayaknya dibuat dengan sebaik-baiknya. Tetapi hambatan yang terjadi pada guru merupakan faktor internal sekolah yang kesulitan membuat tes karena pengembangan sistem ujian belum terealisasi secara optimal di setiap sekolah. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa sistem ujian umum jika pelaksanaannya di sekolah seperti hanya kegiatan musiman tanpa adanya kelangsungan sistem yang terintegrasi dalam pengembangan soal itu sendiri.

Menurut pengalaman penulis ketika menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), instrumen penilaian yang digunakan oleh guru agama di sekolah hampir 95% berasal dari buku paket. Di sekolah, siswa bukan hanya melakukan proses pembelajaran semata, melainkan juga mendapatkan proses evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan pengukuran dan penilaian interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu. Evaluasi pembelajaran mempunyai dua fungsi yakni formatif dan sumatif. Fungsi formatif berarti memperbaiki proses belajar, sedangkan fungsi sumatif berarti mengambil keputusan tentang keberhasilan suatu program dan penentuan tindak lanjutnya (Dapiyanta, 2008: 10).

Dalam evaluasi pembelajaran, guru memerlukan instrumen. Instrumen merupakan alat yang dipergunakan untuk mengukur suatu objek ukur. Dalam bidang pendidikan, instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil

(24)

belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Dapiyanta, 2008: 11).

Akan tetapi, instrumen evaluasi pembelajaran sepertinya merupakan hal yang dianggap sepele oleh beberapa guru. Karena selama saya bersekolah dari SD-SMK hingga saya kuliah dan menjalani magang di sekolah, saya sangat sering menemukan instrumen evaluasi pembelajaran yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, instrumen evaluasi pembelajaran tersebut tidak dianalisis untuk kemudian diperbaiki sehingga menjadi instrumen evaluasi yang proporsional dan sesuai untuk melakukan kegiatan penilaian.

Pengembangan teknik penyusunan soal harus didasarkan pada karakteristik bentuk soalnya. Pengukuran kompetensi bisa dilakukan dengan tes tertulis berbentuk soal objektif ataupun tes subjektif, ada kompetensi yang lebih tepat diukur menggunakan tes tertulis bentuk soal subjektif. Jadi, tidak semua perilaku harus ditanyakan dengan bentuk soal uraian atau objektif, mengingat setiap bentuk soal masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Kelebihan dan kekurangan setiap bentuk soal akan menjadi patokan guru untuk menyusun soal yang baik. Cara penyusunannya juga didasarkan pada kualitas soal itu sendiri. Guru harus selektif dalam menyusun butir soal sebelum diujikan kepada peserta didik.

Oleh karena itu maka judul penelitian ini adalah KUALITAS

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

STUDI KASUS DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI KOTA

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang dapat ditemukan yaitu:

1. Kualitas evaluasi hasil pembelajaran cenderung belum memenuhi kriteria. 2. Satuan pendidikan tidak memberikan bimbingan yang maksimal mengenai

prosedur pembuatan soal yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

3. Guru kurang memahami bahwa evaluasi hal merupakan tolok ukur penilaian siswa, sehingga terkadang terdapat beberapa kasus sekolah meninggikan nilai siswa demi kepentingan personal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi tersebut, penulis membatasi masalah pada analisis kualitas instrumen evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Agama Katolik pada beberapa SD se-kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah yaitu: Bagaimana kualitas evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di beberapa sekolah dasar se-kota Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di beberapa Sekolah Dasar se-Kota Yogyakarta.

(26)

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Konsep-konsep yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan masukan yang berharga bagi dunia pendidikan khususnya bidang pendidikan, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti untuk melakukan penelitian sejenis dan melanjutkan penilaian tersebut secara lebih luas, intensif dan mendalam.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini memberikan masukan kepada guru yang ditunjuk untuk membuat soal, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan soal yang akan datang sehingga dapat menyempurnakan atau meningkatkan perbaiki kualitas soal.

b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran melalui pengembangan dari evaluasi yang telah dilakukan.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu berdasarkan studi pustaka dan penelitian kuantitatif dengan metode studi dokumen.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, penulis menyampaikan pokok-pokok uraian berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, tujuan,

(27)

manfaat penelitian, metode dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari pembahasan-pembahasan berikutnya. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Agama Katolik serta membahas juga tentang penelitian yang relevan sebelumnya.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, desain penelitian desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengembangan instrumen dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan, membahas uraian deskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil olah data.

