• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan lanskap kawasan Sentul City merupakan tanggung jawab dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang (PT. SGC). Perusahaan ini bertanggung jawab dalam mengelola, mengoperasikan, dan memelihara seluruh fasilitas umum di dalam kawasan Sentul City. PT. SGC ini menaungi beberapa departemen, diantaranya sebagai berikut.

1. Departemen Pemasaran dan Pelayanan Konsumen (Marketing and Costumer Service)

Departemen ini menerima pengaduan (complaint) konsumen terhadap

masalah lingkungan, keamanan, pembayaran, dan masalah lain tentang pengelolaan kawasan Sentul City. Selain itu, menerima permintaan (request) yang diajukan oleh konsumen mengenai hal yang terkait dengan pengelolaan kota. Namun, pengaduan dan permintaan khususnya untuk kawasan permukiman hanya bisa diajukan oleh penghuni tetap,

2. Departemen Keamanan (Security)

Departemen ini mengurus keamanan kawasan permukiman. Keamanan di lingkungan cluster dilakukan dengan sistem pengontrolan pada waktu

tertentu dan sistem penggunaan kartu bagi penghuni maupun tamu yang akan masuk ke lingkungan cluster,

3. Departemen Pemeliharaan Kota

Departemen ini mengatur kegiatan pemeliharaan di kawasan Sentul City meliputi perbaikan infrastruktur, pemeliharaan lanskap, dan kebersihan lingkungan kawasan permukiman,

4. Departemen Keuangan (Billing and Collection)

Departemen ini bertanggung jawab dengan segala masalah keuangan dan pembayaran kegiatan pengelolaan,

5. Departemen Pengelolaan Air (WTP)

Departemen ini bertanggung jawab dalam pengolahan air bersih dan menyuplai kebutuhan air penghuni,

6. Departemen Penegak Tata Tertib

Departemen ini bertanggung jawab dalam mengontrol dan mengawas berjalannya peraturan dan prosedur yang berlangsung di lingkungan Sentul City. Departemen ini mencakup BCD, Waslap, dan HCU.

Pemeliharaan lanskap kawasan Sentul City menjadi salah satu tanggung jawab dari Departemen Pemeliharaan Kota. Bagian khusus yang menangani pemeliharaan lanskap ini adalah Unit Lanskap dan Kebersihan pada Departemen Pemeliharaan Kota. Tujuan dari pemeliharaan lanskap ini mengacu pada konsep dasar perencanaan dan menjaga serta meningkatkan nilai estetika yang menjadi salah satu keunggulan bagi kawasan Sentul City.

Biaya Pengelolaan lingkungan kawasan permukiman Sentul City meliputi biaya perawatan taman, kebersihan areal, keamanan lingkungan, dan pemeliharaan fasilitas umum. Dalam menunjang biaya pengelolaan tersebut, setiap penghuni dikenai Biaya Pengelolaan Lingkungan (BPL) yang harus dibayar setiap bulannya. Berdasarkan wawancara, tarif BPL yang berlaku di kawasan ini berkisar antara Rp. 700/m² hingga Rp. 800/m² tergantung pada luas tanah/kavling hunian yang berada di kawasan ini. Saat ini anggaran biaya dirasa cukup dan tidak mengalami kendala, jika mengalami kekurangan dapat diatasi melalui pengajuan dana ke departemen keuangan PT. SGC.

Pemeliharaan lanskap Sentul City dilaksanakan oleh Unit Lanskap dan Kebersihan selaku penanggung jawab dari pihak PT. Sukaputera Graha Cemerlang (PT. SGC). Unit ini mengontrol, mengawas, dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan lanskap di lapang yang telah dikerjakan oleh pihak kontraktor. Pekerjaan pemeliharaan tersebut sebagian besar dikerjakan oleh pihak kontraktor, namun dari pihak unit lanskap dan kebersihan memiliki pekerja in house yang juga melaksanakan pemeliharaan tersebut.

