• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter dilakukan untuk memantau, menilai, atau mengukur efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan target yang hendak dicapai. Hasil evaluasi akan sangat berguna sebagai feedback atau umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter. Kemendiknas (2011: 31-32) menegaskan tujuan evaluasi pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah.

b. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum.

c. Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai.

d. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan.

e. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter. f. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan

pendidikan karakter di sekolah.

Sasaran evaluasi pendidikan karakter terdiri dari empat hal, yaitu: (1) evaluasi program yang telah dilaksanakan, (2) evaluasi struktural kelembagaan guna perbaikan sistem dan struktur yang membingkai cakupan tanggung jawab individu (pengorganisasian tugas dan tanggung jawab), (3) evaluasi individual yang sifatnya personal oleh siswa itu sendiri berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan, serta (4) evaluasi komunitas menyangkut relasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, orang tua dengan guru, ataupun sekolah dengan masyarakat (Koesoema, 2012).

Evaluasi pendidikan karakter bisa mengacu pada penilaian sikap yang dilakukan secara berkelanjutan oleh guru mata pelajaran, guru Bimbingan dan Konseling (BK), wali kelas dengan menggunakan observasi dan informasi yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembentukan karakter siswa yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh guru. Ditambahkan juga penilaian sikap yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas, melalui observasi dicatat dalam jurnal. Format jurnal penilaian sikap harus memuat butir nilai, seperti tanggung jawab, disiplin, jujur disertai indikator-indikator pada setiap butirnya (Kemendikbud tentang Panduan Penilaian Sekolah Menengah Atas, 2015).

Evaluasi pendidikan karakter perlu dilakukan secara objekftif artinya berdasarkan pada data-data seperti kuantitas kehadiran, ketepatan menyerahkan tugas, menurunnya perilaku kekerasan, kerjasama dengan lembaga lain, prestasi akademis, dihargai kerja keras dan kejujuran, serta persoalan kedisplinan. Dalam melaksanakan evaluasi ini diperlukan sikap yang terbuka, jujur, dan latihan terus menerus dari semua pihak yang terlibat. Metode yang ditawarkan antara lain observasi, penilaian diri, portofolio, refleksi pribadi, kuesioner, wawancara, jurnal, pembuatan indikator-indikator penilaian atau menggunakan standar kendali mutu yang telah dibuat oleh sekolah (Koesoema, 2012).

D. Kajian Hasil Penelitian yang Terdahulu

Penelitian tentang manajemen pendidikan karakter sudah pernah dilakukan oleh beberapa pihak. Pertama, peneletian dengan judul “Manajemen Pendidikan Karakter Siswa Berasrama: Studi Kasus Pada SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon” oleh Riny Cintya Kumendong (2012). Penelitian ini menyoroti tentang bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan karakter siswa berasrama. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

(1) Perencanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon dibuat oleh masing-masing unit dan sub-unit yang ada di lembaga pendidikan Lokon dan kemudian dirumuskan bersama dalam rapat koordinasi antarunit, yakni sekolah, asrama, dan yayasan. (2) Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon dilaksanakan dengan cara mengimplementasikan program pendidikan karakter yang telah dirumuskan sebelumnya ke dalam kegiatan konkret sesuai dengan waktu yang ditentukan. Di sekolah pendidikan karakter diintegrasikan dalam tiap-tiap mata pelajaran. Sedangkan di asrama pendidikan karakter dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan pendampingan personal maupun kelompok. (3) Evaluasi pendidikan karakter di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, dilakukan dengan menggunakan catatan data-data yang secara valid dibuat berdasarkan observasi. Sementara itu, asrama menggunakan rapor yang dengan indikator-indikator yang didasarkan pada tiga nilai utama (motto sekolah dan asrama), veritas, virtus, fides (kebenaran, kebajikan, iman) Nilai pendidikan karakter dibuat dalam bentuk penilaian kualitatif, bukan kuantitatif.

Relevansinya dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah terletak pada konsep dasar manajemen dan fungsi-fungsi manajemen, serta konsep pendidikan karakter yang akan digunakan, diterapkan dan dikembangkan pada lingkungan pendidikan formal seperti sekolah yang merupakan inti dari objek penelitian ini. Perbedaannya terletak pada objek dan lokasi penelitian.

Kedua, penelitian dengan judul “Manajemen Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pembudayaan Sekolah (Studi Deskriptif di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta” oleh Asniyah Nailasariy (2013). Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: (1) Manajemen pendidikan karakter yang berlangsung di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta melalui optimalisasi fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan tidak lanjut. (2) Pelaksanaan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah Wirobrajan terintegrasi dalam semua mata pelajaran, melalui pesan moral, dan pendampingan. Metode yang digunakan adalah keteladanan, pembiasaan, kegiatan ekstrakurikuler, pembudayaan dalam bentuk fisik, dan pembudayaan melalui pemberian reward dan punishment. (3) Implementasi pendidikan karakter di SD Muhammadiyah Wirobrajan mengalami hambatan-hambatan seperti kurangnya komitmen guru dan karyawan dalam pelaksanaan pendidikan karakter, terkendalanya sarana dan prasarana berkaitan dengan pengembangan karakter dan kurangnya partisipasi orang tua dalam pendampingan anak.

Relevansi penelitian ini terhadap penelitian yang akan dilakukan di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon terletak pada optimalisasi fungsi manajemen dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan pendidikan

karakter. Sedangkan perbedaannya terletak pada salah satu rumusan masalah. Penelitian Nailasariy menyoroti semua fungsi manajemen dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sementara penelitian pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon lebih bertitik tolak pada ketiga fungsi manajemen, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Ketiga, penelitian tentang “Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Semarang”. Penelitian ini dilaksanakan oleh Arif Widiatmo (2013), dengan hasil sebagai berikut: (1) Perencanaan pendidikan karakter di SMA Negeri 5 Semarang melibatkan semua guru. (2) Pengorganisasian pendidikan karakter di SMA Negeri 5 Semarang melibatkan semua komponen sekilah. (3) Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA Negeri 5 Semarang terjalin baik karena komunikasi dalam bergaul berjalan baik. (4) Pengawasan terhadap pendidikan karakter di SMA Negeri Negeri 5 Semarang saling bekerjasama seluruh komponen yang ada.

Relevansi peneltian tersebut terhadap penelitian Manajemen Pendidikan Karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon terletak pada upaya manajemen pendidikan karakter, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian.

Widiatmo melakukan penelitian pada sekolah negeri, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan di sini adalah sekolah swasta yang sangat mengedepankan nilai-nilai kristiani.

Dokumen terkait