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan memaparkan kajian pustaka yang menjadi dasar penelitian meliputi Pendidikan Agama Katolik dan evaluasi hasil pembelajaran.

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Agama Katolik

a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Heryatno (2008:23) dalam diktat mata kuliah pembelajaran Pendidikan Keagamaan Katolik di sekolah menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai suatu proses pendidikan iman yang memiliki tiga unsur pokok, di antaranya adalah pengalaman hidup peserta, visi dan kisah hidup Kristiani serta komunikasi antara unsur pertama dengan unsur kedua. Ketiga unsur inilah yang perlu diolah sedemikian rupa menjadi suatu kegiatan Pendidikan iman Katolik yang membantu peserta didik mengembangkan dan menghayati imannya akan Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari demi kepentingan setiap pribadi maupun kelompok.

Untuk memperkaya pendapat tersebut, Mangunwijaya dalam Heryatno (2008:15) menegaskan kembali pendapat yang menyatakan bahwa “hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman, bukan sekedar sebagai pengajaran agama”. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having

religion) dengan beriman (being religion). Agama berkaitan dengan hukum,

(29)

merupakan jalan dan sarana kepenuhan dan kesejahteraan hidup dan jalan manusia menuju kesatuan dengan Tuhan. Pengajaran agama hanya untuk pengetahuan manusia dan membantunya untuk menerapkannya saja, sedangkan komunikasi iman dapat menumbuhkembangkan kepercayaan dalam diri manusia.

Berkaitan dengan tujuannya, Pendidikan Agama Katolik merupakan usaha

untuk memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik dan

memperkembangan jati diri atau inti hidup peserta didik. Pendidikan Agama Katolik dilakukan secara terencana dan berkesinambungan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Semua itu dapat tercapai dengan menjalankan proses komunikasi iman. Oleh karena itu hakikat dari Pendidikan Agama Katolik adalah komunikasi iman demi terwujudnya perkembangan dan perwujudan diri yang terus menerus. Menurut Dapiyanta (2011:4) mengutip dari hasil lokakarya mengenai tempat dan peran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino (1981) mengemukakan bahwa “PAK adalah bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandang Kristiani dengan demikian mudah-mudahan menjadi manusia yang paripurna (beriman).

Heryatno (2017:37) menyampaikan pandangan Westerhoff dalam mata kuliah Pembelajaran Pendidikan Keagamaan Katolik di Sekolah menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik adalah proses sosialisasi yang dapat berjalan dengan efektif jika peserta didik dapat mewujudkan imannya dalam kehidupan

(30)

sehari-hari melalui pola pikir peserta didik masing-masing. Pendidikan Agama Katolik juga merupakan tugas perutusan yang diterima oleh Gereja dari Tuhan yang harapannya kita dapat menghayati iman secara bersama. Arah dari lokakarya mengenai tempat dan peranan PAK di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino (1981) mengemukakan bahwa PAK merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidup dari segi pandang Kristiani dengan demikian menjadi manusia paripurna (beriman).

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Katolik di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan proses pendidikan iman yang membantu anak untuk mencapai kedewasaan iman Kristiani dengan menghayati Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Tujuan Pendidikan agama tidak lepas dari kehidupan sosial. Pendidikan agama hendaknya tidak hanya berusaha meningkatkan kesadaran beragama, melainkan juga meningkatkan kemampuan bangsa untuk melihat pembangunan dalam perspektif transendental, untuk melihat iman sebagai motivasi pembangunan, dan untuk melibatkan iman dalam menyelami dan menghayati ilmu pengetahuan modern (Sindhunata, 2001:103).