Kawasan pemeliharaan lanskap Sentul City meliputi index cluster, index comersial, dan index macro (Tabel 25). Kawasan ini terbagi menjadi tiga yaitu kawasan I, kawasan II, dan kawasan III. Kawasan I dikerjakan oleh kontraktor CV. Gelar Jaya, kawasan II dikerjakan oleh kontraktor CV. Cipta Anugerah Maulita, dan kawasan III dikerjakan oleh kontrakntor PT. Makna Prakarsa Utama. Luas kawasan I, kawasan II, dan kawasan III serta pembagian wilayah kerjanya berdasarkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) (Lampiran 7). Kawasan pemeliharaan ini juga terbagi berdasarkan tingkat intensitas pemeliharaannya, yaitu daerah intensif, semi intensif, dan ekstensif. Daerah intensif meliputi area median jalan, berm jalan utama (kiri dan kanan), taman gerbang pada tiap cluster dan taman lingkungan yang ada pada cluster dengan spesifikasi tanaman tertentu. Daerah semi intensif meliputi taman lingkungan pada cluster, rumput berm pada cluster yang penghuni tidak padat, taman lingkungan pada area perkantoran dan komersial, dan area pejalan kaki. Daerah ekstensif meliputi areal penghijauan, areal kavling, dan areal dengan topografi curam.

Tabel 25. Pembagian Kawasan Pemeliharaan

Kawasan I Kawasan II Kawasan III

Makro Makro Makro

1. Jl. MH. Thamrin

2. CBD, Graha Utama,

Graha Madya, Plaza Amsterdam, Plaza Niaga I,dan Plaza Niaga II

3. Posko Maung dan

Terminal Bis

1. Jl. Siliwangi, Jl. Bali Raya, Jl. Lingkar TMD, Shelter Jl. Siliwangi dan Jl. Bali Raya

2. Community centre setiap

cluster

3. WTP Permanent

1. Jl. Juanda dan Jl. National Road,

Mikro Mikro Mikro 1. Mediterania Golf Hill

2. Mediterania I 3. Mediterania II 4. Bukit Golf Hijau 5. Taman Victoria 1. Taman Parahyangan 2. Taman Imperial 3. Northridge 4. Lakeside home 5. Taman Venesia 6. Taman Pasadena 7. Taman Sakura

8. Mountain View Residence 9. Taman Legian

10.Taman Udayana 11.Taman Tampak Siring 12.Taman Besakih 1. Taman Andalusia 2. Taman Casablanca 3. Sierra Madre 4. Taman Equator 5. Taman Yunani 6. Empire Park 1 7. Empire Park 2 8. England Park 9. Countrywood 10. Alpensia 11. Pine Forest

Tenaga kerja pada pemeliharaan lanskap ini dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja yang berasal dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang (in house) dan tenaga kerja yang berasal dari pihak kontraktor lanskap. Tenaga kerja yang berasal dari PT. Sukaputera Graha Cemerlang terdiri dari bagian lanskap dan koordinator kebersihan yang bertugas mengontrol pekerjaan pemeliharaan di lapang. Pihak pengelola dan kontraktor melakukan kerjasama dalam pemantauan kinerja pekerja dalam melakukan kegiatan pemeliharaan. Performa pekerja di lapang terkadang ada yang terlihat kurang maksimal hal ini disebabkan tumpang tindih pekerjaan. Pembagian tugas yang tidak sesuai ini mengakibatkan kinerja yang kurang efektif karena pekerja menjadi tidak fokus. Kondisi ini dialami oleh pihak kontraktor yang memiliki tenaga kerja yang kurang sebagai penyesuaian kesepakatan anggaran biaya. Pengelolaan tenaga kerja kontraktor juga menghadapi masalah terkait kurangnya motivasi pekerja dalam melakukan pekerjaan yang berdampak pada waktu penyelesaian. Hal ini diatasi dengan pemberian motivasi berupa insentif atau bonus bagi pekerja yang memiliki kinerja baik. Sedangkan untuk kekurangan tenaga kerja jangka pendek disiasati dengan strategi pemanfaatan tenaga kerja secara efisien dengan penjadwalan kegiatan yang terarah dan terencana. Sedangkan jangka panjang dengan penambahan tenaga kerja. Kegiatan pemeliharaan lanskap tidak sedikit yang membutuhkan pekerja dengan keterampilan atau teknik khusus dalam pelaksanaanya. Dalam menunjang kelancaran kegiatan tersebut, maka pihak kontraktor dan pengelola harus memperhatikan keselamatan tenaga kerjanya dengan penyediaan alat pelindung di lapang. Berdasarkan pengamatan di lapang, masih ada pekerja yang

kurang mematuhi prosedur yang berlaku di lapangan. Hal tersebut tentunya akan membahayakan tenaga kerja, seharusnya para pekerja bisa lebih mengikuti prosedur pekerjaan lapang demi keselamatan kerja. Untuk keberlangsungan pelaksanaan prosedur keselamatan kerja maka diperlukan monitoring oleh pengawas dan sosialisasi yang intensif guna meningkatkan kesadaran pekerja.

Ketidakdisiplinan juga terlihat dari pemanfaatan waktu kerja yang tidak optimal. Cukup banyak tenaga kerja yang mengakhiri pekerjaan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hal ini akan berdampak pada hasil kinerja dari kontraktor. Faktor dari kondisi tersebut salah satunya terkait dengan kesejahteraan tenaga harian. Kesejahteraan tenaga harian diharapkan lebih diperhatikan mengingat UMR yang berlaku di Kabupaten Bogor dan pemberian uang insentif untuk meningkatkan komitmen kerja yang baik. Selain itu, perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat dan sanksi yang lebih tegas dari pihak kontraktor. Solusi permasalahan ini telah dilakukan oleh pihak Sentul City dengan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerjanya dan kondisi ini berdampak pada performa di lapang yang lebih baik dari sebelumnya.

Pemeliharaan lanskap dalam pelaksanaan di lapang membutuhkan kelengkapan alat dan bahan guna kelancaran pekerjaan tersebut. Selain kelengkapan alat dan bahan, perawatannya juga harus diperhatikan agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Peralatan dapat tahan lama bila dirawat dan disimpan dengan benar (Arifin dan Arifin, 2005). Hal ini harus diperhatikan oleh kontraktor atau pengelola untuk menjaga keawetan alat.

Kondisi alat pemeliharaan yang baik ditunjang dengan perawatan dan perbaikan yang cepat jika alat yang digunakan mengalami kendala teknis. Perawatan dan perbaikan alat tersebut sebaiknya dikuasai oleh operator pemeliharaan taman sehingga ketika ada kendala saat pengoperasian dapat diatasi secara cepat tanpa menunggu teknisi atau pengawas untuk memperbaikinya (Arifin dan Arifin, 2005). Pihak kontraktor pemelihara ini memberikan pembekalan kepada operator pemelihara untuk menangani kendala teknis pada alat ketika di lapang, namun untuk kontraktor CAM khususnya difasilitasi teknisi jika kondisi kerusakan dianggap berat. Kontraktor Gelar Jaya mempercayakan

sepenuhnya untuk perbaikan kerusakan alat kepada operator pemelihara dan pengawas lapang.

Hasil pemeliharaan yang efektif selain ditunjang dengan kinerja pekerja yang baik juga ditentukan oleh ketersediaan alat dan bahan. Ketersediaan alat dan bahan yang dimiliki secara keseluruhan cukup memadai namun masih perlu ditambahkan guna menunjang kegiatan di lapang. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan sebaiknya atas persetujuan dari pihak kontraktor pemeliharaan dan pengelola yang disertakan pada dokumen kontrak. Hal ini dilakukan guna mengontrol persediaan alat dan bahan serta memperoleh hasil yang sesuai dengan standar penampilan.

Pemeliharaan lanskap membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena meliputi biaya untuk pihak pengelola (supervisor lanskap), pengawas lapang, tenaga kerja in house, alat pemeliharaan dan perawatan, dan biaya pihak kontraktor terdiri dari biaya tenaga kerja harian, alat dan bahan pemeliharaan, perawatan alat, dan biaya lainnya. Anggaran biaya ini perlu direncanakan agar penggunaannya efektif dan efisien. Anggaran biaya pemeliharaan taman sebaiknya diperkirakan sebelum membuat perencanaan taman, karena hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan sebuah taman. Anggaran biaya pemeliharaan taman secara umum dapat ditentukan dari hasil pencatatan kegiatan yang dilakukan oleh operatotr, supervisor, atau superintendent pemelihara taman. Hasil pencatatan tersebut dapat diketahui kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja jika diikuti dengan penjadwalan pemeliharaan taman yang baik dan benar (Arifin dan Arifin, 2005). Kontraktor pemelihara dalam menyusun rancangan anggaran biaya melakukan perhitungan analisis harga satuan terlebih dahulu (Tabel Lampiran 10). Analisis perhitungan ini digunakan juga untuk menghitung harga satuan item pemeliharaan lainnya.