Groome dalam Heryatno (2008:23) dalam diktat mata kuliah Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar menegaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Agama Katolik memperhatikan kondisi kerinduan hati dan kehidupan konkret siswa, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis.” Segi kognitif (pikiran), afeksi (perasaan), dan praksis

(31)

(tindakan) tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dan membantu untuk memperkembangkan iman siswa, sehingga ketiganya harus diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama Katolik kepada masing-masing siswa. Berikut ini disampaikan tiga tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu; 1) Demi terwujudnya Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah; 2) Demi kedewasaan iman:tujuan formal jangka panjang; 3) Iman yang dihayati demi kebebasan manusia.

Menurut Miller dalam diktat Heryatno (2017:73) mata kuliah Pembelajaran Pendidikan Keagamaan Katolik di Sekolah menyatakan bahwa:

Tujuan PAK di sekolah adalah membantu semua peserta didik supaya dapat menerima dan menanggapi rahmat ilahi, dalam hidup jemaat (lingkungan) dan kesatuan cinta serta hormat sehingga mereka dapat berperan secara positif dalam kehidupan sehari-hari. PAK bertujuan menyediakan lingkungan kondusif yang akan membantu peserta didik menuju kepada kematangan hidup secara holistik. Tujuan PAK adalah membantu peserta mencapai kematangan hidup sebagai kristiani menurut pola Yesus Kristus (bdk. Ef 4:13).

Hasil sidang PKKI IV yang dikumpulkan oleh Setyakerjana dalam Rahmawati (2019:20) menyatakan pula bahwa “tujuan pelajaran agama dapat dirumuskan sebagai usaha agar peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan membentuk dan menggumuli hidup dengan segala aspek.”

Menurut Kurukulum 2013 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengeveluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati,

(32)

menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Sikap dibentuk melalui

kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan

mengamalkan.

Dari beberapa pengertian tujuan Pendidikan Agama Katolik yang sudah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Katolik ialah untuk membawa anak pada kedewasaan Kristiani yang dapat membentuk individu pada kematangan hubungan dengan Allah dan dengan sesama.

2. Evaluasi Pendidikan Agama Katolik a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, hasil proses belajar mengajar secara nyata dilihat dari skor atau nilai dari suatu proses evaluasi. Sehingga untuk peserta didik dapat dilihat secara nyata dalam bentuk sebuah data. Data tersebut dihasilkan melalui sebuah proses evaluasi yang sistematis dan transparan. Seperti pernyataan yang tertera dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1 dan 2 bahwa:

Evaluasi merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap proses serta hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkesinambungan, berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai standar nasional pendidikan.

Pemerintah Indonesia telah merumuskan prosedur penilaian siswa dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan terdapat Prosedur Penilaian pada Pasal 12, yaitu:

1. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

(33)

b. Mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan.

c. Menindaklanjuti hasil pengamatan. d. Mendeskripsikan perilaku peserta didik.

2. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan: a. Menyusun perencanaan penilaian;

b. Mengembangkan instrumen penilaian; c. Melaksanakan penilaian;

d. Memanfaatkan hasil penilaian;

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

3. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan: a. Menyusun perencanaan penilaian;

b. Mengembangkan instrumen penilaian; c. Melaksanakan penilaian;

d. Memanfaatkan hasil penilaian; dan

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mahrens & Lehmann, 1978:5). Sesuai dengan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang secara sengaja direncanakan untuk memperoleh sebuah data atau informasi. Berdasarkan dari data yang telah diperoleh tersebut kemudian dicoba untuk dibuat suatu keputusan

Wiersma dan Jurs dalam Hamzah (2014:12) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang mencakup pengukuran dan tes yang berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009:7) yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan menilai

(34)

dan mengukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari pengukuran dan penilaian.

Arifin (2014:5) mengatakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009:3), evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Wandt dan Brown dalam Sudijono (2012:1), istilah evaluasi menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sudaryono (2012:38) mengungkapkan evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan. Menurut Miller dalam Sukiman (2012:3) evaluasi diartikan sebagai suatu pertimbangan kualitatif yang menggunakan hasil pengukuran lewat informasi tes dan asesmen untuk menentukan kualitas.