5.3.1Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan lanskap permukiman meliputi pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal yaitu pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula. Pemeliharaan ini berkaitan dengan mempertahankan

konsep dasar Sentul City yaitu menyatu dengan karakter alam sekitar. Keberlanjutan suatu desain bergantung pada konsistensi pemeliharaan yang disesuaikan dengan penggunaan dan tujuan desain (Eckbo, 1964). Sentul City telah melakukan hal tersebut, namun perlu diperhatikan berkaitan dengan kelengkapan nursery yang mempermudah dalam penyulaman tanaman. Selain itu, jaringan utilitas bawah tanah sebaiknya direncanakan dengan baik sehingga tidak sering terjadi bongkar pasang. Desain yang kurang tepat akan berdampak pada pemeliharaan khususnya anggaran biaya. Pemeliharaan fisik di Sentul City mencakup pemeliharaan soft material dan hard material. Pemeliharaan soft material terdiri dari pembersihan, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pendangiran, penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan penyulaman. Pemeliharaan hard material terdiri dari pemeliharaan patung, pot tanaman, saluran, jogging track, dan pedestrian track.

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini mengalami beberapa kendala dan temuan ketidakdisiplinan pekerja seperti kegiatan pembersihan terutama penyapuan dan kegiatan pemangkasan rumput. Berdasarkan pengamatan tenaga kerja seringkali menyudahi pekerjaannya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini bisa diatasi dengan pengontrolan lebih ketat, pemberian sosialisasi intensif, dan pemberian sanksi. Kendala dialami dalam beberapa kegiatan pemeliharaan seperti pelaksanaan kegiatan pemangkasan, kondisi tanah yang berbatu dan mesin yang mengalami masalah teknis terkadang menyulitkan proses kegiatan. Sehingga pelaksanaan terkadang terhambat yang berdampak pada progress pekerjaan yang tidak sesuai target. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan menurunkan kinerja pekerja, sehingga hal ini diatasi dengan membersihkan lahan yang akan dipangkas, mengganti mesin pangkas yang sudah tua, melakukan service berkala lebih intensif pada mesin yang penggunaannya relatif sering.

Kegiatan pemeliharaan lain yang mengalami kendala yaitu penyiraman saat musim kemarau. Keterbatasan air akibat sumber air yang minim di dalam kawasan ini mengharuskan pihak pengelola dan kontraktor meyiasati dengan penggunaan cadangan air di danau buatan. Selain itu kondisi cuaca yang panas

berdampak pada penguapan lebih cepat dan tanaman mengalami kekurangan air, jika tidak diatasi akan mengakibatkan stress pada tanaman sehingga perlu disiram secara intensif. Namun jumlah mobil tangki penyiraman belum cukup untuk mengefektifkan kegiatan penyiraman ini sehingga kegiatan penyiraman dilakukan hingga malam hari. Kegiatan penyiraman ini seharusnya tidak dilakukan hingga malam hari karena dapat menimbulkan penyakit tanaman. Kondisi ini dapat diatasi dengan penambahan mobil tangki penyiraman sehingga waktu yang dibutuhkan tidak hingga malam hari.

Metode pemeliharaan yang kurang sesuai dapat berdampak pada hasil yang didapatkan. Misalnya pada kegiatan pemupukan, berdasarkan pengamatan lapang pemberian dosis pupuk anorganik pada semak ini dilakukan dengan perkiraan tanpa perhitungan yang akurat. Hal ini memungkinkan pemberian pupuk yang tidak merata sebagian dapat terpenuhi namun ada juga yang masih kurang bahkan mungkin ada yang berlebihan. Kondisi ini harus menjadi perhatian bagi kontraktor akan kebutuhan tanaman sehingga hasil yang didapatkan akan sesuai. Penggunaan pupuk yang berlebihan juga akan mempercepat pertumbuhan gulma seperti pupuk kandang. Menghindari pertumbuhan gulma tersebut perlu melakukan tindakan preventif dengan tidak terlalu banyak menggunakan pupuk kandang. Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang beredar di pasaran terkadang belum disterilisasi dan banyak mengandung benih rumput yang masih tumbuh (Arifin dan Arifin, 2005). Berdasarkan pengamatan dalam kondisi tertentu pertumbuhan gulma yang cukup cepat tidak diimbangi dengan jumlah tenaga kerjanya. Hal ini terkadang menjadi masalah karena ada beberapa area yang cukup lama untuk penanganan pengendalian gulmanya dikarenakan tenaga kerja yang kurang. Tenaga kerja penyiang ini dibagi oleh pengawas lapang, oleh karenanya pengawas lapang perlu jeli melihat kondisi area dengan gulma yang banyak. Pembagian proporsi tenaga kerja penyiang ini harus tepat sehingga pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini berjalan efektif dan efisien. Selain gulma, hama dan penyakit tanaman menjadi problema dalam pemeliharaan lanskap. Perlu penanganan yang tepat agar masalah ini cepat diatasi.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman bisa menggunakan cara manual (alami) dan kimiawi. Penggunaan cara kimiawi dengan menggunakan pestisida. Kelengkapan pekerja perlu diperhatikan guna keselamatan dalam bekerja. Penggunaan cara kimiawi ini dilakukan dengan alat handsprayer semi otomatis. Teknik dalam penyemprotan ini dengan memperhatikan hembusan angin, namun pekerja dominan kurang mempertimbangkan hal tersebut. Penyemprotan pestisida dengan cara yang benar adalah searah dengan hembusan angin (Arifin dan Arifin, 2005). Hal ini dapat menjadi perhatian bagi pelaksana pemelihara di Sentul City.

Kegiatan pemeliharaan lanskap lainnya yang perlu memperhatikan teknik dalam pelaksanaanya yaitu pendangiran (penggemburan) dan penyulaman. Pendangiran merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk memberikan pertumbuhan yang optimal pada tanaman. Penggemburan tanah akan memberikan sirkulasi udara yang baik di daerah perakaran (Arifin dan Arifin, 2005). Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan kegiatan pendangiran ini yaitu jangan sampai merusak perakaran tanaman dan tidak dilakukan pada saat kemarau atau pada saat terik matahari. Hal ini dikarenakan dapat mempercepat laju evaporasi yang mengakibatkan stress pada tanaman (Arifin dan Arifin, 2005). Penyulaman merupakan kegiatan pemeliharaan fisik yang bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati/rusak, baik karena serangan hama atau penyakit, kerusakan mekanis, maupun tanaman sudah tua (Arifin dan Arifin, 2005).

Kegiatan penyulaman tanaman dilakukan tidak hanya untuk taman yang baru dibangun saja, tetapi juga taman yang sudah terwujud dengan baik agar penampilan keseluruhan taman tetap impresif. Penyulaman ini harus memperhatikan beberapa hal diantaranya, tersedianya tanaman pengganti yang kondisinya harus lebih baik, tanaman yang rusak atau mati sebaiknya dicabut atau dibuang terlebih dahulu agar tidak mengganggu tanaman yang sehat, dan penyiraman dilakukan secara rutin (Arifin dan Arifin, 2005). Hal ini telah diperhatikan oleh pihak pengelola, namun terkadang sulitnya mencari tanaman pengganti untuk penyulaman dari sisa penjarangan dan kondisi nursery yang kurang lengkap menjadi faktor penghambat dalam kegiatan pemeliharaan ini. Nursery atau pembibitan tanaman sangat diperlukan untuk taman yang berskala

luas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan nursery diperlukan stok tanaman yang mampu memenuhi kebutuhan.

5.3.2Kapasitas Kerja

Pemeliharaan lanskap akan berjalan efektif salah satunya dipengaruhi oleh kapasitas kerja dari tenaga kerja. Kapasitas kerja ini dapat menjadi dasar dalam penentuan kebutuhan tenaga kerja dengan menyesuaikan luasan yang dipelihara. Efektivitas pekerjaan pemeliharaan ini juga ditentukan oleh ketersediaan jadwal pekerjaan yang terencana dengan baik. Sentul City yang bekerjasama dengan tiga kontraktor tentunya memiliki tenaga kerja yang bervariasi, terutama dari kapasitas kerja masing-masing kontraktor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapang kinerja masing-masing tenaga harian bervariasi, ada yang sangat baik hingga kurang baik. Maka dibutuhkan evaluasi kapasitas kerja untuk meningkatkan efektivitas pekerjaan yang dihasilkan.