Dari pemaparan para ahli dapat diketahui bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengetahui nilai ketercapaian suatu tujuan kegiatan pembelajaran. Data diambil selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran akan diadakan tes kepada peserta didik agar dapat diketahui hasil belajar yang diperoleh selama pembelajaran.

b. Evaluasi Hasil Belajar

Zulkifli (2019:2) mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar sangat penting dipahami oleh calon guru. Hasil belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang

(35)

terjadi bagi seseorang setelah usai penyelenggaraan pembelajaran, maka dari itu evaluasi hasil belajar sangat relevan diberikan kepada calon guru, sehingga dapat mengukur hasil belajar siswa secara akurat dan terpercaya.

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar sis- wa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Pada hakikatnya evaluasi hasil belajar mahasiswa dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali, yaitu Ujian Tengah Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS), serta evaluasi lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui.

Prijowuntato (2016:3) mengatakan bahwa penilaian merupakan penerapan berbagai cara penggunaan alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau kompetensi peserta didik. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

(36)

Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada saat akhir proses belajar mengajar. Pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut yaitu mengidentifikasi tujuan, menentukan pengalaman, menentukan standar mengembangkan keterampilan dan mengambil keputusan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,dan peradaban dunia.

Berikut ini kutipan dari sebagian isi Panduan Penilaian SD Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016

Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar ini dimaksudkan sebagai:

1. Acuan pendidik dan satuan pendidikan dalam merencanakan, mengembangkan instrumen, melaksanakan, dan mengolah serta melaporkan hasil penilaian.

2. Acuan pendidik dan satuan pendidikan dalam menerapkan program remedial dan program pengayaan.

3. Acuan kepala sekolah, pengawas, dan pemangku kepentingan dalam memberikan pembinaan kepada pendidik.

(37)

4. Acuan orangtua dalam memahami hasil penilaian dalam buku rapor peserta didik.

Panduan penilaian untuk Sekolah Dasar mencakup konsep penilaian; penilaian oleh pendidik yang meliputi penilaian aspek sikap, penilaian aspek pengetahuan, dan penilaian aspek keterampilan; dan penilaian oleh satuan pendidikan.

Pengertian-pengertian terkait penilaian yang ada dalam panduan ini di antaranya:

1. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik.

2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

3. Pembelajaran adalah proses interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

4. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.

(38)

5. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah.

6. Penilaian harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar.

7. Penilaian tengah semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran selama 8-9 minggu. Cakupan penilaian tengah semester meliput seluruh KD pada periode tersebut.

8. Penilaian akhir semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan PAS meliputi seluruh KD pada semester ganjil.

9. Penilaian akhir tahun (PAT) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan PAT meliputi seluruh KD pada semester genap.

10. Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

11. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik di dalam dan di luar pembelajaran.

(39)

12. Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.

13. Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

14. Prinsip penilaian adalah asas yang mendasari penilaian dalam pembelajaran. 15. Mekanisme penilaian adalah prosedur dan metode penilaian yang dilakukan

oleh pendidik.

16. Prosedur penilaian adalah langkah-langkah penilaian yang dilakukan oleh pendidik.

17. Teknik penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk melakukan penilaian dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen penilaian.

18. Instrumen penilaian adalah alat yang disusun dan digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

19. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang secara sistematis yang menentukan kualitas dari sesuatu berdasarkan dengan pertimbangan dan kriteria tertentu.