Efektivitas kerja para operator taman menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Efektivitas kerja ini dapat dilihat dari perhitungan kapasitas kerja yang dilakukan oleh operator pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin, 2005). Kapasitas kerja ini salah satunya dipengaruhi oleh kedisplinan pekerja itu sendiri. Perhitungan kapasitas kerja ini berdasarkan pengamatan lapang dengan sample cluster yang ada di permukiman Sentul City. Pengamatan ini dilakukan tiga kali dengan mengikuti waktu kerja tenaga harian. Pengamatan yang dilakukan yaitu terhadap pemeliharaan lanskap meliputi penyapuan, penyiangan, penggemburan, pemangkasan pohon, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyetikan, pemangkasan rumput, pemangkasan semak, dan penyiraman (Tabel Lampiran 12). Pengamatan ini menghasilkan kapasitas kerja dan efektifitas kerja (Tabel 26).

Kawasan permukiman Sentul City dengan area pemeliharaan yang cukup luas membutuhkan tenaga kerja yang memadai. Setiap tenaga kerja memiliki target kerja yang ditentukan oleh pihak pengawas (kontraktor) dan pihak pengelola. Dengan kendala yang ada di lapang, seperti target yang sepenuhnya belum tercapai dibutuhkan analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja yang dilakukan dengan perhitungan HOK yang dibutuhkan dalam kegiatan

pemeliharaan lanskap permukiman Sentul City. Perhitungan HOK ini diperoleh dengan memperhitungkan kapasitas kerja, frekuensi pemeliharaan, dan luas area yang dipelihara (Tabel Lampiran 13).

Tabel 26. Kapasitas Kerja Pemeliharaan

a. Penyapuan Rumput No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%) 1 Gelar Jaya Bukit Golf Hijau

(gunung)

331,53 400 82,88

Bukit Golf Hijau (bukit)

365,63 400 91,40

Bukit Golf Hijau (lembah)

351,14 400 87,78

Bukit Golf Hijau (puncak) 372,36 400 93,09 Mediterania I 356,59 400 89,14 Mediterania II 405,32 400 101,33 Taman Victoria 329,37 400 82,34 Jl. M.H. Thamrin 361,63 400 90,40 2 Cipta Anugrah Maulita T. Legian 389,32 400 95,98 T. Tampak Siring 389,42 400 97,35 T. Besakih 373,28 400 93,32 T. Venesia 382,98 400 95,74 T. Pasadena 365,53 400 91,38 T. Imperial 379,45 400 99,92 T.Parahyangan 403,17 400 100,79 Jl. Siliwangi 360,09 400 90,02 Jl. Bali Raya 348,99 400 87,24 3 Makna Prakarsa Utama England dan Country Wood 334,51 400 83,62 T. Yunani 396,70 400 99,17 T. Empire 380,71 400 95,17 T. Casablanca 390,73 400 97,68 T. Andalusia 350,39 400 87,59 T. Equator 397,14 400 99,28 Pine Forest 283,99 400 70,99

Rata-Rata Kapasitas Kerja 363,34 400 90,98

b. Penyapuan Perkerasan No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%) 1 Gelar Jaya Bukit Golf Hijau

(gunung)

708,31 800 88,53

Bukit Golf Hijau (bukit)

739,91 800 92,48

Bukit Golf Hijau (lembah)

791,92 800 98,90

Bukit Golf Hijau (puncak) 710,27 800 88,78 Mediterania I 768,04 800 96,00 Mediterania II 770,99 800 96,37 Taman Victoria 653,58 800 81,69 Jl. M.H. Thamrin 791,14 800 98,89 2 Cipta Anugrah Maulita T. Legian 703,72 800 87,96 T. Tampak Siring 716,07 800 89,50 T. Udayana 718,25 800 89,78 T. Besakih 688,16 800 86,02 T. Venesia 771,21 800 96,40 T. Pasadena 741,51 800 92,68 T. Imperial 721,15 800 90,14 T.Parahyangan 797,59 800 99,69 Jl. Siliwangi 757,53 800 94,69 Jl. Bali Raya 748,38 800 93,54 3 Makna Prakarsa Utama England dan Country Wood 662,23 800 82,77 T. Yunani 689,61 800 86,20 T. Empire 675,39 800 84,42 T. Casablanca 729,44 800 91,18 T. Andalusia 689,96 800 86,24 T. Equator 739,48 800 92,43 Pine Forest 609,68 800 76,21

Rata-Rata Kapasitas Kerja 723,74 800 90,46

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

c. Pemangkasan Rumput No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%) 1 Gelar Jaya Bukit Golf Hijau

(gunung)

243,72 250 97,49

Bukit Golf Hijau (bukit)

240,40 250 96,16

Bukit Golf Hijau (lembah)

239,84 250 95,93

Bukit Golf Hijau (puncak)

246,29 250 98,51

Bukit Golf Hijau (raya) 246,04 250 98,41 Mediterania I 246,59 250 98,63 Mediterania II 242,54 250 97,01 Taman Victoria 240,95 250 96,38 Jl. M.H. Thamrin 241,20 250 96,48 2 Cipta T. Legian 238,62 250 95,45

Anugrah T. Tampak Siring 245,17 250 98,06

Maulita T. Udayana 243,93 250 97,57 T. Besakih 232,84 250 93,13 T. Venesia 232,22 250 92,89 T. Pasadena 243,69 250 97,47 T. Imperial 235,93 250 94,37 T.Parahyangan 229,32 250 91,72 3 Makna Prakarsa Utama England dan Country Wood 245,83 250 98,33 T. Yunani 241,22 250 96,48 T. Empire 237,04 250 94,81 T. Casablanca 226,95 250 90,78 T. Andalusia 242,00 250 96,8 T. Equator 239,96 250 95,98 Pine Forest 235,69 250 94,27

Rata-Rata Kapasitas Kerja 239,91 250 95,96

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

d. Pemangkasan Perdu

No Kontraktor Area Rata-Rata Jumlah Pohon (pohon/jam) Standar Kapasitas Kerja/Jam (pohon)* Efektivitas Kerja (%) 1 Cipta Anugrah Maulita Jl. Siliwangi 4 5 80 Jl. Bali Raya 4 5 80

Rata-Rata Kapasitas Kerja 4 5 80

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

e. Pemangkasan Penutup tanah

No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%) 1 Gelar Jaya Bukit Golf Hijau

(gunung)

24,32 10 243,20

Bukit Golf Hijau (bukit)

24,84 10 248,40

Bukit Golf Hijau (lembah)

25,28 10 252,80

Bukit Golf Hijau (puncak)

26,23 10 262,30

Mediterania I 25,27 10 252,70

Mediterania II 23,15 10 231,50

Jl. M.H. Thamrin 23,73 10 237,30

Rata-Rata Kapasitas Kerja 24,69 10 246,90

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

f. Penyiraman No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%)

1 Gelar Jaya Jl. M.H.Thamrin 635,76 700 90,82

2 Cipta Anugrah Maulita Jl. Siliwangi 600,19 700 85,74 3 Makna Prakarsa Utama Jl. Juanda 608,47 700 86,92

Rata-Rata Kapasitas Kerja 614,81 700 87,83

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

g. Penyiangan disertai pendangiran No Kontraktor Area Rata-Rata Luasan Pekerjaan yang Diselesaikan (m²) Standar Kapasitas Kerja/Jam (m²)* Efektivitas Kerja (%) 1 Gelar Jaya Bukit Golf Hijau

(gunung)

32,30 40 80,75

Bukit Golf Hijau (bukit)

29,47 40 73,69

Bukit Golf Hijau (lembah)

34,46 40 86,16

Bukit Golf Hijau (puncak) 35,86 40 89,65 Mediterania I 38,58 40 96,45 Mediterania II 39,71 40 99,27 Taman Victoria 31,65 40 79,14 Jl. M.H. Thamrin 36,71 40 91,78 2 Cipta Anugrah T. Legian 31,22 40 78,05

Maulita T. Tampak Siring 28,87 40 72,18

T. Udayana 31,76 40 79,40 T. Besakih 30,52 40 76,30 T. Venesia 32,76 40 81,90 T. Pasadena 30,61 40 76,52 T. Imperial 34,03 40 85,07 T.Parahyangan 30,49 40 76,24 Jl. Siliwangi 33,27 40 83,18 3 Makna Prakarsa Utama

England dan Country Wood 31,06 40 77,65 T. Yunani 28,49 40 71,23 T. Empire 32,31 40 80,78 T. Casablanca 32,72 40 81,81 T. Andalusia 33,42 40 83,55 T. Equator 32,51 40 81,29 Pine Forest 30,29 40 75,72

Rata-Rata Kapasitas Kerja 32,63 40 81,57

Sumber : * (Arifin dan Arifin 2005)

Pengamatan yang dilakukan di lapang menghasilkan kapasitas kerja tiap pemeliharaan yang dibandingkan dengan standar berdasarkan literatur.

Dokumen terkait