(40)

Sementara dalam Permendikbud No. 23 tahun 2016 yaitu yang berisi standar penilaian pada pasal 4, tujuan penilaian dituliskan sebagai berikut; 1) Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.; 2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.; 3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari penilaian adalah melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di lingkungan pendidikan.

c. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajran

Zainal (2013:30) mengatakan, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak pada prinsip-prinsip berikut: kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif, dan praktis. Kontinunitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran merupakan proses yang kontinu. Hasil evaluasi yang didapat pada suatu waktu harus selalu dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran jelas tentang perkembangan peserta didik. Komprehensif, artinya saat melakukan evaluasi pada suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek sebagai bahan evaluasi. Adil dan obyektif, artinya guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Semua peserta didik harus diperlakukan sama

(41)

tanpa pandang bulu, guru hendaknya juga berlaku objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya, bukan hasil evaluasi dan rekayasa. Kooperatif artinya, kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik sendiri. Hal ini dimaksudkan supaya semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai. Praktis, artinya mudah untuk digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Menurut Sudaryono (2012: 54) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi yang diikuti dan betapa pun sempurnanya teknik evaluasi yang diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasilnya akan kurang dari yang diharapkan. Setidaknya ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan guru yang pada intinya menjadi faktor pendukung/penunjang dalam melakukan evaluasi yang berhasil, yaitu:

1) Prinsip berkesinambungan (continuity) yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus-menerus. Artinya, guru harus selalu memberikan evaluasi kepada siswa sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih tepat. Dengan evaluasi hasil 17 belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka memungkinkan lagi guru untuk memperoleh informasi

(42)

yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik dari awal hingga akhir program pembelajaran.

2) Prinsip menyeluruh (comprehensive) yang dimaksud dengan prinsip menyeluruh bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup keseluruhan aspek tingkah laku siswa, baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek nilai atau sikap (affective domain), maupun aspek keterampilan (psychomotor domain) yang ada pada masing-masing siswa. 3) Prinsip objektivitas. Alat evaluasi yang digunakan hendaknya mempunyai

tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi guru yang bisa mengganggu. Suatu evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, baik yang menyangkut bentuk evaluasi maupun dari pihak evaluator sendiri.

4) Prinsip validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) Validitas atau kesahihan merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan, benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan ketepatan, misalnya untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bukan diukur melalui nilai yang diperoleh saat ulangan, tetapi dilihat melalui kehadiran, konsentrasi pada saat belajar, dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dalam arti relevan dengan permasalahannya.

5) Prinsip kegunaan Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan hendaklah merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi siswa

(43)

maupun bagi pelaksana. Apabila pelaksanaan evaluasi ini hanya akan menyusahkan siswa, tanpa ada manfaat bagi dirinya sendiri secara pedagogis, maka sebaiknya evaluasi itu tidak dilakukan. Kemanfaatan ini diukur dari aspek waktu, biaya, dan fasilitas yang tersedia maupun jumlah siswa yang akan mengikutinya.

d. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Nurkancana & Sunarta dalam Sulistyorini (2009:54) mengatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan di sekolah berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dari proses pendidikan, atau kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya, dijadikan bahan penentuan kenaikan kelas/ tidak, adalah prestasi yang dicapai sudah sesuai kapasitasnya.

Sudjana dalam Sulistyorini (2009:58) mengatakan bahwa terdapat beberapa tujuan evaluasi, yaitu:

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

3) Menemukan hasil tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat dan para orang tua siswa

(44)

Sulistyorini (2009:53) menyatakan bahwa fungsi evaluasi sangat bervariasi di dalam pembelajaran, diantaranya:

1) Alat untuk mengetahui apakah murid telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari siswa. 5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada orang tua siswa

Purwanto dalam Sulistyorini (2009:53) mengatakan bahwa terdapat empat fungsi evaluasi bagi siswa, yaitu:

1) Untuk mengetahui kemajuan, perkembangan dan keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran 3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK)

4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Dapiyanta (2011:12) mengatakan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran ada empat aspek yaitu:

1) Seleksi

Dari data hasil evaluasi akhir suatu program sekolah atau guru dapat mengambil keputusan siswa-siswa yang dapat melanjutkan suatu program atau

(45)

pun yang harus mengulang program. Berdasarkan kriteria tersebut maka siswa-siswa yang telah memenuhi syarat dapat naik kelas dan melanjutkan program, sedangkan yang tidak memenuhi syarat harus mengulang program.

2) Diagnostik

Diaknostik merupakan data-data yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk mencapai tujuan. Maka dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kekuatan siswa beserta penyebabnya, sehingga guru dapat membantu mengatasi kelemahan siswa tersebut dan membantu meningkatkan kekuatanya. Jika alat evaluasi dikembangkan sedemikian dan data diperoleh secara kontiyu, maka data kelebihan dan kelemahan siswa dapat digunakan untuk memprediksi proses dan hasil belajar siswa.

3) Penempatan.

Evaluasi yang dimaksud adalah mengungkap tentang bakat serta minat yang dimiliki oleh siswa, hal tersebut dapat dilakukan melalui evaluasi hasil belajar. Siswa yang berprestasi tinggi pada mata pelajaran tertentu, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut berbakat.

4) Pengukur keberhasilan

Tujuan pengukur keberhasilan sehubungan dengan fungsi sumatif evaluasi. Data hasil evaluasi dapat digunakan untuk menilai keberhasilan program, tetapi belum dapat diketahui faktor mana saja yang berperan dalam keberhasilan tersebut. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: guru,

(46)

siswa, metode, media, sarana, sistem, dsb, namun juga diperlukan evaluasi yang terperinci baik menyangkut proses ataupun hasil.

Dari pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

e. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Zainal (2013:20) mengatakan bahwa ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi sendiri. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru betul-betul dapat membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian hasil belajar sehingga tidak terjadi kekeliruan atau tumpang tindih dalam penggunaanya.

f. Evaluasi dalam Belajar Mengajar

Nurkancana dalam Sulistyorini (2009:62) mengatakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi perlu memperhatikan tahap persiapan, tahap ini dilakukan dengan menjelaskan target dan sasaran penilaian, objek yang dinilai, menetapkan metode menyiapkan alat-alat, melaksanakan test atau non test, pengukuran dan interpretasi hasil pengukuran serta menetapkan nilai keputusan.

Pelaksanaan evaluasi setidaknya melakukan tahap persiapan,pelaksanaan dan pengolahan, untuk lebih memahami kegiatan evaluasi dapat dilihat pada

(47)

contoh kegiatan evaluasi yang digambarkan pada pokok bahasan spesifikasi soal, uji coba test, pengolahan test, penskoran.

g. Tinjauan Tentang Analisis Butir Soal

1) Analisis butir soal

Daryanto (2008: 177) mengatakan “analisis butir soal adalah suatu

prosedur sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun”. Analisis butir soal tes dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi penting yang berguna untuk evaluasi hasil pembelajaran siswa. Menurut Sudjana (2008:135) “analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai”. Dari pemaparan para ahli, dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal adalah suatu prosedur sistematis berupa mengkaji pertanyaan agar diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya. 2) Teknik analisis butir soal kuantitatif

Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris dari soal yang telah diujikan. Adapun dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif antara lain adalah pendekatan secara teori tes klasik dan pendekatan teori respon butir. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir

(48)

soal ditelaah dari segi reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, daya pembeda, juga efektifitas pengecoh.

a) Validitas

Dapiyanta (2008:31) Valid artinya sahih, tepat sasaran, mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas digunakan untuk melihat instrumen yang digunakan dalam penelitian tepat sasaran. Jenis validitas ada 4 yaitu:

1) Validitas Isi

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Bagaimana cara memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi sebuah tes akan dibicarakan secara lebih mendalam pada waktu menjelaskan cara penyusunan tes. 2) Validitas Kontruksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.

“Konstruksi” dalam pengertian ini bukanlah “susunan” seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu cara tertentu “memerinci” isi jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan),

(49)

pemahaman, aplikasi, dan seterusnya. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara untuk mempermudah mempelajari.

Pengerjaannya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi.

3) Validitas “Ada Sekarang”

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikata- kan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.

4) Validitas Prediksi

Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.

(50)

Korelasi antara isi dan kontruksi berpangkal pada tujuan intruksional khusus atau indikator di mana idikator tersebut memuat aspek perilaku(kognitif, afektif dan psikomotorik)

Dalam skripsi ini penulis menggunakan Rumus uji validitas:

√ ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X : X- Y : Y-

: rata-rata dari (∑ /N) : rata-rata dari (∑ /N) N : jumlah siswa

Klasifikasi tingkat validitas pada evaluasi pembelajaran adalah: 0,80-1,00 sangat tinggi, 0,60-0,79 tinggi, 0,40-0,59 cukup, 0,20-0,39 rendah, 0,00-0,19 sangat rendah. Seperangkat soal dianggap baik dalam hal Validitas jika sekurang-kurangnya 70% butir soal memiliki validitas kualifikasi baik.

b) Reliabilitas

Menurut Dapiyanta (2008: 33-34) reliabilitas berasal dari kata sifat reliabel yang artinya dapat diandalkan. Serangkaian alat evaluasi akan berada dalam sebuah keadaan yang memiliki rentangan dari rendah sampai tinggi. Serangkaian alat evaluasi bisa disebut reliabel jika menghasilkan data secara konsisten dan

(51)

relatif sama pada setiap kali digunakan atau bisa disebut konsisten. Meskipun begitu, analisis reliabilitas alat evaluasi tidak selalu menggunakan cara yang berulang, melainkan bisa juga dicari dengan teknik belah dua, paralel dan yang lain. Terdapat banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas, dan dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan perbedaannya dalam mendefinisikan reliabilitas. 1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila instrumen diujikan beberapa kali. Kelompok ini mencakup dua metode yakni metode tes ulang dan metode paralel. 2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran instrumen. Kelompok ini mencakup beberapa metode yakni metode belah dua, metode Flanagan, dan metode Rulen jika jumlah butir soal genap. Jika jumlah butir soal ganjil maka metode yang digunakan adalah metode Kuder-Richardson, metode Hoyt, dan metode Alpha Cronbach.

Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas, yaitu reliabilitas objektif dengan rumus K-R 20:

( )

∑ Keterangan:

: reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p) ∑ : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya butir soal

(52)

Rumus reliabel esai: ∑ ) Keterangan: n = jumlah siswa

Reliabilitas objektif dan reliabilitas esai belum mencapai proporsi reliabilitas yang baik yakni ≥ 0,700.

c) Tingkat Kesukaran

Martubi (2004:41) menegaskan, tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui level butir soal termasuk dalam tingkat sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: TK : indeks kesukaran/tingkat kesukaran Bu : banyaknya kelompok unggul yang menjawab soal benar Ba : banyaknya kelompok asor/bawah yang menjawab soal benar Nu : Jumlah testi pada kelompok unggul Na : Jumlah testi pada kelompok asor/bawah Biasanya diambil : Nu=Na = 27% x N (N= Jumlah testi) Kriteria digunakan dalam menunjukkan indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: TK : 0,00 – 0,30 : Sukar TK : 0,31 – 0,71 : Sedang TK : 0,71 – 1,00 : Mudah

(53)

Proporsi soal yang baik adalah soal yang memiliki bobot 20% mudah, 60% sedang, dan 20% sukar.

d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal akan mengkaji soal-soal tes dari segi kemampuan tes tersebut dalam membedakan siswa yang masuk dalam kategori prestasi rendah maupun tinggi. Soal yang memiliki daya pembeda akan mampu menunjukkan hasil yang tinggi bila diberikan kepada siswa dengan prestasi tinggi dan hasil yang rendah bila diberikan kepada siswa berprestasi rendah. Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝐷 = 𝐵𝐴 𝐽𝐴 − 𝐵𝐵 𝐽𝐵 = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵

Keterangan: D : Indeks daya pembeda BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar J : Jumlah peserta tes JA : Jumlah peserta tes dari kelompok atas JB : Jumlah peserta tes dari kelompok bawah PA : 𝐵𝐴 𝐽𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

B : 𝐵𝐵 𝐽𝐵 =Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi, 2012:228) Interpretasi terhadap hasil perhitungan daya pembeda dapat digunakan kriteria sebagai berikut : D : 0,00-0,19 : Jelek D : 0,20-0,39 : Cukup D : 0,40-0,69 : Baik D : 0,70- 1,00 : Baik Sekali D : Negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja (Suharsimi, 2012:232). Seperangkat soal dianggap baik dalam hal daya beda jika sekurang-kurangnya 70% butir soal memiliki indeks daya beda kualifikasi baik.

(54)

Sebuah pengecoh atau distractor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai materi (pemilih kelompok asor lebih besar daripada kelompok unggul). Menurut Sudijono (2012:411-412) mengungkapkan bahwa pengecoh telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut telah dipilih sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes. Pengecoh yang telah menjalankan fungsinya baik dapat digunakan kembali pada tes yang akan datang. Dengan demikian, efektivitas pengecoh adalah seberapa baik pilihan yang salah dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh tersebut, maka pengecoh tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lalu Armin Suhaidin yang berjudul “Evaluasi

Program Pembelajaran Jasmani di Pondok Pesantren Mu’alimin Muhammadiyah Daerah Istimewa ogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program pembelajaran Pendidikan Jasmani siswa SMA di Pondok Pesantren Muhammadiyah Yogyakarta cukup baik. Persamaan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti yaitu evaluasi pembelajaran penjas di SMA. Perbedaan penelitian ini yaitu pada subyek yang diteliti, pada

(55)

penelitian sebelumnya yaitu pada siswa pondok pesantren sedangkan penelitian ini sendiri pada siswa SMA Negeri atau bukan Pondok Pesantren.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhiah Ristyandari yang berjudul “Tingkat

Pemahaman Guru Penjasorkes Pada Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar Siswa Di SMP Negeri Kabupaten Sleman Berdasarkan Kurikulum 2013”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pemahaman guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengenai pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa di SMP Negeri se-Kabupaten Sleman berdasarkan kurikulum 2013 pada kategori sedang, dengan penjabaran 40% guru dari 10 guru diantaranya berada pada kategori sedang, 36% dari 9 guru berada pada kategori rendah, 12% dari 3 guru berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan 0% pada kategori sangat rendah.Persamaan penelitian ini terletak pada sebagian indikator penelitian, sedangkan pada variabelnya berbeda. Pada penelitian ini mengukur tentang pemahaman guru Perjasorkes terhadap pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa dan pada penelitian yang penulis susun mengukur tentang tingkat keterlaksanaan evaluasi hasil belajar siswa.

Gambar

Tabel 4.1 Responden
Tabel 4.2 Deskripsi Penilaian Akhir Semester  PAS  Aspek  Kriteria  Hasil  Kelas 4   Persenta-se  Kelas 5  Persenta-se  Daya  Pengecoh  PAS I  ≥ 5%:  berfung si  dengan  baik
Tabel 4.3 Penilaian Tengah Semester  PTS  Aspek  Kriteria  Hasil  Kelas IV   Persenta-se  Kelas V  Persentase  Daya  Pengecoh  PTS I  ≥ 5%:  berfungsi dengan baik  12 soal  berfungsi dengan baik  80% 15  butir soal  13 daya  pengecoh berfungsi dengan baik
Tabel 4.4 Deskripsi Penilaian Ulangan Harian  UH
+4

Referensi

Dokumen terkait

Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok, dalam hal ini guru PJOK sekolah dasar negeri, berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu

Langkah-langkah penulis untuk mencapai tujuan penelitian : (1) melakukan penyesuaian antara Prosedur penyusunan anggaran di Kecamatan Gondokusuman dengan kajian Sektor

Teknik yang digunakan untuk mengubah tingkah laku klien dengan cara memberi hukuman. Prosedur hukuman adalah prosedur yang umumnya dicadangkan untuk

Metode pendidikan dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses pendidikan sehingga memungkinkan peserta didik mencapai suatu

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik

Menurut Rahmadani (2018) teknik analisis data dilakukan dengan memilih level kognitif pada instrumen yang digunakan oleh pendidik saat melakukan evaluasi proses

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan studi pendahuluan berupa wawancara yang dilakukan dengan semua wali kelas III Sekolah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenis penilaian yang cocok untuk penilaian proses mata pelajaran PJOK pada teknik penilaian kinerja adalah bentuk kriteria